Nim : 210301131
Pajak yang dikenakan terhadap WP Orang Pribadi Dalam Negeri atas penghasilan yang
terkait dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatanPenghasilan yang dimaksud dapat berbentuk gaji,
upah, honorarium, tunjangan, pensiun, atau pembayaran lain dengan nama apapun Saat yang
lebih dahulu antara akhir bulan diterimanya pembayaran atau akhir bulan diperolehnya
penghasilan.
Pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas adalah pegawai yang hanya menerima
penghasilan jika bekerja berdasarkan jumlah hari bekerja, jumlah unit pekerjaan yang
dihasilkan, atau menyelesaikan suatu jenis pekerjaan yang diminta oleh pemberi kerja.Istilah
yang digunakan bagi penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas adalah imbalan
atau upah harian, mingguan, atau upah borongan. Meski ketentuan perpajakannya berbeda
dengan pegawai tetap, jenis pajak yang dikenakan sama yakni PPh Pasal 21.
Perbedaan Pengenaan
PPH 21 [ WP dalam negeri]
PPH26 [ subjek pajak luar negeri]
Subjek Pajak
• Pegawai.
• Penerima uang pesangon, pensiun, Tunjangan/ Jaminan Hari Tua (THT/ JHT),
termasuk ahli waris.
• Bukan Pegawai yang melakukan pemberian jasa
• Anggota Dewan Komisaris atau Dewan Pengawas non pegawai
• Mantan pegawai
• Peserta kegiatan
Pengecualian Subjek
• Pejabat negara asing seperti perwakilan diplomatik atau konsulat, berikut orang yang
diperbantukan kepadanya, dengan syarat
1. Bukan WNI.
2. Di Indonesia tidak memperoleh penghasilan di luar jabatannya.
3. Berasal dari negara yang memberikan perlakuan timbal balik.
• Pejabat perwakilan organisasi internasional, dengan syarat
1. Bukan WNI.
2. Di Indonesia tidak menjalankan usaha/ kegiatan/ pekerjaan lain untuk memperoleh
penghasilan.
Objek Pajak
• Penghasilan Pegawai Tetap.
• Penghasilan teratur penerima pensiun
• Pembayaran sekaligus uang pesangon, pensiun, THT, JHT selepas 2
tahun sejak berhenti bekerja
Pengecualian Objek
• Santunan asuransi kesehatan, kecelakaan, jiwa, dwiguna, dan asuransi beasiswa
• Natura yang diberikan oleh WP atau Pemerintah.
• Iuran kepada dana pensiun , THT, JHT dibayar pemberi kerja
• Zakat atau sumbangan keagamaan wajib yang diterima OP.
• Beasiswa.
Ketentuan Khusus
Natura / kenikmatan lain diperhitungkan sebagai penghasilan, jika dan hanya jika, diberikan
oleh: bukan WP, WP yang dikenai PPh final, atau WP yang menggunakan norma
penghitungan khusus.
Natura dan/ atau kenikmatan lainnya yang diukur berdasarkan harga pasar atau nilai wajar.
Berikut ini daftar ketentuan khusus dalam PPh 21 pegawai tidak tetap:
1. Tidak dilakukan pemotongan PPh Pasal 21 jika penghasilan sehari belum melebihi Rp
300.000.
2. Dilakukan pemotongan PPh Pasal 21, jika penghasilan sehari sebesar atau melebihi
Rp 450.000 merupakan jumlah yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
3. Bila pegawai tidak tetap memperoleh penghasilan kumulatif dalam 1 bulan kalender
melebihi Rp 4.500.000 , maka jumlah tersebut dapat dikurangkan dari penghasilan
bruto.
4. Rata-rata penghasilan sehari adalah rata-rata upah mingguan, upah satuan, atau upah
borongan untuk setiap hari kerja yang digunakan.
5. PTKP sebenarnya adalah untuk jumlah hari kerja yang sebenarnya.
6. PTKP sehari sebagai dasar untuk menetapkan PTKP yang sebenarnya adalah sebesar
PTKP per tahun Rp 54.000.000 dibagi 360 hari.
