Anda di halaman 1dari 5

Nama : Risa Nur Afrianti

Npm : 24023119299
Mata kuliah : Perpajakan

Pasal 21 Pajak Penghasilan (Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008)

PPh 21 adalah pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau
kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak
orang pribadi dalam negeri yang wajib dilakukan oleh:
a. Pemberi kerja yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran
lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai atau
bukan pegawai.
b. Bendahara pemerintah yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan.
c. Dana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang pensiun dan pembayaran
lain dengan nama apa pun dalam rangka pensiun.

d. Badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan

sehubungan dengan jasa termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas.
e. Penyelenggara kegiatan yang melakukan pembayaran sehubungan dengan
pelaksanaan suatu kegiatan.

Jumlah penghasilan pegawai tetap yang wajib dipotong pajak

Penghasilan pegawai tetap atau pensiunan yang dipotong pajak untuk setiap bulan adalah
jumlah penghasilan bruto setelah dikurangi dengan biaya jabatan yang besarnya ditetapkan
dengan Peraturan Menteri Keuangan, iuran pensiun, dan Penghasilan Tidak Kena Pajak.
Iuran pensiun termasuk juga iuran tunjangan hari tua atau tabungan hari tua yang dibayar
oleh pegawai.

Jumlah penghasilan pensiunan yang wajib dipotong pajak

Bagi pensiunan besarnya penghasilan yang dipotong pajak adalah jumlah penghasilan bruto
dikurangi dengan biaya pensiun dan Penghasilan Tidak Kena Pajak. Dalam pengertian
pensiunan termasuk juga penerima tunjangan hari tua atau tabungan hari tua.

Jumlah penghasilan pegawai harian yang wajib dipotong pajak

Penghasilan pegawai harian, mingguan, serta pegawai tidak tetap lainnya yang dipotong
pajak adalah jumlah penghasilan bruto setelah dikurangi bagian penghasilan yang tidak
dikenakan pemotongan yang besarnya ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan.
Besarnya penghasilan yang dipotong pajak bagi pegawai harian, mingguan, serta pegawai
tidak tetap lainnya adalah jumlah penghasilan bruto dikurangi dengan bagian penghasilan
yang tidak dikenai pemotongan yang besarnya ditetapkan dengan Peraturan Menteri
Keuangan, dengan memerhatikan Penghasilan Tidak Kena Pajak yang berlaku.

Peraturan Terkait dengan PPh 21

Peraturan terkait dengan PPh Pasal 21 yaitu:

• Undang-Undang Nomor 7 tahun 1983 sebagaimana terakhir telah diubah dengan


Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas UU No. 7
tentang Pajak Penghasilan

• Peraturan Pemerintah No. 68/2009 tentang Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21 atas
Penghasilan berupa Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua, dan
Jaminan Hari Tua yang Dibayarkan Sekaligus.

• Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/PMK.03/2008 tentang Petunjuk


Pelaksanaan Pemotongan Pajak atas Penghasilan Sehubungan dengan Pekerjaan,
Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi.

• Peraturan Menteri Keuangan Nomor 16/PMK.03/2010 tentang Tata Cara


Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas Penghasilan Berupa Uang Pesangon,
Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua, dan Jaminan Hari Tua yang Dibayarkan
Sekaligus.

• Peraturan Dirjen Pajak No. PER-16/PJ/2016 tentang Pedoman Teknis Tata Cara
Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak
Penghasilan Pasal 26 sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang
Pribadi.

• Peraturan Menteri Keuangan Nomor 101/PMK.010/2016 tentang Penyesuaian


Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak.

• Peraturan Menteri Keuangan Nomor 102/PMK.010/2016 tentang Penetapan Bagian


Penghasilan Sehubungan dengan Pekerjaan dari Pegawai Harian dan Mingguan serta
Pegawai Tidak Tetap lainnya yang Tidak Dikenakan Pemotongan Menimbang Pajak
Penghasilan.

• Peraturan Menteri Keuangan Nomor 231/PMK.03/2019 tentang Tata Cara


Pendaftaran dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, Pengukuhan dan
Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Serta Pemotongan dan/atau
Pemungutan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Bagi Instansi Pemerintah.
Subjek dan Objek Pajak PPh 21
Subjek pajak atas PPh 21 adalah pegawai, penerima uang pesangon, pensiun, tunjangan hari
tua, jaminan hari tua, ahli waris, dan wajib pajak kategori bukan pegawai yang menerima
atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan pemberian jasa.
Objek PPh 21 secara umum adalah penghasilan yang diterima. Tetapi, tidak semua objek
penghasilan dikenakan PPh 21. Penghasilan yang dikenakan PPh 21, antara lain:

• Penghasilan yang diterima pegawai tetap, baik penghasilan yang teratur maupun
tidak teratur.

• Uang pensiun atau penghasilan sejenisnya.

• Uang pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua, dan pembayaran
sejenisnya.

• Penghasilan tenaga kerja lepas, seperti upah harian/mingguan, upah satuan, upah
borongan atau upah yang dibayarkan secara bulanan.

• Imbalan kepada bukan pegawai, berupa honorarium, komisi, fee, dan imbalan
sejenisnya dengan nama dan bentuk apapun sebagai imbalan dengan pekerjaan,
jasa, dan kegiatan yang dilakukan.

• Imbalan peserta kegiatan, berupa uang saku, uang representasi, uang rapat,
honorarium, hadiah atau penghargaan dengan nama dan bentuk apapun, dan
imbalan sejenis dengan nama apapun.

Sementara penghasilan yang tidak dikenakan PPh 21, antara lain:

• Santunan asuransi dari perusahaan asuransi

• Penerimaan dalam bentuk natura/kenikmatan dalam bentuk apapun diberikan oleh


wajib pajak atau pemerintah, termasuk Pajak Penghasilan yang ditanggung oleh
pemberi kerja dan pemerintah.

• Zakat yang diterima dari Badan atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan
pemerintah dan sumbangan keagamaan.

• Beasiswa

Tarif PPh 21

Perhitungan tarif pajak pribadi menggunakan tarif progresif sesuai undang-undang PPh Pasal

17. Mengenai tarif lapisan penghasilan kena pajak, rencananya pemerintah akan menaikan
serta menambah tarif lapisan tersebut yang tertuang pada Undang-Undang Harmonisasi

Peraturan Perpajakan yang disahkan di sidang paripurna DPR pada 7 Oktober 2021

Tarif Lama (UU Pajak


Tarif Baru (UU HPP)
Penghasilan)

Penghasilan 0 - Rp Penghasilan 0 - Rp
5% 5%
50 juta 60 juta

Penghasilan Rp 50 Penghasilan Rp 60
15% 15%
juta - Rp 250 juta juta - Rp 250 juta

Penghasilan Rp Penghasilan Rp

250 juta - Rp 500 25% 250 juta - Rp 500 25%

juta juta

Penghasilan Rp
Penghasilan di
30% 500 juta - Rp 5 30%
atas Rp 500 juta
miliar
Penghasilan di
35%
atas Rp 5 miliar

Besarnya tarif yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang tidak memiliki Nomor Pokok
Wajib Pajak lebih tinggi 20% (dua puluh persen) daripada tarif yang diterapkan terhadap
Wajib Pajak yang dapat menunjukkan Nomor Pokok Wajib Pajak.

Kepemilikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dapat dibuktikan oleh Wajib Pajak, antara
lain, dengan cara menunjukkan kartu NPWP.

Anda mungkin juga menyukai