Anda di halaman 1dari 45

PPh 21 lanjutan

Soal PPh 21 Pertemuan 1


Bapak Budi mempunyai NPWP, status TK0, bekerja pada PT ABC. Selama bulan Januari 2020 memperoleh penghasilan:
Gaji Pokok Rp.6.500.000
Tunjangan Rp. 200.000
Budi membayar program pensiun sebesar Rp100.000 dan perusahaan menanggung Rp300.000
Perusahaan membayarkan iuran:
JKK Rp150.000
JKM Rp10.000
JPK Rp100.000
Hitung PPh 21 setahun dan PPh 21 sebulan! Perhatikan PTKP nya!

PENGHASILAN BRUTO:
gaji Rp 6,500,000
tunjangan Rp 200,000
jkk Rp 150,000
jkm Rp 10,000
jpk Rp 100,000 Rp 6,960,000

biaya jabatan Rp 348,000


iuran pensiun
dibayar
sendiri Rp 100,000 Rp 448,000
PH Neto Rp 6,512,000
PH Neto 1 tahun Rp 78,144,000
PTKP TK0 Rp 54,000,000
PKP Rp 24,144,000
tarif ps 17 5% Rp 1,207,200
pph sebulan Rp 100,600
Masa Perolehan Penghasilan Kurang Dari 12 Bulan

DISETAHUNKAN TIDAK DISETAHUNKAN

1. WP OP DN meninggal dunia 1. WP OP DN mulai bekerja di


atau meninggalkan Indonesia pertengahan tahun
untuk selama-lamanya di 2. WP OP DN pindah kerja ke
pertengahan tahun pemberi kerja lain
2. Orang Asing mulai bekerja di
Indonesia di pertengahan
tahun untuk jangka waktu
lebih dari 6 bulan
3. Karyawan pindah cabang
Contoh : pegawai dipindahtugaskan (Lamp PER-31/2012))
CONTOH PERHITUNGAN
PPh PASAL 21
VARIASI PENGHITUNGAN
PPh PASAL 21 PEGAWAI TETAP
• NORMAL
• BROKEN PERIOD (AWAL DAN AKHIR)
• BONUS (PH TIDAK TERATUR)
• RAPEL
• KARYAWAN MENINGGAL
• PINDAH CABANG
• KARYAWAN WNA PADA TAHUN BERJALAN
• PINDAH KERJA
• PENSIUN
• DSB

Dapat dilihat pada lampiran PER-31/PJ/2012


Pegawai Tetap : Gaji Bulanan
Ahmad Zakaria bekerja pada perusahaan PT Zamrud Abadi dengan memperoleh
Gaji sebulan Rp 2.500.000,00 dan membayar iuran pensiun sebesar Rp
100.000,00. Ahmad menikah tetapi belum mempunyai anak. Penghitungan PPh
Pasal 21-nya adalah sebagai berikut :
Gaji sebulan Rp 2.500.000
Pengurangan :
1. Biaya Jabatan
5% x 2.500.000 Rp 125.000
2. Iuran pensiun 100.000
Rp 225.000
Penghasilan Neto sebulan Rp 2.275.000
Penghasilan Neto setahun
12 x 2.275.000 Rp 27.300.000
PTPK Setahun
WP Sendiri Rp 15.840.000
Tambahan WP Kawin Rp 1.320.000
Tanggungan -
Rp 17.160.000
Pengh. Kena Pajak setahun Rp 10.140.000
PPh Pasal 21 setahun
5% x 10.140.000 Rp 507.000
PPh Pasal 21 sebulan
507.000 : 12 Rp 42.250
Pegawai Tetap : Gaji Bulanan (2)