7. Bila pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas tersebut mengikuti program jaminan
atau tunjangan hari tua, maka iuran yang dibayar sendiri dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto.
PPh 21 pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas yang penghasilannya kurang dari
Rp 450.000 per hari tidak dikenakan pemotongan penghasilan.
Ketentuan penghasilan tidak kena pajak itu tidak berlaku jika:
1. Penghasilan bruto dimaksud jumlahnya melebihi Rp 4.500.000 sebulan
2. Penghasilan dimaksud dibayar secara bulanan
3. Penghasilan berupa honorarium
4. Komisi yang dibayarkan kepada penjaja barang dan petugas dinas luar
asuransi.
Bagi pegawai tidak tetap dengan penghasilan kumulatif yang telah melebihi Rp 8.200.000,
maka PPh Pasal 21-nya dihitung dengan menerapkan Pasal 17 ayat 1 huruf a Undang-Undang
Pajak Penghasilan atas jumlah Penghasilan Kena Pajak yang disetahunkan
Ilustrasi
(Upah Harian]
Tunggul Ametung (berstatus menikah dan belum memiliki anak) selama bulan Januari
2013 bekerja sebagai tenaga kerja lepas di suatu perusahaan selama 15 hari dan
menerima upah harian sebesar Rp 250.000,00. Berapakah besar PPh 21 yang harus
dipotong oleh perusahaan sepanjang hari – hari pelaksanaan pekerjaan oleh Tunggul
Ametung?
Jawaban :
Jumlah hari kerja untuk mencapai penghasilan kumulatif Rp 2.025.000,00
= 2.025.000/ 250.000
= 8,1 hari
a. Penghitungan di hari ke – 1 s/ d hari ke – 8
DPP = 250.000 – 200.000
= 50.000
PPh dipotong per hari = 5% x 50.000
= Rp 2.500,00
b. Penghitungan di hari ke – 9
Penghasilan selama 9 hari = 2.250.000
PTKP selama 9 hari = 9 x (26.325.000/ 360)
= 658.125
Penghitungan di hari ke – 9
DPP = 2.250.000 – 658.125
= 1.591.875
PPh terutang s/ d hari ke – 9 = 5% x 1.591.875
= Rp 79.593,75
PPh yang telah dipotong s/ d hari ke – 8 = 8 x 2.500
= Rp 20.000,00
PPh dipotong di hari ke – 9 = 79.593,75 – 20.000
= Rp 59.593,75
c. Penghitungan di hari ke – 10 dan seterusnya
DPP = 250.000 – (26.325.000/ 360)
= 176.875,00
PPh dipotong per hari = 5% x 176.875,00
= Rp 8.843,75
[Upah Borongan)
Citra adalah tukang bangunan dengan sistem borongan. Atas pekerjaaan tersebut,
pemberi kerja akan membayar Citraa sebesar Rp 1.150.000, di mana diperkirakan
pekerjaan akan selesai dalam waktu 5 hari. Berapakah besar PPh 21 yang seharusnya
dikenakan atas pekerjaan borongan tersebut? Bagaimana penjurnalan oleh pemberi
kerja?
Jawaban : Upah per periode Rp 1.150.000,00
Upah per hari Rp 230.000,00
DPP = 230.000 - 200.000
= 30.000
PPh 21 = 5% x 5 x 30.000
= Rp 7.500,00
Jurnal Beban gaji 1.150.000
Utang PPh 21 7.500
Kas 1.142.500
Kesimpulan
Pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas merupakan pegawai yang hanya menerima
penghasilan jika bekerja berdasarkan jumlah hari bekerja atau jumlah unit pekerjaan
yang dihasilkan atau diselesaikan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan tentang PTKP 2016, PPh 21 pegawai tidak
tetap atau tenaga kerja lepas yang penghasilannya kurang dari Rp 450.000 per hari
tidak dikenakan pemotongan penghasilan