Anda di halaman 1dari 5

Ketentuan dan Cara Hitung Pajak

Penghasilan Pegawai Tidak Tetap atau


Tenaga Kerja Lepas

Status kepegawaian seseorang juga mempengaruhi terhadap kewajiban


perpajakannya. Jadi, diantara pegawai tetap dan pegawai tidak tetap terdapat
ketentutan perpajakan yang berbeda untuk digunakan. Yang juga berarti cara
perhitungannya pun berbeda.

Peraturan DJP Nomor PER-16/PJ/2016 menyebutkan Pegawai Tidak Tetap atau


Tenaga Kerja Lepas adalah pegawai yang menerima penghasilan dengan besar
penghasilan yang dihitung berdasarkan jumlah hari bekerja, jumlah unit pekerjaan
yang dihasilkan, atau penyelesaian jenis pekerjaan dari pemberi kerja.

Namun pada Pasal 12 ayat 3 juga disebutkan bahwa pegawai atau karyawan tidak
tetap yang memperoleh penghasilan kumulatif dalam 1 bulan melebihi PTKP, maka
perhitungan PPh 21 yang digunakan sama seperti perhitungan PPh 21 karyawan
tetap.

Jenis-Jenis Upah yang Diperoleh oleh Karyawan Tidak


Tetap
Istilah yang digunakan untuk penghasilan karyawan tidak tetap adalah imbalan atau
upah harian, mingguan, atau upah borongan. Berikut adalah penjelasan lebih
lengkapnya:

 Upah harian, yaitu upah yang diperoleh karyawan secara harian.


 Upah mingguan, yaitu upah yang diperoleh karyawan secara mingguan.
 Upah satuan, yaitu upah yang diperoleh karyawan berdasarkan jumlah unit pekerjaan
yang dihasilkan.
 Upah borongan, yaitu upah yang diperoleh karyawan berdasarkan penyelesaian
suatu jenis pekerjaan tertentu.

Ketentuan Khusus PPh 21 untuk Pegawai Tidak


Tetap
Berikut adalah daftar ketentuan khusus pada PPh 21 untuk karyawan tidak tetap
atau PKWT:

1. Tidak dilakukan pemotongan PPh Pasal 21 jika penghasilan karyawan dalam


sehari belum melebihi Rp300.000.
2. Dilakukan pemotongan PPh Pasal 21, jika penghasilan karyawan dalam sehari
sebesar atau melebihi Rp450.000, merupakan jumlah yang dapat dikurangkan
dari penghasilan bruto.
3. Apabila karyawan tidak tetap memperoleh penghasilan kumulatif melebihi
Rp4.500.000 dalam 1 bulan, maka jumlah tersebut dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto.
4. Rata-rata penghasilan karyawan dalam sehari adalah rata-rata upah
mingguan, upah satuan, atau upah borongan untuk setiap hari kerja yang
digunakan.
5. PTKP yang sebenarnya adalah untuk jumlah hari kerja yang sebenarnya.
6. PTKP sehari dijadikan sebagai dasar untuk menetapkan PTKP yang
sebenarnya. Yaitu sebesar PTKP per tahun Rp54.000.000 dibagi 360 hari.
7. Apabila karyawan tidak tetap tersebut mengikuti program jaminan atau
tunjangan hari tua, maka iuran yang dibayar sendiri dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto.
Meski ketentuan perpajakannya berbeda dengan pegawai tetap, jenis pajak yang
dikenakan sama yakni PPh Pasal 21.

Ketentuan lain yang harus diketahui terkait ketentuan perpajakan untuk pegawai
tidak tetap adalah  Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 102/ PMK.010/2016
tentang Penetapan Bagian Penghasilan Sehubungan dengan Pekerjaan dari Pegawai
Harian dan Mingguan serta Pegawai Tidak Tetap Lainnya yang Tidak Dikenakan
Pemotongan Pajak Penghasilan ada beberapa ketentuan yang harus diketahui
seperti:

 PPh 21 pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas yang penghasilannya
kurang dari Rp 450.000 per hari tidak dikenakan pemotongan penghasilan.
 Ketentuan penghasilan tidak kena pajak itu tidak berlaku jika:
1. Penghasilan bruto dimaksud jumlahnya melebihi Rp 4.500.000 sebulan
2. Penghasilan dimaksud dibayar secara bulanan
3. Penghasilan berupa honorarium
4. Komisi yang dibayarkan kepada penjaja barang dan petugas dinas luar
asuransi.
Tarif PPh21 Pegawai Tidak Tetap/Tenaga
Kerja Lepas
Berikut adalah tabel mengenai tarif PPh21 yang dikenakan untuk pegawai Tidak
Tetap atau tenaga kerja lepas:

Penghasilan Sehari Penghasilan Kumulatif Tarif dan Dasar


Sebulan Pengenaan Pajak (DPP)

< Rp 450.000 < Rp 4.500.000 Tidak Ada PPh 21

< Rp 4.500.000 5% x (Upah – Rp  


450.000)

< Rp 450.000 5% x (Upah –  


(PTKP/360)

5% x (Upah –    
(PTKP/360)

< Rp 450.000 Tarif pada Undang-  


Undang Pajak
Penghasilan Pasal 17 ayat
(1) huruf (a)

Tarif pada Undang-  


Undang Pajak
Penghasilan Pasal 17 ayat
(1) huruf (a)

Penguraian lebih lengkap terhadap tabel diatas adalah:

1. Tidak ada PPh 21 yang dipotong jika upah harian atau rata-rata upah harian kurang
dari Rp 450.000 dan jumlah kumulatif dalam satu bulan belum melebihi Rp
4.500.000.