Bambang Yuliawan pegawai pada perusahaan PT Yasa


Buana, menikah tanpa anak, memperoleh gaji sebulan Rp
2.000.000,00.
PT Yasa Buana mengikuti program Jamsostek, premi
Jaminan Kecelakaan Kerja dan premi Jaminan Kematian
dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing
0,50% dan 0,30% dari gaji.
PT Yasa Buana menanggung iuran Jaminan Hari Tua setiap
bulan sebesar 3,70% dari gaji sedangkan Bambang
Yuliawan membayar iuran Jaminan Hari Tua sebesar 2,00%
dari gaji setiap bulan.
Disamping itu PT Yasa Buana juga mengikuti program
pensiun untuk pegawainya.
PT Yasa Buana membayar iuran pensiun untuk Bambang
Yuliawan ke dana pensiun, yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan, setiap bulan sebesar Rp
100.000,00, sedangkan Bambang Yuliawan membayar iuran
pensiun sebesar Rp 50.000,00
Pegawai Tetap : Gaji Bulanan (2)
Gaji sebulan Rp 2,000,000
Premi Jaminan Kecelakaan Kerja 10,000
Premi Jaminan Kematian 6,000
Penghasilan Bruto 2,016,000
Pengurangan :
1. Biaya Jabatan
5% x 2,016,000 Rp 100,800
2. Iuran pensiun 50,000
3. Iuran Jaminan Hari Tua 40,000
Rp 190,800
Penghasilan Neto sebulan Rp 1,825,200
Penghasilan Neto setahun
12 x 1,825,200 Rp 21,902,400
PTPK Setahun
WP Sendiri Rp 15,840,000
Tambahan WP Kawin Rp 1,320,000
Tanggungan
Rp 17,160,000
Pengh. Kena Pajak setahun Rp 4,742,400
Pembulatan 4,742,000
PPh Pasal 21 setahun
5% x 4,742,000 Rp 237,100
PPh Pasal 21 sebulan
237,100 : 12 Rp 19,758
Pegawai Tetap : Karyawati Kawin
Endang Vidyawati adalah seorang karyawati dengan status menikah tanpa anak, bekerja pada
PT Ventura Entiti dengan gaji sebulan sebesar Rp. 2.500.000,00. Endang VIdyawati membayar
iuran pensiun ke dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan
sebesar Rp. 50.000,00 sebulan. Berdasarkan surat keterangan dari Pemda tempat Endang
Vidyawati berdomisili yang diserahkan kepada pemberi kerja, diketahui bahwa suaminya tidak
mempunyai penghasilan apapun.
Gaji sebulan Rp 2,500,000
Pengurangan :
1. Biaya Jabatan
5% x 2,500,000 Rp 125,000
Iuran pensiun Rp 50,000
Rp 175,000
Penghasilan Neto sebulan Rp 2,325,000

Penghasilan Neto setahun


12 x 2,325,000 Rp 27,900,000
PTKP Setahun
WP Sendiri Rp 15,840,000
Tambahan WP Kawin Rp 1,320,000
Rp 17,160,000
Pengh. Kena Pajak setahun Rp 10,740,000
PPh Pasal 21 setahun
5% x 10,740,000 Rp 537,000
PPh Pasal 21 sebulan
537,000 : 12 Rp 44,750
Pegawai Tetap : Jasa Produksi, Tantiem, Gratifikasi, THR, Bonus,
Premi dan Sejenisnya
Joko Qurnain (tidak kawin) bekerja pada PT Qolbu Jaya dengan memperoleh gaji sebesar Rp
2.000.000,00 sebulan. Dalam tahun yang bersangkutan Joko menerima bonus sebesar Rp
5.000.000,00. Setiap bulannya Joko membayar iuran pensiun ke dana pensiun yang
pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan sebesar Rp 60.000,00
Cara menghitung PPh Pasal 21 atas bonus adalah :

A. PPh Pasal 21 atas Gaji dan Bonus :


Gaji Setahun (12 x Rp 2.000.000) Rp 24,000,000
Bonus Rp 5,000,000
Rp 29,000,000
Pengurangan :
1. Biaya Jabatan
5% x 29,000,000 Rp 1,450,000
2. Iuran pensiun
12 x 60,000 Rp 720,000
Rp 2,170,000
Penghasilan Neto setahun Rp 26,830,000
PTKP Setahun
WP Sendiri Rp 15,840,000
Rp 15,840,000
Pengh. Kena Pajak setahun Rp 10,990,000
PPh Pasal 21 setahun
5% x 10,990,000 Rp 549,500
Pegawai Tetap : Jasa Produksi, Tantiem, Gratifikasi, THR, Bonus,
Premi dan Sejenisnya
Joko Qurnain (tidak kawin) bekerja pada PT Qolbu Jaya dengan memperoleh gaji sebesar Rp
2.000.000,00 sebulan. Dalam tahun yang bersangkutan Joko menerima bonus sebesar Rp
5.000.000,00. Setiap bulannya Joko membayar iuran pensiun ke dana pensiun yang
pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan sebesar Rp 60.000,00

B. PPh Pasal 21 atas Gaji :


Gaji Setahun Rp 24,000,000
Pengurangan :
1. Biaya Jabatan
5% x 24,000,000 1,200,000
2. Iuran pensiun Rp 720,000
Rp 1,920,000
Penghasilan Neto setahun Rp 22,080,000
PTKP Setahun
WP Sendiri Rp 15,840,000
Rp 15,840,000
Pengh. Kena Pajak setahun Rp 6,240,000
PPh Pasal 21 setahun
5% x 6,240,000 Rp 312,000

