TERIMA
Panduan KASIH
Lengkap Perhitungan PPH 21
Berdasarkan PTKP 2016
Bidang ASDM
Kode NPWP
2
Pengertian PPh 21
PERATURAN DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
PER-16/PJ/2016
3
Perhitungan PPh 21 sendiri menyesuaikan dengan
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang ditetapkan oleh Direktorat
Jenderal Pajak yaitu:
Status Kena Wajib Pajak Jumlah Per Tahun Jumlah Per Bulan
Pribadi Rp 54.000.000,- Rp 4.500.000,-
Kawin (Tanpa Tanggungan) Rp 4.500.000,- Rp 375.000,-
Setiap Anggota Keluarga Sedarah dan
Dalam Garis Keturunan Lurus (Tanggungan) Rp 4.500.000,- Rp 375.000,-
maksimal 3 (tiga) orang
4
PASAL 1 AYAT 4
• Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 adalah Wajib Pajak orang pribadi
atau Wajib Pajak Badan, termasuk bentuk usaha tetap, yang mempunyai kewajiban
untuk melakukan pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan
pekerjaan, jasa, dan kegiatan orang pribadi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21
dan Pasal 26 Undang-Undang Pajak Penghasilan.
PASAL 1 AYAT 7
• Penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah orang pribadi dengan status sebagai
Subjek Pajak dalam negeri yang menerima atau memperoleh penghasilan dengan nama dan dalam
bentuk apapun, sepanjang tidak dikecualikan dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini, dari
Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa
atau kegiatan, termasuk penerima pensiun.
Penghasilan teratur Pasal 1 ayat 15
Penghasilan Pegawai Tetap yang Bersifat Tidak Teratur adalah penghasilan bagi
Pegawai Tetap selain penghasilan yang bersifat teratur, yang diterima sekali dalam satu
tahun atau periode lainnya, antara lain berupa bonus, Tunjangan Hari Raya (THR), jasa
produksi, tantiem, gratifikasi, atau imbalan sejenis lainnya dengan nama apapun.
Ptkp (PMK No.101/PMK.010/2016
Penghasilan teratur dalam simponi
14. Khusus
1. Gaji
15. Kinerja
2. Tunjangan Jabatan
16. Kompetensi
3. Tunjangan Profesi
17. Koordinator
4. Tunjangan Masa Kerja
18. Uang Makan
5. Lembur
19. Operasional
6. BBM
20. Premi
7. Kendaraan 21. Premi Shift
8. Komunikasi 22. Rapel
9. Pengolahan Data 23. Suplisi
10.Delta 24. Tunjangan BPJS / Premi Asuransi
11.Extra Fooding (cash) 25. Tunjangan Rumah Dinas Direksi
12.Insentif 26. Tunjangan Lainnya
13.Kehadiran
Penghasilan TIDAK teratur dalam simponi
1.Bonus
2.Cuti Tahunan
3.Cuti Besar
4.Bantuan Sewa
Rumah Dinas
5.Komisi
6.Kesetiaan Kerja
7.THR
Intregrasi
Update SIMPONI Internal
2022 Order
Kinerja Hijau Jumlah TK
10 10
SIMULASI PERHITUNGAN PPh 21
PER-16/PJ/2016 pasal 20
Retto pada tahun 2016 bekerja pada perusahaan PT Jaya Abadi dengan memperoleh gaji
sebulan Rp 5.750.000,- dan membayar iuran pensiun sebesar Rp 200.000,-. Retto menikah
tetapi belum mempunyai anak. Pada bulan Januari penghasilan Retto dari PT Jaya Abadi
hanya dari gaji. Perhitungan PPh 21 bulan Januari adalah:
Gaji Rp 5.750.000,-
Pengurangan:
1. Biaya Jabatan 5% x Rp 5.750.000,- Rp 287.500,-
2. Iuran Pensiun Rp 200.000,-
13
Abdul bekerja di PT Karya Abadi sejak tahun 2015 berstatus menikah dan mempunyai anak 1. Pada Agustus
2017 Abdul mengundurkan diri dari PT Karya Abadi. Gaji Abdul setiap bulan adalah Rp. 10.000.000,
mendapat tunjangan BPJS Ketenagakerjaan, JKK, JKM dan JHT sebesar 0,24%, 0,30% dan 3,70% dari gaji
pokok. BPJS Kesehatan sebesar 4% yang ditanggung perusahaan. Abdul membayar JHT sebesar 2% dari
gaji pokok dan BPJS Kesehatan sebesar 1%. Berapa PPh 21 Abdul tahun 2017 selama di PT Karya Abadi?
