Anda di halaman 1dari 80

IMPLIKASI BERLAKUNYA PPh ATAS NATURA DAN

FASILITAS BERDASARKAN PMK-66 TAHUN 2023,


PENGHITUNGAN BIAYA PENYUSUTAN BERDASARKAN
PMK-72 TAHUN 2023, STRATEGI MENGHADAPI
PEMERIKSAAN, MANAJEMEN
PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN PPh DAN PPN SERTA
PENERAPAN APLIKASI E-SPT PPh PASAL 21
BERDASARKAN PERATURAN DAN APLIKASI TERBARU
TAHUN 2023
mengatur tentang pem-bayaran pajak dalam
tahun berjalan melalui pemotongan pajak atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh oleh
Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri
sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan
kegiatan.
Penghasilan yang dikenakan PPh Pasal 21/26

• penghasilan pegawai tetap baik teratur maupun tidak teratur


• penghasilan penerima pensiun secara teratur
• uang pesangon, pensiun, tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua yang dibayarkan
sekaligus;
• penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas
• imbalan kepada bukan pegawai;
• imbalan kepada peserta kegiatan;
• imbalan kepada dewan komisaris/pengawas yang bukan merupakan pegawai tetap
pada perusahaan yang sama;
• imbalan kepada mantan pegawai;
• penarikan dana pensiun oleh pegawai.
• Natura atau kenikmatan kecuali yang ditentukan sebagai penghasilan yang tidak
dikenakan pajak
Natura dan/atau kenikmatan yang
dikecualikan dari Objek PPh
Natura dan/atau kenikmatan yang
dikecualikan dari Objek PPh
Natura dan/atau kenikmatan yang
dikecualikan dari Objek PPh
Natura dan/atau kenikmatan yang dikecualikan
dari Objek PPh (Jenis/Batasan Tertentu)
Natura dan/atau kenikmatan yang dikecualikan
dari Objek PPh (Jenis/Batasan Tertentu)
Natura dan/atau kenikmatan yang dikecualikan
dari Objek PPh (Jenis/Batasan Tertentu)
Penilaian Natura dan Kenikmatan sebagai
Objek PPh (PP 55 tahun 2022)
• Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan
yang diterima atau diperoleh sehubungan dengan pekerjaan atau jasa
dinilai dengan ketentuan:
• untuk penggantian atau imbalan dalam bentuk natura, yaitu berdasarkan nilai
pasar; dan/atau
• untuk penggantian atau imbalan dalam bentuk kenikmatan, yaitu
berdasarkan jumlah biaya yang dikeluarkan atau seharusnya dikeluarkan
pemberi.
Pajak Penghasilan untuk WP OP
(berlaku tahun 2022)
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
s/d Rp60.000.000,00 5%

di atas Rp60.000.000,00 s/d Rp250.000.000,00 15%

di atas Rp250.000.000,00 s/d Rp500.000.000,00 25 %

di atas Rp500.000.000,00 s/d Rp5.000.000.000,00 30%

di atas Rp5.000.000.000,00 35%


Pemotongan PPh Pasal 21 atas pembayaran gaji, upah, honor &
sejenisnya (Belanja Pegawai)
PER-16/PJ/2016
DITERIMA ORANG PRIBADI Mulai berlaku 29 September 2016

PEGAWAI TETAP / PNS / PENSIUNAN / TNI-POLRI

Imbalan atas Kegiatan Tdk Uang


Penghasilan sebulan PPh atas Bonus, THR Rutin
(apapun namanya:
pesangon,
Honor, uang sidang, dan uang tebusan
Pegawai A. (Gaji Sebulan x 12)+Bonus
Pensiunan: sejenisnya ) pensiun,
Tetap : Dihitung PPh terutangnya
Dikurangi THT atau JHT
Dikurangi : Biaya pensiun, Tarif : yang dibayar
•Biaya jabatan, 5% x penghsln B.(Gaji saja Sebulan x 12) Gol I&II :0%, sekaligus
5%x penghasilan bruto maks.
bruto maks. Rp 200.000/bln
Dihitung PPh terutang nya Gol III :5%,
Rp 500.000/bln (Rp 2.400.000 Gol IV :15%,
(Rp 6.000.000/th) /thn) x Jmlh Bruto
•Iuran yg terkait
dgn pengh. tetap PMK-262/PMK.03/2010
250/PMK.03/2008 PPh atas Bonus,THR Mulai 01-01-2011
=(A –B)
Dikali 12 Rp 0 s/d Rp50 jt 0%
> Rp50 jt s/d Rp100jt 5%
Dikurangi PTKP setahun Final > Rp100 jt s/d. Rp500 jt 15%
> Rp500 jt 25%

Dikalikan Tarif Pasal 17 PP-68/2009


Mulai 16-11-2009

dibagi 12 JIKA WP TDK MEMILIKI NPWP MAKA


TARIFNYA 20% LEBIH TINGGI
=PPh Pasal 21 sebulan
1. Contoh Penghitungan PPh Pasal 21 sesuai UU HPP

Budiyanta pada tahun 2022 bekerja di Koperasi Indonesia


dengan gaji sebulan Rp4.000.000,00 dan tunjangan sebulan
sebesar Rp8.000.000 dan membayar iuran pensiun sebesar
Rp. 200.000 per bulan. Budiyanta menikah tetapi belum
mempunyai anak.
Hitunglah PPh Pasal 21 yang terutang atas Penghasilan
Budiyanta
A. Penghitungan PPh Pasal 21 atas Penghasilan Pegawai Tetap - Gaji Bulanan
Gaji dan tunjangan sebulan Rp 12,000,000
Pengurangan :
Biaya Jabatan (5% xRp 12.000.000) Rp 500,000
Iuran Pensiun Rp 200,000 Rp 700,000
Penghasilan Neto sebulan Rp 11,300,000
Penghasilan Neto setahun (12 x Rp 11.300.000,00 ) Rp 135,600,000
PTKP setahun :
- untuk diri sendiri Rp 54,000,000
- tambahan WP kawin Rp 4,500,000 Rp 58,500,000
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 77,100,000
PPh Pasal 21 terutang :
5% x Rp 60.000.000 = Rp 3,000,000
15% x Rp 17.100.000 = Rp 2,565,000
Rp 5,565,000
PPh Pasal 21 sebulan
Rp 5.565.000,00 : 12 = Rp 463,750
Penerima Upah harian,
mingguan,satuan, Komisaris, Pengawas,
Pegawai tdk tetap, borongan. Tidak merangkap
tenaga lepas,honorer, Pegawai Tetap
yang dibayar bulanan
<= Rp 450.000/hari

gaji, uang pensiun,


TIDAK DIPOTONG Jml bruto x
Tarif Pasal 17
tunjangan, dan
> Rp 450.000/hari =
sejenisnya
5% x (upah sehari – Rp
Dikali 12 450.000)

