Bukan Pegawai
Berkesinambungan
Tidak
Berkesinambungan 1. Tidak mendapat penghasilan di
tempat lain
2. Ber-NPWP
Tidak Memenuhi
Tarif Ps 17 X 50% x syarat Memenuhi syarat
Jmlh Bruto
50% Jml bruto x (50% Jml bruto-PTKP)
Tarif Pasal 17 x Tarif Pasal 17
(lapisan tarif (lapisan tarif berdasar
berdasar 50%x Jumlah PKP kumulatif)
Jumlah bruto
kumulatif)
b. untuk jasa selain jasa katering adalah seluruh jumlah penghasilan dengan nama dan dalam bentuk
apapun yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh
badan pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap,
atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha
tetap, tidak termasuk:
1. pembayaran gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain sebagai
imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dibayarkan oleh Wajib Pajak penyedia tenaga kerja
kepada tenaga kerja yang melakukan pekerjaan, berdasarkan kontrak dengan pengguna jasa;
2. pembayaran kepada penyedia jasa atas pengadaan/pembelian barang atau material yang terkait
dengan jasa yang diberikan;
3. pembayaran kepada pihak ketiga yang dibayarkan melalui penyedia jasa, terkait jasa yang
diberikan oleh penyedia jasa; dan/atau
4. pembayaran kepada penyedia jasa yang merupakan penggantian (reimbursement) atas biaya
yang telah dibayarkan penyedia jasa kepada pihak ketiga dalam rangka pemberian jasa
bersangkutan.
Jenis Jasa Lain Objek PPh Pasal 23 (1)
a. Jasa penilai (appraisal)
b. Jasa aktuaris
c. Jasa akuntansi, pembukuan, dan atestasi
laporan keuangan
d. Jasa hukum
e. Jasa arsitektur
f. Jasa perencanaan kota dan arsitektur landscape
g. Jasa perancang (design)
h. Jasa pengeboran (drilling) di bidang
penambangan minyak dan gas bumi (migas)
kecuali yang dilakukan BUT
i. Jasa penunjang di bidang penambangan Migas
Jenis Jasa Lain Objek PPh Pasal 23 (2)
Kecuali untuk reksadana tarif bertahap 5% (2014-2020) dan 10% (2021 dst)
6 Bunga Deposito / tabungan dan SBI 20%/ PP-131 Th. 2000
P3B PP 123 Th. 2015
SHU yang
dibagi 7 Transaksi Derivatif Kontrak Berjangka 2.5% PP-17 Th. 2009
kepada 8 Jasa Konstruksi 1,75%,2,65%,4% PP-51 Th 2008 jo
anggota
koperasi Jasa Perencana & Pengawas Konstruksi 3,5% & 6% PP-9 Th. 2022
termasuk
9 Bunga simpanan koperasi (bunga >240.000) 10% PP-15 Th. 2009
bukan objek
pajak 10 Dividen yang diterima oleh WP Orang Pribadi (tdk 10% PP-9 Th. 2021
diinvestasikan di Indonesia) PMK-18/2021
PEMUNGUTAN PPN
BERDASARKAN UU HPP
OBJEK PAJAK
OBJEK PAJAK
TERUTANG
Kegiatan Membangun Sendiri PPN
OP Badan Bangunan
PPN
= 20% X TARIF PPN X DPP
TERUTANG
BESARAN
TERTENTU
DPP berupa nilai tertentu sebesar jumlah biaya yang dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan untuk
membangun bangunan untuk setiap Masa Pajak sampai dengan bangunan selesai, tidak termasuk biaya
perolehan tanah.
