Npm : 24023119299
Mata kuliah : Perpajakan
PPh 21 adalah pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau
kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak
orang pribadi dalam negeri yang wajib dilakukan oleh:
a. Pemberi kerja yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran
lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai atau
bukan pegawai.
b. Bendahara pemerintah yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan.
c. Dana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang pensiun dan pembayaran
lain dengan nama apa pun dalam rangka pensiun.
sehubungan dengan jasa termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas.
e. Penyelenggara kegiatan yang melakukan pembayaran sehubungan dengan
pelaksanaan suatu kegiatan.
Penghasilan pegawai tetap atau pensiunan yang dipotong pajak untuk setiap bulan adalah
jumlah penghasilan bruto setelah dikurangi dengan biaya jabatan yang besarnya ditetapkan
dengan Peraturan Menteri Keuangan, iuran pensiun, dan Penghasilan Tidak Kena Pajak.
Iuran pensiun termasuk juga iuran tunjangan hari tua atau tabungan hari tua yang dibayar
oleh pegawai.
Bagi pensiunan besarnya penghasilan yang dipotong pajak adalah jumlah penghasilan bruto
dikurangi dengan biaya pensiun dan Penghasilan Tidak Kena Pajak. Dalam pengertian
pensiunan termasuk juga penerima tunjangan hari tua atau tabungan hari tua.
Penghasilan pegawai harian, mingguan, serta pegawai tidak tetap lainnya yang dipotong
pajak adalah jumlah penghasilan bruto setelah dikurangi bagian penghasilan yang tidak
dikenakan pemotongan yang besarnya ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan.
Besarnya penghasilan yang dipotong pajak bagi pegawai harian, mingguan, serta pegawai
tidak tetap lainnya adalah jumlah penghasilan bruto dikurangi dengan bagian penghasilan
yang tidak dikenai pemotongan yang besarnya ditetapkan dengan Peraturan Menteri
Keuangan, dengan memerhatikan Penghasilan Tidak Kena Pajak yang berlaku.
• Peraturan Pemerintah No. 68/2009 tentang Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21 atas
Penghasilan berupa Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua, dan
Jaminan Hari Tua yang Dibayarkan Sekaligus.
• Peraturan Dirjen Pajak No. PER-16/PJ/2016 tentang Pedoman Teknis Tata Cara
Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak
Penghasilan Pasal 26 sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang
Pribadi.
• Penghasilan yang diterima pegawai tetap, baik penghasilan yang teratur maupun
tidak teratur.
• Uang pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua, dan pembayaran
sejenisnya.
• Penghasilan tenaga kerja lepas, seperti upah harian/mingguan, upah satuan, upah
borongan atau upah yang dibayarkan secara bulanan.
• Imbalan kepada bukan pegawai, berupa honorarium, komisi, fee, dan imbalan
sejenisnya dengan nama dan bentuk apapun sebagai imbalan dengan pekerjaan,
jasa, dan kegiatan yang dilakukan.
• Imbalan peserta kegiatan, berupa uang saku, uang representasi, uang rapat,
honorarium, hadiah atau penghargaan dengan nama dan bentuk apapun, dan
imbalan sejenis dengan nama apapun.
• Zakat yang diterima dari Badan atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan
pemerintah dan sumbangan keagamaan.
• Beasiswa
Tarif PPh 21
Perhitungan tarif pajak pribadi menggunakan tarif progresif sesuai undang-undang PPh Pasal
17. Mengenai tarif lapisan penghasilan kena pajak, rencananya pemerintah akan menaikan
serta menambah tarif lapisan tersebut yang tertuang pada Undang-Undang Harmonisasi
Peraturan Perpajakan yang disahkan di sidang paripurna DPR pada 7 Oktober 2021
Penghasilan 0 - Rp Penghasilan 0 - Rp
5% 5%
50 juta 60 juta
Penghasilan Rp 50 Penghasilan Rp 60
15% 15%
juta - Rp 250 juta juta - Rp 250 juta
Penghasilan Rp Penghasilan Rp
juta juta
Penghasilan Rp
Penghasilan di
30% 500 juta - Rp 5 30%
atas Rp 500 juta
miliar
Penghasilan di
35%
atas Rp 5 miliar
Besarnya tarif yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang tidak memiliki Nomor Pokok
Wajib Pajak lebih tinggi 20% (dua puluh persen) daripada tarif yang diterapkan terhadap
Wajib Pajak yang dapat menunjukkan Nomor Pokok Wajib Pajak.
Kepemilikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dapat dibuktikan oleh Wajib Pajak, antara
lain, dengan cara menunjukkan kartu NPWP.