Saat >Rp 4.500.000


Dikurangi PTKP Peserta Kegiatan
dlm 1 bln
= 5% x (upah
sehari–PTKP/360)
kali Tarif Pasal 17
>Rp 10.200.000 dlm 1 bln Tarif Ps 17 X Jmlh Bruto
dibagi 12 (disetahunkan-PTKP)xTarif Psl 17
dibagi 12 Jaspro, tantiem, gratifikasi,
=PPh Psl 21 sebulan bonus, imbalan tdk teratur
PER-16/PJ/2016 diterima mantan pegawai,
Mulai berlaku 29 September 2016 penarikan dana pensiun oleh
pegawai

Tarif Ps 17 X Jmlh Bruto


Peraturan : PER-16/PJ/2016

Bukan Pegawai

Berkesinambungan
Tidak
Berkesinambungan 1. Tidak mendapat penghasilan di
tempat lain
2. Ber-NPWP

Tidak Memenuhi
Tarif Ps 17 X 50% x syarat Memenuhi syarat
Jmlh Bruto
50% Jml bruto x (50% Jml bruto-PTKP)
Tarif Pasal 17 x Tarif Pasal 17
(lapisan tarif (lapisan tarif berdasar
berdasar 50%x Jumlah PKP kumulatif)
Jumlah bruto
kumulatif)

SSP atas nama&NPWP Pemberi Kerja Membuat Bukti Potong PPh Ps 21


Kode Setoran PPh Ps 21: 411121 / 100 Max setor : tgl 10, Max lapor tgl 20 Bln berikut
Kode Setoran PPh Ps 21 Final : 411121 / 401 (bila libur, max hari kerja berikutnya)
: 411121 / 402
bukan pegawai

antara lain meliputi :


1. Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara, akuntan, arsitek,
dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris.
2. Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron, bintang
iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan/peragawati, pemain drama, penari,
pemahat, pelukis, dan seniman lainnya;
3. Olahragawan;
3. Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator;
4. Pengarang, peneliti, dan penerjemah;
5. Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik komputer dan sistem aplikasinya,
telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi, dan sosial serta pemberi jasa kepada suatu
kepanitiaan;
6. Agen iklan;
7. Pengawas atau pengelola proyek;
8. Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang menjadi perantara;
9. Petugas penjaja barang dagangan;
10.Petugas dinas luar asuransi;
Contoh penghitungan PPh Pasal 21
• Bulan Januari 2023, PT ABC mengundang Bapak Ahmad untuk
memberikan pelatihan di perusahaan. PT ABC membayar honor
sebesar Rp1.000.000
• Atas transaksi tersebut, dilakukan pemotongan PPh Pasal 21
• PPh Pasal 21 = 5% x 50% x 1.000.000 = 25.000

• Bulan Januari 2023, PT ABC membayarkan honor bagi dewan


pengawas perusahaan (tidak merangkap sebagai pegawai) sebesar
Rp10.000.000
• PPh Pasal 21 = 5% x 10.000.000 = 500.000
• mengatur pemotongan pajak atas penghasilan yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri dan
bentuk usaha tetap yang berasal dari modal, penyerahan
jasa, atau penyelenggaraan kegiatan selain yang telah
dipotong pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21,
yang dibayar-kan atau terutang oleh badan pemerintah
atau Subjek Pajak dalam negeri, penyelenggara
kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan
perusahaan luar negeri lainnya.
TARIF PPH PASAL 23
UU PPh No 36 tahun 2008

• 15% dari peredaran bruto atas bunga,


P royalti, dan hadiah, penghargaan, bonus
O
T
dan sejenisnya;
/ • 2% dari peredaran bruto atas jasa-jasa
P
U seperti sewa (kecuali sewa tanah dan
T bangunan) , jasa manajemen, jasa
konstruksi, jasa konsultan, dan jasa
lainnya.
SSP atas nama&NPWP Pemotong Membuat Bukti Potong PPh Ps 23
Kode Setoran PPh Ps 23 : 411124 / 100 Max setor : tgl 10, Max lapor tgl 20, Bln berikut
Kode Setoran PPh Ps 23 Jasa : 411124 / 104 (bila libur, max hari kerja berikutnya)
DASAR PENGENAAN PAJAK
a. untuk jasa katering adalah seluruh jumlah penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apapun yang
dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh badan
pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau
perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap,
dan

b. untuk jasa selain jasa katering adalah seluruh jumlah penghasilan dengan nama dan dalam bentuk
apapun yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh
badan pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap,
atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha
tetap, tidak termasuk:
1. pembayaran gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain sebagai
imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dibayarkan oleh Wajib Pajak penyedia tenaga kerja
kepada tenaga kerja yang melakukan pekerjaan, berdasarkan kontrak dengan pengguna jasa;
2. pembayaran kepada penyedia jasa atas pengadaan/pembelian barang atau material yang terkait
dengan jasa yang diberikan;
3. pembayaran kepada pihak ketiga yang dibayarkan melalui penyedia jasa, terkait jasa yang
diberikan oleh penyedia jasa; dan/atau
4. pembayaran kepada penyedia jasa yang merupakan penggantian (reimbursement) atas biaya
yang telah dibayarkan penyedia jasa kepada pihak ketiga dalam rangka pemberian jasa
bersangkutan.
Jenis Jasa Lain Objek PPh Pasal 23 (1)
a. Jasa penilai (appraisal)
b. Jasa aktuaris
c. Jasa akuntansi, pembukuan, dan atestasi
laporan keuangan
d. Jasa hukum
e. Jasa arsitektur
f. Jasa perencanaan kota dan arsitektur landscape
g. Jasa perancang (design)
h. Jasa pengeboran (drilling) di bidang
penambangan minyak dan gas bumi (migas)
kecuali yang dilakukan BUT
i. Jasa penunjang di bidang penambangan Migas
Jenis Jasa Lain Objek PPh Pasal 23 (2)