2. PPh 21 harus dipotong sebesar upah harian atau rata-rata upah harian dikurangi Rp
450.000, lalu dikalikan 5% jika, Upah harian atau rata-rata upah harian sudah lebih
dari Rp.450.000 tetapi jumlah kumulatif dalam satu bulan kalender belum melebihi
Rp 4.500.000.
3. PPh 21 harus dipotong sebesar upah harian atau rata-rata upah dikurangi PTKP
sehari lalu dikalikan 5%, jika, jumlah kumulatif dalam satu bulan kalender sudah lebih
dari Rp.4.500.000, tetapi kurang dari Rp.10.200.000.

4. Berlaku Tarif pada Undang-Undang Pajak Penghasilan Pasal 17 ayat (1) huruf (a),
jika, jumlah kumulatif dalam satu bulan kalender sudah lebih dari Rp 10.200.000.

Tarif pada tabel di atas hanya diterapkan berdasarkan:

 Jumlah penghasilan bruto sehari yang melebihi Rp 450.000 atau

 Jumlah penghasilan bruto dikurangi PTKP yang sebenarnya, dalam hal jumlah
penghasilan kumulatif dalam 1 bulan kalender telah melebihi Rp 4.500.000.

Bagi pegawai tidak tetap dengan penghasilan kumulatif yang telah melebihi Rp
8.200.000, maka PPh Pasal 21-nya dihitung dengan menerapkan Pasal 17 ayat 1
huruf a Undang-Undang Pajak Penghasilan atas jumlah Penghasilan Kena Pajak
yang disetahunkan.

Contoh Cara Hitung PPh 21 untuk Pegawai Tidak


Tetap

1. Cara Hitung untuk Upah Harian


Hendra dengan status belum menikah pada bulan Maret 2020 bekerja pada
perusahaan PT Dana Jaya dan menerima upah sebesar Rp 650.000 per hari. Berapa
PPh 21 nya?

Berikut cara hitungnya:

 Upah sehari > Rp 450.000: Rp 650.000 – Rp 450.000 = Rp 200.000


 PPh 21 harian: 5% x Rp 200.000 = Rp 10.000
Pada hari ke-7, Hendra telah menerima penghasilan sebesar Rp 4.550.000 sehingga
sudah lebih dari Rp 4.500.000, maka PPh 21 pada bulan Maret:
 Upah s/d hari ke 7: 7 x Rp 650.000 = Rp 4.550.000
 PTKP sebenernya: 7 x (Rp 54.000.000 / 360) = (Rp 1.050.000)
 PKP = Rp 3.500.000
 PPh 21 terutang: 5% x Rp 3.500.000 = Rp 175.000
 PPh 21 yang dipotong s/d hari ke 6: 6 x Rp 10.000 = (Rp 60.000)
 PPh 21 yang dipotong hari ke-7: Rp 115.000
Sehingga pada hari ke 7, Hendra menerima upah bersih sebesar:
 Rp 650.000 – Rp 115.000 = Rp 535.000
Maka jumlah PPh 21 per hari Hendra yang dipotong sejak hari ke-8 dan seterusnya
adalah sebesar:
 Upah sehari: Rp 650.000
 PTKP sebenarnya: Rp 54.000.000 / 360 = (Rp 150.000)
 PKP = Rp 500.000
 PPh 21 terutang: 5% x Rp 500.000 = Rp 25.000

2. Cara Hitung untuk Upah Mingguan dan Upah Satuan


Glen adalah seorang karyawan (belum menika). Pada bulan Januari 2020, Glen
bekerja sebagai tenaga kerja harian PT Elektronik Cermat dan mendapat upah Rp
125.000 untuk per jumlah unit TV yang dapat diselesaikan.

Dalam satu minggu (6 hari kerja) dia menyelesaikan 24 buah TV dengan total upah
Rp 3.000.000. Jadi, berapa PPh 21 yang dikenakan pada Glen?

Berikut cara hitungnya:

 Upah per hari: Rp 3.000.000 / 6 = Rp 500.000


 Upah di atas Rp 450.000: Rp 500.000 – Rp 450.000 = Rp 50.000
 PPh 21 terutang: 6 x (5% x Rp 50.000) = Rp 15.000

3. Cara Hitung untuk Upah Borongan


Doni mengerjakan sebuah event tahunan dengan upah borongan sebesar Rp
950.000, pekerjaan yang diselesaikan dalam 2 hari. Berapa PPh 21nya?

 Upah borongan sehari: Rp 950.000 / 2 = Rp 475.000


 Upah di atas Rp 450.000: Rp 475.000 – Rp 450.000 = (Rp 25.000)
 PPh 21 terutang: 2 x (5% x Rp 25.000) = Rp 2.500

4. Cara Hitung untuk Upah Bulanan


Dewi sudah menikah tapi belum memiliki anak bekerja pada agensi periklana dengan
dasar upah harian yang dibayarkan bulanan. Dalam bulan Januari 2020, Dewi hanya
bekerja 20 hari dengan upah sehari sebesar Rp 250.000.

Jadi berapa PPh Dewi di bulan Januari?

Berikut cara hitungnya:

 Upah Januari 2016: 20 x Rp 250.000 = Rp 5.000.000


 Penghasilan neto setahun: Rp 5.000.000 x 12 = Rp 60.000.000
 PTKP K/0 = (Rp 58.500.000)
 PKP: Rp 60.000.000 – Rp 58.500.000 = Rp 1.500.000
 PPh 21 terutang setahun: 5% x Rp 1.500.000 = Rp 75.000
 PPh 21 terutang sebulan: Rp 75.000 / 12 = Rp 6.250

Anda mungkin juga menyukai