Pilgan
3. Pemberian natura yang diberikan pihak-pihak berikut ini kepada pegawainyadapat menjadi objek PPh
Pasal 21, kecuali yang diberikan oleh :
a. Kedutaan asing
b. Perusahaan Pelayaran
c. Perusahaan persewaan bangunan
d. Pemberi kerja yang dikenai PPh bersifat final
e. Tidak ada jawaban yg benar
4. Dibawah ini yang bukan sebagai Pemotong PPh Pasal 21 adalaha. Pemberi Kerja yang terdiri dari Orang
Pribadi dan Badan
b. Bendahara atau pemegang kas Pemerintah
c. Penyelenggara kegiatan
d. Organisasi International yang ditetapkan Menkeu
e. Dana Pensiun atau Jamsostek
5. Dibawah ini adalah penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21, kecuali:
a. Pegawai
b. Penerima Uang Pesangon
c. Peserta Kegiatan
d. Badan Usaha
e. Karyawan
Soal kasus
1. Mas Danar bekerja di PT.EDG sebagai karyawan tetap dengan gaji pokok Rp4.700.000 per bulan,
tunjangan makan dan transportasi Rp1.000.000. Ia belum berkeluarga dan tidak memiliki tanggungan.
Lantas berapa PPh 21 Mas Danar?
2. Aliyanto melakukan jasa perawatan mesin fotokopi kepada PT BCD dengan imbalan Rp28.000.000.
Aliyanto mempergunakan tenaga 5 orang pekerja dengan membayarkan upah harian masing-masing
sebesar Rp750.000.
Upah harian yang dibayarkan untuk 5 orang pekerja selama 3 hari melakukan pekerjaan adalah
Rp11.250.000. Selain itu, Aliyanto juga membeli spare part mesin fotokopi yang dipakai untuk perawatan
sebesar Rp 5.550.000. Maka, berapakah PPh Pasal 21 yang terutang?
Premi Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan premi Jaminan Kematian (JKM) dan Iuran Jaminan Hari Tua
(JHT) dibayar oleh pemberi kerja setiap bulan masing-masing sebesar 1,5%, 0,3%, dan 3,7% dari gaji.
Selain itu, Adi juga membayar iuran pensiun Rp150.000 dan iuran jaminan hari tua sebesar 2% dari gaji
untuk setiap bulan. Pada tahun berjalan, Adi juga menerima bonus sebesar Rp8.000.000. Pertanyaannya,
berapa besar PPh Pasal 21 atas bonus tersebut?
Pak Bambang memiliki gaji Rp 30.000.000/bulan (neto) dengan status menikah dan memiliki dua orang
anak. Maka PPh terutang pak Bambang adalah
4. Pak Bambang memiliki gaji Rp 30.000.000/bulan (neto) dengan status menikah dan memiliki dua orang
anak. Maka PPh terutang pak Bambang adalah..
5. Pak Joko adalah seorang konsultan pajak yang menerima penghasilan sebagai berikut pada
tahun 2023: Honorarium Rp 50.000.000 per bulan dan bunga deposito Rp 10.000.000 per
tahun. Pak Joko memiliki NPWP dan melaporkan penghasilannya sendiri. Pak Joko tidak
menikah dan tidak memiliki tanggungan. Pak Joko tidak memiliki hutang atau harta yang
wajib dilaporkan dalam SPT. Hitunglah penghasilan neto, penghasilan kena pajak, dan PPh
Pasal 21 yang terutang oleh Pak Joko untuk tahun 2023!
1.Surat pemberitahuan PPh 21 (SPT PPh 21) adalah surat pemberitahuan atas pemotongan atau
pemungutan pajak atas penghasilan berupa gaji, honorarium, upah, tunjangan dan pembayaran lainnya
dengan nama dan dalam bentuk apapun yang berhubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan
kegiatan yang dijalankan oleh orang pribadi subjek pajak.
3. Yang wajib membuat laporan SPT PPh Pasal 21 adalah bendaharawan yang membayarkan penghasilan
yang menjadi objek PPh Pasal 21. Bendaharawan tersebut wajib memotong dan menyetorkan PPh Pasal 21
sesuai dengan ketentuan yang berlaku, serta menyampaikan laporan pemotongan dan penyetoran PPh Pasal
21 baik melalui SPT Masa PPh Pasal 21 maupun SPT Tahunan PPh Pasal 21. Selain itu, wajib pajak orang
pribadi atau badan juga wajib melaporkan PPh Pasal 21 yang dipotong dengan menyampaikan SPT Masa
PPh Pasal 21.
4. Batas waktu pembayaran jatuh pada tanggal 10 bulan berikutnya, diikuti oleh batas akhir waktu lapor,
yaitu tanggal 20.
5. Yaitu penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tetap, baik penghasilan teratur maupun tidak
teratur. Contoh penghasilan teratur adalah gaji, tunjangan, dan honorarium. Contoh penghasilan tidak
teratur adalah bonus, THR, dan insentif.
6. Cara menyetor PPh pasal 21 yang telah dipotong dari penghasilan pegawai yaitu dengan cara :
● Mengisi Surat Setoran Pajak (SSP) dengan mencantumkan kode akun, nama, alamat, dan NPWP
wajib pajak pemotong, serta jumlah PPh pasal 21 yang dipotong.
● Menyetorkan SSP beserta uang tunai, cek, atau giro ke bank persepsi yang ditunjuk oleh
Direktorat Jenderal Pajak (DJP).
