Anda di halaman 1dari 11

BAB 4

AKUNTANSI PPH PASAL 21

Capaian Pembelajaran
Setelah membaca dan mengkaji bab ini, mahasiswa mampu:
Mengetahui dasar hukum dan definisi PPh pasal 21
Menghitung PPh 21
Melakukan pencatatan Akuntansi PPh pasal 21

4.1. DASAR HUKUM PPh PASAL 21


Dasar hukum perhitungan dan pemotongan pajak penghasilan ini terdapat
pada UU No. 36 Tahun 2008 Pasal 21 dan Pasal 26 sebagaimana telah diubah dengan
UU No.7 tahun 2021 tentang UU Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP).
Selain itu, terdapat paraturan di bawah UU sebagai sarana untuk mempermudah
Wajib Pajak dalam menghitung, memotong, menyetor dan melaporkan PPh pasal 21
dan/atau PPh pasal 26 berupa Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER-
16/PJ/2016 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan
Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 26
Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa dan Kegiatan Orang Pribadi.

4.2. DEFINISI PPh PASAL 21


PPh pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah,
honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk
apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang
dilakukan oleh orang pribadi Subjek Pajak dalam negeri, sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21 Undang-Undang Pajak Penghasilan. PPh Pasal 21 merupakan cara
pelunasan Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan melalui pemotongan pajak
atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak Orang Pribadi dalam
negeri. Pembayaran PPh pasal 21 ini dilakukan dalam tahun berjalan melalui
pemotongan oleh pihak-pihak tertentu.

Sedangkan PPh pasal 26 adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan


sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh Wajib
Pajak orang pribadi Subjek Pajak luar negeri, yang selanjutnya disebut PPh Pasal
41
26. Jenis penghasilan tersebut bisa berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan
pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi Subjek
Pajak luar negeri, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 Undang-Undang Pajak Penghasilan.

4.3. CARA MENGHITUNG PPh PASAL 21


PPh pasal 21 dihitung dengan cara :

Tarif x Dasar Pengenaan Pajak (DPP)

Tarif yang dipakai adalah tarif Pasal 17 ayat (1) Undang-undang Pajak
Penghasilan, yaitu:
TABEL 4.1
Tarif untuk Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak


sampai dengan Rp. 60.000.000 5%
Rp. 60.000.000-Rp. 250.000.000 15 %
Rp. 250.000.000-Rp. 500.000.000 25 %
Rp. 500.000.000-Rp. 5.000.000.000 30%
di atas Rp. 5.000.000.000 35%
Sumber : UU No. 7 Tahun 2021
DPP untuk penghitungan PPh pasal 21 ditentukan oleh kategori pegawai yang
akan dihitung pajaknya baik itu pegawai tetap, pegawai tidak tetap dan bukan
pegawai. Tabel berikut menjelaskan DPP untuk masing-masing kategori tersebut:
TABEL 4.2
DPP UNTUK PENGHITUNGAN PPh ASAL 21
NO KATEGORI DPP
1. Pegawai Tetap Penghasilan Kena Pajak =
jumlah seluruh penghasilan bruto setelah
dikurangi dengan:
a. biaya jabatan, sebesar 5%
b. iuran yang terkait dengan gaji yang dibayar
oleh pegawai kepada dana pensiun yang

