Anda di halaman 1dari 62

KEWAJIBAN PERPAJAKAN

PEJABAT PENANDATANGAN SPM


Jakarta, 29 September 2020

KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
POSTUR APBN 2020

Perpajakan
1.462,6 T
±83% Belanja
Pemerintah Pusat
1.851,1 T

PNBP 297,7 T Pendapatan Negara


1.760,9 Triliun
Belanja Negara Transfer ke
2.613,8 Triliun Daerah dan Dana
Desa
Hibah 498,7 T 762 T
Pembiayaan
852,9 Triliun
1
JENIS PAJAK YANG
DIPOTONG/DIPUNGUT
Pemotongan atas penghasilan yg dibayarkan kepada orang pribadi
PPh Pasal 21
sehubungan dengan pekerjaan, jabatan, jasa, dan kegiatan

Pemungutan atas penghasilan yg dibayarkan sehubungan dengan


PPh Pasal 22
pembelian barang

Pemotongan atas penghasilan yg dibayarkan berupa hadiah, bunga, deviden,


PPh Pasal 23
sewa, royalti, dan jasa-jasa lainnya selain Objek PPh Pasal 21

Pemotongan atas penghasilan yang dibayarkan sehubungan jasa tertentu


PPh Pasal 4 (2) dan sumber tertentu (jasa konstruksi, sewa tanah/bangunan, pengalihan
hak atas tanah/bangunan, hadiah undian, dan lainnya)

Pemungutan atas pajak konsumsi yang dibayar sendiri sehubungan


PPN penyerahan Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak

Pembayaran atas pemanfaatan dokumen-dokumen tertentu (kuitansi,


Bea Meterai kontrak)
21
PAJAK PENGHASILAN

PASAL
Penghasilan tetap dan teratur setiap bulan yang diterima oleh
Pegawai, seperti gaji dan tunjangan

OBJEK Penghasilan tidak tetap dan tidak teratur yang diterima oleh
Pegawai, Bukan Pegawai, dan Peserta Kegiatan, seperti: honor
kegiatan, honor narasumber, dan sebagainya

Tarif Pasal 17 UU PPh x Dasar


Pengenaan PPh
(untuk PPh tidak bersifat final)
TARIF
Tarif Final x Jumlah Bruto
(untuk PPh bersifat final)
PAJAK PENGHASILAN
Lapisan &
PASAL 21 Tarif Pajak

LAPISAN PENGHASILAN KENA PAJAK TARIF


Sampai dengan Rp50.000.000
5%
Di atas Rp50.000.000 sampai dengan Rp250.000.000
15%
Di atas Rp250.000.000 sampai dengan Rp500.000.000
25%
Di atas Rp500.000.000
30%
Notes:
Jika penerima penghasilan tidak memiliki NPWP, maka dikenakan tarif lebih tinggi
20% dari tarif normal
PAJAK PENGHASILAN Penghasilan

PASAL 21 Tidak Kena


Pajak
STATUS PTKP PTKP PTKP
PTKP TAHUNAN BULANAN HARIAN
TK/0 54.000.000 4.500.000 150.009

TK/1 58.500.000 4.875.000 162.500

TK/2 63.000.000 5.250.000 176.388

TK/3 67.500.000 5.625.000 187.500

K/0 58.500.000 4.875.000 162.500

K/1 63.000.000 5.250.000 176.388

K/2 67.500.000 5.625.000 187.500


Sumber :K/3
Permenkeu No. 101/PMK.010/2016
72.000.000 6.000.000 200.000
PAJAK PENGHASILAN
Jenis Objek
PASAL 21 Pajak

Pegawai Tetap dan Penerima Pensiun Pegawai Tidak Tetap atau


Pekerja Harian Lepas

Bukan Pegawai Peserta Kegiatan


PAJAK PENGHASILAN Peg Tetap/

PASAL 21 Penerima
Pensiun
PEGAWAI TETAP PENERIMA PENSIUN
Gaji, Tunjangan, Premi Asuransi Uang Pensiun Berkala
Dibayar Pemberi Kerja
DIKURANGI DIKURANGI
1. Biaya jabatan, 5% dari Biaya pensiun, 5% dari
penghasilan bruto maks Rp penghasilan bruto maks Rp
6.400.000 per tahun atau Rp 2.400.000 per tahun atau Rp
500.000 per bulan 200.000 per bulan
2. Iuran pensiun,THT/JHT yang
dibayar sendiri

Penghasilan Neto (setahun/disetahunkan)


Dikurangi PTKP

Penghasilan Kena Pajak

Dikenakan Tarif Pasal 17


CONTOH KASUS 1
Bapak Sutjipto, seorang PNS di Kantor Agraria dan Tata
Ruang Kota Kendari, memiliki 1 orang istri dan 3 orang
anak, memiliki penghasilan bulanan berupa gaji sebesar Rp
3.500.000, tunjangan jabatan sebesar Rp 1.250.000, dan
tunjangan lain-lain sebesar Rp 10.000.000.
Bagaimana perhitungan PPh Pasal 21 Bapak Sutjipto?