● Menerima bukti setor pajak dari bank persepsi yang berisi nomor seri SSP, tanggal setor, jumlah
setor, dan tanda tangan petugas bank.
7. Cara melaporkan PPh pasal 21 yang telah dipotong dan disetor dari penghasilan pegawai adalah sebagai
berikut:
● Mengisi formulir SPT Masa PPh pasal 21 dengan mencantumkan identitas, rincian penghasilan,
rincian PPh pasal 21, dan rincian pembayaran PPh pasal 21 wajib pajak pemotong dan pegawai.
● Menyampaikan SPT Masa PPh pasal 21 beserta lampiran-lampirannya ke kantor pajak tempat
wajib pajak pemotong terdaftar, baik secara langsung, melalui pos, atau secara elektronik.
● Menerima bukti penerimaan SPT Masa PPh pasal 21 dari kantor pajak
8. Penyampaian SPT PPh Pasal 21 tepat waktu penting untuk menghindari sanksi perpajakan dan
memastikan kepatuhan perusahaan terhadap regulasi pajak yang berlaku.
9. Konsekuensinya dapat berupa sanksi administratif dan denda pajak yang dapat dikenakan oleh otoritas
pajak.
10. Perbedaan nya yaitu pemotongan PPh Pasal 21 pada karyawan tetap dilakukan secara rutin setiap
bulan, sementara pada karyawan kontrak, pemotongan dapat dilakukan sesuai dengan periode kontrak atau
pembayaran.
Jawaban pilgan
1. E
2. D
3. A
4. D
5. D
Jawaban kasus
1. Total gaji: 5.700.000
Biaya jabatan : 5%
Perhitungan
5.700.000 X 5% = 285.000
(NNR)
2. Berdasarkan perjanjian serta dokumen yang diberikan Aliyanto, diketahui bahwa yang menjadi
penghasilan bruto adalah upah yang harus dibayarkan kepada pekerja harian yang dipekerjakan oleh
Aliyanto dan biaya untuk membeli spare part mesin fotokopi.
Maka, jumlah penghasilan bruto sebagai dasar perhitungan PPh Pasal 21 yang harus dipotong oleh PT
BCD atas imbalan yang diberikan kepada Aliyanto adalah sebesar penghasilan bruto dikurangi upah tenaga
kerja harian yang dipekerjaan Aliyanto dan biaya spare part mesin fotokopi. Perhitungannya sebagai
berikut:
PPh Pasal 21 yang harus dipotong PT BCD atas penghasilan yang diterima Aliyanto adalah sebesar:
Dalam hal Aliyanto tidak memiliki NPWP maka PPh Pasal 21 yang harus dipotong oleh PT BCD menjadi:
120% x 5% x 50% x Rp 11.200.000 = Rp 336.000
Catatan: untuk pembayaran upah harian kepada masing-masing pekerja wajib dipotong PPh Pasal 21 oleh
Aliyanto.
PTKP
Kawin : Rp 4.500.000
PKP : Rp 292.500.000
5% x Rp 50.000.000 = Rp 2.500.000
Jadi, PPh 21 yang harus dibayarkan Pak Bambang setiap tahunnya adalah Rp 43.125.000/tahun.
4. - Penghasilan neto Pak Joko adalah jumlah penghasilan bruto dikurangi biaya jabatan. Biaya jabatan
adalah 50% dari penghasilan bruto maksimal Rp 6.000.000 per bulan. Penghasilan bruto Pak Joko adalah
sebagai berikut:
•Dari usaha: Rp 50.000.000 x 12 = Rp 600.000.000
•Dari bunga: Rp 10.000.000
•Total: Rp 610.000.000
- Biaya jabatan Pak Joko adalah 50% x Rp 600.000.000 = Rp 300.000.000, tetapi dibatasi maksimal Rp
6.000.000 x 12 = Rp 72.000.000 per tahun.
- Penghasilan neto Pak Joko adalah Rp 610.000.000 - Rp 72.000.000 = Rp 538.000.000
- Penghasilan kena pajak Pak Joko adalah penghasilan neto dikurangi pengurang-pengurang pajak.
Pengurang-pengurang pajak adalah PTKP untuk diri sendiri Rp 54.000.000.
- Penghasilan kena pajak Pak Joko adalah Rp 538.000.000 - Rp 54.000.000 = Rp 484.000.000
- PPh Pasal 21 yang terutang oleh Pak Joko adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan kena pajak
dengan menggunakan tarif progresif. Tarif progresif adalah sebagai berikut:
•5% untuk penghasilan kena pajak sampai dengan Rp 50.000.000
•15% untuk penghasilan kena pajak di atas Rp 50.000.000 sampai dengan Rp 250.000.000
•25% untuk penghasilan kena pajak di atas Rp 250.000.000 sampai dengan Rp 500.000.000
•30% untuk penghasilan kena pajak di atas Rp 500.000.000
- PPh Pasal 21 yang terutang oleh Pak Joko adalah sebagai berikut:
•5% x Rp 50.000.000 = Rp 2.500.000
•15% x (Rp 250.000.000 - Rp 50.000.000) = Rp 30.000.000
•25% x (Rp 484.000.000 - Rp 250.000.000) = Rp 58.500.000
•Total: Rp 2.500.000 + Rp 30.000.000 + Rp 58.500.000 = Rp 91.000.000