OBJEK PAJAK PASAL 16C
CONTOH PERHITUNGAN
Pada April 2022 Bapak Budi memulai membangun sebuah rumah untuk tempat tinggal
pribadinya. Luas keseluruhan dari rumah tersebut adalah sebesar 200 m2, biaya-biaya yang
dikeluarkan oleh Bapak Budi dalam upaya membangun rumah tersebut sampai dengan
selesainya bangunan tersebut adalah sebagai berikut:
• pembelian tanah sebesar Rp200.000.000,
• pembelian bahan baku bangunan keseluruhan Rp180.000.000,
• biaya upah mandor dan pekerja bangunan Rp70.000.000.
Maka berapakah PPN yang terutang atas pembangunan rumah tersebut?
Jawab:
Sesuai dengan PMK No. 61/ 2022 PPN terutang atas KMS adalah:
= 20 % X TARIF PPN X DPP
= (20% X 11% ) X Biaya, tidak termasuk biaya pembelian tanah
= (20% X 11%) X (Rp 180.000.000 + Rp 70.000.000)
Dengan demikian, PPN terutang atas KMS oleh Bapak Budi adalah
= 20% X 11% X Rp250.000.000
= Rp 5.500.000
OBJEK PAJAK PASAL 16C
PENYETORAN PPN KMS
Ketentuan pengisian SSP
2
Bangunan Banguna
KPP Pratama KPP KPP Pratama n
OP/Badan Terdaftar OP/Badan Lokasi
Terdaftar
SSP Pengisian SSP menggunakan NPWP OP/Badan
Pengisian
atau sarana administrasi lain SSP:
NPWP : 00.000.000.0-(kode KPP Pratama
yang disamakan dengan SSP Lokasi).000
Nama WP : nama dan NPWP OP/Badan
Alamat WP : alamat tempat bangunan didirikan
3 OP
Dokumen tertentu yang
kedudukannya
KMS
dipersamakan dengan Banguna
FP n
barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak; NON-BKP BKP
makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makn, NON-BKP NON-BKP
warung, dan sejenisnya, meliputi makanan dan minuman baik yang
dikonsumsi di tempat maupun tidak, termasuk makanan dan minuman
yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau katering; yang merupakan
objek pajak daerah dan retribusi daerah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang pajak daerah dan
retribusi daerah; dan
uang, emas batangan untuk kepentingan cadangan devisa negara, NON-BKP NON-BKP
dan surat berharga.
Catatan:
• Barang kebutuhan pokok diberikan fasilitas dibebaskan dari pengenaan PPN Pasal 16B
37
BARANG DAN JASA TIDAK KENA PPN Pasal 4A ayat (3) diubah
Saat penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP serta saat ekspor NEW
PENGECUALIAN:
Faktur Pajak gabungan tidak dapat dibuat atas penyerahan BKP dan/atau
JKP yang mendapat fasilitas PPN atau PPN dan PPnBM tidak dipungut
sesuai dengan ketentuan yang mengatur mengenai penyerahan BKP
dan/atau JKP ke dan/atau dari kawasan tertentu atau tempat tertentu.
Kode Transaksi dalam Faktur Pajak
Penyerahan BKP/JKP yang PPN/PPnBM-nya dipungut oleh PKP yang
01 Urutan Prioritas Penggunaan Kode Transaksi
melakukan penyerahan BKP/JKP.
Kode Transaksi
Penyerahan BKP/JKP kepada pemungut PPN instansi pemerintah yang
02 PPN/PPnBM-nya dipungut oleh instansi pemerintah.
Penyerahan BKP/JKP yang DPP-nya menggunakan nilai lain cfm. Pasal 8A Tidak
04 ayat (1) UU PPN yang PPN/PPnBM-nya dipungut oleh PKP yang melakukan
penyerahan BKP/JKP. Termasuk Ya
02/03
02/03?
Penyerahan BKP/JKP yang PPN-nya dipungut dengan besaran tertentu cfm.