14
PTKP K/1
Wajib Pajak Sendiri: Rp. 54.000.000
Status Menikah: Rp. 4.500.000
Tanggungan (1): Rp. 4.500.000
PTKP K/1 = Rp. 63.000.000
Penghasilan Kena Pajak (PKP)
Penghasilan Neto setahun: Rp. 116.088.000
PTKP K/1: Rp. 63.000.000
Penghasilan Kena Pajak (PKP) = Rp. 53.088.000
(hasil dari pengurangan Penghasilan Neto Setahun dengan PTKP K/1)
Pembulatan = Rp. 53.088.000
(hasil PKP dilakukan pembulatan ke bawah, misalnya: PKP = Rp. 53.088.753
maka Pembulatan = Rp. 53.088.000. Contoh kasus pada artikel ini hanya
kebetulan memiliki PKP dan Pembulatan yang sama)
15
Perhitungan PPh 21
5% x Rp. 50.000.000 = Rp. 2.500.000
15% x Rp. 3.088.000 = Rp. 463.200
PPh 21 Setahun = Rp. 2.963.200
PPh 21 Sebulan = Rp. 2.963.200 : 12 = Rp. 246.933
Jadi sampai bulan Agustus 2017, gaji Abdul yang telah dipotong PPH 21 sebesar:
Rp. 246.933 x 8 = Rp. 1.975.467
b. PPh 21 dari Penghasilan Sebenarnya sampai bulan Agustus 2017:
Gaji Pokok: Rp. 10.000.000 x 8 = Rp. 80.000.000
BPJS TK:
JKK: (0,24% x Rp. 10.000.000) x 8 = Rp. 192.000
JKM: (0,30% x Rp. 10.000.000) x 8 = Rp. 240.000
BPJS KES: (4% x Rp. 8.000.000) x 8 = Rp. 2.560.000
(Karena basis pengali untuk BPJS Kesehatan lebih dari Rp. 8.000.000 maka pengali untuk BPJS Kesehatan
menggunakan Rp. 8.000.000)
Penghasilan Bruto Setahun = Rp. 82.992.000
(hasil penjumlahan Gaji Pokok, BPJS TK, dan BPJS Kesehatan)
Pengurang
Biaya Jabatan: 5% x Rp. 82.992.000 = Rp. 4.149.600
BPJS TK:
JHT: (2% x Rp. 10.000.000) x 8 = Rp. 1.600.000
Penghasilan Neto Setahun = Rp. 77.242.400
(hasil dari pengurangan Penghasilan Bruto Setahun dengan Pengurang)
16
PTKP K/1
Wajib Pajak Sendiri: Rp. 54.000.000
Status Menikah: Rp. 4.500.000
Tanggungan (1): Rp. 4.500.000
PTKP K/1 = Rp. 63.000.000
Penghasilan Kena Pajak (PKP)
Penghasilan Neto setahun: Rp. 77.242.400
PTKP K/1: Rp. 63.000.000
Penghasilan Kena Pajak (PKP) = Rp. 14.242.000
(hasil dari pengurangan Penghasilan Neto Setahun dengan PTKP K/1)
Pembulatan = Rp. 14.242.000
(hasil PKP dilakukan pembulatan ke bawah, misalnya: PKP = Rp. 15.088.753 maka
Pembulatan = Rp. 15.088.000. Contoh kasus pada artikel ini hanya kebetulan memiliki PKP
dan Pembulatan yang sama)
Perhitungan PPh 21
5% x Rp. 14.242.000 = Rp. 712.100
PPh 21 sebenarnya sampai bulan Agustus 2017 = Rp. 712.100
PPh 21 yang sudah dipotong sampai bulan Agustus 2017 = Rp. 1.957.467
Jadi Abdul lebih bayar sebesar:
Rp. 1.957.467 – Rp. 712.100 = Rp. 1.245.367
(pajak lebih bayar ini diberikan kepada Abdul beserta pemberian bukti pemotongan PPh 21
(A1) dan PT Karya Abadi membuat pembetulan) 17
Perhitungan PPh 21 untuk Karyawan
masuk Tengah Tahun
18
Pada bulan September 201, posisi Abdul diisi oleh Umar. PT Karya Abadi
memberikan gaji setiap bulan sebesar Rp. 7.500.000, mendapat tunjangan BPJS
Ketenagakerjaan JKK, JKM dan JHT sebesar 0,24%, 0,30% dan 3,70% dari gaji
pokok. BPJS Kesehatan sebesar 4% yang ditanggung perusahaan. Umar
membayar JHT sebesar 2% dari gaji pokok dan BPJS Kesehatan sebesar 1%.
