Anda di halaman 1dari 6

Hutang merupakan hal yang lumrah dalam dunia usaha.

Setiap laporan keuangan


perusahaan pasti memiliki akun hutang. Tidak semua utang terjadi karena kondisi
perusahaan sedang bermasalah, namun bisa jadi hutang diperlukan untuk menjaga
perputaran keuangan dalam proses bisnis. Selama nilai aset masih jauh diatas nilai
utang, maka pasti dipastikan perusahaan masih dalam kondisi aman.

Sebenarnya mengapa perusahaan tidak langsung membayar lunas utang tersebut,


sehingga pada laporan keuangan nilai utang bisa di-nol kan? Tentunya untuk menjaga
pengeluaran yang berlebihan, serta memanfaatkan fasilitas utang yang diberikan oleh
pihak lain. Untuk mengatur pembayaran agar tidak serentak, maka muncullah jenis
utang berdasarkan waktunya, yaitu utang jangka panjang dan utang jangka pendek.

Pengertian Hutang
Pengertian hutang usaha atau hutang dagang (account payable) adalah kewajiban
yang muncul karena transaksi pembelian barang atau jasa secara kredit yang
berhubungan dengan kegiatan operasional perusahaan, dan yang harus segera
dibayarkan dalam jangka waktu singkat.

Dalam akuntansi, hutang merupakan suatu pengorbanan ekonomis untuk masa depan
dalam bentuk penyerahan jasa, aktiva sebagai bagian dari transaksi atau kesepakatan
di masa lalu antara kedua belah pihak.

BENTUK UTANG,Tidak hanya dalam bentuk uang tunai, hutang juga bisa berbentuk
surat berharga, obligasi, saham, surat pengakuan hutang, tanda bukti hutang dan
masih banyak lagi.

Hutang tidak bisa terus menerus dipandang sebagai beban yang harus dipikul,
sehingga terkesan perlu dihindari demi “kesehatan” keuangan suatu usaha, padahal
sebetulnya itu semua tergantung kepada tujuan berhutang. Jika hutang benar-benar
bisa digunakan untuk tujuan yang tepat, yaitu untuk hal-hal yang produktif maka
sebetulnya berhutang bisa memberikan manfaat.

Perbedaan Hutang dengan Piutang


Untuk mengetahui perbedaan antara piutang dengan hutang, kita bisa melihat dari
definisinya secara sederhana. Dalam KBBI, hutang atau utang yaitu uang yang dipinjam
dari orang atau pihak lain, atau kewajiban membayar kembali apa yang sudah diterima.

Dalam bisnis, hutang bisa didefinisikan sebagai hak milik orang atau pihak lain yang
masih ada di dalam bisnis kita. Hak tersebut dapat berupa barang atau uang,
sedangkan piutang merupakan kebalikannya, yaitu hak milik kita atau perusahaan yang
belum dibayarkan oleh orang lain atau pihak lain.
Perbedaan lainnya antara hutang dan piutang yaitu :

 Pemilik piutang disebut kreditur, sedangkan pemilik hutang disebut debitur. 


 Dalam pembukuan atau akuntansi, piutang adalah termasuk aktiva lancar,
sedangkan hutang termasuk beban, yaitu pasiva yang keberadaannya
mengurangi aktiva. 
 Saat menerima piutang, biasanya ada penerimaan tambahan yang disebut
bunga piutang, sedangkan saat membayar hutang, biasanya ada tambahan
beban yang disebut beban bunga.

Jenis-Jenis Hutang
 Hutang Jangka Panjang

Hutang jangka panjang merupakan hutang yang jatuh temponya relatif lama,
biasanya dalam satu periode akuntansi atau bahkan lebih lama. Keuntungan dari
hutang ini yaitu suatu usaha dapat meningkatkan nilai aset (baik dalam bentuk
investasi, maupun pembelian aset bergerak dan tidak bergerak) dan keuntungan dalam
laporan keuangan pada periode tersebut, serta membuat perputaran uang menjadi
relatif cepat. 

Jika hutang tersebut terjadi akibat pembelian bahan atau barang yang akan dijual
kembali, maka perusahaan dapat memanfaatkan fasilitas untuk melakukan penjualan
terlebih dahulu. Dari hasil penjualan itulah dapat digunakan untuk membayar hutang
nantinya, bahkan bisa digunakan untuk kepentingan lain perusahaan yang lebih
mendesak. Biasanya hutang jangka panjang juga bisa timbul karena pembelian aset
juga, seperti pembelian kendaraan perusahaan, tanah atau gudang.

Kelebihan lain dari hutang jangka panjang ini adalah dapat memperkuat modal
perusahaan dan menunjukan rasio ekuitas, yaitu kemampuan perusahaan dalam
membayar utang atau kewajiban. Nantinya, hal ini berguna untuk perusahaan jika
ingin kembali meminjam uang di bank dan meyakinkan investor dalam
menginvestasikan uang mereka.

Tidak semua perusahaan dapat mengajukan utang jangka panjang. Tentunya pihak
pemberi pinjaman akan mengevaluasi apakah perusahaan tersebut kira-kira dapat
mengembalikan sejumlah pinjaman beserta bunganya pada waktu jatuh tempo.