C. PPh Pasal 21 atas Bonus :


Rp 549.500,00 – Rp312.000,00 = Rp 237.500,00
PASAL 21 ATAS PEMBAYARAN UANG RAPEL
Ahmad Zakaria sebagaimana tersebut dalam contoh di atas pada bulan Juni 2009 menerima kenaikan gaji,
menjadi Rp 3.500.000,00 sebulan dan berlaku surut sejak 1 Januari 2009. Dengan adanya kenaikan gaji yang
berlaku surut tersebut maka Ahmad menerima rapel sejumlah Rp 5.000.000,00 (kekurangan gaji untuk masa
Januari s.d. Mei 2009). Untuk menghitung PPh Pasal 21 atas uang rapel tersebut, terlebih dahulu dihitung kembali
PPh Pasal 21 untuk masa Januari s.d. Mei 2009 atas dasar penghasilan setelah ada kenaikan gaji. Dengan
demikian penghitungan PPh Pasal 21 terutangnya adalah sebagai berikut :
Gaji sebulan Rp 3,500,000

Pengurangan :
1. Biaya Jabatan
5% x 3,500,000 Rp 175,000
2. Iuran pensiun 100,000
Rp 275,000
Penghasilan Neto sebulan Rp 3,225,000

Penghasilan Neto setahun


12 x 3,225,000 Rp 38,700,000

PTPK Setahun
WP Sendiri Rp 15,840,000
Tambahan WP Kawin Rp 1,320,000
Rp 17,160,000
Pengh. Kena Pajak setahun Rp 21,540,000

PPh Pasal 21 setahun


5 x 21,540,000 Rp 1,077,000
PPh Pasal 21 sebulan
1,077,000 : 12 Rp 89,750
PPh Pasal 21 Januari s.d Mei 2009 seharusnya adalah:
5 x 89,750.00 Rp 448,750

PPh Pasal 21 yang sudah dipotong Januari s.d Mei 2009


5 x 42,250.00 Rp 211,250
PPh Pasal 21 untuk uang rapel Rp 237,500
Perubahan PPh Pasal 21:
Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas, Pemagang dan Calon
Pegawai

Upah/Uang Saku Harian, Dibayarkan Bulanan Atau


Mingguan, Satuan, Borongan Jumlah Upah Kumulatif satu
bulan melebihi Rp 7.000.000
Upah/Uang Saku Harian Dikali 12
≤ 200.000 > 200.000 Dikurangi PTKP Setahun

Tidak Dipotong Dikurangi 200.000


Penghasilan Kena Pajak
Dipotong 5%
Dikenakan Tarif Ps 17
Upah kumulatif > Rp2,025 jt s.d. Rp7 jt
sebulan PPh Ps 21 Setahun

Upah sehari dikurangi PTKP sehari Dibagi 12

Tarif PPh 21 : 5% PPh Pasal 21 Sebulan


Perubahan PPh Pasal 21:
Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas, Pemagang dan Calon
Pegawai

Upah/Uang Saku Harian, Dibayarkan Bulanan Atau


Mingguan, Satuan, Borongan Jumlah Upah Kumulatif satu
bulan melebihi Rp 8.200.000
Upah/Uang Saku Harian Dikali 12
≤ 300.000 > 300.000 Dikurangi PTKP Setahun

Tidak Dipotong Dikurangi 300.000


Penghasilan Kena Pajak
Dipotong 5%
Dikenakan Tarif Ps 17
Upah kumulatif > Rp3 jt s.d. Rp8,2 jt
sebulan PPh Ps 21 Setahun

Upah sehari dikurangi PTKP sehari Dibagi 12

Tarif PPh 21 : 5% PPh Pasal 21 Sebulan


Perubahan Terakhir PPh Pasal 21:
Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas, Pemagang dan Calon
Pegawai

Upah/Uang Saku Harian, Dibayarkan Bulanan Atau


Mingguan, Satuan, Borongan Jumlah Upah Kumulatif satu
bulan melebihi Rp 10.200.000
Upah/Uang Saku Harian Dikali 12
≤ 450.000 > 450.000 Dikurangi PTKP Setahun

Tidak Dipotong Dikurangi 450.000


Penghasilan Kena Pajak
Dipotong 5%
Dikenakan Tarif Ps 17
Upah kumulatif > Rp4,5 jt s.d. Rp10,2 jt
sebulan PPh Ps 21 Setahun

Upah sehari dikurangi PTKP sehari Dibagi 12

Tarif PPh 21 : 5% PPh Pasal 21 Sebulan


Penghitungan PPh Pasal 21
Penghasilan berupa Upah Harian, Mingguan, Satuan,
Borongan dan Uang Saku yang dibayar bulanan

PhKP Sebulan

Disetahunkan dan Dikurangi PTKP

Dikalikan Tarif Ps. 17

PPh Setahun

PPh Sebulan
Contoh Perhitungan :
Pegawai Harian dibayar BUKAN Bulanan .. harian (1)
Contoh 1 :

Soleh (K/0) punya NPWP, adalah buruh harian sebagai tukang bangunan di PT PATUH PAJAK,
selama bulan Juni 2009 bekerja selama 15 hari dan menerima upah harian Rp.90.000. Hitung
PPh pasal 21 yang harus dipotong atas penghasilan Soleh setiap hari.
 