05 Pasal 9A ayat (1) UU PPN oleh PKP yang melakukan penyerahan BKP/JKP. Tidak
Contoh 2:
PT H yang merupakan PKP melakukan penyerahan BKP pada tanggal 18 April 2022. PT H membuat e-Faktur pada
tanggal 18 April 2022 menggunakan aplikasi e-Faktur dengan mengisi kolom tanggal Faktur Pajak 18 April 2022.
Namun, e-Faktur tersebut baru diunggah (di-upload) ke Direktorat Jenderal Pajak dengan menggunakan aplikasi e-
Faktur pada tanggal 16 Mei 2022.
Dengan demikian, DJP tidak memberikan persetujuan (reject) atas e-Faktur yang diunggah (di-upload) tersebut
karena diunggah (di-upload) setelah tanggal 15 Mei 2022.
e-Faktur yang tidak memperoleh persetujuan dari DJP (reject) tersebut bukan merupakan Faktur Pajak.
IMPLIKASI BERLAKUNYA
PMK-72 TAHUN 2023
PENYUSUTAN FISKAL
1. BUKAN
BANGUNAN
- KELOMPOK 1 4 THN 25 % 50 %
- KELOMPOK 2 8 THN 12,5 % 25 %
- KELOMPOK 3 16 THN 6,25 % 12,5 %
- KELOMPOK 4 20 THN 5 % 10 %
2. BANGUNAN
- PERMANEN 20 THN 5 % -
- TDK PERMANEN 10 THN 10 % -
SPHP
7 Hari
Tanggapan Tertulis
Perpanjangan
Penyampaian 3 Hari
Tanggapan Tertulis
Jangka waktu sejak Surat
Pemberitahuan 3 Hari
Pemeriksaan Jangka waktu sejak
Undangan Pembahasan
disampaikan/Sejak WP tanggal SPHP disampaikan Akhir
datang memenuhi sampai dengan tanggal
panggilan s.d. tanggal LHP
Pembahasan Akhir
SPHP disampaikan 2
Risalah Bulan
JANGKA WAKTU JANGKA WAKTU PEMBAHASAN Pembahasan
PENGUJIAN AKHIR DAN PELAPORAN 3
hari
KANTOR LAPANGAN Permohonan
4 Bulan + 6 Bulan + 2 BULAN Pembahasan
2 Bulan 2 Bulan dgn Tim QA
Pembahasan
JANGKA WAKTU PEMERIKSAAN Tim QA
LAPANGAN
KANTOR LHP
6 Bulan +
4 Bulan
3x6 Bulan
Hak Wajib Pajak
1. meminta kepada Pemeriksa Pajak 5. menerima Surat Pemberitahuan
untuk memperlihatkan Tanda Hasil Pemeriksaan (SPHP);
Hak WP
Pengenal Pemeriksa Pajak dan
Surat Perintah Pemeriksaan; 6. menghadiri Pembahasan Akhir
Hasil Pemeriksaan pada waktu
2. meminta kepada Pemeriksa Pajak yang telah ditentukan;
untuk memberikan surat
pemberitahuan pemeriksaan
sehubungan dengan pelaksanaan 7. memberikan pendapat atau
pemeriksaan lapangan; penilaian atas pelaksanaan
Pemeriksaan oleh Pemeriksa Pajak
3. meminta kepada Pemeriksa Pajak melalui pengisian Kuesioner
untuk memperlihatkan surat yang Pemeriksaan.