8
CONTOH KASUS 1
Gaji (12 x 3.500.000) 42.000.000
Tunjangan Jabatan disetahunkan 15.000.000
Tunjangan Lain-lain disetahunkan 120.000.000
Penghasilan Bruto 177.000.000
Biaya Jabatan (5% x 177.000.000 = 8.850.000) (6.000.000)
Penghasilan Neto disetahunkan 168.150.000
PTKP 1 istri 3 anak (72.000.000)
Penghasilan Kena Pajak 96.150.000
PPh 5% x 50.000.000 2.500.000
PPh 15% x 46.150.000 6.922.500
Total PPh Pasal 21 setahun 9.422.500
Total PPh Pasal 21 per bulan 758.208

9
PAJAK PENGHASILAN Peg Tidak

PASAL 21 Tetap/ Pekerja


Harian Lepas
UPAH BULANAN, HARIAN/ MINGGUAN, SATUAN, BORONGAN
Akumulasi
No Upah Harian Penghitungan PPh Pasal 21
Upah Bulanan
Tarif x (Penghasilan Bruto – PTKP
1 - > Rp 4,5 juta
Bulanan)
2 < Rp 450 ribu < Rp 4,5 juta Tidak dikenakan PPh Pasal 21
Tarif x (Penghasilan Bruto – 450
3 > Rp 450 ribu < Rp 4,5 juta
ribu)
< Rp 450 ribu Tarif x (Penghasilan Bruto – PTKP
4 Rp 4,5 juta < x < Rp 10,2 juta
> Rp 450 ribu harian sesuai jumlah hari kerja)
< Rp 450 ribu
5 > Rp 10,2 juta Tarif x DPP
> Rp 450 ribu
CONTOH KASUS 2
Bapak Lukman, seorang petugas sensus Kantor BPS
Kabupaten Bandung Barat, dibayar harian sebesar Rp
350.000. Bapak Lukman memiliki 1 istri dan 2 anak, dan
pada Bulan Februari ybs bekerja selama 15 hari.
Bagaimana perhitungan PPh Pasal 21 Bapak Lukman?

11
CONTOH KASUS 2
Penghasilan Harian 350.000
Penghasilan Bruto Bulan Feb 2020 (15 hari kerja) 5.250.000
PTKP K2 Harian (187.500 x 15 hari kerja) (2.812.500)
Penghasilan Kena Pajak 2.437.500
PPh Pasal 21 Bulan Feb 2020 (5% x 2.437.500) 121.875

12
CONTOH KASUS 3
Ibu Ratna, seorang penyuluh reproduksi pada Kantor
BKKBN Provinsi Sulawesi Selatan, memiliki penghasilan
harian sebesar Rp 500.000. Ibu Ratna berstatus
menikah dan memiliki 3 orang anak. Pada Bulan Maret
2020 ybs bekerja selama 5 hari.
Bagaimana perhitungan PPh Pasal 21 Ibu Ratna?

13
CONTOH KASUS 3
Penghasilan Harian 500.000
Penghasilan Bruto Bulan Maret 2020 (5 hari kerja) 2.500.000
Pengurang 450.000 450.000
Penghasilan Kena Pajak 2.050.000
PPh Pasal 21 Bulan Maret 2020 (5% x 2.050.000) 102.500

14
PAJAK PENGHASILAN
Bukan
PASAL 21 Pegawai

No Jenis Penghitungan
1 Berkesinambungan
(memiliki NPWP dan hanya Tarif x (50% penghasilan bruto – PTKP bulanan)
menerima penghasilan dari 1 *Dihitung secara kumulatif
pemberi kerja)
2 Berkesinambungan Tarif x 50% penghasilan bruto
*Dihitung secara kumulatif
3 Tidak Berkesinambungan Tarif x 50% penghasilan bruto
Kelompok bukan pegawai:
• Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas (pengacara, notaris, dokter, akuntan)
• Seniman (musisi, penyanyi, komedian, sutradara, model, penari, pelukis)
• Olahragawan
• Pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh
• Pengarang, peneliti, penerjemah,
• Pemberi jasa di bidang Teknik, computer, telekomunikasi, fotografi, dll
CONTOH KASUS 4
Dr Bambang Budi Sp.S membuka praktek spesialis syaraf di RSUD Dr.
Soetomo Surabaya, memiliki 1 orang istri dan 3 orang anak, dan
memperoleh penghasilan dalam 8 bulan terakhir sebagai berikut:
• Januari Rp 20.000.000
• Februari Rp 45.000.000
• Maret Rp 55.000.000
• April Rp 38.000.000
• Mei Rp 30.000.000
• Juni Rp 25.000.000
• Juli Rp 30.000.000
• Agustus Rp 15.000.000
Bagaimana perhitungan PPh Pasal 21 Dr Bambang?