Jawab :
1 Upah sehari Rp 90.000
2 Batas Tidak Kena Pajak Rp 150.000
3 Upah sehari < Rp.150.000 (Rp 60.000)
4 PPh ps. 21 sehari (tarif 5%) Rp 0
 
Pada hari ke 15, upah Soleh telah mencapai Rp.1.350.000 dan telah melebihi Rp.1.320.000.
Oleh karena itu harus dilakukan penghitungan ulang PPh pasal 21 dengan menggunanakan
PTKP Soleh yang sebenarnya, sbb : 
1 Upah sehari Rp 90.000
2 PTKP (K/0) sehari : Rp.17.160.000/360 = Rp 47.667 -/-
3 Penghasilan Kena Pajak Rp 42.333
4 PPh ps. 21 sehari (tarif 5%) Rp 2.117
5 PPh ps. 21 s.d hari ke-15 = 2.117 x 15 Rp 31.750
6 PPh ps.21 sudah dipotong = Rp 0 -/-
7.PPh ps.21 harus dipotong di hari ke 15 = Rp 31.750
20
Contoh Perhitungan :
Pegawai Harian dibayar BUKAN Bulanan .. harian (1)
Contoh 2 :

Bowo (TK/0) punya NPWP, adalah buruh harian sebagai tukang bangunan di PT PATUH
PAJAK, selama bulan Juni 2013 bekerja selama 25 hari dan menerima upah harian
Rp.300.000.  

PPh Pasal 21 hari 1-6 :


1. Upah sehari Rp 300.000
2. Batas Tidak Kena Pajak Rp 200.000
3. Ph Kena Pajak per hari Rp 100.000
4. PPh ps. 21 sehari (tarif 5%) Rp 5.000 = Rp 30.000 (6 hari)

PPh Pasal 21 hari 7 : 


1. Upah 7 hari (7 x 300.000) Rp 2.100.000 (>2.025.000)
2. PTKP 7 hari(7 x 24.300.000/360) Rp 472.500 -/-
3. Penghasilan Kena Pajak (7 hari) Rp 1.627.500
4. PPh ps. 21 (7 hari) Rp 81.375
5. PPh ps. 21 sudah dipotong s.d. hari ke-6 Rp 30.000
6. PPh ps.21 harus dipotong di hari ke 7 Rp 51.375

21
Contoh Perhitungan :
Pegawai Harian dibayar BUKAN Bulanan .. harian (1)
PPh Pasal 21 hari 8-23 :
1. Upah sehari Rp 300.000
2. PTKP sehari (24.300.000/360) Rp 67.500
3. Ph Kena Pajak per hari Rp 232.500
4. PPh Ps. 21 sehari (tarif 5%) Rp 11.625 = Rp 151.125 (13 hari)

PPh Pasal 21 hari 24 : 


1. Upah 24 hari (24 x 300.000) Rp 7.200.000 (>7.000.000)
2. Upah 24 hari disetahunkan (x12) Rp 86.400.000
3. PTKP setahun Rp 24.300.000
4. Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 62.100.000
5. PPh ps. 21 setahun Rp 4.315.000
6. PPh ps. 21 sebulan ( 4.315.000/12) Rp 359.583
7. Dikurangi PPh Pasal 21 yang dipotong
- Hari 1- 6 (30.000)
- Hari ke 7 (51.375)
- Hari 8-23 (151.125) Rp 232.500
8. PPh Ps. 21 Hari ke 24 Rp 127.083

22
Contoh Perhitungan :
Pegawai Harian di byr BUKAN Bulanan . Satuan (2)
Contoh 3 :

Mudjiman (ber NPWP) adalah seorang karyawan yang bekerja sebagai perakit
TV pada PT BIKIN TIPI, dia tidak menikah. Upah yang dibayar berdasarkan atas
jumlah unit/satuan yang diselesaikan yaitu Rp 40.000,00 per buah TV dan
dibayarkan tiap minggu. Di Tahun 2012, dalam waktu 1 minggu (6 hari kerja)
dihasilkan sebanyak 30 buah TV dengan upah Rp 1.200.000. Hitung PPh pasal
21 yang harus dipotong.
 
