Anda di halaman 1dari 17

PPH

21 DAN 22
Present by kelompok 7
Dosen Pengampu : Qisthi Ardi, SE., M.Ak
OUR TEAM

Vigo Ramadhan Chairul Hikmatul Andika Pramudya


Akbar
4202114195 2 4202114210 4 4202114199

Jihan Nur Haliza Intan Nadira 5


1 4202114206 3 4202114181
KONTEKS MATERI
PPh PASAL 21 PPh PASAL 22

01. Definisi 01. Definisi

02. Pihak Pemotong Pajak 02. Objek PPh Pasal 22


PPh 21
03. Tarif PPh Pasal 22
03. Tarif Progresif PPh 21
04. Landasan Hukum
04. Landasan Hukum
01
PPh PASAL 21
Definisi

PPh Pasal 21 adalah pajak atas


penghasilan orang pribadi
dalam negeri berupa gaji, upah,
honorarium, tunjangan,
maupun pembayaran lainnya
sehubungan dengan pekerjaan
dan kegiatan orang pribadi
tersebut.
Pihak Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 21
Pemotong PPh Pasal 21 adalah Wajib Pajak orang pribadi atau badan. Pemotongan PPh
Pasal 21 sesuai dengan Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER – 16/PJ/2016 Pasal 2 adalah:

● Pemberi kerja yang terdiri dari orang pribadi dan cabang perwakilan, atau unit, dalam
hal yang melakukan sebagian atau seluruh administrasi
● bendahara atau pemegang kas pemerintah, termasuk bendahara atau pemegang kas
pada Pemerintah Pusat termasuk institusi TNI/POLRI, Pemerintah Daerah, instansi
atau lembaga pemerintah, lembaga-lembaga negara lainnya
● Dana pensiun, badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja,
● orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta badan
yang membayar
● Penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah, organisasi yang
bersifat nasional dan internasional,
Tarif Progresif PPh 21
Pasal 17 ayat 1, perhitungan tarif pajak penghasilan pribadi menggunakan tarif progresif, dimana persentase
pengenaan PPh 21 WPOP dikategorikan berdasarkan jumlah penghasilan tahunannya. Adapun kategori tarif pajak
yang dimaksud adalah sebagai berikut:

● Pajak dengan penghasilan tahunan hingga Rp


50.000.000,- adalah 5%
● Wajib Pajak dengan penghasilan tahunan Rp
50.000.000, - Rp 250.000.000,- adalah 15%.
● Wajib Pajak dengan penghasilan tahunan Rp
250.000.000,- Rp 500.000.000,- adalah 25%.
● Wajib Pajak dengan penghasilan tahunan di atas
Rp 500.000.000, - adalah 30%.
● Wajib Pajak yang tidak memiliki NPWP, dikenai tarif
20% lebih tinggi dari tarif yang diterapkan terhadap
wajib pajak yang memiliki NPWP. Sehingga total
PPh 21 yang dipotong adalah sebesar 120% dari
jumlah yang seharusnya dipotong
Landasan Hukum PPh Pasal 21
 Undang-Undang Nomor 7 tahun 1983 hingga Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan.
 Peraturan Menteri Keuangan No. 252/PMK.03/2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemotongan Pajak
atas Penghasilan Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi.
 Peraturan Pemerintah No. 68/2009 tentang Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21 atas Penghasilan berupa
Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua, dan Jaminan Hari Tua yang Dibayarkan
Sekaligus.
 Peraturan Menteri Keuangan No. 16/PMK.03/2010 tentang Tata Cara Pemotongan Pajak Penghasilan
Pasal 21 atas Penghasilan Berupa Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua, dan
Jaminan Hari Tua yang Dibayarkan Sekaligus.
 Peraturan Dirjen Pajak No. PER-16/PJ/2016 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran,
dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 26 sehubungan dengan
Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi.
 Peraturan Menteri Keuangan No. 101/PMK.010/2016 tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak
Kena Pajak.
 Peraturan Menteri Keuangan No. 102/PMK.010/2016 tentang Penetapan Bagian Penghasilan Sehubungan
dengan Pekerjaan dari Pegawai Harian dan Mingguan serta Pegawai Tidak Tetap lainnya yang Tidak
Dikenakan Pemotongan Menimbang Pajak Penghasilan.
02
PPh PASAL 22
Definisi

PPh Pasal 22 merupakan pajak yang dikenakan pada badan usaha, baik milik pemerintah
maupun badan usaha swasta, yang melakukan kegiatan ekspor dan impor. Pajak jenis ini
memiliki tarif yang bervariasi dan bergantung dari pemungut serta objek dan jenis
transaksi.

Ketentuan tersebut berdasarkan UU Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. PPh
Pasal 22 ini merupakan bentuk pungutan yang dilakukan satu pihak terhadap wajib pajak
dan berkaitan dengan kegiatan perdagangan barang.
Objek PPh Pasal 22
Ada bebarapa kompenen yang dijadikan
sebagai objek, diantaranya :

1. Impor barang dan ekspor


2. Pembayaran atas pembelian barang Sesekali berhentilah untuk
3. Pembayaran barang atas pembelian barang sekadar bersantai. Bukan
kepada pihak ketiga untuk terlena, kemudian
4. Pembayaran atas pembelian barang untuk membangun semangat
BUMN untuk perjuangan
5. Penjualan hasil produksi pada distributor berikutnya.
6. Penjualan kendaraan bermotor – Muhammar Afif --
7. Penjualan migas
8. Pembelian bahan-bahan dari pedagang
pengepul
9. Penjualan barang yang tergolong sangat
mewah
Tarif PPh Pasal 22
1. Atas impor
• Menggunakan Angka Pengenal Importir (API) = 2,5% x nilai impor
• non-API = 7,5% x nilai impor
• Tidak dikuasai = 7,5% x harga jual lelang

2. Atas pembelian barang oleh DJPB, Bendahara Pemerintah, BUMN/BUMD = 1,5% x harga pembelian
(tidak termasuk PPN dan tidak final)

3.Atas penjualan hasil produksi ditetapkan berdasarkan keputusan DJP.