j. Jasa penambangan dan jasa penunjang selain di bidang


usaha panas bumi dan migas
k. Jasa penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara
l. Jasa penebangan hutan
m. Jasa pengolahan limbah
n. Jasa penyedia tenaga kerja
o. Jasa perantara dan/atau keagenan
p. Jasa di bidang surat berharga, kec. Dilakukan oleh BEI,
KSEI dan KPEI
q. Jasa kustodian/penyimpanan/penitipan, kecuali yang
dilakukan oleh KSEI
r. Jasa pengisian suara (dubbing) dan/atau sulih suara
s. Jasa mixing film
Jenis Jasa Lain Objek PPh Pasal 23 (3)
t. Jasa pembuatan sarana promosi film, iklan, poster, photo,
slide, banner, pamflet, baliho dan folder
u. Jasa sehubungan dengan software atau hardware atau
sistem komputer. Termasuk perawatan, pemeliharaan dan
perbaikan
v. Jasa pembuatan dan/atau pengelolaan website
w. Jasa internet termasuk sambungannya
x. Jasa penyimpanan, pengolahan, dan/atau penyaluran
data, informasi dan/atau program
y. Jasa instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik,
telepon, air, gas, AC, dan/atau TV kabel, selain yang
dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di
bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi
sebagai pengusaha konstruksi;
Jenis Jasa Lain Objek PPh Pasal 23 (4)
z. Jasa perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin, peralatan, listrik,
telepon, air, gas, AC, TV kabel, dan/atau bangunan, selain yang
dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang
konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai
pengusaha konstruksi;
aa. Jasa perawatan kendaraan dan/atau alat transportasi darat, laut
dan udara;
ab. Jasa maklon;
ac. Jasa penyelidikan dan keamanan;
ad. Jasa penyelenggara kegiatan atau event organizer;
ae. Jasa penyediaan tempat dan/atau waktu dalam media masa,
media luar ruang atau media lain untuk penyampaian informasi,
dan/atau jasa periklanan;
af. Jasa pembasmian hama;
ag. Jasa kebersihan atau cleaning service
Jenis Jasa Lain Objek PPh Pasal 23 (5)
ah. Jasa sedot septic tank;
ai. Jasa pemeliharaan kolam;
aj. Jasa katering atau tata boga;
ak. Jasa freight forwarding;
al. Jasa logistik;
am.Jasa pengurusan dokumen;
an. Jasa pengepakan;
ao. Jasa loading dan unloading;
ap. Jasa laboratorium dan/atau pengujian kecuali yang dilakukan
oleh lembaga atau insitusi pendidikan dalam rangka penelitian
akademis;
aq. Jasa pengelolaan parkir;
ar. Jasa penyondiran tanah;
as. Jasa penyiapan dan/atau pengolahan lahan
at. Jasa pembibitan dan/atau penanaman bibit;
Jenis Jasa Lain Objek PPh Pasal 23 (6)
au. Jasa pemeliharaan tanaman;
av. Jasa pemanenan;
aw. Jasa pengolahan hasil pertanian, perkebunan, perikanan,
peternakan, dan/atau perhutanan;
ax. Jasa dekorasi;
ay. Jasa pencetakan/penerbitan;
az. Jasa penerjemahan;
ba. Jasa pengangkutan/ekspedisi kecuali yang telah diatur dalam
Pasal 15 Undang-Undang Pajak Penghasilan;
bb. Jasa pelayanan kepelabuhanan;
bc. Jasa pengangkutan melalui jalur pipa;
bd. Jasa pengelolaan penitipan anak;
be. Jasa pelatihan dan/atau kursus;
bf. Jasa pengiriman dan pengisian uang ke ATM;
bg. Jasa sertifikasi;
Jenis Jasa Lain Objek PPh Pasal 23 (7)

bh. Jasa survey;


bi. Jasa tester, dan
bj. Jasa selain jasa-jasa tersebut di atas yang
pembayarannya dibebankan pada
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
Contoh penghitungan PPh Pasal 23
• PT ABC melakukan service rutin kendaraan kantor di bengkel milik CV
XYZ (memiliki NPWP) dan membayar jasa service sebesar
Rp1.000.000
• PPh Pasal 23 yang terutang = 2% x Rp1.000.000 = Rp20.000

• PT ABC memakai jasa internet dari provider PT TKM (memiliki NPWP)


dan membayar biaya langganan sebesar Rp500.000
• PPh Pasal 23 yang terutang = 2% x Rp500.000 = Rp10.000
Pengenaan pajak secara langsung pada saat transaksi dan tidak
Penghasilan yang Dikenakan PPh Final diperhitungkan lagi pada perhitungan akhir tahun (cukup
dilaporkan)

No Penghasilan Tarif Dasar Hukum


1 Penjualan saham di bursa efek 0.1% & 0.6% PP-14 Th. 1997
2 Hadiah Undian 25% PP-132 Th. 2000
3 Pengalihan Hak atas tanah/bangunan 0%,1%, PP-71 Th. 2008
2,5% PP-34 Th. 2016

4 Sewa tanah dan/atau bangunan 10% PP-5 Th. 2002 jo PP 34 Th.2017


5 Bunga Obligasi 15% PP-6 Th. 2002
PP-16 Th. 2009

Kecuali untuk reksadana tarif bertahap 5% (2014-2020) dan 10% (2021 dst)
6 Bunga Deposito / tabungan dan SBI 20%/ PP-131 Th. 2000
P3B PP 123 Th. 2015
SHU yang
dibagi 7 Transaksi Derivatif Kontrak Berjangka 2.5% PP-17 Th. 2009
kepada 8 Jasa Konstruksi 1,75%,2,65%,4% PP-51 Th 2008 jo
anggota
koperasi Jasa Perencana & Pengawas Konstruksi 3,5% & 6% PP-9 Th. 2022
termasuk
9 Bunga simpanan koperasi (bunga >240.000) 10% PP-15 Th. 2009
bukan objek
pajak 10 Dividen yang diterima oleh WP Orang Pribadi (tdk 10% PP-9 Th. 2021
diinvestasikan di Indonesia) PMK-18/2021
PEMUNGUTAN PPN
BERDASARKAN UU HPP
OBJEK PAJAK
OBJEK PAJAK

