Anda di halaman 1dari 6

Soal essay

1. Apa yang dimaksud dengan SPT PPh pasal 21?


2. Sebutkan apa saja fungsi dari Laporan SPT Pph pasal 21?
3. Siapa saja yang wajib membuat Laporan SPT PPh pasal 21?
4. Kapan batas waktu pembayaran SPT PPh pasal 21?
5. Apa jenis penghasilan yang dilaporkan pada SPT PPh pasal 21?
6. Bagaimana cara menyetor PPh pasal 21 yang telah dipotong dari penghasilan pegawai?
7. Bagaimana cara melaporkan PPh pasal 21 yang telah dipotong dan disetor dari penghasilan
pegawai?
8. Mengapa penting bagi perusahaan untuk menyampaikan SPT PPh Pasal 21 tepat waktu?
9. Apa konsekuensi jika perusahaan tidak melaporkan SPT PPh Pasal 21 dengan benar?
10. Apa perbedaan antara pemotongan PPh Pasal 21 pada karyawan tetap dan karyawan kontrak?

Pilgan

1. Dibawah ini yang merupakan Unsur-unsur PPh Pasal 21, adalah


a. Wajib Pajak
b. Pemotong Pajak
c. Obyek Pajak
d. Tarif Pajak
e. Semua Benar

2. Manakah dibawah ini yang bukan merupakan pemotong PPh Pasal 21 ?


a. Penyelanggara kegiatan
b. Dana pensiun
c. Perusahaan sebagai pemberi kerja
d. Orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha yang semata-mata memperkerjakan orang pribadi
untuk melakukan pekerjaanrumah tangga
e. Orang prinadi yang melakukan kegitan usaha dan pekerjaan bebas sertabadan yang melakukan
pembayaran honorarium, komisi, fee, ataupembayaran lainnya

3. Pemberian natura yang diberikan pihak-pihak berikut ini kepada pegawainyadapat menjadi objek PPh
Pasal 21, kecuali yang diberikan oleh :
a. Kedutaan asing
b. Perusahaan Pelayaran
c. Perusahaan persewaan bangunan
d. Pemberi kerja yang dikenai PPh bersifat final
e. Tidak ada jawaban yg benar

4. Dibawah ini yang bukan sebagai Pemotong PPh Pasal 21 adalaha. Pemberi Kerja yang terdiri dari Orang
Pribadi dan Badan
b. Bendahara atau pemegang kas Pemerintah
c. Penyelenggara kegiatan
d. Organisasi International yang ditetapkan Menkeu
e. Dana Pensiun atau Jamsostek
5. Dibawah ini adalah penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21, kecuali:
a. Pegawai
b. Penerima Uang Pesangon
c. Peserta Kegiatan
d. Badan Usaha
e. Karyawan

Soal kasus

1. Mas Danar bekerja di PT.EDG sebagai karyawan tetap dengan gaji pokok Rp4.700.000 per bulan,
tunjangan makan dan transportasi Rp1.000.000. Ia belum berkeluarga dan tidak memiliki tanggungan.
Lantas berapa PPh 21 Mas Danar?

2. Aliyanto melakukan jasa perawatan mesin fotokopi kepada PT BCD dengan imbalan Rp28.000.000.
Aliyanto mempergunakan tenaga 5 orang pekerja dengan membayarkan upah harian masing-masing
sebesar Rp750.000.

Upah harian yang dibayarkan untuk 5 orang pekerja selama 3 hari melakukan pekerjaan adalah
Rp11.250.000. Selain itu, Aliyanto juga membeli spare part mesin fotokopi yang dipakai untuk perawatan
sebesar Rp 5.550.000. Maka, berapakah PPh Pasal 21 yang terutang?

Premi Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan premi Jaminan Kematian (JKM) dan Iuran Jaminan Hari Tua
(JHT) dibayar oleh pemberi kerja setiap bulan masing-masing sebesar 1,5%, 0,3%, dan 3,7% dari gaji.

Selain itu, Adi juga membayar iuran pensiun Rp150.000 dan iuran jaminan hari tua sebesar 2% dari gaji
untuk setiap bulan. Pada tahun berjalan, Adi juga menerima bonus sebesar Rp8.000.000. Pertanyaannya,
berapa besar PPh Pasal 21 atas bonus tersebut?

Pak Bambang memiliki gaji Rp 30.000.000/bulan (neto) dengan status menikah dan memiliki dua orang
anak. Maka PPh terutang pak Bambang adalah

4. Pak Bambang memiliki gaji Rp 30.000.000/bulan (neto) dengan status menikah dan memiliki dua orang
anak. Maka PPh terutang pak Bambang adalah..