Jawab :

1 Upah sehari : Rp.1.200.000 / 6 = Rp 200.000


2 Batas Tidak Kena Pajak Rp 150.000
3 Upah sehari > Rp.150.000 Rp 50.000
4 PPh ps. 21 sehari (tarif 5%) Rp 2.500
5 PPh ps. 21 seminggu : Rp.2.500 x 6 = Rp 15.000
 

23
Contoh Perhitungan :
Pegawai Harian dibayar BUKAN Bulanan. Borongan (3)
Contoh 4 :

Haris mengerjakan dekorasi sebuah kantor dengan upah


borongan sebesar Rp500.000,00, pekerjaan diselesaikan
dalam 2 hari. Hitung PPh pasal 21 yang harus dipotong.
 
Jawab :
1 Upah sehari : Rp.500.000 / 2 = Rp 250.000
2 Batas Tidak Kena Pajak Rp 150.000
3 Upah sehari > Rp.150.000 Rp 100.000
4 PPh ps. 21 sehari (tarif 5%) Rp 5.000
5 PPh ps. 21 2 hari : Rp.5.000 x 2 = Rp 10.000

24
Contoh Perhitungan :
Penghasilan Lebih dari Rp 6jt sebulan (4)
Contoh 5 :
Haris (TK/0) berNPWP mengerjakan dekorasi sebuah kantor dengan
upah borongan. Upah dibayar mingguan dengan rincian sbb:
Minggu1 = 5 hari kerja Rp. 1.750.000
Minggu2 = 5 hari kerja Rp. 1.750.000
Minggu3 = 5 hari kerja Rp. 1.750.000
Minggu4 = 4 hari kerja Rp. 1.000.000
Hitunglah PPh 21 yg hrs dipotong!
Jawab :
Perhitungan PPh 21 Minggu 1,2,3
1 Upah sehari Rp. 1.750.000/5 = Rp. 350.000
2 Batas Tidak Kena Pajak = Rp. 150.000
3 Upah sehari > Rp. 150.000 = Rp. 200.000
4 PPh21 sehari (tarif 5%) = Rp. 10.000
5 PPh 21 seminggu = Rp. 50.000

25
Contoh Perhitungan :
Penghasilan Lebih dari Rp 6jt sebulan (4)
Pada saat pembayaran minggu ke4, penghasilan haris sudah melebihi
6 juta, sehingga berlaku tarif pasal 17 atas jumlah PKP yang
disetahunkan, sbb:
1 upah sebulan RP. 6.250.000
2 Upah setahun (x12) Rp.75.000.000
3 PTKP (TK/0) Rp.15.840.000
4 PKP Rp.59.160.000
5 PPh 21 setahun Rp. 3.874.000
6 PPh 21 sebulan (:12) Rp. 322.833
7 PPh 21 yang dipotong
minggu 1,2,3 Rp. 150.000
8 PPh 21 dipotong minggu 4 Rp. 172.833

26
Penghitungan PPh Pasal 21 - #3
Penghasilan Bruto

Dewan Komisaris Mantan Peserta


Yang tidak Pegawai Program
merangkap Pensiun
Sebagai
pegawai tetap

Jasa Produksi,
Tantiem, Penarikan
Gratifikasi, dana pada
Honorarium Dan Bonus Dana Pensiun

Diterapkan (update)
Tarif PPh Pasal 17 UU
(Kumulatif per 1 Tahun kalender)
X P. Bruto
Penghitungan PPh Pasal 21 - #4
Penghasilan berupa Honor dan Imbalan lain

Diterima Pejabat Negara, PNS, anggota TNI/POLRI sumber dana


dari Keuangan Negara /Daerah, kecuali yang dibayarkan kepada
PNS golongan II d ke bawah dan anggota TNI/POLRI berpangkat
Pembantu Letnan Satu ke bawah atau Ajun Inspektur Tingkat Satu
ke bawah.

5% (Gol III) atau 15% (Gol IV) X Penghasilan Bruto - Final

Update
diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan
tersendiri
Uang Pesangon, Uang Tebusan #5
Pensiun dan THT/JHT dibayar sekaligus
(PP No. 149 Tahun 2000 - berlaku s.d 15 Nop 2009)
Penghasilan berupa Uang Pesangon, Uang Tebusan
Pensiun dan Tunjangan Hari Tua atau Jaminan
Hari Tua yg dibayarkan sekaligus

> 0 s/d 25.000.000,- Tidak dipotong


> 25 juta s/d 50 juta 5%
> 50 juta s/d 100 juta 10%
> 100 juta s/d 200 juta 15%
> 200 juta 25%

Bersifat
FINAL
Update

diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan tersendiri


contoh
UANG PESANGON, UANG MANFAAT PENSIUN, THT, DAN JHT
YANG DIBAYARKAN SEKALIGUS
#5b 1
(PP No. 68 Tahun 2009 tgl 16 Nopember ‘09)

Uang Pesangon adalah penghasilan yang dibayarkan oleh pemberi kerja termasuk
Pengelola Dana Pesangon Tenaga Kerja kepada pegawai, dengan nama dan dalam
bentuk apapun, sehubungan dengan berakhirnya masa kerja atau terjadi pemutusan
hubungan kerja, termasuk uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak.