PPN DIKENAKAN ATAS


Ps. 4 huruf a
PENYER. BKP DI DLM DAE- Ps. 4 huruf e
RAH PAB. YG DILAKUKAN PEMANFAATAN JKP DR LUAR
OLEH PENGUSAHA
DAER. PAB. DI DLM DAER. PAB.
Ps. 4 huruf b
IMPOR BKP Ps. 4 huruf f
Ps. 4 huruf c EKSPOR BKP OLEH PKP
PENYER. JKP DI DLM DAE-
RAH PAB. YG DILAKUKAN Ps. 4 huruf g
OLEH PENGUSAHA Ekspor BKP Tidak Berwujud oleh PKP
Ps. 4 huruf d
PEMANFAATAN. BKP TDK BER- Ps. 4 huruf h
WUJUD DR LUAR DAERAH PAB. EKSPOR JKP OLEH PKP
DI DLM DAERAH PABEAN

Ps. MEMBANGUN SENDIRI YG DILA- Ps.


KUKAN TDK DLM KEGIATAN USAHA/ 16D
16C
PEK. OLEH ORANG PRIBADI/BADAN

PENYER. AKTIVA OLEH PKP YG MNRT TUJ. SEMULA AKTIVA


TSB. TDK UTK DIPERJUALBELIKAN OLEH PKP
OBJEK PAJAK PASAL 16C
RUANG LINGKUP PPN KMS (1)

TERUTANG
Kegiatan Membangun Sendiri PPN
OP Badan Bangunan

kegiatan membangun bangunan, baik bangunan


baru maupun perluasan bangunan lama, yang
dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau Kriteria bangunan:
pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang 1. konstruksi utamanya terdiri dari kayu, beton, pasangan
hasilnya digunakan sendiri atau digunakan pihak batu bata atau bahan sejenis, dan/atau baja;
lain. 2. diperuntukkan bagi tempat tinggal atau tempat
termasuk kegiatan membangun bangunan oleh
kegiatan usaha; dan
pihak lain bagi orang pribadi atau badan namun
3. luas keseluruhan paling sedikit 200m2.
Pajak Pertambahan Nilai atas kegiatan tersebut
tidak dipungut oleh pihak lain.

Dapat dikecualikan dari kewajiban PPN atas


KMS sepanjang memberikan data/informasi
paling sedikit berupa identitas dan alamat
pihak lain yang membangun bangunan
OBJEK PAJAK PASAL 16C
PENGHITUNGAN PPN TERUTANG

PPN
= 20% X TARIF PPN X DPP
TERUTANG
BESARAN
TERTENTU

Tarif PPN sesuai dengan Pasal 7 ayat (1) UU PPN

DPP berupa nilai tertentu sebesar jumlah biaya yang dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan untuk
membangun bangunan untuk setiap Masa Pajak sampai dengan bangunan selesai, tidak termasuk biaya
perolehan tanah.
OBJEK PAJAK PASAL 16C
CONTOH PERHITUNGAN

Pada April 2022 Bapak Budi memulai membangun sebuah rumah untuk tempat tinggal
pribadinya. Luas keseluruhan dari rumah tersebut adalah sebesar 200 m2, biaya-biaya yang
dikeluarkan oleh Bapak Budi dalam upaya membangun rumah tersebut sampai dengan
selesainya bangunan tersebut adalah sebagai berikut:
• pembelian tanah sebesar Rp200.000.000,
• pembelian bahan baku bangunan keseluruhan Rp180.000.000,
• biaya upah mandor dan pekerja bangunan Rp70.000.000.
Maka berapakah PPN yang terutang atas pembangunan rumah tersebut?

Jawab:
Sesuai dengan PMK No. 61/ 2022 PPN terutang atas KMS adalah:
= 20 % X TARIF PPN X DPP
= (20% X 11% ) X Biaya, tidak termasuk biaya pembelian tanah
= (20% X 11%) X (Rp 180.000.000 + Rp 70.000.000)

Dengan demikian, PPN terutang atas KMS oleh Bapak Budi adalah
= 20% X 11% X Rp250.000.000
= Rp 5.500.000
OBJEK PAJAK PASAL 16C
PENYETORAN PPN KMS
Ketentuan pengisian SSP
2

Bangunan Banguna
KPP Pratama KPP KPP Pratama n
OP/Badan Terdaftar OP/Badan Lokasi
Terdaftar
SSP Pengisian SSP menggunakan NPWP OP/Badan
Pengisian
atau sarana administrasi lain SSP:
NPWP : 00.000.000.0-(kode KPP Pratama
yang disamakan dengan SSP Lokasi).000
Nama WP : nama dan NPWP OP/Badan
Alamat WP : alamat tempat bangunan didirikan
3 OP
Dokumen tertentu yang
kedudukannya
KMS
dipersamakan dengan Banguna
FP n

sepanjang memenuhi ketentuan pengisian


SSP Pengisian
SSP:

NPWP : 00.000.000.0-(kode KPP Pratama


Lokasi).000
Nama WP : nama OP
Alamat WP : alamat tempat bangunan didirikan

Dapat diterbitkan NPWP secara jabatan sesuai ketentuan yang


berlaku
BARANG DAN JASA TIDAK KENA PPN Pasal 4A ayat (2) diubah

KELOMPOK BARANG SEBELUMNYA UU HPP


barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil NON-BKP BKP
langsung dari sumbernya, tidak termasuk hasil pertambangan batu bara;

barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak; NON-BKP BKP

makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makn, NON-BKP NON-BKP
warung, dan sejenisnya, meliputi makanan dan minuman baik yang
dikonsumsi di tempat maupun tidak, termasuk makanan dan minuman
yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau katering; yang merupakan
objek pajak daerah dan retribusi daerah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang pajak daerah dan
retribusi daerah; dan

uang, emas batangan untuk kepentingan cadangan devisa negara, NON-BKP NON-BKP
dan surat berharga.
Catatan:
• Barang kebutuhan pokok diberikan fasilitas dibebaskan dari pengenaan PPN Pasal 16B
37
BARANG DAN JASA TIDAK KENA PPN Pasal 4A ayat (3) diubah

