Anda di halaman 1dari 8

PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 KARYAWAN

HARIAN LEPAS / UPAH SATUAN / BORONGAN

Disusun Oleh :

KELOMPOK III

o Devid 1832520330
o Dandi Junianto 1832520280
o Ucu Rustadi 1832520157
o Prayoga Bayu Sukmana 1832520314

UNIVERSITAS BUDI LUHUR


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
2019
Pajak Penghasilan Pasal 21 Karyawan Harian Lepas/Upah Satuan/Borongan
Pengertian Karyawan Harian Lepas adalah pegawai yang menerima penghasilan
apabila pegawai yang bersangkutan bekerja, berdasarkan berdasarkan jumlah hari kerja,
jumlah unit hasil pekerjaan yang dihasilkan atau penyelesaian suatu jenis pekerjaan yang
diminta oleh pemberi kerja.

Pengertian dari Jenis – Jenis Upah Pegawai Tidak Tetap


1. Upah Harian adalah upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh pegawai terutang
atau dibayarkan secara harian
2. Upah Mingguan adalah upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh pegawai yang
terutang atau dibayarkan secara mingguan
3. Upah Satuan adalah upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh pegawai yang
terutang atau dibayarkan berdasarkan jumlah unit hasil pekerjaan yang dihasilkan.
4. Upah Borongan adalah upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh pegawai yang
terutang atau dibayarkan berdasarkan penyelesaian suatu jenis pekerjaan tertentu.

Langkah – Langkah Perhitungan Pajak Pegawai Harian Lepas


1. Tentukan besarnya upah diterima seorang karyawan lepas
2. Jika upah harian belum melebihi Rp. 450.000 dan jumlah kumulatifnya dalam satu
bulan kalender Belum Melebihi Rp. 4.500.000 tidak ada pemotongan PPH Pasal 21
3. Jika upah harian telah melebihi Rp. 450.000 dan jumlah kumulatifnya dalam bulan
kalender belum melebihi Rp. 4.500.000 PPH Pasal 21 adalah upah harian setelah
dikurangi Rp. 450.000 dikalikan 5%
4. Jika jumlah upah kumulatif dalam bulan kalender telah melebihi Rp. 4.500.000 dan
kurang dari Rp. 10.200.000 PPH Pasal 21 adalah upah harian setelah dikurangi PTKP
sehari dikalikan 5%
5. Jika upah kumulatif dalam satu bulan kalender telah melebihi Rp. 10.200.000 PPH 21
dihitung dengan menetapkan tarif pasal 17 atas jumlah bruto satu bulan yang
disetahunkan dikurangi PTKP. PPH Pasal 21 yang harus dipotong adalah PPH Pasal
21 hasil perhitungan tersebut dibagi 12
Tarif PTKP Pajak Penghasilan Pasal 21
Tarif PTKP Pajak penghasilan Pasal 21 yang diatur melalui Peraturan Direktur
Jenderal Pajak No. PER-16/PJ/2016, PMK NO. 101/2016 DAN PMK NO.
102/PMK.010/2016 yang berlaku sejak 1 Januari 2016
PTKP Periode 2016 sampai dengan sekarang