Umar belum menikah. Berapa PPh 21 Umar tahun 2017 selama di PT Karya
Abadi?
19
Pengurang
Biaya Jabatan: 5%x Rp. 31.362.000 = Rp. 1.568.100
BPJS TK:
JHT: (2% x Rp. 7.500.000) x 4 = Rp. 600.000
Penghasilan Neto Setahun = Rp. 29.193.900
(hasil dari pengurangan Penghasilan Bruto Setahun dengan Pengurang)
PTKP TK/0
Wajib Pajak Sendiri: Rp. 54.000.000
Penghasilan Kena Pajak (PKP) = Rp. 0
(tidak dikenakan pajak, karena Penghasilan Neto Setahun lebih kecil dari PTKP)
20
B. Pajak per bulan selama tahun 2018
Gaji Pokok: Rp. 7.500.000 x 12 = Rp. 90.000.000
BPJS TK:
JKK : (0,24% x Rp. 7.500.000) x 12 = Rp. 216.000
JKM : (0,30% x Rp. 7.500.000) x 12 = Rp. 270.000
BPJS KES: (4% x Rp. 7.500.000) x 12 = Rp. 3.600.000
Penghasilan Bruto Setahun = Rp. 94.086.000
Pengurang
Biaya Jabatan: 5% x Rp. 94.086.000 = Rp. 4.704.300
BPJS TK:
JHT: (2% x Rp. 7.500.000) x 12 = Rp. 1.800.000
Penghasilan Neto Setahun = Rp. 87.581.700
(hasil dari pengurangan Penghasilan Bruto Setahun dengan Pengurang)
PTKP TK/0
Wajib Pajak Sendiri: Rp. 54.000.000
Penghasilan Kena Pajak (PKP) = Rp. 33.581.700
(hasil dari pengurangan Penghasilan Neto Setahun dengan PTKP K/1)
Pembulatan = Rp. 33.581.000
(hasil PKP dilakukan pembulatan ke bawah, misalnya: PKP = Rp. 33.088.753 maka Pembulatan = Rp. 33.088.000.
Contoh kasus pada artikel ini hanya kebetulan memiliki PKP dan Pembulatan yang sama)
Perhitungan PPh 21
5% x Rp. 33.581.000 = Rp. 1.679.050
PPh 21 Setahun = Rp. 1.679.050
PPh 21 Sebulan = Rp. 1.679.050 : 12 = Rp. 139.921
21
PENGELOLAAN PPH 21
Tanggal 10-
1 15
Export payroll
dari Aplikasi
Simponi
2
Tanggal 10-20
M em verifikasi perhitungan P P h 21
yang telah di proses pada aplikasi
Simponi (memastikan potongan telah
sesuai dengan peraturan dan undang-
undang perpajakan yang berlaku) Tanggal 10-20
3 Tanggal 3-10
Proses setoran P P h
M em buat SP T P P h 21 dan
m elakukan P elaporanP P h 21
m asa berjalan dan membuat
bukti potongpada bukan
21 m ebayarkan ke Tanggal 20-3 pegawai dan mantan pegawai
Pada tanggal 1 Januari 2009 Wajib Pajak B berstatus kawin dengan tanggungan
1 (satu) orang anak. Apabila anak yang kedua lahir setelah tanggal 1 Januari
Contoh 2009, besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak yang diberikan kepada Wajib
Pajak B untuk tahun pajak 2009 tetap dihitung berdasarkan status kawin
dengan 1 (satu) anak.
“penyampaian SPT Tahunan Wajib pajak Orang Pribadi adalah 31 Maret setiap tahunnya untuk Tahun
Pajak sebelumnya”
23
Ketentuan Pemberian Insentif
hapindo.co.id
24
Harmonisasi Peraturan Perpajakan
(HPP)
25
Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP)
26
TERIMAKASIH
hapindo.co.id
27