Uang Manfaat Pensiun adalah penghasilan dari manfaat pensiun yang dibayarkan
kepada orang pribadi peserta dana pensiun secara sekaligus sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang dana pensiun oleh Dana Pensiun Pemberi Kerja atau
Dana Pensiun Lembaga Keuangan yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan.

Tunjangan Hari Tua adalah penghasilan yang dibayarkan sekaligus oleh badan
penyelenggara tunjangan hari tua kepada orang pribadi yang telah mencapai usia pensiun.

Jaminan Hari Tua adalah penghasilan yang dibayarkan sekaligus oleh badan
penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja kepada orang pribadi yang berhak dalam
jangka waktu yang telah ditentukan atau keadaan lain yang ditentukan.
UANG PESANGON, UANG MANFAAT PENSIUN, THT, DAN JHT
YANG DIBAYARKAN SEKALIGUS #5b 2
(PP No. 68 Tahun 2009 tgl 16 Nopember ‘09)

UANG PESANGON
> 0 s/d 50.000.000,- 0%
 50 juta s/d 100 juta 5%
 100 juta s/d 500 juta 15%
> 500 juta 25%

UANG MANFAAT PENSIUN, THT, DAN JHT


> 0 s/d 50.000.000,- 0%
> 50.000.000,- 5%

Bersifat FINAL
(dlm hal dibayar sekaligus)

dianggap dibayarkan sekaligus dalam hal sebagian atau seluruh


pembayarannya dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) th kalender.
Contoh
Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang
dipotong atas Uang Pesangon dengan jumlah
Rp 175.000.000,00.

Penghasilan bruto Rp 175.000.000,00


Pajak Penghasilan Pasal 21 terutang :
0% x Rp50.000.000,00 = RP               0,00
5% x Rp50.000.000,00 = Rp   2.500.000,00
15% x Rp75.000.000,00 = Rp 11.250.000,00 (+)
Jumlah Rp13.750.000,00
 
Dalam hal pembayaran Uang Pesangon dilakukan dalam beberapa kali
pembayaran, misalnya :
a. Bulan Desember 2009 = Rp   50.000.000,00
b. Bulan April 2010 = Rp 125.000.000.00 (+)
Jumlah Rp 175.000.000,00
 

Perhitungan pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 didasarkan pada jumlah


pembayaran sebagai satu kesatuan, yaitu sebesar Rp 175.000.000.00
Pajak Penghasilan Pasal 21 yang harus dipotong :
Bulan Desember 2009: Jumlah penghasilan bruto Rp   50.000.000,00
Pajak Penghasilan Pasal 21 terutang :
0% x Rp50.000.000.00 = Rp 0,00
Bulan April 2010 : Jumlah penghasilan bruto Rp 125.000.000,00
Pajak Penghasilan Pasal 21 terutang :
5% x Rp 50.000.000.00 = Rp   2.500.000,00
15% x Rp75.000.000.00 = Rp 11.250.000,00 (+)
Jumlah Rp 13.750.000,00
Penghitungan PPh Pasal 26 - #6
Imbalan atas pekerjaan, jasa, dan kegiatan

Diterima WP Orang Pribadi LN

20% x Penghasilan Bruto atau berdasar Tax Treaty

Bersifat
FINAL
KESIMPULAN
KELOMPOK Karyawan berdasarkan PENGURANG PENGHASILAN :
1. Berhak mendptkan Biaya Jabatan atau Biaya Pensiun, dan PTKP
adl Karyawan Tetap dan Pensiun Bulanan
2. Berhak mendptkan PTKP saja adl :
a. Pegawai harian lepas dng upah harian, mingguan, satuan,
borongan, dll => dasar byknya hari
b. Pegawai tidak tetap dibayar bulanan .
3 Berhak mendptkan pengurang 50% dari Pengh. Bruto TP Tidak
Berhak mendptkan PTKP : Bukan pegawai Pengh. Tdk
berkesinambungan dan berkesinambungan tp TDK memenuhi
syarat )*
4 Berhak mendptkan pengurang 50% dari Pengh. Bruto dan PTKP adl
Bukan Pegawai berkesinambungan (memenuhi syarat)
5 Berhak mendptkan pengurang Rp 25 juta adl Penerima Pesangon
atau Tebusan Pensiun --- sekaligus (ketentuan lama)
6 Tidak Berhak mendptkan Pengurang APAPUN adl Peserta
Kegiatan
#7

BUKAN PEGAWAI & PESERTA


KEGIATAN

TDK BERKESINAMBUNGAN
(Tarif Ps. 17 x 50% x P. Bruto) Peserta Kegiatan (Tarif
BERKESINAMBUNGAN Ps. 17 x Bruto tiap kali byr)
Utk tiap pembayaran