42
pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan atau badan penyelenggara
tunjangan hari tua atau jaminan hari tua yang
dipersamakan dengan dana pensiun yang
pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan
c. PTKP
2. Penerima Pensiun Penghasilan Kena Pajak =
Berkala seluruh jumlah penghasilan bruto dikurangi
dengan:
a.biaya pensiun, sebesar 5% dari penghasilan
bruto, setinggi-tingginya Rp 200.000,00
sebulan atau Rp 2.400.000,00 setahun.
b. PTKP
3. Pegawai tidak tetap Penghasilan Kena Pajak = Penghasilan bruto -
yang penghasilannya
PTKP
dibayar secara
bulanan atau jumlah
kumulatif penghasilan
yang diterima dalam 1
bulan kalender telah
melebihi Rp.
4.500.000
4. Pegawai tidak tetap Penghasilan Kena Pajak =
yang menerima upah
Penghasilan bruto - Rp 450.000
harian, upah
mingguan, upah
satuan atau upah
borongan, sepanjang
penghasilan kumulatif
yang diterima dalam 1
bulan kalender belum
melebihi Rp 4.500.000
5. Bukan pegawai yang Penghasilan Kena Pajak =
menerima imbalan
50% dari jumlah penghasilan bruto – PTKP
yang bersifat
berkesinambungan perbulan
6. Bukan pegawai yang 50% dari jumlah penghasilan bruto
menerima imbalan
yang tidak bersifat
berkesinambungan
7. Selain di atas Jumlah penghasilan bruto

Sumber : PER 16/PJ/2016

43
4.4. AKUNTANSI PPH PASAL 21
Akuntansi PPh pasal 21 dilakukan dalam rangka menyesuikan kondisi
umum akuntansi bisnis dengan kepatuhan terhadap peraturan pemerintah,
khususnya tentang peraturan perpajakan. Dalam membuat jurnal, bagian akuntansi
harus memahami konsep bahwa semua transaksi yang dicatat harus valid,
terotorisasi dan akurat. Valid maksudnya bahwa setiap transaksi yang dicatat harus
didasarkan pada dokumen sumber yang memadai. Terotorisasi maksudnya bahwa
semua dokumen transaksi harus diotorisasi oleh pejabat yang berwenang. Akurat
maksudnya pencatatan dilakukan dengan teliti dan benar. Tabel berikut ini adalah
contoh penerapan dari konsep tersebut (Purwono, 2010).

TABEL 4.3
DOKUMEN SUMBER UNTUK PENCATATAN TRANSAKSI PERPAJAKAN

TRANSAKSI DOKUMEN SUMBER SAAT TERUTANG PPh 21


Pada saat pembayaran Slip gaji, bukti kas Saat pembayaran gaji
gaji keluar, cek
Pada saat menerima Faktur Akhir bulan terutangnya
tagihan pembelian/tagihan penghasilan
Saat membayar tagihan Cek, bukti kas keluar -
Saat menyetor pajak ke Surat Setoran Pajak -
kas negara (SSP)
Sumber : Purwono (2010)

Berikut ini adalah contoh perhitungan PPh pasal 21 untuk Pegawai tetap yang
menerima penghasilan teratur setiap bulan (diambil dari Lampiran PER
16/PJ/2016 dengan beberapa penyesuaian).

Contoh 1:

Retto sejak tahun 2016 bekerja pada perusahaan PT Jaya Abadi dengan memperoleh
gaji sebulan Rp5.750.000,00. Retto setiap bulan membayar iuran pensiun sebesar
Rp200.000,00. Retto menikah tetapi belum mempunyai anak.

44
PPh Pasal 21 bulan Januari yang dipotong PT Jaya Abadi adalah :

Penghasilan bruto:
Gaji 5.750.000,00
Pengurangan:
Biaya Jabatan 5% X Rp 5.750.000,00 287.500,00
Iuran Pensiun 200.000,00 487.500,00
Penghasilan neto sebulan 5.262.500,00

Penghasilan neto setahun


12 X Rp 5.262.500,00 63.150.000,00
PTKP setahun
- untuk Wajib Pajak sendiri 54.000.000,00
- tambahan karena menikah 4.500.000,00 58.500.000,00
Penghasilan Kena Pajak Setahun 4.650.000,00
PPh Pasal 21 Terutang Rp 232.500,00
5% X Rp 4.650.000,00
PPh Pasal 21 bulan Januari Rp Rp 19.375,00
232.500,00 : 12