KELOMPOK JASA SEBELUMNYA UU HPP


1. jasa pelayanan kesehatan medis; JKP
2. jasa pelayanan sosial; JKP
3. jasa pengiriman surat dengan perangko; JKP
4. jasa keuangan; JKP
5. jasa asuransi; JKP
6. jasa keagamaan meliputi jasa pelayanan rumah ibadah, jasa pemberian , NON-JKP
khotbah atau dakwah, jasa penyelenggaraan kegiatan keagamaan; dan jasa
lainnya di bidang keagamaan.
7. jasa pendidikan; JKP
8. jasa kesenian dan hiburan; NON-JKP (OBJEK PAJAK DAERAH)
9. jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan; NON-JKP JKP
10. jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan udara dalam JKP
negeri yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jasa angkutan udara JKP
luar negeri; JKP
11. jasa tenaga kerja; JKP
12. jasa perhotelan; NON-JKP (OBJEK PAJAK DAERAH)
13. jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan NON-JKP
pemerintahan secara umum;
14. jasa penyediaan tempat parkIr; NON-JKP (OBJEK PAJAK DAERAH)
15. jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam; JKP
16. jasa pengiriman uang dengan wesel pos; dan JKP
17. jasa boga atau katering. Jasa eks non-JKP diberikan fasilitas dibebaskan dari pengenaan PPN Pasal 16BNON-JKP (OBJEK PAJAK DAERAH) 38
FAKTUR PAJAK
PERDIRJEN PAJAK NOMOR 3/PJ/2022
Kewajiban dan Saat Pembuatan Faktur Pajak

Faktur Pajak harus dibuat pada:


 saat penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP;
PKP wajib membuat Faktur Pajak untuk setiap:  saat penerimaan pembayaran dalam hal
 penyerahan BKP; penerimaan pembayaran terjadi sebelum
 penyerahan JKP; penyerahan BKP dan/atau JKP;
 ekspor BKP berwujud;  saat penerimaan pembayaran termin dalam hal
penyerahan sebagian tahap pekerjaan;
 ekspor BKP tidak berwujud; dan/atau
 saat ekspor BKP berwujud, BKP tidak berwujud,
 ekspor JKP.
dan/atau ekspor JKP; atau
 saat lain yang diatur berdasarkan PMK tersendiri.

Saat penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP serta saat ekspor NEW

BKP berwujud, ekspor BKP tidak berwujud, dan/atau ekspor JKP


dilaksanakan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang perpajakan.
 Pasal 17 dan Pasal 17A PP-1/2012 s.t.d.d. PP-9/2021.
Faktur Pajak Gabungan
PKP dapat membuat Faktur Pajak gabungan:
 1 (satu) Faktur Pajak yang meliputi seluruh penyerahan yang
dilakukan kepada pembeli BKP dan/atau penerima JKP yang sama
selama 1 (satu) bulan kalender.
 Harus dibuat paling lama pada akhir bulan penyerahan BKP
dan/atau JKP.
 Dalam hal terdapat pembayaran baik sebagian maupun seluruhnya sebelum NEW

penyerahan BKP dan/atau JKP yang diterima dalam bulan penyerahan,


Faktur Pajak gabungan tetap dibuat paling lama pada akhir bulan
penyerahan BKP dan/atau JKP.
 Dalam hal PKP melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP yang wajib dibuat
Faktur Pajak dengan menggunakan lebih dari 1 (satu) kode transaksi, PKP
dapat membuat Faktur Pajak gabungan atas penyerahan dengan kode
transaksi yang sama, untuk tiap-tiap kode transaksi.
 Contoh kasus pada Lampiran huruf A angka 1 PER.

PENGECUALIAN:
Faktur Pajak gabungan tidak dapat dibuat atas penyerahan BKP dan/atau
JKP yang mendapat fasilitas PPN atau PPN dan PPnBM tidak dipungut
sesuai dengan ketentuan yang mengatur mengenai penyerahan BKP
dan/atau JKP ke dan/atau dari kawasan tertentu atau tempat tertentu.
Kode Transaksi dalam Faktur Pajak
Penyerahan BKP/JKP yang PPN/PPnBM-nya dipungut oleh PKP yang
01 Urutan Prioritas Penggunaan Kode Transaksi
melakukan penyerahan BKP/JKP.
Kode Transaksi
Penyerahan BKP/JKP kepada pemungut PPN instansi pemerintah yang
02 PPN/PPnBM-nya dipungut oleh instansi pemerintah.

Penyerahan BKP/JKP kepada pemungut PPN lainnya (selain instansi


03 pemerintah) yang PPN/PPnBM-nya dipungut oleh pemungut PPN lainnya.
Termasuk Ya
07/08
07/08?

Penyerahan BKP/JKP yang DPP-nya menggunakan nilai lain cfm. Pasal 8A Tidak
04 ayat (1) UU PPN yang PPN/PPnBM-nya dipungut oleh PKP yang melakukan
penyerahan BKP/JKP. Termasuk Ya
02/03
02/03?
Penyerahan BKP/JKP yang PPN-nya dipungut dengan besaran tertentu cfm.
05 Pasal 9A ayat (1) UU PPN oleh PKP yang melakukan penyerahan BKP/JKP. Tidak

Penyerahan lainnya yang PPN/PPnBM-nya dipungut oleh PKP yang


06 melakukan penyerahan BKP/JKP (menggunakan tarif selain Pasal 7 ayat (1) Termasuk Ya
06
06?
UU PPN, penyerahan BKP kepada turis).
Tidak
Penyerahan BKP/JKP yang PPN/PPnBM-nya mendapatkan fasilitas tidak
07 dipungut atau ditanggung pemerintah.
Termasuk Ya
04/05
Penyerahan BKP/JKP yang mendapatkan fasilitas dibebaskan dari 04/05?
08 pengenaan PPN/PPnBM. Tidak
Penyerahan BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
09 diperjualbelikan cfm. Pasal 16D UU PPN yang PPN-nya dipungut oleh PKP
yang melakukan penyerahan BKP.
Batas Waktu Upload e-Faktur

e-Faktur wajib diunggah (di-upload) menggunakan aplikasi


e-Faktur untuk memperoleh persetujuan DJP.

e-Faktur yang tidak memperoleh persetujuan DJP


 BUKAN FAKTUR PAJAK
UPLOAD
PALING LAMBAT
Syarat untuk memperoleh persetujuan DJP:
 NSFP yang digunakan untuk penomoran e-Faktur TANGGAL 15
merupakan NSFP yang diberikan oleh DJP; dan BULAN BERIKUTNYA
setelah tanggal e-Faktur
 e-Faktur diunggah (di-upload) dalam jangka
waktu paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya
setelah tanggal pembuatan e-Faktur.