berisi perubahan tim Pemeriksa
Pajak apabila susunan tim
Pemeriksa mengalami perubahan;
Hak WP
4. meminta kepada Pemeriksa Pajak
untuk memberikan penjelasan
tentang alasan dan tujuan
Pemeriksaan;
Kewajiban Wajib Pajak
1. Memperlihatkan/meminjamkan buku,
catatan, dokumen. 1. Memenuhi panggilan untuk datang
Pemeriksaan
Lapangan
menghadiri pemeriksaan
2. Memberi kesempatan pemeriksa untuk 2. Memperlihatkan/meminjamkan
memasuki tempat/ruang yang patut catatan/dokumen
diduga digunakan sebagai tempat
menyimpan 3. Memberi bantuan guna kelancaran
buku/catatan/dokumen/uang /barang. pemeriksaan
3. Memberi bantuan guna kelancaran 4. Menyampaikan tanggapan secara
pemeriksaan tertulis atas SPHP
4. Menyampaikan tanggapan secara 5. Meminjamkan kertas kerja
tertulis atas SPHP pemeriksaan yang dibuat oleh Akuntan
Pemeriksaan
Publik
5. Memberikan keterangan lisan/tertulis
Kantor
yang diperlukan 6. Memberikan lisan/tertulis yang
diperlukan
Teknik: Metode Pemeriksaan
1. penelusuran (tracing); Teknik dan prosedur pemeriksaan
2. pengujian keabsahan yg dilakukan terhadap buku, catatan &
dokumen; dokumen serta data, informasi, dan
3. ekualisasi atau keterangan lain.
rekonsiliasi; Metode Metode Tidak langsung
4. wawancara; /Penghitungan dg cara
langsung
5. permintaan keterangan lain
atau bukti;
6. konfirmasi;
7. inspeksi; 1. Transaksi Tunai dan
8. pengujian kebenaran fisik; Bank;
9. pengujian kebenaran 2. Sumber dan
penghitungan matematis; Penggunaan Dana;
10.pengujian keterkaitan; 3. satuan dan/atau
11.pemanfaatan informasi
Volume;
internal dan/atau eksternal
4. SPT/Hasil Riksa
DJP;
12.analisis angka-angka; Tahun sebelumnya
13.evaluasi;
14.uji petik (sampling);
15.Teknik Audit Berbantuan
Komputer (TABK);
dan/atau
16.Dll.
Ekualisasi Dan Rekonsiliasi dalam SPT
• Ekualisasi adalah teknik membandingkan suatu komponen di Laporan
Keuangan/SPT dan komponen lain di SPT Tahunan/SPT Masa
Ekualisasi omzet SPT Tahunan dan omzet SPT Masa PPN
Ekualisasi jumlah pembelian dalam Laporan Keuangan/SPT Tahunan dan
Jumlah DPP PPN Masukan dalam SPT Masa PPN
Ekualisasi biaya gaji atau yang terkait dalam Laporan Keuangan dan objek
SPT Masa PPh Pasal 21
Ekualisasi biaya sewa/jasa atau yang terkait dalam Laporan Keuangan dan
objek SPT Masa PPh Pasal 23 dan SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2)
Ekualisasi biaya pemeliharaan kendaraan dengan objek pemotongan PPh
Pasal 21 atau PPh Pasal 23
Ekualisasi Dan Rekonsiliasi dalam SPT
• Rekonsiliasi adalah proses penyesuaian antara Laporan Keuangan
secara komersial (PSAK) dengan peraturan perpajakan
Penyesuaian fiskal atas biaya penyusutan dalam Laporan Keuangan
Penyesuaian fiskal atas biaya yang tidak dapat dikurangkan dalam Laporan
Keuangan
Biaya sanksi administrasi perpajakan
Biaya sumbangan yang tidak dapat dikurangkan berdasarkan peraturan perpajakan
Biaya cadangan yang tidak dapat dikurangkan berdasarkan peraturan perpajakan
Biaya entertainment yang tidak dibuatkan/tidak dilampirkan daftar nominatif dalam SPT
Tahunan
Hal penting dalam pemeriksaan Jenis Pajak
PPh Badan