PT Jaya Abadi akan melakukan pencatatan sebagai berikut:


Diasumsikan gaji Retto dibayarkan pada tanggal 31 Januari, penyetoran PPh Ps
21 dilakukan tanggal 10 bulan berikutnya, dan iuran pensiun juga dibayarkan tanggal
10 bulan berikutnya. Maka jurnal pembayaran gaji yang dibuat oleh PT Jaya Abadi
adalah:

Tanggal Ayat Jurnal DEBET KREDIT

31 Jan Beban Gaji 5.750.000


Utang PPh 21 19.375
Utang iuran pensiun 200.000
Kas 5.530.625

Transaksi berikutnya adalah penyetoran PPh 21 ke bank kas negara melalui bank
atau kantor pos dan menyetor uran pensiun ke lembaga dana pensiun

Tanggal Ayat Jurnal DEBET KREDIT

10 Feb Utang PPh 21 19.375


Utang iuran pensiun 200.000
Kas 219.375

45
Apabila Retto ingin mencatat pendapatan gaji tersebut dalam pembukuannya,
maka retto akan mencatat jurnal sebagai berikut:

Tanggal Ayat Jurnal DEBET KREDIT

31 Jan Kas 5.530.625


Uang Muka PPh 21 19.375
Beban iuran pensiun 200.000
Pendapatan gaji 5.750.000

Dari jurnal di atas dapat dilihat bahwa uang riil (Take Home Pay/ THP) yang dibawa
pulang Retto adalah Rp 5.530.625,00. Bagi Retto, PPh 21 yang bukan PPh final yang
dipotong oleh PT Jaya Abadi merupakan uang muka PPh yang bisa dikreditkan di
akhir tahun ketika akan melaporkan SPT Tahunan Orang Pribadi Retto sendiri dan
penghasilan ini dapat digabung dengan penghasilan lain yang diterima Retto pada
tahun pajak yang sama.
Apabila pembayaran gaji dilakukan pada setiap tanggal 1 bulan berikutnya, maka
jurnalnya adalah :
Tanggal Ayat Jurnal DEBET KREDIT

31 Jan Beban Gaji 5.750.000


Utang PPh 21 19.375
Utang iuran pensiun 200.000
Utang gaji 5.530.625
(mencatat pebebanan gaji
dan pemotongan PPh 21
bulan Januari)

Jurnal yang dibuat pada tanggal 1 Februari ketikan dilakukan pembayarn gaji:

Tanggal Ayat Jurnal DEBET KREDIT

1 Feb Utang Gaji 5.530.625


Kas 5.530.625
(mencatat pembayaran gaji
bulan Januari)

Contoh 2:

46
Bambang Eko pegawai pada perusahaan PT Candra Kirana, menikah tanpa anak,
memperoleh gaji sebulan Rp8.000.000,00. PT Candra Kirana mengikuti program BPJS
Ketenagakerjaan, premi Jaminan Kecelakaan Kerja dan premi Jaminan Kematian
dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing 0,50% dan 0,30% dari gaji.
PT Candra Kirana menanggung iuran Jaminan Hari Tua setiap bulan sebesar 3,70%
dari gaji sedangkan Bambang Eko membayar iuran Jaminan Hari Tua sebesar 2,00%
dari gaji setiap bulan. Disamping itu PT Candra Kirana juga mengikuti program
pensiun untuk pegawainya. PT Candra Kirana membayar iuran pensiun untuk
Bambang Eko ke dana pensiun, yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan, setiap bulan sebesar Rp200.000,00, sedangkan Bambang Eko membayar
iuran pensiun sebesar Rp 100.000,00. Pada bulan Januari 2020 Bambang Eko
hanya menerima pembayaran berupa gaji. Penghitungan PPh Pasal 21 bulan Januari
2020 adalah sebagai berikut:

Gaji 8.000.000,00
Premi Jaminan Kecelakaan Kerja 40.000,00
Premi Jaminan Kematian 24.000,00
Penghasilan bruto 8.064.000,00
Pengurangan:
Biaya Jabatan 5% X Rp 8.064.000,00 403.200,00
Iuran Pensiun 100.000,00
Iuran Jaminan Hari Tua 160.000,00
663.200,00
Penghasilan neto sebulan 7.400.800,00
Penghasilan neto setahun adalah 12 X Rp 7.400.800,00 88.809.600,00
PTKP setahun
- untuk Wajib Pajak sendiri 54.000.000,00
- tambahan karena menikah 4.500.000,00
58.500.000,00
Penghasilan Kena Pajak Setahun 30.309.600,00
PPh Pasal 21 Terutang
5% X Rp 30.309.000,00 1.515.450,00
PPh Pasal 21 bulan Januari Rp 1.515.480,00 : 12 126.290,00

PT Chandra Kirana akan melakukan pencatatan sebagai berikut:


Diasumsikan gaji Bambang Eko dibayarkan pada tanggal 31 Januari, penyetoran PPh
21 dilakukan tanggai 10 bulan berikutnya, dan iuran BPJS juga dibayarkan

47
tanggal 10 bulan berikutnya. Maka jurnal pembayaran gaji yang dibuat oleh PT
Chandra Kirana adalah:
Sebelum pencatatan dimulai, sebaiknya dilakukan perincian pembayaran untuk
mempermudah pencatatan sebagai berikut:
GAJI 8.000.000
PREMI JKK 0,50% 40.000,00
PREMI JKM 0,30% 24.000,00

IURAN PENSIUN DIBAYAR PERUSAHAAN 200.000


IURAN PENSIUN DIBAYAR KARYAWAN 100.000
IURAN PENSIUN YANG HARUS DISETOR 300.000

PREMI JHT DIBAYAR PERUSAHAAN 3,70% 296.000


PREMI JHT DIBAYAR KARYAWAN 2% 160.000
PREMI JHT YG HARUS DISETOR 456.000

Tanggal Ayat Jurnal DEBET KREDIT

31 Jan Beban Gaji 8.000.000


Beban Premi JHT 296.000
Beban iuran pensiun 200.000
Beban Premi JKK 40.000
Beban Premi JKM 24.000
Utang PPh 21 126.290
UtangPremi JHT 456.000
Utang Iuran pensiun 300.000
Utang Premi JKK 40.000
Utang Premi JKM 24.000
Kas 7.613710

Transaksi berikutnya adalah penyetoran PPh 21 ke bank kas negara melalui bank
atau kantor pos dan menyetor uran pensiun ke lembaga dana pensiun

Tanggal Ayat Jurnal DEBET KREDIT

10 Feb Utang PPh 21 126.290


UtangPremi JHT 456.000
Utang Iuran pensiun 300.000
Utang Premi JKK 40.000
Utang Premi JKM 24.000
Kas 946.290

Apabila Bambang Eko ingin mencatat pendapatan gaji tersebut dalam

48
pembukuannya, maka Bambang Eko akan mencatat jurnal sebagai berikut:

Tanggal Ayat Jurnal DEBET KREDIT

31 Jan Kas 7.613.710


Uang Muka PPh 21 126.290
Beban iuran pensiun 100.000
Beban iuran JHT 160.000
Pendapatan gaji 8.000.000

Dari jurnal di atas dapat dilihat bahwa uang riil (Take ome Pay/ THP) yang dibawa
pulang Bambang Eko adalah Rp 7.613.712,00. Bagi Bambang Eko, PPh 21 yang bukan
PPh final yang dipotong oleh PT Chandra Kirana merupakan uang muka PPh yang
bisa dikreditkan di akhir tahun ketika akan melaporkan SPT Tahunan Orang Pribadi
Bambang Eko sendiri dan penghasilan ini dapat digabung dengan penghasilan lain
yang diterima Bambang Eko pada tahun pajak yang sama.
Apabila pembayaran gaji dilakukan pada setiap tanggal 1 bulan berikutnya, maka
jurnalnya adalah :
Tanggal Ayat Jurnal DEBET KREDIT