Contoh kasus pada Lampiran huruf A angka 3 PER


Contoh Kasus Batas Waktu Upload e-Faktur
Contoh 1:
PT H yang merupakan PKP melakukan penyerahan BKP pada tanggal 11 April 2022. PT H membuat e-Faktur pada
tanggal 11 April 2022 menggunakan aplikasi e-Faktur dengan mengisi kolom tanggal Faktur Pajak 11 April 2022.
Namun, e-Faktur tersebut baru diunggah (di-upload) ke Direktorat Jenderal Pajak dengan menggunakan aplikasi
e-Faktur pada tanggal 14 Mei 2022.
Dengan demikian, e-Faktur yang dibuat dan diunggah (di-upload) oleh PT H tersebut dapat diberikan persetujuan
dari DJP karena diunggah (di-upload) ke DJP dalam jangka waktu paling lama tanggal 15 Mei 2022.

Contoh 2:
PT H yang merupakan PKP melakukan penyerahan BKP pada tanggal 18 April 2022. PT H membuat e-Faktur pada
tanggal 18 April 2022 menggunakan aplikasi e-Faktur dengan mengisi kolom tanggal Faktur Pajak 18 April 2022.
Namun, e-Faktur tersebut baru diunggah (di-upload) ke Direktorat Jenderal Pajak dengan menggunakan aplikasi e-
Faktur pada tanggal 16 Mei 2022.
Dengan demikian, DJP tidak memberikan persetujuan (reject) atas e-Faktur yang diunggah (di-upload) tersebut
karena diunggah (di-upload) setelah tanggal 15 Mei 2022.
 e-Faktur yang tidak memperoleh persetujuan dari DJP (reject) tersebut bukan merupakan Faktur Pajak.
IMPLIKASI BERLAKUNYA
PMK-72 TAHUN 2023
PENYUSUTAN FISKAL

Cara Menghitung Penyusutan Fiskal

a. Penyusutan dimulai pd bulan dilakukannya pengeluaran untuk hak


berwujud sejak 1 Januari 2001, sebelumnya pd tahun dilakukannya
pengeluaran
b. Harta yg msh dalam pengerjaan, sejak bulan selesainya pengerjaan tsb.
c. Dengan persetujuan KPP (Dirjen Pajak), WP dapat memulai penyusutan
sejak harta tsb digunakan atau menghasilkan
d. Dasar penyusutan fiskal  harga perolehan tanpa dikurangi taksiran
nilai residu.
e. Penyusutan dilakukan per jenis aktiva tetap
PENYUSUTAN FISKAL

Cara Menghitung Penyusutan Fiskal

 Jenis harta berwujud bukan bangunan yang tidak tercantum dalam


Lampiran, menggunakan masa manfaat dalam Kelompok 3
 Apabila tidak menggunakan Kelompok 3, Wajib Pajak harus
mengajukan permohonan untuk memperoleh penetapan Kelompok
1, 2 atau 4
 Untuk penyusutan bangunan, dapat menggunakan masa manfaat 20
tahun atau sesuai dengan masa manfaat sebenarnya berdasarkan
pembukuan WP dengan syarat dilakukan secara taat asas serta
menyampaikan pemberitahuan kepada Dirjen Pajak pl 30 April 2024
MASA MANFAAT DAN TARIF PENYUSUTAN
Pasal 11 ayat (6) dan (7) UU PPh

KELOMPOK HARTA MASA METODE & TARIF PENYUSUTAN


BERWUJUD MAN-
GARIS LURUS SALDO MENURUN
FAAT ( 2 x Tarif GARIS LURUS)

1. BUKAN
BANGUNAN
- KELOMPOK 1 4 THN 25 % 50 %
- KELOMPOK 2 8 THN 12,5 % 25 %
- KELOMPOK 3 16 THN 6,25 % 12,5 %
- KELOMPOK 4 20 THN 5 % 10 %
2. BANGUNAN
- PERMANEN 20 THN 5 % -
- TDK PERMANEN 10 THN 10 % -

PENENTUAN KELOMPOK HARTA BERWUJUD


DITETAPKAN DENGAN PMK.72/PMK.03/2023
48
Contoh Penghitungan Penyusutan Fiskal
• Tanggal 1 Februari 2020 PT ABC membeli laptop seharga Rp3.000.000.
Berapakah penyusutan fiskal tahun 2022? (Kelompok 1, metode garis
lurus)
• Penyusutan tahun 2022 = 25% x 3.000.000 = Rp750.000
• 12 Maret 2022, PT ABC membeli 2 buah AC dengan harga masing-
masing Rp3.000.000. Berapakah penyusutan fiskal tahun 2022
(Kelompok 2, metode garis lurus)
• Penyusutan tahun 2022 = 10/12 x 12,5% x 6.000.000 = Rp625.000
STRATEGI MENGHADAPI
PEMERIKSAAN PAJAK
Jangka Waktu Pemeriksaan

SPHP
7 Hari
Tanggapan Tertulis

Perpanjangan
Penyampaian 3 Hari
Tanggapan Tertulis
Jangka waktu sejak Surat
Pemberitahuan 3 Hari
Pemeriksaan Jangka waktu sejak
Undangan Pembahasan
disampaikan/Sejak WP tanggal SPHP disampaikan Akhir
datang memenuhi sampai dengan tanggal
panggilan s.d. tanggal LHP
Pembahasan Akhir
SPHP disampaikan 2
Risalah Bulan
JANGKA WAKTU JANGKA WAKTU PEMBAHASAN Pembahasan
PENGUJIAN AKHIR DAN PELAPORAN 3
hari
KANTOR LAPANGAN Permohonan
4 Bulan + 6 Bulan + 2 BULAN Pembahasan
2 Bulan 2 Bulan dgn Tim QA
Pembahasan
JANGKA WAKTU PEMERIKSAAN Tim QA