• Kertas = 0.1% x DPP PPN (Tidak Final)
• Semen = 0.25% x DPP PPN (Tidak Final)
• Baja = 0.3% x DPP PPN (Tidak Final)
• Otomotif = 0.45% x DPP PPN (Tidak Final)

4. Atas penjualan hasil produksi atau penyerahan barang oleh produsen atau importir bahan bakar
minyak,gas, dan pelumas adalah Pungutan PPh Pasal 22 kepada penyalur/agen, bersifat final. Selain
penyalur/agen bersifat tidak final.
5. Atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor dari pedagang
pengumpul ditetapkan = 0,25 % x harga pembelian (tidak termasuk PPN).

6. Atas impor kedelai, gandum, dan tepung terigu oleh importir yang menggunakan API = 0,5% x
nilai impor

7. Untuk yang tidak memiliki NPWP dipotong 100% lebih tinggi dari tarif PPh Pasal 22.

8. Atas penjualan
• Pesawat udara pribadi dengan harga jual lebih dari Rp 20.000.000.000,-
• Kapal pesiar dan sejenisnya dengan harga jual lebih dari Rp 10.000.000.000,-
• Rumah beserta tanahnya dengan harga jual atau harga pengalihannya lebih dari Rp
10.000.000.000,- dan luas bangunan lebih dari 500 m2.
• Apartemen, kondominium,dan sejenisnya dengan harga jual atau pengalihannya lebih dari Rp
10.000.000.000,- dan/atau luas bangunan lebih dari 400 m2.
• Kendaraan bermotor roda empat pengangkutan orang kurang dari 10 orang berupa sedan,
jeep, sport utility vehicle(suv), multi purpose vehicle (mpv), minibus dan sejenisnya dengan
harga jual lebih dari Rp 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah) dan dengan kapasitas silinder lebih
dari 3.000 cc. Sebesar 5% dari harga jual tidak termasuk PPN dan PPnBM.
Landasan Hukum PPh Pasal 22
 Undang-Undang Nomor 7 tahun 1983 sebagaimana terakhir telah diubah dengan Undang-undang Nomor
36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas UU No. 7 tentang Pajak Penghasilan
 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan;
 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 34/PMK.010/2017 tentang Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22
Sehubungan dengan Pembayaran atas Penyerahan Barang dan Kegiatan di Bidang Impor atau Kegiatan
Usaha di Bidang Lain.
 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 110/PMK.010/2018 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 34/PMK.010/2017 tentang Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Sehubungan dengan
Pembayaran atas Penyerahan Barang dan Kegiatan di Bidang Impor atau Kegiatan Usaha di Bidang Lain
 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 231/PMK.03/2019 tentang Tata Cara Pendaftaran dan Penghapusan
Nomor Pokok Wajib Pajak, Pengukuhan dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Serta
Pemotongan dan/atau Pemungutan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Bagi Instansi Pemerintah
 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 59/PMK.03/2022 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 231/PMK.03/2019 tentang Tata Cara Pendaftaran dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib
Pajak, Pengukuhan dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, serta Pemotongan dan/atau
Pemungutan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak bagi Instansi Pemerintah
LATIHAN SOAL

Pertanyaan:
Novita bekerja sebagai pegawai tetap di PT LEBAH.
Novi memperoleh gaji sebesar Rp. 8.700.000,00.
Novita memperoleh tunjangan rumah sebesar Rp.
600.000,00. Suami Novita tidak bekerja dan
dibuktikan dengan adanya surat keterangan dari
RT/RW setempat. Novita memiliki satu anak kandung
dan satu anak angkat. Berapakah Perhitungan PPh
pasal 21 terutang Novita? (PPh 21)
PEMBAHASAN

1.Gaji = Rp. 8.700.000


Tunjangan = Rp. 600.000
= Rp. 9.300.000 +

Biaya Jabatan (5% x Rp. 9.300.000) = (Rp. 465.000) _


Gaji neto = Rp. 8.835.000
Gaji pertahun (12 x Rp. 8.835.000) = Rp. 106.020.000
PTKP (Penghasilan tidak kena pajak (k/2))
Diri Sendiri = Rp. 54.000.000
Menikah = Rp. 4.500.000
Tanggungan (2 x Rp. 4.500.000) = Rp. 9.000.000 +
= Rp. 67.500.000
Maka,
PKP (Penghasilan kena pajak dari (Gaji pertahun – Tanggungan))
= Rp. 106.020.000 - Rp. 67.500.000
= Rp. 38. 520.000

Tarif pajak PPh Pasal 21 (bagian a)


= 5% x Rp. 38.520.000
= Rp.1.926.000
THANKS!
Do you have any questions?

CREDITS: This presentation template was created


by Slidesgo, including icons by Flaticon, and
infographics & images by Freepik.

Anda mungkin juga menyukai