31 Jan Beban Gaji 8.000.000


Beban Premi JHT 296.000
Beban iuran pensiun 200.000
Beban Premi JKK 40.000
Beban Premi JKM 24.000
Utang PPh 21 126.290
UtangPremi JHT 456.000
Utang Iuran pensiun 300.000
Utang Premi JKK 40.000
Utang Premi JKM 24.000
Utang Gaji 7.613.710
Jurnal yang dibuat pada tanggal 1 Februari ketikan dilakukan pembayarn gaji:

Tanggal Ayat Jurnal DEBET KREDIT

1 Feb Utang Gaji 7.613.710


Kas 7.613.710
(mencatat pembayaran gaji

49
bulan Januari)

LATIHAN SOAL:
PT Almas Bersaudara Smart (ABS) yang bergerak di bidang industry elektronik,
selama bulan April 2022 memiliki beberapa transaksi pembayaran gaji dan imbalan
lain baik yang diberikan kepada pegawai tetap maupun pegawai tidak tetap,
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Tuan Rayhan, berusia 40 tahun berstatus menikah dan memiliki 2 anak, adalah
direktur Utama PT ABS memperoleh gaji sebesar Rp 30.000.000,00/ bulan serta
menerima tunjangan jabatan, transport dan makan dengan total keseluruhan Rp
20.000.000,00. Untuk pegawai tetapnya PT ABS mengikutkan program
JAMSOSTEK yaitu premi jaminan kecelakaan kerja dan jaminan kematian yang
dibayar oleh perusahaan dengan jumlah masing-masing 0,40%, dan 0,20% dari
gaji pokok. Di samping itu PT ABS menanggung iuran jaminan hari tua setiap bulan
sebesar 2,5% dari gaji pokok. PT ABS juga mengikuti program pensiun untuk
pegawainya ke dana pensiun setiap bulan, untuk Tuan Rayhan sebesar Rp
200.000,00/ bulan. Setiap bulan Tuan Rayhan membayar iuran JHT sebesar 2%
dari gaji pokok dan iuran pensiun sebesar Rp 100.000,00.
2. Dibayarkan fee sebesar US$3,000.00 kepada Mr. Ronald Duck dari Inggris yang
memberikan jasa konsultasi pemasaran produk selama 5 hari (Kurs Menkeu
1US$=Rp 14.500,00)
3. Diserahkan kepada Saudara Syafik Abdullah, pemenang utama atas hadiah
undian berupa uang tunai Rp 10.000.000,00
4. Dr. Rashif, yang beralamat di Jl Sawit Jingga adalah seorang dokter yang
bekerja paruh waktu di klinik kesehatan milik PT ABS, pada bulan April menerima
pembayaran uang konsultasi Rp 15.000.000,00.
5. Gunaris, pada bulan April mengundurkan diri karena sakit parah dan diberi
pesangon Rp 50.000.000,00.

50
6. Bandi, berstatus belum menikah adalah karyawan kontrak PT ABS dengan dasar
upah harian yang akan dibayarkan setiap tanggal 30 tiap bulannya, dalam bulan
April bekerja selama 17 hari kerja dengan upah harian Rp 550.000,00/hari.
7. Pembayaran jasa notaries kepada Bapak Afghan, SH sebesar Rp 30.000.000,00

PERTANYAAN:
1. Hitunglah PPh ps 21 yang dipotong PT ABS bulan April atas transaksi di atas,
kapan disetor dan kapan dilaporkan, dan kepada siapa PT ABS memberikan
bukti potong PPh Ps 21 bulan April 2022!
2. Buatkan jurnal atas transaksi tersebut!

50

Anda mungkin juga menyukai