TIDAK memenuhi syarat *


(Tarif Ps. 17 (kumulatif TH kalender)
(x 50% x P. Bruto )

MEEMENUHI syarat *
(Tarif Ps. 17 (kumulatif TH kalender) x
PhKP (50%P. Bruto – PTKP bulanan))

* Syarat pengurangan PTKP :


1 Memiliki NPWP
2 Hanya memperoleh penghasilan dari hubungan kerja dgn pemotong dan tidak memiliki
penghasilan lain
SKEMA DASAR PENGENAAN PPh PASAL 21
Ph NETO - PTKP
TETAP
BULANAN Ph BRUTO - PTKP
PEGAWAI
TIDAK TETAP Ph BRUTO – 450 RIBU
Ph BRUTO(>4,5jt s.d.10,2jt) – PTKP Harian
HARIAN
Ph BRUTO(>10,2jt) – PTKP

SEKALIGUS Berlaku PP 68 Th 2009 –Tarif Progresif


PENSIUNAN
BERKALA Ph NETO - PTKP
Ph KP (kumulatif) (50%Bruto
– PTKP Bulanan*)
YG MENERIMA Ph 50% X Ph Bruto(kumulatif)
BUKAN BERKESINAMBUNGAN*)
PEGAWAI KOMISARIS, MANTAN PEGAWAI,
Ph Bruto (kumulatif)
PENARIKAN DAPEN O/ PEGAWAI

LAINNYA YG Ph TDK BERKESINAMBUNGAN 50% x Ph Bruto


PESERTA
KEGIATAN Ph Bruto
Contoh penghitungan PPh Pasal 21 atas honorarium komisaris yang tidak merangkap
sebagai pegawai tetap

Pandaya adalah seorang komisaris di PT Wahana Sejahtera, yang bukan sebagai


pegawai tetap. Dalam tahun 2009, yaitu bulan Desember 2009 menerima
honorarium sebesar Rp 60.000.000,00

PPh Pasal 21 yang terutang adalah:


5% x Rp 50.000.000,00 = Rp 2.500.000,00
15% x Rp 10.000.000,00 = Rp 1.500.000,00

PPh Pasal 21 yang harus dipotong Rp 4.000.000,00

Apabila dalam tahun kalender yang bersangkutan, dibayarkan penghasilan kepada


yang bersangkutan lebih dari 1 (satu) kali, maka PPh Pasal 21 atas pembayaran
penghasilan yang berikutnya dihitung dengan menerapkan tarif Pasal 17 ayat (1)
huruf a UU PPh atas jumlah penghasilan bruto kumulatif yang diterima dengan
memperhitungkan penghasilan yang telah diterima sebelumnya.
39

#7

BUKAN PEGAWAI (TERMASUK Edit Per 57 th


TENAGA AHLI) 2009

TDK Peserta Kegiatan


BERKESINAMBUNGAN BERKESINAMBU
(Tarif Ps. 17 x 50% x P. Bruto) NGAN (Tarif Ps. 17 x Bruto
Utk tiap pembayaran tiap kali byr)
TIDAK memenuhi syarat *
(Tarif Ps. 17 (kumulatif TH
kalender)
x 50% x P. Bruto )
*
MEEMENUHI syarat *
(Tarif Ps. 17 (kumulatif TH kalender)
x PKP (P. Bruto – PTKP Bulanan))

* Syarat pengurangan PTKP :


1 Memiliki NPWP
2 Hanya memperoleh penghasilan dari hubungan kerja dgn pemotong dan tidak memiliki
penghasilan lain
dr. Abdul Gopar, Sp.JP merupakan dokter spesialis jantung yang melakukan praktik di Rumah
Sakit Harapan Jantung Sehat dengan perjanjian bahwa atas setiap jasa dokter yang dibayarkan
oleh pasien akan dipotong 20% oleh pihak rumah sakit sebagai bagian penghasilan rumah sakit
dan sisanya sebesar 80% dari jasa dokter tersebut akan dibayarkan kepada dr. Abdul Gopar,
Sp.JP pada setiap akhir bulan. Selain praktik di Rumah Sakit Harapan Jantung Sehat dr. Abdul
Gopar, Sp.JP juga melakukan praktik sendiri di klinik pribadinya. dr. Abdul Gopar, Sp.JP telah
memiliki NPWP dan pada tahun 2009, jasa dokter yang dibayarkan pasien dari praktik dr. Abdul
Gopar, Sp.JP di Rumah Sakit Harapan Jantung Sehat adalah sebagai berikut:

Bulan Jasa Dokter yang dibayar Pasien


Januari 45,000,000.00
Februari 49,000,000.00
Maret 47,000,000.00
April 40,000,000.00
Mei 44,000,000.00
Juni 52,000,000.00
Juli 40,000,000.00
Agustus 35,000,000.00
September 45,000,000.00
Oktober 44,000,000.00
November 43,000,000.00
Desember 40,000,000.00
Jumlah 524,000,000.00
Penghitungan PPh Pasal 21 untuk bulan Januari sampai dengan Desember 2009:

Jasa Doketr Dasar Dasar Tarif PPh


yang Pemotongan Pemotongan Pasal Pasal 21
Bulan dibayar PPh Pasal 21 PPh Pasal 21 17 terutang
Pasien Kumulatif ayat (1)
(Rupiah) (Rupiah) huruf a (Rupiah)
(Rupiah) UU PPh

(1) (2) (3)=50% x (2) (4) (5) (6)=(3) x (5)

Januari 45,000,000 22,500,000 22,500,000 5% 1,125,000

Februari 49,000,000 24,500,000 47,000,000 5% 1,225,000

3,000,000 50,000,000 5% 150,000


Maret 47,000,000 ----------------- ----------------- --------- -------------
20,500,000 70,500,000 15% 3,075,000

April 40,000,000 20,000,000 90,500,000 15% 3,000,000

Mei 44,000,000 22,000,000 112,500,000 15% 3,300,000

Juni 52,000,000 26,000,000 138,500,000 15% 3,900,000

Juli 40,000,000 20,000,000 158,500,000 15% 3,000,000

Agustus 35,000,000 17,500,000 176,000,000 15% 2,625,000

September 45,000,000 22,500,000 198,500,000 15% 3,375,000

Oktober 44,000,000 22,000,000 220,500,000 15% 3,300,000

November 43,000,000 21,500,000 242,000,000 15% 3,225,000

Desember 8,000,000 250,000,000 15% 1,200,000


40,000,000 ----------------- ----------------- --------- ---------------
12,000,000 262,000,000 25% 3,000,000

Jumlah 524,000,000 262,000,000 35,500,000


42

Saat Terutang
PPh Pasal 21/26

Bagi Penerima Bagi Pemotong PPh


Penghasilan Pasal 21/26

SAAT DILAKUKAN UNTUK SETIAP MASA


PEMBAYARAN PAJAK
PENGHASILAN

AKHIR BULAN
DILAKUKANNYA
PEMBAYARAN ATAU
TERUTANGNYA
PENGHASILAN

Pasal
Pasal 21
21
43

Kewajiban Pemotong
• Wajib Mendaftarkan Diri ke KPP
• Wajib menghitung, memotong, menyetorkan dan
melaporkan PPh Pasal 21 dan Pasal 26 yang terutang
untuk setiap bulan kalender.
• PPh Pasal 21/26 yang dipotong wajib disetor ke Kantor
Pos atau Bank paling lama 10 hari setelah Masa Pajak
berakhir.
• Pemotong Pajak wajib lapor sekalipun nihil, paling lama
20 hari setelah Masa Pajak berakhir.
• Wajib Membuat Catatan atau Kertas Kerja Perhitungan
PPh Ps. 21/26 Untuk Setiap Masa Pajak
• Wajib Menyimpan Catatan atau Kertas Kerja Sesuai
Ketentuan
• Wajib Membuat Bukti Potong dan Memberikannya
Kepada Penerima Penghasilan
44

Bukti Pemotongan PPh Pasal 21


• Untuk pegawai tetap:
▫ dibuat sekali setahun (Form 1721 A1/A2)
▫ diberikan paling lama 1 bulan setelah akhir tahun
atau pegawai berhenti
• Untuk selain pegawai tetap:
▫ Dibuat setiap kali ada pemotongan
▫ Jika dalam satu bulan > 1 kali pembayaran maka
bukti potong dapat dibuat sekali dalam satu bulan
• Bukti Potong PPh Pasal 21 Tidak wajib
dilampirkan dalam SPT Masa PPh Pasal 21
45

Kewajiban Penerima Penghasilan


• Wajib Mendaftarkan Diri ke KPP
• Pegawai, Penerima Pensiun Berkala, dan Bukan
Pegawai tertentu Wajib Membuat Surat
Pernyataan Yang Berisi Jumlah Tanggungan
Keluarga Pada Awal Tahun Kalender Atau Pada
Saat Menjadi Subjek Pajak Dalam Negeri
• Wajib Menyerahkan Surat Pernyataan
Tanggungan Keluarga kpd Pemotong Pajak
Pada Saat Mulai Bekerja Atau Mulai Pensiun
• Wajib Membuat Surat Pernyataan Baru Dalam
Hal Terjadi Perubahan Tanggungan Keluarga
Paling Lambat Sebelum Mulai Tahun Kalender
Berikutnya

Anda mungkin juga menyukai