• WP mempersiapkan laporan keuangan dan SPT Tahunan PPh Badan yang lengkap
• Pastikan seluruh bukti potong dan penghasilan yang diperoleh dari pihak lain telah
dilaporkan dalam Laporan Keuangan dan SPT Tahunan
• WP mampu melakukan rekonsiliasi fiskal
• WP dapat mengidentifikasi Penghasilan yang dikenakan PPh Final dan PPh Non Final
serta Penghasilan yang Bukan Objek Pajak
• WP memastikan bahwa seluruh biaya adalah biaya yang sifatnya Deductible Expenses
• WP menghindari membiayakan biaya yang tidak dapat dibebankan (Non Deductible
Expenses)
• WP memastikan telah menghitung penyusutan aktiva tetap sesuai dengan peraturan
perpajakan (kesesuaian dengan PMK-96/PMK.03/2009)
• WP dapat melakukan teknik analisis ekualisasi Laporan Keuangan dan SPT Masa
Pemotongan/Pemungutan PPh
Hal penting dalam pemeriksaan Jenis Pajak PPh
Pasal 21, PPh Pasal 23, PPh Pasal 4 ayat (2)
• WP telah menghitung seluruh unsur penghasilan bruto pegawai
• Penetapan PTKP untuk setiap pegawai telah dilakukan sesuai dengan
ketentuan (kondisi pegawai per 1 Januari tahun yang bersangkutan)
• WP dapat mengidentifikasi biaya yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal
21 (contoh biaya service kendaraan di bengkel milik Orang Pribadi)
• WP dapat menghitung PPh Pasal 21 sesuai dengan ketentuan perpajakan
yang berlaku
• WP memastikan tepat waktu dalam menyetorkan PPh Pasal 21 atas
penghasilan yang tidak teratur (THR, Bonus, dsb disetorkan sesuai dengan
saatnya terutangnya PPh Pasal 21)
• WP telah menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21 sesuai dengan ketentuan
yang berlaku (PMK-9/PMK.03/2018)
Hal penting dalam pemeriksaan Jenis Pajak PPh
Pasal 21, PPh Pasal 23, PPh Pasal 4 ayat (2)
• WP dapat mengidentifikasi objek pemotongan PPh Pasal 23 dan PPh Pasal 4 ayat
(2). Contoh: WP melakukan service kendaraan perusahaan di bengkel resmi mobil
(WP Badan), WP menyewa kendaraan untuk dinas pegawai Objek PPh Pasal
23; WP menyewa bangunan untuk kantor Objek PPh Pasal 4 ayat (2)
• WP dapat menyandingkan biaya dalam laporan keuangan dan objek PPh Pasal
23 dan PPh Pasal 4 ayat (2)
• WP dapat menghitung PPh Pasal 23 dan PPh Pasal 4 ayat (2) sesuai dengan
ketentuan perpajakan yang berlaku
• WP dapat membedakan objek yang dikenakan PPh Pasal 21 dan PPh Pasal 23
atau PPh Pasal 4 ayat (2) WP memakai jasa pemeliharaan mesin yang
dilakukan oleh OP/Badan PPh Pasal 23 atau PPh Pasal 21?
• WP telah menyetorkan dan melaporkan PPh Pasal 23 dan PPh Pasal 4 ayat (2)
tepat waktu dan sesuai dengan ketentuan
Titik Kritis Pemeriksaaan PPN
• Pengujian keabsahan PPN Masukan
• Apakah PPN Masukan telah dilaporkan oleh lawan transaksi (PPN Keluaran)
• Pengujian Arus Barang/Jasa, melalui pengujian kartu persediaan, dokumen
pembelian, pengiriman dan penerimaan barang.
• Pengujian Arus Uang, melalui pengujian rekening koran, arus kas/piutang
• Pengujian ketepatan waktu penerbitan faktur pajak
2 LOGIN DATABASE
MASUKKAN NPWP
BUAT SPT MASA PPh PASAL 21 - BARU
INPUT BUKTI POTONG – TIDAK FINAL
Cara Cetak Bukti Potong dalam Aplikasi eSPT PPh Pasal 21
Cara Cetak Bukti Potong dalam Aplikasi eSPT PPh Pasal 21