16
CONTOH KASUS 4
50% x Peng PTKP DPP
Masa Peng Bruto DPP Tarif PPh Pasal 21
Bruto K3 Kumulatif
(1) (2) (3) = 50% x (2) (4) (5) = (3) – (4) (6) (7) (8) = (5) x (7)

Jan 20.000.000 10.000.000 5.625.000 4.375.000 4.375.000 5% 218.750

Feb 45.000.000 22.500.000 5.625.000 16.875.000 21.250.000 5% 843.750

Mar 55.000.000 27.500.000 5.625.000 21.875.000 43.125.000 5% 1.093.750

6.875.000 50.000.000 5% 218.750


Apr 38.000.000 19.000.000 5.625.000
6.500.000 56.500.000 15% 1.350.000

Mei 30.000.000 15.000.000 5.625.000 9.375.000 65.875.000 15% 1.406.250

Jun 25.000.000 12.500.000 5.625.000 6.875.000 72.750.000 15% 1.031.250

Jul 30.000.000 15.000.000 5.625.000 9.375.000 82.125.000 15% 1.406.250

Aug 15.000.000 7.500.000 5.625.000 1.875.000 84.000.000 15% 281.250

258.000.000 84.000.000 7.850.000

17
CONTOH KASUS 5
Dalam rangka mengisi kegiatan di Bulan Ramadhan, Kantor
Kementerian X mengadakan pengajian bersama dan mengundang
seorang ustadz untuk mengisi ceramah pada kegiatan tersebut.
Berdasarkan perjanjian kerjasama, honorarium yang diterima ustadz
dimaksud adalah Rp 35.000.000 (tiga puluh lima juta rupiah).

Bagaimana penghitungan PPh Pasal 21 untuk ustadz tersebut?

18
CONTOH KASUS 5
Honorarium yang diterima (Penghasilan Bruto) Rp 35.000.000
50% x Penghasilan Bruto Rp 17.500.000
PPh Pasal 21 (5% x 17.500.000) Rp 875.000

19
PAJAK PENGHASILAN
Peserta
PASAL 21 Kegiatan

TARIF
PENERIMA PENGHASILAN
FINAL
PNS Golongan I dan II,
Anggota TNI/POLRI Golongan Pangkat Tamtama dan
0%
Bintara, dan Pensiunannya
PNS Golongan III,
Anggota TNI/POLRI Golongan Pangkat Perwira Pertama,
5%
dan Pensiunannya
Pejabat Negara, PNS Golongan IV,
Anggota TNI/POLRI Golongan Pangkat Perwira Menengah
15%
dan Perwira Tinggi, dan Pensiunannya
Non PNS/Pejabat Negara
Penghasilan Bruto x Tarif Pasal 17 UU PPh
CONTOH KASUS 6
Menyikapi kondisi pandemic COVID-19, Gugus Tugas
Penanggulangan COVID-19 mengadakan kegiatan talkshow dengan
narasumber:
1. Kolonel CKM dr. Achmad Yurianto, MARS selaku Dirjen
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan
sekaligus Jubir Gugus Tugas Penanggulangan COVID-19 (3 jam)
2. Prof. dr. Amin Subandrio W. Kusumo, PhD, SpMK , Guru Besar
Departemen Mikrobiologi Fakultas Kesehatan Universitas
Indonesia (3 jam)
Adapun yang bertindak sebagai moderator adalah
Widya Saputra, Jurnalis Metro TV

Bagaimana perhitungan PPh Pasal 21 atas transaksi pembayaran


honorarium narasumber & moderator tersebut?
21
CONTOH KASUS 6

Narsum a.n. Achmad Yurianto 4.200.000


(3 x 1.400.000)
PPh Pasal 21 (15%x 4.200.000) 630.000

Narsum a.n. Amin Subandrio 4.200.000


(3 x 1.400.000)
PPh Pasal 21 (15% x 4.200.000) 630.000

Moderator a.n. Widya Saputra 700.000


PPh Pasal 21 (5% x 700.000) 35.000
22
CONTOH KASUS 7
Pada Asian Games 2018, Indonesia memperoleh 1 medali emas dan
1 medali perak dari cabang olahraga sebagai berikut:
• 1 medali emas cabor Wushu oleh Lindswell Kwok
• 1 medali perak cabor Angkat Berat oleh Sriwahyuni
Masing-masing akan memperoleh hadiah Rp1,5 miliar untuk medali
emas, dan Rp500 juta untuk medali perak.
Bagaimana perhitungan PPh Pasal 21 atas transaksi pembayaran
hadiah tersebut?