 Hutang Jangka Pendek

Hutang ini memiliki waktu jatuh tempo kurang dari 1 tahun. Dalam akuntansi, hutang
jangka pendek dan pelunasannya akan tercatat setiap periodenya pada laporan
keuangan. Pada umumnya, hutang ini terjadi untuk keperluan jual beli perusahaan,
contohnya pembelian bahan baku, bahan mentah atau barang jadi yang untuk dijual
kembali. Tujuan adanya hutang jangka pendek bagi perusahaan adalah untuk
mempercepat perputaran keuangan, sehingga pada saat pembayaran, barang tersebut
telah terjual. Jadi secara sistemnya, yang membayar hutang secara tidak langsung
adalah customer atau pelanggan, bukan perusahaan. Ini tidak akan mengganggu atau
mengurangi modal maupun keuntungan pada laporan keuangan.

Contoh hutang jangka pendek yang adalah sebagai berikut :

1.
1. Hutang dagang atau utang jasa : Hutang yang timbul akibat adanya
transaksi pembelian barang atau jasa dari pihak luar. Barang dan jasa
tersebut bisa untuk penjualan kembali, atau untuk kelancaran kegiatan
perusahaan, misalkan pembelian perlengkapan kantor atau jasa cleaning
service dan maintenance peralatan.
2. Dividen : Dividen terjadi ketika perusahaan merupakan jenis perseroan
dan memiliki saham di IDX. Pembagian dividen terjadi setiap periode
akuntansi, dan akan masuk dalam laporan keuangan.
3. Hutang biaya : Pengeluaran yang dilakukan perusahaan secara rutin,
biasanya jatuh temponya setiap bulan dan masuk dalam beban,
contohnya biaya listrik, air, telepon, internet dan pulsa.
4. Pendapatan diterima dimuka : Hutang ini terjadi ketika konsumen telah
membayar sejumlah uang kepada perusahaan, namun belum menerima
barang atau jasa dari perusahaan. Hutang jangka pendek jenis ini tidak
dalam bentuk uang, tetapi tetap termasuk dalam golongan utang, karena
adanya kewajiban perusahaan yang belum terselesaikan.
5. Hutang wesel : Hutang dalam bentuk uang tunai kepada pihak tertentu,
dengan menggunakan perjanjian hitam diatas putih sebagai bentuk bukti,
tanpa menggunakan jaminan apapun.

Dengan demikian, perbedaan mendasar antara hutang jangka panjang dan hutang
jangka pendek terletak pada waktu jatuh tempo, metode pembayaran (langsung dan
berjangka), bunga yang timbul atas hutang tersebut, serta jaminan yang diperlukan.

Baik hutang jangka panjang maupun jangka pendek harus diselesaikan sesuai
kesepakatan dan tepat pada waktunya. Hal ini untuk membuktikan bagi pihak luar,
bahwa perusahaan mampu menyelesaikan kewajiban. Tentunya membantu bagi
perusahaan, jika ingin melakukan hutang di kemudian hari. Semakin baik perusahaan
dalam membayar hutang, maka semakin mudah melakukan pinjaman di waktu
berikutnya.
Ciri-Ciri Hutang

Ciri-ciri dari hutang jangka panjang adalah :

1. Tanggal jatuh temponya kurang lebih dalam 1 periode akuntansi atau 1 tahun,
bahkan bisa lebih dari itu.
2. Ada aset atau barang jaminan, bisa berupa sertifikat, BPKB (Bukti Pemilik
Kendaraan Bermotor), atau surat berharga lainnya.
3. Pembayaran dilakukan dengan cara cicilan atau berjangka, dengan menggunakan
bunga sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak.
4. Didapat dari lembaga keuangan atau supplier yang menyediakan hutang jangka
panjang.

Sedangkan ciri-ciri hutang jangka pendek adalah :

1. Jatuh temponya dibawah 1 tahun atau 1 periode akuntansi.


2. Pembayaran secara langsung, sejumlah utang yang tertera dan tidak menerima
pembayaran berjangka atau cicilan.
3. Tidak memiliki bunga.
4. Tidak membutuhkan jaminan, hanya berdasarkan kepercayaan atau perjanjian
tertulis.
5.

 Jenis-Jenis Utang Berdasarkan Jangka Waktunya


Secara umum sesuai dengan waktu pelunasannya, utang dalam akuntansi terbagi menjadi 3 jenis.
Ketiga jenis tersebut diantaranya:

Utang Jangka Waktu Pendek


Sesuai dengan namanya, utang yang satu ini adalah jenis utang dengan jangka waktu lebih
singkat atau batas waktunya satu tahun dari tanggal neraca. Pelunasannya juga dapat dilakukan
melalui aktiva lancar yang dimiliki sebuah perusahaan.
Utang jangka pendek juga sering dikatakan dengan nama utang lancar. Saat akan melunasi utang
ini biasanya menggunakan suatu sumber yang dapat menimbulkan utang baru bagi perusahaan
seperti contoh:
1. Utang Pajak
Setiap transaksi keluar masuk yang dilakukan oleh sebuah perusahaan biasanya akan dikenakan
pajak. Jika perusahaan tersebut sering melakukan penjualan, maka pajak yang harus dibayarkan
juga harus banyak. Hal ini juga harus dilunasi oleh perusahaan dan tentunya dengan waktu yang
singkat.
2. Utang Biaya
Utang yang satu ini juga perlu dilunasi agar tidak menjadi beban perusahaan dari awal.
Utang biaya ini contohnya seperti utang gaji karyawan, utang reimbursement karyawan dan
utang biaya lainnya.