WP K3S MIGAS WP GRUP


Panggilan
Penandatanganan BA
INDIKASI TRANSFER PRICING/ 3 Hari
TRANSAKSI KHUSUS LAIN (2 BULAN) Penandatanganan BA

LAPANGAN
KANTOR LHP
6 Bulan +
4 Bulan
3x6 Bulan
Hak Wajib Pajak
1. meminta kepada Pemeriksa Pajak 5. menerima Surat Pemberitahuan
untuk memperlihatkan Tanda Hasil Pemeriksaan (SPHP);

Hak WP
Pengenal Pemeriksa Pajak dan
Surat Perintah Pemeriksaan; 6. menghadiri Pembahasan Akhir
Hasil Pemeriksaan pada waktu
2. meminta kepada Pemeriksa Pajak yang telah ditentukan;
untuk memberikan surat
pemberitahuan pemeriksaan
sehubungan dengan pelaksanaan 7. memberikan pendapat atau
pemeriksaan lapangan; penilaian atas pelaksanaan
Pemeriksaan oleh Pemeriksa Pajak
3. meminta kepada Pemeriksa Pajak melalui pengisian Kuesioner
untuk memperlihatkan surat yang Pemeriksaan.
berisi perubahan tim Pemeriksa
Pajak apabila susunan tim
Pemeriksa mengalami perubahan;

Hak WP
4. meminta kepada Pemeriksa Pajak
untuk memberikan penjelasan
tentang alasan dan tujuan
Pemeriksaan;
Kewajiban Wajib Pajak
1. Memperlihatkan/meminjamkan buku,
catatan, dokumen. 1. Memenuhi panggilan untuk datang

Pemeriksaan
Lapangan
menghadiri pemeriksaan
2. Memberi kesempatan pemeriksa untuk 2. Memperlihatkan/meminjamkan
memasuki tempat/ruang yang patut catatan/dokumen
diduga digunakan sebagai tempat
menyimpan 3. Memberi bantuan guna kelancaran
buku/catatan/dokumen/uang /barang. pemeriksaan
3. Memberi bantuan guna kelancaran 4. Menyampaikan tanggapan secara
pemeriksaan tertulis atas SPHP
4. Menyampaikan tanggapan secara 5. Meminjamkan kertas kerja
tertulis atas SPHP pemeriksaan yang dibuat oleh Akuntan

Pemeriksaan
Publik
5. Memberikan keterangan lisan/tertulis

Kantor
yang diperlukan 6. Memberikan lisan/tertulis yang
diperlukan
Teknik: Metode Pemeriksaan
1. penelusuran (tracing); Teknik dan prosedur pemeriksaan
2. pengujian keabsahan yg dilakukan terhadap buku, catatan &
dokumen; dokumen serta data, informasi, dan
3. ekualisasi atau keterangan lain.
rekonsiliasi; Metode Metode Tidak langsung
4. wawancara; /Penghitungan dg cara
langsung
5. permintaan keterangan lain
atau bukti;
6. konfirmasi;
7. inspeksi; 1. Transaksi Tunai dan
8. pengujian kebenaran fisik; Bank;
9. pengujian kebenaran 2. Sumber dan
penghitungan matematis; Penggunaan Dana;
10.pengujian keterkaitan; 3. satuan dan/atau
11.pemanfaatan informasi
Volume;
internal dan/atau eksternal
4. SPT/Hasil Riksa
DJP;
12.analisis angka-angka; Tahun sebelumnya
13.evaluasi;
14.uji petik (sampling);
15.Teknik Audit Berbantuan
Komputer (TABK);
dan/atau
16.Dll.
Ekualisasi Dan Rekonsiliasi dalam SPT
• Ekualisasi adalah teknik membandingkan suatu komponen di Laporan
Keuangan/SPT dan komponen lain di SPT Tahunan/SPT Masa
 Ekualisasi omzet SPT Tahunan dan omzet SPT Masa PPN
 Ekualisasi jumlah pembelian dalam Laporan Keuangan/SPT Tahunan dan
Jumlah DPP PPN Masukan dalam SPT Masa PPN
 Ekualisasi biaya gaji atau yang terkait dalam Laporan Keuangan dan objek
SPT Masa PPh Pasal 21
 Ekualisasi biaya sewa/jasa atau yang terkait dalam Laporan Keuangan dan
objek SPT Masa PPh Pasal 23 dan SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2)
 Ekualisasi biaya pemeliharaan kendaraan dengan objek pemotongan PPh
Pasal 21 atau PPh Pasal 23
Ekualisasi Dan Rekonsiliasi dalam SPT
• Rekonsiliasi adalah proses penyesuaian antara Laporan Keuangan
secara komersial (PSAK) dengan peraturan perpajakan
Penyesuaian fiskal atas biaya penyusutan dalam Laporan Keuangan
Penyesuaian fiskal atas biaya yang tidak dapat dikurangkan dalam Laporan
Keuangan
 Biaya sanksi administrasi perpajakan
 Biaya sumbangan yang tidak dapat dikurangkan berdasarkan peraturan perpajakan
 Biaya cadangan yang tidak dapat dikurangkan berdasarkan peraturan perpajakan
 Biaya entertainment yang tidak dibuatkan/tidak dilampirkan daftar nominatif dalam SPT
Tahunan
Hal penting dalam pemeriksaan Jenis Pajak
PPh Badan
• WP mempersiapkan laporan keuangan dan SPT Tahunan PPh Badan yang lengkap
• Pastikan seluruh bukti potong dan penghasilan yang diperoleh dari pihak lain telah
dilaporkan dalam Laporan Keuangan dan SPT Tahunan
• WP mampu melakukan rekonsiliasi fiskal
• WP dapat mengidentifikasi Penghasilan yang dikenakan PPh Final dan PPh Non Final
serta Penghasilan yang Bukan Objek Pajak
• WP memastikan bahwa seluruh biaya adalah biaya yang sifatnya Deductible Expenses
• WP menghindari membiayakan biaya yang tidak dapat dibebankan (Non Deductible
Expenses)
• WP memastikan telah menghitung penyusutan aktiva tetap sesuai dengan peraturan
perpajakan (kesesuaian dengan PMK-96/PMK.03/2009)
• WP dapat melakukan teknik analisis ekualisasi Laporan Keuangan dan SPT Masa
Pemotongan/Pemungutan PPh
Hal penting dalam pemeriksaan Jenis Pajak PPh
Pasal 21, PPh Pasal 23, PPh Pasal 4 ayat (2)
• WP telah menghitung seluruh unsur penghasilan bruto pegawai
• Penetapan PTKP untuk setiap pegawai telah dilakukan sesuai dengan
ketentuan (kondisi pegawai per 1 Januari tahun yang bersangkutan)
• WP dapat mengidentifikasi biaya yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal
21 (contoh biaya service kendaraan di bengkel milik Orang Pribadi)
• WP dapat menghitung PPh Pasal 21 sesuai dengan ketentuan perpajakan
yang berlaku
• WP memastikan tepat waktu dalam menyetorkan PPh Pasal 21 atas
penghasilan yang tidak teratur (THR, Bonus, dsb disetorkan sesuai dengan
saatnya terutangnya PPh Pasal 21)
• WP telah menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21 sesuai dengan ketentuan
yang berlaku (PMK-9/PMK.03/2018)
Hal penting dalam pemeriksaan Jenis Pajak PPh
Pasal 21, PPh Pasal 23, PPh Pasal 4 ayat (2)
• WP dapat mengidentifikasi objek pemotongan PPh Pasal 23 dan PPh Pasal 4 ayat
(2). Contoh: WP melakukan service kendaraan perusahaan di bengkel resmi mobil
(WP Badan), WP menyewa kendaraan untuk dinas pegawai  Objek PPh Pasal
23; WP menyewa bangunan untuk kantor  Objek PPh Pasal 4 ayat (2)
• WP dapat menyandingkan biaya dalam laporan keuangan dan objek PPh Pasal
23 dan PPh Pasal 4 ayat (2)
• WP dapat menghitung PPh Pasal 23 dan PPh Pasal 4 ayat (2) sesuai dengan
ketentuan perpajakan yang berlaku
• WP dapat membedakan objek yang dikenakan PPh Pasal 21 dan PPh Pasal 23
atau PPh Pasal 4 ayat (2)  WP memakai jasa pemeliharaan mesin yang
dilakukan oleh OP/Badan  PPh Pasal 23 atau PPh Pasal 21?
• WP telah menyetorkan dan melaporkan PPh Pasal 23 dan PPh Pasal 4 ayat (2)
tepat waktu dan sesuai dengan ketentuan
Titik Kritis Pemeriksaaan PPN
• Pengujian keabsahan PPN Masukan
• Apakah PPN Masukan telah dilaporkan oleh lawan transaksi (PPN Keluaran)
• Pengujian Arus Barang/Jasa, melalui pengujian kartu persediaan, dokumen
pembelian, pengiriman dan penerimaan barang.
• Pengujian Arus Uang, melalui pengujian rekening koran, arus kas/piutang
• Pengujian ketepatan waktu penerbitan faktur pajak