23
CONTOH KASUS 7
Hadiah medali emas 1.500.000.000
PPh Pasal 21
- 5% x 50.000.000 2.500.000
- 15% x 200.000.000 30.000.000
- 25% x 250.000.000 62.500.000
- 30% x 1.000.000.000 300.000.000
Jumlah 395.000.000

Hadiah medali perak 500.000.000


PPh Pasal 21
- 5% x 50.000.000 2.500.000
- 15% x 200.000.000 30.000.000
- 25% x 250.000.000 62.500.000
PPh Pasal 21 (15% x 4.200.000) 95.000.000
24
22
PAJAK PENGHASILAN

PASAL
pembelian barang, seperti: komputer, mebel, mobil dinas, ATK, dan barang
OBJEK lainnya oleh Pemerintah kepada Wajib Pajak rekanan penjual barang

TARIF 1,5% x Harga Beli (tidak termasuk PPN)


*jika rekanan tidak memiliki NPWP, maka diberlakukan tarif 100% lebih tinggi

KECUALI pembelian barang dengan nilai pembelian paling banyak Rp2.000.000,00 (dua
juta rupiah) dengan tidak dipecah-pecah dalam beberapa faktur

pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM dan benda-
benda pos

pembayaran untuk pembelian barang sehubungan dengan penggunaan dana


Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
CONTOH KASUS 8
Pada Bulan Januari 2020, Satker Dinas Pendidikan
Kabupaten melakukan beberapa pengadaan sebagai
berikut:
1. Mobil operasional senilai Rp 200.000.000 (tidak
termasuk PPN)
2. Perangkat komputer untuk pembelajaran senilai Rp
275.000.000
3. Buku pelajaran dan seragam siswa menggunakan dana
BOS senilai Rp 50.000.000
4. Persediaan ATK senilai Rp 1.500.000
Bagaimana perhitungan PPh Pasal 22 terhadap transaksi
tersebut?
26
CONTOH KASUS 8
Pembelian Mobil Operasional (tidak termasuk PPN) 200.000.000
PPh Pasal 22 (1.5% x 200.000.000) 3.000.000

Pembelian Perangkat Komputer (termasuk PPN) 275.000.000


PPh Pasal 22 (1.5% x (100/110 x 275.000.000)) 3.750.000

Pembelian buku pelajaran dan seragam 50.000.000


PPh Pasal 22 0

Pembelian persediaan ATK 1.500.000


PPh Pasal 22 0

27
23
PAJAK PENGHASILAN

PASAL
penghasilan yang dibayarkan kepada pihak lain/rekanan berupa sewa dan
OBJEK penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta (selain
tanah/bangunan), seperti sewa kendaraan atau sewa sound system

penghasilan yang dibayarkan kepada pihak lain/rekanan berupa imbalan


sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konsultan, dan jasa
lain (seperti: jasa perbaikan, jasa kebersihan, jasa katering, dan sebagainya)

TARIF 2% x Jumlah Bruto (tidak termasuk PPN)


*jika rekanan tidak memiliki NPWP, maka diberlakukan tarif 100% lebih tinggi
*JUMLAH BRUTO TIDAK TERMASUK:
1. pembayaran gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang
dibayarkan oleh Wajib Pajak penyedia tenaga kerja kepada tenaga kerja yang melakukan pekerjaan, berdasarkan kontrak dengan
pengguna jasa;
2. pembayaran kepada penyedia jasa atas pengadaan/pembelian barang atau material yang terkait dengan jasa yang diberikan;
3. pembayaran kepada pihak ketiga yang dibayarkan melalui penyedia jasa, terkait jasa yang diberikan oleh penyedia jasa; dan/atau
4. pembayaran kepada penyedia jasa yang merupakan penggantian (reimbursement) atas biaya yang telah dibayarkan penyedia jasa
kepada pihak ketiga dalam rangka pemberian jasa bersangkutan.
23
PAJAK PENGHASILAN