5. Pak Joko adalah seorang konsultan pajak yang menerima penghasilan sebagai berikut pada
tahun 2023: Honorarium Rp 50.000.000 per bulan dan bunga deposito Rp 10.000.000 per
tahun. Pak Joko memiliki NPWP dan melaporkan penghasilannya sendiri. Pak Joko tidak
menikah dan tidak memiliki tanggungan. Pak Joko tidak memiliki hutang atau harta yang
wajib dilaporkan dalam SPT. Hitunglah penghasilan neto, penghasilan kena pajak, dan PPh
Pasal 21 yang terutang oleh Pak Joko untuk tahun 2023!

Jawaban soal essay :

1.Surat pemberitahuan PPh 21 (SPT PPh 21) adalah surat pemberitahuan atas pemotongan atau
pemungutan pajak atas penghasilan berupa gaji, honorarium, upah, tunjangan dan pembayaran lainnya
dengan nama dan dalam bentuk apapun yang berhubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan
kegiatan yang dijalankan oleh orang pribadi subjek pajak.

2. fungsi nya yaitu :


● Sebagai alat pelaporan dan pertanggungjawaban pajaknya bagi wajib pajak, pemotong pajak, dan
petugas pajak.
● Sebagai sarana bagi wajib pajak untuk melaporkan serta mempertanggung jawabkan perhitungan
atas jumlah pajak yang sebenarnya.
● Bagi pemotong pajak seperti perusahaan, SPT PPh pasal 21 berfungsi sebagai bukti
pertanggungjawaban bahwa pajak karyawan telah dibayarkan kepada negara.
● Bagi fiskus, SPT PPh pasal 21 berfungsi sebagai alat penguji kepatuhan wajib pajak atas
kewajiban yang telah dilaksanakan dan memastikannya telah sesuai dengan peraturan perpajakan
yang berlaku.

3. Yang wajib membuat laporan SPT PPh Pasal 21 adalah bendaharawan yang membayarkan penghasilan
yang menjadi objek PPh Pasal 21. Bendaharawan tersebut wajib memotong dan menyetorkan PPh Pasal 21
sesuai dengan ketentuan yang berlaku, serta menyampaikan laporan pemotongan dan penyetoran PPh Pasal
21 baik melalui SPT Masa PPh Pasal 21 maupun SPT Tahunan PPh Pasal 21. Selain itu, wajib pajak orang
pribadi atau badan juga wajib melaporkan PPh Pasal 21 yang dipotong dengan menyampaikan SPT Masa
PPh Pasal 21.

4. Batas waktu pembayaran jatuh pada tanggal 10 bulan berikutnya, diikuti oleh batas akhir waktu lapor,
yaitu tanggal 20.

5. Yaitu penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tetap, baik penghasilan teratur maupun tidak
teratur. Contoh penghasilan teratur adalah gaji, tunjangan, dan honorarium. Contoh penghasilan tidak
teratur adalah bonus, THR, dan insentif.

6. Cara menyetor PPh pasal 21 yang telah dipotong dari penghasilan pegawai yaitu dengan cara :
● Mengisi Surat Setoran Pajak (SSP) dengan mencantumkan kode akun, nama, alamat, dan NPWP
wajib pajak pemotong, serta jumlah PPh pasal 21 yang dipotong.
● Menyetorkan SSP beserta uang tunai, cek, atau giro ke bank persepsi yang ditunjuk oleh
Direktorat Jenderal Pajak (DJP).
● Menerima bukti setor pajak dari bank persepsi yang berisi nomor seri SSP, tanggal setor, jumlah
setor, dan tanda tangan petugas bank.

7. Cara melaporkan PPh pasal 21 yang telah dipotong dan disetor dari penghasilan pegawai adalah sebagai
berikut:
● Mengisi formulir SPT Masa PPh pasal 21 dengan mencantumkan identitas, rincian penghasilan,
rincian PPh pasal 21, dan rincian pembayaran PPh pasal 21 wajib pajak pemotong dan pegawai.
● Menyampaikan SPT Masa PPh pasal 21 beserta lampiran-lampirannya ke kantor pajak tempat
wajib pajak pemotong terdaftar, baik secara langsung, melalui pos, atau secara elektronik.
● Menerima bukti penerimaan SPT Masa PPh pasal 21 dari kantor pajak

8. Penyampaian SPT PPh Pasal 21 tepat waktu penting untuk menghindari sanksi perpajakan dan
memastikan kepatuhan perusahaan terhadap regulasi pajak yang berlaku.

9. Konsekuensinya dapat berupa sanksi administratif dan denda pajak yang dapat dikenakan oleh otoritas
pajak.
10. Perbedaan nya yaitu pemotongan PPh Pasal 21 pada karyawan tetap dilakukan secara rutin setiap
bulan, sementara pada karyawan kontrak, pemotongan dapat dilakukan sesuai dengan periode kontrak atau
pembayaran.