1. Laki – Laki atau Perempuan Lajang


1. TK/0 Rp. 54.000.000
2. TK/1 Rp. 58.500.000
3. TK/2 Rp. 63.000.000
4. TK/3 Rp. 67.500.000

2. PTKP Laki – Laki Kawin


1. K/0 Rp. 58.500.000
2. K/1 Rp. 63.000.000
3. K/2 Rp. 67.500.000
4. K/3 Rp. 72.000.000

3. PTKP Suami dan Istri Digabung


1. K/I/0 Rp. 112.500.000
2. K/I/1 Rp. 117.000.000
3. K/I/2 Rp. 121.500.000
4. K/I/3 Rp. 126.000.000

Batas Upah pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas


1. Jika penghasilannya sehari kurang dari Rp. 450.000 dan penghasilan kumulatifnya
dalam satu bulan kurang dari Rp. 4.500.000 itu tidak dikenakan pemotongan PPh 21
2. Jika penghasilan sehari lebih dari Rp. 450.000 dan penghasilan kumulatifnya dalam
satu bulan dikenakan sebesar 5% X (Upah – Rp. 450.000)
3. Jika penghasilannya sehari kurang dari Rp. 450.000 atau lebih dari Rp. 450.000 dan
pengahasilan kumulatifnya lebih dari Rp. 4.500.000 dalam satu bulan dikenakan tariff
5% X (Upah – PTKP/360)
4. Jika penghasilan sehari kurang dari Rp. 450.000 atau lebih dari Rp. 4.500.000 dan
penghasilan kumulatifnya dalam satu bulan kurang dari Rp. 10.200.000 dikenakan
tarif pajak pasal 17 x jumlah penghasilan kena pajak yang disetahunkan

Tarif Pajak Penghasilan PPh Pasal 21 Tarik Progresif mengacu pada UU Nomor 36
Tahun 2008 Pasal 17

1. Jika penghasilan Bersih sampai dengan Rp. 50.000.000 dikenakan tarif pajak sebesar
5%
2. Jika penghasilan bersih Rp 50.000.000 s.d Rp. 250.000.000 dikenakan tarif pajak
sebesar 15%
3. Jika penghasilan bersih Rp. 250.000.000 s.d Rp. Rp. 500.000.000 dikenakan tariff
pajak 25%
4. Jika penghasilan bersih diatas Rp. 50.000.000 dikenakan tarif pajak sebesar 30%

CONTOH PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 KARYAWAN


LEPAS
Contoh 1: upah harian = Rp450.000
Narto belum menikah. Pada bulan April 2019, dia bekerja sebagai buruh harian PT
Chakra Birawa. Dia bekerja dengan upah harian Rp450.000 per hari. Dengan
memperhatikan ketentuan PPh pasal 21, penghasilan kena pajak (PKP) dengan dasar upah
yang diterima setiap hari adalah nihil.

Dalam 10 hari pertama, jumlah kumulatif upah harian Narto juga belum melebihi
Rp4.500.000, sehingga tidak dipotong PPh pasal 21.
Pada hari ke-11, jumlah kumulatif upah harian adalah Rp4.950.000 (= Rp450.000 × 11),
sudah melampaui ambang batas Rp4.500.000.

PPh pasal 21 terutang dihitung dengan dasar upah kumulatif setelah dikurangi PTKP
sebenarnya sebagai berikut:

Dengan adanya pemotongan PPh pasal 21, upah bersih yang diterima Narto pada hari ke-
11 berjumlah Rp285.000 (= Rp450.000 – Rp165.000). Perhatikan, PPh 21 sebesar
Rp165.000 adalah untuk 11 hari yang mulai dipotong setelah jumlah kumulatif upah
harian melebihi Rp4.500.000.
Bagaimana dengan hari ke-12? Penghitungan PPh pasal 21 yang harus dipotong pada hari
ke-12 adalah sebagai berikut:

PPh 21 yang dipotong pada hari ke-12 adalah sebesar Rp15.000 (= 5% × Rp300.000).
Dengan demikian, upah harian bersih yang diterima Narto adalah Rp435.000 (Rp450.000
– Rp15.000). Cara penghitungan PPh 21 upah harian ini sama untuk hari-hari berikutnya.
Contoh 2: upah harian > Rp450.000
Citra Wida belum menikah. Pada bulan Mei 2019, Citra bekerja di PT Sandi Uni dengan
menerima upah Rp650.000 per hari.
Dengan upah harian lebih dari Rp450.000, Citra Wida mula-mula dipotong PPh pasal 21
dengan dasar upah harian sebagai berikut:

Dasar pengenaan PPh upah harian:


Rp650.000 – Rp450.000 = Rp200.000
PPh 21 terutang: 5% × Rp200.000 = Rp10.000
Upah harian bersih yang diterima Citra hingga hari keenam bekerja adalah Rp640.000 (=
Rp650.000 –Rp10.000).
Pada hari ketujuh selama bekerja di bulan Mei itu, Citra telah menerima penghasilan
sebesar Rp4.550.000 (= 7 × Rp650.000), melebihi Rp4.500.000.
Langkah-langkah penghitungan PPh pasal 21 pada hari ketujuh adalah sebagai berikut:

Upah harian selama 7 hari pertama:


7 × Rp650.000 = Rp4.550.000
PTKP:
7 × (Rp54.000.000 ÷ 360) = Rp1.050.000
PKP:
Rp4.550.000 – Rp1.050.000 = Rp3.500.000
Penerapan tarif PPh:
5% × Rp3.500.000 = Rp175.000
PPh pasal 21 yang sudah dipotong selama 6 hari pertama:
6 × Rp10.000 = Rp60.000
PPh 21 yang dipotong pada hari ketujuh:
Rp175.000 – Rp60.000 = Rp115.000
Upah harian bersih yang diterima Citra pada hari ketujuh berjumlah Rp535.000
(Rp650.000 – Rp115.000).
Pada hari kerja kedelapan dan seterusnya dalam bulan kalender yang bersangkutan,
pemotongan harian dilakukan dengan tahap-tahap penghitungan berikut:
Upah harian: Rp650.000
PTKP harian:
Rp54.000.000 ÷ 360 = Rp150.000
PKP (tahap 1 – tahap 2):
Rp650.000 – Rp150.000 = Rp500.000
PPh 21 terutang:
5% × Rp500.000 = Rp25.000
Dengan demikian, upah bersih yang diterima Citra pada hari kerja kedelapan dan
seterusnya selama masa pajak Mei adalah Rp625.000 (= Rp650.000 – Rp25.000).

Contoh 3: upah satuan/upah mingguan

Rizal Fahmi (belum menikah) adalah seorang karyawan yang bekerja sebagai perakit TV
pada suatu perusahaan elektronika. Perolehan upah Rizal Fahmi dihitung berdasarkan jumlah
unit pekerjaan yang dapat diselesaikan yaitu sebesar Rp 125.000 per TV dan dibayarkan
setiap minggu. Dalam 1 minggu (6 hari kerja), Rizal Fahmi dapat menyelesaikan pekerjaan
sebanyak 24 buah TV dengan upah Rp 3.000.000. Berapa PPh 21nya?
Jawab:
Upah sehari: Rp 3.000.000 / 6 = Rp 500.000
Upah di atas Rp 450.000: Rp 500.000 – Rp 450.000 = Rp 50.000
PPh 21 terutang: 6 x (5% x Rp 50.000) = Rp 15.000

Contoh 4: upah borongan

Mawang mengerjakan dekorasi sebuah rumah dengan upah borongan sebesar Rp 950.000,
pekerjaan yang diselesaikan dalam 2 hari. Berapa PPh 21nya?
Jawab:
Upah borongan sehari: Rp 950.000 / 2 = Rp 475.000
Upah di atas Rp 450.000: Rp 475.000 – Rp 450.000 = Rp 25.000
PPh 21 terutang: 2 x (5% x Rp 25.000) = Rp 2.500
Contoh 5: Upah Harian / Satuan / Borongan yang Diterima tenaga Lepas yang
dibayarkan Bulanan

Bambang bekerja pada perusahaan elektronik dengan dasar upah harian yang dibayarkan
bulanan. Dalam bulan Januari 2016 Bambang hanya bekerja 20 hari dan upah sehari sebesar
Rp 250.000. Bambang sudah menikah tapi belum memiliki anak. Berapa PPh 21 bulan
Januari?

Jawab:
Upah Januari 2016: 20 x Rp 250.000 = Rp 5.000.000
Penghasilan neto setahun: Rp 5.000.000 x 12 = Rp 60.000.000
PTKP K/0 = (Rp 58.500.000)
PKP: Rp 60.000.000 – Rp 58.500.000 = Rp 1.500.000
PPh 21 terutang setahun: 5% x Rp 1.500.000 = Rp 75.000
PPh 21 terutang sebulan: Rp 75.000 / 12 = Rp 6.250

Anda mungkin juga menyukai