PASAL
Jenis Jasa Lainnya yang diatur dalam PMK-141/PMK.03/2015
1. Jasa Penilai (appraisal) 19. Jasa pembuatan sarana promosi, iklan, slide,
2. Jasa aktuaris banner dll
3. Jasa akuntansi,pembukuan dan atestasi LK 20. Jasa sehubungan software komputer, termasuk
4. Jasa hukum perawatan, pemeliharaan dan perbaikan
5. Jasa Arsitektur 21. Jasa pembuatan dan atau pengelolaan website
6. Jasa perencanaan kota dan arsitektur landscape 22. Jasa internet termasuk sambungannya
7. Jasa perancang (design) 23. Jasa penyimpanan, pengolahan dan atau
penyaluran informasi/program
8. Jasa pengeboran (drilling) 24. Jasa instalasi/pemasangan mesin, peralatan,
9. Jasa penunjang di bidang migas listrik, telepon, air, gas, AC, TV kabel, alat
10. Jasa penambangan dan jasa penunjang selain transportasi/kendaraan dan /atau bangunan,
migas selain yang dilakukan oleh WP yg ruang
11. Jasa penunjang di bidang penerbangan dan lingkupnya di bidang konstruksi dan mempuyai
bandar udara izin dan atau sertifikasi sebagai pengusaha
12. Jasa penebangan hutan konstruksi
13. Jasa pengolahan limbah 25. Jasa perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin,
peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC, TV kabel,
14. Jasa penyedia tenaga kerja/outsourcing sevice alat transportasi/kendaraan dan /atau bangunan,
15. Jasa perantara dan atau keagenan selain yang dilakukan oleh WP yg ruang
16. Jasa perdaganagan surat berharga kec oleh BE, lingkupnya di bidang konstruksi dan mempuyai
KSEI, KPEI izin dan atau sertifikasi sebagai pengusaha
17. Jasa kustodian/penyimpanan/penitipan konstruksi
18. Jasa pengisian suara dan atau sulih suara 26. Jasa perawatan kendaraan dan atau alat
transportasi
19. Jasa mixing film 27. Jasa maklon
28. Jasa penyelidikan dan keamanan
23
PAJAK PENGHASILAN

PASAL
Jenis Jasa Lainnya yang diatur dalam PMK-141/PMK.03/2015
30. Jasa penyelenggara kegiatan atau event 43. Jasa pengelolaan parkir
organizer 44. Jasa penyondiran tanah
45. Jasa penyiapan dan atau pengolahan lahan
31. Jasa penyediaan tempat dan atau waktu dalam 46. Jasa pembibitan dan atau penanaman bibit
media masa, media luar ruangan atau media 47. Jasa pemeliharaan tanaman
lainnya untuk penyampaian informasi 48. Jasa pemanenan
32. Jasa pembasmian hama 49. Jasa pengolahan hasil pertanian,
perkebunan, perikanan, peternakan dan
33. Jasa kebersihan atau cleaning service atau perhutanan
34. Jasa sedot septic tank 50. Jasa dekorasi
35. Jasa pemeiliharaan kolam 51. Jasa pencetakan/penerbitan
36. Jasa katering atau tata boga 52. Jasa penerjemahan
53. Jasa pengangkutan kecuali yg telah diatur
37. Jasa freight forwarding dalam ps 15 UU PPh
38. Jasa logistik 54. Jasa pelayanan kepelabuhan
39. Jasa pengurusan dokumen 55. Jasa pengelolaan penitipan
40. Jasa pengepakan 56. Jasa pelatihan dan atau kursus
57. Jasa pengiriman dan pengisian uang atm
41. Jasa loading dan unloading 58. Jasa sertifikasi
42. Jasa laboratorium dan atau pengujian kecuali 59. Jasa survey
yg dilakukan oleh lembaga atau institusi 60. Jasa tester
pendidikan dalam rangka penelitian akademis. 61. Jasa selain diatas yang pembayarannya
dibebankan pada APBN/APBD
23
PAJAK PENGHASILAN

PASAL
Penjelasan Jasa Katering
(PMK 18/PMK.03/2015)
• Jasa Katering merupakan jasa penyediaan makanan dan minuman yang
dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses
pembuatan, penyimpanan dan penyajian untuk disajikan di lokasi yang
diinginkan oleh pemesan.
• Penyajian makanan dan atau minuman di lokasi dapat dilakukan
dengan atau tanpa peralatan dan petugasnya.
• Tidak termasuk dalam pengertian jasa boga atau katering yaitu penjualan
makanan dan atau minuman yang dilakukan melalui tempat penjualan
berupa toko, kios dan sejenisnya untuk menjual makanan dan atau
minuman baik penjualan secara langsung maupun tidak
langsung/pesanan.
CONTOH KASUS 9
Untuk kegiatan Rapimnas secara online dengan seluruh
kantor vertikal pada Bulan Mei 2020, Kementerian X
menyewa jasa konsultan untuk dukungan TIK dengan nilai
Rp 165.000.000 dan menyiapkan konsumsi untuk pejabat
eselon I dan eselon II lingkup Kantor Pusat dengan nilai Rp
100.000.000.
Bagaimana perhitungan PPh Pasal 23 untuk transaksi
tersebut?