• Pengujian keabsahan PPN Keluaran


• Apakah PPN yang dipungut telah dilaporkan dan disetorkan oleh Wajib Pajak
• Apakah Faktur Pajak diterbitkan tepat waktu
• Pengujian arus barang, melalui dokumen penjualan, dokumen pengiriman barang,
kartu persediaan
• Ekualisasi dengan peredaran usaha yang dilaporkan dalam SPT Tahunan
Studi Kasus Pemeriksaan WP
• Berdasarkan penelitian, peredaran usaha yang dilaporkan dalam SPT Masa
PPN Masa Januari s.d. Desember 2022 sebesar Rp5.000.000.000. Peredaran
usaha berdasarkan SPT Tahunan PPh Badan tahun pajak 2022 sebesar Rp
4.900.000.000.
• Berdasarkan penelitian, Wajib Pajak mengeluarkan biaya perbaikan mobil
perusahaan sebesar Rp100.000.000 di bengkel langganan perusahaan.
• Berdasarkan pemeriksaan, ditemukan biaya sumbangan kedukaan yang
diberikan kepada pegawai dalam Laporan Keuangan perusahaan tahun
2022 sebesar Rp20.000.000.  PP 93 tahun 2010
• Berdasarkan pengujian, Wajib Pajak telah mengirimkan barang tanggal 19
Juni 2022. Faktur Pajak diterbitkan oleh Wajib Pajak 1 Agustus 2022.
APLIKASI E-SPT PPh PASAL 21 TAHUN 2023
(TARIF, LAPISAN PENGHASILAN TERBARU)
Proses Instalasi e-SPT PPh Pasal 21 (Single Installer)

• Install “CRRuntime_32bit_13_0_7.msi” atau untuk Windows 10, jika


dibutuhkan silakan install “CRRuntime_32bit_13_0_15.msi”
• Setelah selesai, INSTAL / DOUBLE CLIK e-SPT package.msi
• KLIK 'NEXT >'
• LOKASI BAWAAN: C:\Program Files (x86)\DJP\e-SPT Masa 21-26 2014\
• PILIH : EVERYONE PADA DIALOG 'SELECT INSTALLATION FOLDER'
• KLIK 'NEXT >' PADA DIALOG 'CONFIRM INSTALLATION'
• Kemudian akan muncul dialog 'INSTALLING E-SPT MASA 21-26 2014‘
• Menyelesaikan proses instalasi secara otomatis
• Patch versi 2.5 ke aplikasi espt2114
1 PILIH DATABASE

2 LOGIN DATABASE
MASUKKAN NPWP
BUAT SPT MASA PPh PASAL 21 - BARU
INPUT BUKTI POTONG – TIDAK FINAL
Cara Cetak Bukti Potong dalam Aplikasi eSPT PPh Pasal 21
Cara Cetak Bukti Potong dalam Aplikasi eSPT PPh Pasal 21

Anda mungkin juga menyukai