Jawaban pilgan
1. E
2. D
3. A
4. D
5. D

Jawaban kasus
1. Total gaji: 5.700.000

Biaya jabatan : 5%

PTKP (TK/0): 54.000.000

Perhitungan

5.700.000 X 5% = 285.000

5.700.000 – 285.000 = 5.415.000 (penghasilan neto sebulan)

5.415.000 X 12 = 64.980.000 (penghasilan neto setahun)

64.980.000-54.000.000 = 10.980.000 (penghasilan kena pajak setahun)

10.980.000 X 5% = 549.000 (PPh 21 setahun)

549.000 : 12 = 45.750 (PPh 21 sebulan)

(NNR)

2. Berdasarkan perjanjian serta dokumen yang diberikan Aliyanto, diketahui bahwa yang menjadi
penghasilan bruto adalah upah yang harus dibayarkan kepada pekerja harian yang dipekerjakan oleh
Aliyanto dan biaya untuk membeli spare part mesin fotokopi.

Maka, jumlah penghasilan bruto sebagai dasar perhitungan PPh Pasal 21 yang harus dipotong oleh PT
BCD atas imbalan yang diberikan kepada Aliyanto adalah sebesar penghasilan bruto dikurangi upah tenaga
kerja harian yang dipekerjaan Aliyanto dan biaya spare part mesin fotokopi. Perhitungannya sebagai
berikut:

Rp28.000.000 – (Rp11.250.000 + Rp 5.550.000) = Rp 11.200.000

PPh Pasal 21 yang harus dipotong PT BCD atas penghasilan yang diterima Aliyanto adalah sebesar:

5% x 50% x Rp 11.200.000 = Rp280.000

Dalam hal Aliyanto tidak memiliki NPWP maka PPh Pasal 21 yang harus dipotong oleh PT BCD menjadi:
120% x 5% x 50% x Rp 11.200.000 = Rp 336.000

Catatan: untuk pembayaran upah harian kepada masing-masing pekerja wajib dipotong PPh Pasal 21 oleh
Aliyanto.

3. Penghasilan pertahun : Rp 30.000.000 x 12 bulan = Rp 360.000.000

PTKP

Wajib pajak : Rp 54.000.000

Kawin : Rp 4.500.000

2 anak : Rp 4.500.000 x 2 = Rp 9.000.0000

Total PTKP : Rp 54.000.000 + Rp Rp 9.000.0000

PKP : Rp 292.500.000

5% x Rp 50.000.000 = Rp 2.500.000

15% x Rp 200.000.000 = Rp 30.000.000

25% x Rp 42.500.000 = Rp 10.625.000

PPh 21 Rp 2.500.000 + Rp 30.000.000 + Rp 10.625.000 = Rp 43.125.000

Jadi, PPh 21 yang harus dibayarkan Pak Bambang setiap tahunnya adalah Rp 43.125.000/tahun.

4. - Penghasilan neto Pak Joko adalah jumlah penghasilan bruto dikurangi biaya jabatan. Biaya jabatan
adalah 50% dari penghasilan bruto maksimal Rp 6.000.000 per bulan. Penghasilan bruto Pak Joko adalah
sebagai berikut:
•Dari usaha: Rp 50.000.000 x 12 = Rp 600.000.000
•Dari bunga: Rp 10.000.000
•Total: Rp 610.000.000
- Biaya jabatan Pak Joko adalah 50% x Rp 600.000.000 = Rp 300.000.000, tetapi dibatasi maksimal Rp
6.000.000 x 12 = Rp 72.000.000 per tahun.
- Penghasilan neto Pak Joko adalah Rp 610.000.000 - Rp 72.000.000 = Rp 538.000.000
- Penghasilan kena pajak Pak Joko adalah penghasilan neto dikurangi pengurang-pengurang pajak.
Pengurang-pengurang pajak adalah PTKP untuk diri sendiri Rp 54.000.000.
- Penghasilan kena pajak Pak Joko adalah Rp 538.000.000 - Rp 54.000.000 = Rp 484.000.000

- PPh Pasal 21 yang terutang oleh Pak Joko adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan kena pajak
dengan menggunakan tarif progresif. Tarif progresif adalah sebagai berikut:
•5% untuk penghasilan kena pajak sampai dengan Rp 50.000.000
•15% untuk penghasilan kena pajak di atas Rp 50.000.000 sampai dengan Rp 250.000.000
•25% untuk penghasilan kena pajak di atas Rp 250.000.000 sampai dengan Rp 500.000.000
•30% untuk penghasilan kena pajak di atas Rp 500.000.000
- PPh Pasal 21 yang terutang oleh Pak Joko adalah sebagai berikut:
•5% x Rp 50.000.000 = Rp 2.500.000
•15% x (Rp 250.000.000 - Rp 50.000.000) = Rp 30.000.000
•25% x (Rp 484.000.000 - Rp 250.000.000) = Rp 58.500.000
•Total: Rp 2.500.000 + Rp 30.000.000 + Rp 58.500.000 = Rp 91.000.000

Anda mungkin juga menyukai