32
CONTOH KASUS 9

Jasa konsultan TIK (termasuk PPN) 165.000.000


PPh Pasal 23 3.000.000
2% x (100/110 x 165.000.000)

Jasa katering (tidak dipungut PPN) 100.000.000


PPh Pasal 23 (2% x 100.000.000) 2.000.000

33
PAJAK PENGHASILAN Sewa Tanah/
PASAL 4 (2) Bangunan
sewa tanah dan/atau bangunan berupa tanah, rumah, rumah susun, apartemen,
OBJEK kondominium, gedung perkantoran, pertokoan, gedung pertemuan termasuk
bagiannya, rumah kantor, toko, rumah toko, gudang, bangunan industri

TARIF 10% x Jumlah Bruto (Nilai Persewaan)


PAJAK PENGHASILAN Pengalihan

PASAL 4 (2)
Tanah/
Bangunan
penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan meliputi
OBJEK penjualan, tukar-menukar, perjanjian pemindahan hak, pelepasan hak, penyerahan
hak, lelang, hibah, waris, atau cara lain yang disepakati

perjanjian pengikatan jual beli atas tanah dan/atau bangunan beserta


perubahannya

TARIF 2,5% x Jumlah Bruto (Nilai Pengalihan)


0% atas pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum
PAJAK PENGHASILAN Kontraktor
PASAL 4 (2) Pelaksana

OBJEK penghasilan dari pelaksanaan konstruksi (kontraktor)

TARIF 2% x Nilai Kontrak (tidak termasuk PPN)


Rekanan memiliki kualifikasi usaha kecil

3% x Nilai Kontrak (tidak termasuk PPN)


Rekanan memiliki kualifikasi usaha menengah/besar

4% x Nilai Kontrak (tidak termasuk PPN)


Rekanan tidak memiliki kualifikasi usaha
PAJAK PENGHASILAN Kontraktor
PASAL 4 (2) Pelaksana

Pengalaman Kemampuan
Kualifikasi Kekayaan Bersih
Akumulatif 10 Tahun Pelaksanaan
Kecil 1 50 juta < x< 200 juta n/a Maks 1 miliar
Kecil 2 200 juta < x< 350 juta Min. 1 miliar Maks 1,75 miliar
Kecil 3 350 juta < x< 500 juta Min. 1,75 miliar Maks 2,5 miliar
Menengah 1 500 juta < x< 2 miliar Min. 2,5 miliar Maks 10 miliar
Menengah 2 2 miliar < x< 10 miliar Min. 3,33 miliar Maks 50 miliar
Besar 1 10 miliar < x< 50 miliar Min. 16,66 miliar Maks 250 miliar
Besar 2 > 50 miliar Min. 83,33 miliar Tidak terbatas
*Peraturan Menteri PUPR Nomor 08/MRT/M/2011 tentang pembagian subklasifikasi dan
subkualifikasi usaha jasa konstruksi
PAJAK PENGHASILAN Kontraktor

PASAL 4 (2)
Perencana/
Pengawas
OBJEK penghasilan dari perencanaan/pengawasan konstruksi (konsultan)

TARIF 4% x Nilai Kontrak (tidak termasuk PPN)


Rekanan memiliki kualifikasi usaha

6% x Nilai Kontrak (tidak termasuk PPN)


Rekanan tidak memiliki kualifikasi usaha
CONTOH KASUS 10
Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Papua Barat belum memiliki
gedung kantor sendiri, sehingga pada tahun 2018 ini harus
menyewa 3 unit ruko senilai Rp 350.000.000. Pada saat yang sama,
sedang dibangun gedung kantor di atas lahan seluas 5.000 m2
dengan nilai pembelian Rp 500.000.000, dan dikerjakan oleh:
1. Kontraktor pelaksana CV Anugerah Maju dengan nilai pekerjaan
Rp 600.000.000,
2. Konsultan perencana CV Bersama Abadi dengan nilai pekerjaan
Rp 75.000.000, dan
3. Konsultan pengawas CV Jayakarta dengan nilai pekerjaan Rp
100.000.000.
CV Anugerah Maju memiliki kualifikasi usaha menengah, CV
Bersama Abadi memiliki kualifikasi usaha, sementara CV Jayakarta
tidak memiliki kualifikasi usaha.
Bagaimana perhitungan PPh Pasal 4 ayat (2) dari transaksi tersebut?
39
CONTOH KASUS 10
Sewa Ruko 350.000.000
PPh Pasal 4 ayat (2) (10% x 350.000.000) 35.000.000

Pembelian Tanah 500.000.000


PPh Pasal 4 ayat (2) (2,5% x 500.000.000) 12.500.000

Pelaksana Konstruksi Kualifikasi Menengah 600.000.000


PPh Pasal 4 ayat (2) (3% x 600.000.000) 18.000.000

Perencana Konstruksi Berkualifikasi 75.000.000


PPh Pasal 4 ayat (2) (4% x 75.000.000) 3.000.000

Pengawas Konstruksi tanpa kualifikasi 100.000.000


PPh Pasal 4 ayat (2) (6% x 100.000.000) 6.000.000
40
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
PPN
OBJEK penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak oleh rekanan (Pengusaha
Kena Pajak)