3. Utang Dagang
Perusahaan yang bergerak di bidang produksi ini biasanya membutuhkan bahan-bahan
untuk proses produksinya. Utang ini biasanya adalah mereka yang membeli bahan produksi
dimana pada saat pembayarannya tidak dilakukan langsung pada saat pembelian itulah mengapa
dinamakan utang dagang.

4. Utang Wesel
Utang ini adalah utang yang melibatkan suatu bukti yang tertulis, biasanya juga perusahaan
membayar utang dengan waktu dan kesanggupan yang sudah disepakati oleh kedua belah pihak.

 Utang Jangka Waktu Menengah


Akuntansi sebenarnya hanya mengenal 2 jenis utang yaitu utang jangka pendek dan utang
jangka panjang. Namun, mengingat waktu pelunasan yang sudah disepakati oleh sebuah
perusahaan dan kreditur biasanya tidak selama waktu utang jangka panjang. Maka dibuatlah
utang jangka menengah.
Umumnya utang jangka menengah ini memiliki waktu pelunasan kurang dari 10 tahun atau
hingga 10 tahun. 

 Utang Jangka Waktu Panjang


Yang terakhir adalah utang jangka panjang, utang yang memiliki masa pelunasan yang
paling lama. Ini juga berlaku untuk jumlah utang yang nilainya terbilang cukup besar. Jangka
waktu dari utang ini juga biasanya lebih dari 10 tahun dan pembayarannya dibayarkan secara
bertahap. 
Meski dibayar secara bertahap, jumlah yang dibayarkan ini juga termasuk dengan bunga
serta utang pokoknya.
Karena itu utang tidak hanya dimiliki oleh perusahaan besar saja, usaha kecil menengah
(UKM) juga banyak yang memiliki utang. Terutama untuk perusahaan yang baru berkembang
tentunya memiliki utang untuk mengembangkan bisnisnya. 
Ingat memiliki utang pada usaha yang dijalani bukanlah sebuah kesalahan hanya yang
perlu diperhatikan adalah pengelolaan keuangan dalam usahamu itulah yang terpenting. Jika
utang dapat dikelola dengan benar, maka itu akan menjadi sebuah ‘vitamin’ bagi perusahaanmu
sehingga dapat membuat perusahaan milikmu semakin berkembang.

Contoh Hutang dalam Usaha


Perusahaan A membeli batu bata, pasir, kayu, dan semen untuk pembangunan di
kantor mereka dari supplier B. Total harga yang harus dibayar adalah Rp 15.000.000.
Angka yang dibayarkan tersebut termasuk dalam hutang usaha. Pembayaran hutang
usaha harus dikelola agar tidak mengganggu arus kas.
Tips Pengelolaan Hutang
Saat memulai sebuah bisnis, para pelaku usaha, terutama UMKM, membutuhkan
modal awal yang tidak sedikit. Oleh karena itu, kebanyakan dari mereka berusaha
untuk mencari pinjaman modal dengan cara berhutang, baik itu kepada orang terdekat
maupun kepada pihak bank.

Lalu bagaimana cara mengelola hutang agar tidak berdampak buruk bagi bisnis yang
dijalankannya? Berikut cara mengelola hutang :

1. Membuat perencanaan secara rinci


Sebelum mulai berhutang kepada pihak yang bersangkutan, sebaiknya para pebisnis
membuat perencanaan secara rinci tentang jumlah modal yang dibutuhkan dalam
menjalankan bisnis tersebut serta berbagai resiko yang muncul nantinya. Kemudian,
pikirkan juga kemampuan untuk melunasi hutang yang ada. Dengan demikian, pihak
yang memberi pinjaman modal akan mengetahui kapan hutang akan dilunasi sesuai
dengan tanggal jatuh tempo yang telah disepakati bersama., sehingga kemungkinan
besar mereka akan memberikan pinjaman.

2. Menentukan keperluan hutang


Para pebisnis harus menentukan apakah hutang yang diperlukan termasuk hutang
jangka pendek atau jangka panjang. Jangan sampai mengambil keputusan yang salah
dalam penentuan jenis hutang. Misalnya, mereka meminjam modal dengan jangka
waktu pendek tetapi sebenarnya pinjaman yang dibutuhkan adalah untuk jangka waktu
panjang maka pinjaman yang ada tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan yang ada,
sehingga mereka harus menjual asetnya agar hutangnya bisa lunas sedikit demi sedikit.
Hal tersebut membuat bisnis tidak berjalan dan pebisnis mengalami kerugian.

Anda mungkin juga menyukai