TARIF 10% x Dasar Pengenaan Pajak


KECUALI pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah)
dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah

pembayaran untuk pembebasan tanah, kecuali pembayaran atas penyerahan


tanah oleh real estate atau industrial estate

pembayaran atas penyerahan BKP dan/atau JKP yang mendapat fasilitas PPN
tidak dipungut dan/atau dibebaskan dari pengenaan PPN

pembayaran atas penyerahan BBM dan Bukan BBM oleh Pertamina, rekening
telepon, jasa angkutan udara oleh perusahaan penerbangan
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
PPN
Jenis Barang dan Jasa Lainnya yang tidak dikenakan PPN

BARANG JASA
1. barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran 5. Jasa dibidang pendidikan, jasa dibidang kesenian
yang diambil langsung dari sumbernya dan hiburan yang telah dikenakan pajak tontonan,
2. barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan seperti pementasan kesenian tradisonil;
oleh rakyat banyak 6. Jasa dibidang penyiaran, seperti penyiaran radio
3. makanan dan minuman yang disajikan di hotel, dan televisi yang bukan bersifat iklan.
restoran, rumah makan, warung, dan sejenisnya, 7. Jasa dibidang angkutan umum seperti angkutan
meliputi makanan dan minuman baik yang umum di darat dan di air;
dikonsumsi di tempat maupun tidak, termasuk 8. Jasa dibidang tenaga kerja seperti jasa
makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha penyelenggaraan latihan bagi tenaga kerja;
jasa boga atau catering 9. Jasa dibidang perhotelan;
4. uang, emas batangan, dan surat berharga
10. Jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka
JASA menjalankan pemerintahan umum;
1. Jasa dibidang kesehatan medik, seperti dokter umum, 11. Jasa Perbankan;
dokter spesialis, jasa dibidang pelayanan sosial 12. Jasa kesenian dan hiburan, meliputi semua jenis
seperti panti asuhan, jasa pemakaman;
jasa yang dilakukan pekerja seni dan hiburan;
2. Jasa dibidang pengiriman surat dengan perangko;
13. Jasa Boga atau Katering.
3. Jasa pelayanan sosial;
4. Jasa dibidang keagamaan seperti pemberian
khotbah/ dakwah;
CONTOH KASUS 11
Untuk penyelenggaraan Rapimsus pada tanggal 29 Mei 2020, Satker
X melakukan pembelian beberapa hal berikut:
1. Konsumsi rapat dari Amarangana Katering dengan nilai Rp
25.000.000
2. Seminar kit dan ATK senilai Rp 66.000.000 (sudah termasuk
PPN)

Bagaimana perhitungan PPN atas transaksi tersebut?

43
CONTOH KASUS 11
Konsumsi Rapat 25.000.000
PPN (tidak dikenakan PPN) 0

Seminar Kit dan ATK (termasuk PPN) 66.000.000


PPN (100/110 x 66.000.000) 6.000.000

44
BEA METERAI
BM
Surat perjanjian dan surat lainnya yang dibuat dengan tujuan untuk digunakan
OBJEK sebagai alat pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan atau keadaan yang
bersifat perdata (seperti kontrak atau surat pernyataan)

Surat yang memuat jumlah uang, seperti kuitansi, billing statement, dan lain-lain

TARIF Rp6.000,00
khusus surat yg memuat jumlah uang lebih dari Rp1.000.000,00

Rp3.000,00
khusus surat yg memuat jumlah uang lebih dari Rp250.000,00 s.d. Rp1.000.000,00
Alur Pemikiran Pemotongan/Pemungutan

Belanja dari
APBN/APBD

Ada PPh dan PPN

setor ke kas
negara

Laporkan ke KPP
PENYETORAN PAJAK KE KAS NEGARA
3 LANGKAH
PENYETORAN PAJAK

1. Mengisi Surat Setoran Pajak (SSP)

2. Membuat kode Billing berdasarkan data SSP

3. Menyetorkan pajak ke bank persepsi/pos persepsi


KODE AKUN PAJAK –
KODE JENIS SETORAN KETERANGAN

411121 - 100 Pemotongan PPh Pasal 21 Non Final

Pemotongan PPh Pasal 21 Final atas honorarium/imbalan lain


411121 - 402
yg diterima Pejabat Negara, PNS, TNI/POLRI, dan pensiunannya

Pemungutan PPh Pasal 22 oleh Bendaharawan APBN*


411122 - 910
(SSP atas nama Rekanan dan ditandatangani oleh Bendahara)

Pemungutan PPh Pasal 22 oleh Bendaharawan APBD*


411122 - 920
(SSP atas nama Rekanan dan ditandatangani oleh Bendahara)

Pemungutan PPh Pasal 22 oleh Bendaharawan Dana Desa*


411122 - 930
(SSP atas nama Rekanan dan ditandatangani oleh Bendahara)
KODE AKUN PAJAK –
KODE JENIS SETORAN KETERANGAN

411124 - 100 Pemotongan PPh Pasal 23 atas sewa

411124 - 104 Pemotongan PPh Pasal 23 atas jasa

Pemotongan PPh Final Pasal 4(2) atas pengalihan hak atas


411128 - 402
tanah / bangunan

Pemotongan PPh Final Pasal 4(2) atas sewa tanah /


411128 - 403
bangunan

411128 - 409 Pemotongan PPh Final Pasal 4(2) atas jasa konstruksi
KODE AKUN PAJAK –
KODE JENIS SETORAN KETERANGAN

Pemungutan PPN oleh Bendaharawan APBN*


411211 - 910
(SSP atas nama Rekanan dan ditandatangani oleh Bendahara)

Pemungutan PPN oleh Bendaharawan APBD*


411211 - 920
(SSP atas nama Rekanan dan ditandatangani oleh Bendahara)

Pemungutan PPN oleh Bendaharawan Dana Desa*


411211 - 930
(SSP atas nama Rekanan dan ditandatangani oleh Bendahara)

*) Mengacu pada jabatan bendaharawan pada tingkat administrasi pemerintahan, dan


TIDAK didasarkan pada sumber dana pengelolaan keuangan
DIREKTORAT JENDERAL
PAJAK (DJP)
NON-DJP & INTERNET

• billing-djp pada KPP / • sse.pajak.go.id


• sse2.pajak.go.id
KP2KP • sse3.pajak.go.id
• Petugas Bank/Pos Persepsi
• billing-batch DJP untuk (Customer Service/Teller) tertentu
• SMS ID Billing Telkomsel (*141*500#)
pembuatan kode billing • Internet Banking (bank tertentu)
massal • Application Service Provider

SALURAN PEMBUATAN
KODE BILLING
Pastikan kode Bayar
MAU SETOR BILLING
BILLING PAJAK?
telah dibuat (setor pajak)
KAS NEGARA
PEMBAYARAN BILLING PAJAK DILAKUKAN KE REKENING
DENGAN ATM, INTERNET BANKING, EDC, MOBILE
BANKING, LOKET BANK/POS PERSEPSI, DAN
MARKET PLACE (TOPED, BUKALAPAK)
Simulasi pembuatan kode billing
dan penyetoran pajak

https://sse3.pajak.go.id/

54
PEMOTONGAN PEMUNGUTAN
PPh Pasal 21, 23, 4(2) PPh Pasal 22 dan PPN
• SSP lembar ke-1 • SSP lembar ke-1
Arsip Bendahara Arsip Rekanan
• SSP lembar ke-2 • SSP lembar ke-2
Arsip KPPN Arsip KPPN
• SSP lembar ke-3 • SSP lembar ke-3
Dilaporkan ke KPP oleh Bendahara Dilaporkan ke KPP oleh Rekanan
• SSP lembar ke-4 • SSP lembar ke-4
Arsip Bank/Pos Persepsi Arsip Bank/Pos Persepsi
• Bukti Potong untuk penerima • SSP lembar ke-5
penghasilan/pegawai/rekanan Arsip Bendahara

SSP DAN BUKTI POTONG


JATUH TEMPO PENYETORAN PAJAK

JENIS PAJAK JATUH TEMPO


PPh Pasal 21
PPh Pasal 23 Tanggal 10 bulan berikutnya
PPh Pasal 4 ayat (2)
PPh Pasal 22 Pada hari yang sama saat
penyerahan barang
PPN Tanggal 7 bulan berikutnya

56
dikenakan sanksi
administrasi

dihitung dari tanggal jatuh tempo


pembayaran s.d. tanggal
pembayaran.
1. Mengisi kolom identitas dengan lengkap dan benar

Mengisi masa pajak sesuai dengan bulan pemotongan/


2.
pemungutan pajak dilakukan

Mengisi jumlah dasar pengenaan pajak dan pajak yang


3.
telah dipotong/dipungut

Melampirkan SSP lembar ke-3 bukti pajak telah disetorkan


4.
ke kas negara
Menandatangani SPT Masa secara lengkap dengan nama
5.
jelas, jabatan, dan cap instansi/kantor

POIN PENTING
PENGISIAN SPT MASA
JATUH TEMPO PELAPORAN PAJAK

JENIS SPT JATUH TEMPO


PPh Pasal 21
PPh Pasal 23 Tanggal 20 bulan berikutnya
PPh Pasal 4 ayat (2)
PPh Pasal 22 14 hari setelah masa pajak
berakhir
PPN Akhir bulan berikutnya

59
dikenai sanksi
administrasi

• berupa sebesar:
Rp 500.000,- → untuk SPT Masa PPN
Rp 100.000,- → untuk SPT Masa lainnya
Rp1.000.000,- →untuk SPT Tahunan PPh WP Badan
Rp100.000,- → untuk SPT Tahunan PPh WP OP
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai