Anda di halaman 1dari 21

K E LO MPO K 1

PAJAK PENGHASILAN
PASAL 21
• Rasela Salsabila 211100084
• Ripan Hermansyah 211100082
• Sri Dilawati 211100092
• Neng Putri Amelia PN 211100101
• Sandi Nugraha 211100151
• Ahmad Thoriq Amran Z 211100099
Pajak Penghasilan
Pasal 21
Pengertian
Pajak penghasilan yang dipungut sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan
kegiatan yang dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi adalah pajak atas
penghasilan atas gaji, upah, honorarium, dan pembayaran lain dengan nama
dan bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan , jasa, dan
kegiatan yang dilakukan oleh WPOP dalam negeri.
PPh pasal 21 dipotong, disetor, dan dilaporkan oleh pemotong pajak, yaitu
pemberi kerja, bendaharawan pemerintah, dana pensiun, badan, perusahaan
DASAR HUKUM
Undang-undang no 7 tahun 1983 Peraturan Dirjen pajak nomor PER-
sebagaimana terakhir telah diubah 22/PJ/2009 tentang pelaksanaan
dengan undang-undang no 36 tahun pemberian pajak penghasilan pasal 21
2008 tentang perubahan atas UU no. 7 ditanggung pemerintah atas pnghasilan
tentanf pajak penghasilan pekerja pada pemberi kerja yang
berusaha pada kategori tertentu

PP Nomor 68 tahun 2009 tentang tarif Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-
pajak penghasilan berupa uang 16/PJ/2016 tentang pedoman teknis tata
pesangon. uang manfaat pensiun. cara pemotongan, penyetoran, dan
tunjangan hari tua, dan jaminan hari pelaporan pajak penghasilan pasal 21
tua yang dibayarkan sekaligus dan/atau pajak penghasilan pasal 26
sehubungan dengan pekerjaan, jasa.
Pejabat Negara

Penerima
Honorarium

Pegawai Negeri Sipil


Wajib Pajak
PPh Pasal 21 Pegawai tetap

Pegawai tetap
dengan status WPLN

Penerima Pensiun
Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat
• Bukan WNI
• Tidak mnerima/memperoleh penghasilan lain di luar
jabatannya di indonesia
• Negara bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik
Bukan Wajib
Pajak
PPh Pasal 21 Pejabat perwakilan organisasi internasional
• Bukan WNI
• Tidak menjalankan usaha/melakukan
kegiatan/pekerjaan lain untuk memperoleh
penghasilan di indonesia
Subjek Pajak Pengecualian subjek Pajak
PPh Pasal 21 PPh Pasal 21

• Pegawai (PNS, pegawai tetap, pegawai lepas, • Pejabat Perwakilan diplomatik dan konsulat
yang memperoleh penghasilan dari pemberi atau pejabat lain dari negara asing dan orang
kerja secara berkala yang diperbantukan kepada mereka dan
• Penerima Pensiun bertempat tinggal sama dengan mereka
• Penerima Honorarium dengan syarat bukan WNI
• Penerima Upah • Pejabat perwakilan organisasi internasional
• Orang pribadi yang memperoleh penghasilan dengan syarat bukan WNI dan tidak
sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau menjalankan usaha untuk memperoleh
kegiatan lainnya penghasilan
HAK DAN KEWAJIBAN SUBJEK PAJAK

• Pada saat mulai bekerja atau memulai pensiun, untuk mendapatkan pengurangan
PKTP, penerima penghasilan harus menyerahkan surat pernyataan kepada pemotong
pajak sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 21 yang menyatakan jumlah
tanggungan pada permulaan menjadi subjek pajak DN
• Jumlah PPh pasal 21 yang dipotong merupakan kredit pajak bagi penerima
penghasilan yang dikenakan pemotongan untuk tahun pajak yang bersangkutan,
kecuali PPh yang bersifat final
• Apabila WP menerima penghasilan dari pemberi kerja yang dikecualikan sebagai
pemotong pajak, maka WP tersebut harus menghitung, menyetorkan dan melaporkan
sendiri dalam SPT
Objek Pajak PPh Pasal 21

• Penghasilan yang diterima/diperoleh pegawai/penerima pensiun secara tertatur


berupa gaji, uang pensiun, upah, honorarium
• Penghasilan yang diterima/diperoleh pegawai secara tidak teratur berupa jasa
produksi,THR, gratifikasi, bonus
• Upah harian, upah borongan, upah satuan, upah borongan yang diterima tenaga kerja lepas
• Uang tebusan pensiun, uang THT, uang pesangon
• Gaji, gaji kehormatan, tunjangan lain yang terkait dengan gaji /honorarium
PENGECUALIAN OBJEK PAJAK PPH PASAL 21

Pembayaran asuransi dari perusahaan Penerimaan dalam bentuk


asuransi kedehatan, asuransi jiwa natura/kenikmatan dalam bentuk apapun
yang diberikan oleh WP/pemerintah,
Iuran pensiun dan iuran jaminan hari kecuali penghasilan dari;
tua yang dibayar oleh pemberi kerja • Bukan wajib pajak
• WP yang dikenakan PPh bersifat final
Zakat yang diterima oleh orang pribadi
• WP yang dikenakan pajak berdasarkan
yang berhak dari badan atau lembaga
NPPN
amil zakat yang dibentuk atau
disahkan oleh pemerintah. Beasiswa
Menghitung Penghasilan Tidak Kena Pajak ( PTKP )
PTKP adalah jumlah penghasilan yang tidak dikenai pajak penghasilan, sehingga para wajib pajak yang
penghasilannya sebesar PYKP atau dibawah batas PTKP tak perlu membayar pajak penghasilan.
Berikut tarif pengahsilan tidak kena pajak terbaru yang harus diketahui sbb:
1. Rp.54.000.000 untuk diri wajib pajak orang pribadi
2. Rp. 4.500.000 tambahan untuk wajib pajak yang telah menikah
3. Rp. 54.000.000 untuk istri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami
4. Rp. 4.500.000 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus serta anak
angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya,

Menghitung Penghasilan Kena Pajak ( PKP )

Setelah menghitung PTKP berikutnya adalah mengetahui besaran PKP yang diperoleh
dengan melakukan pengurangan antara penghasilan bersih dengan PTKP
Perhitungan Pajak Penghasilan
Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) yang diterapkan dengan ketentuan sebagai berikut :
1. PKP kurang dari Rp. 50.000.000 dikenai tarif pajak sebesar 5%
2. PKP antara Rp. 50.000.000 - Rp. 250.000.000 dikenai tarif pajak sebesar 15%
3. PKP antara Rp. 250.000.000 - Rp. 500.000.000 dikenai tarif pajak sebesar 25%
4. PKP diatas Rp. 500.000.000 dikenai tarif pajak 30%

Biaya Jabatan

Biaya jabatan dalah biaya untuk mendapatkan =, menagih, dan memelihara penghasilan
yang besarnya 5% dari penghasilan bruto, setinggi-tingginya Rp 6.000.000/tahun
Contoh Soal :
Salsa merupakan seorang karyawati yang telah menikah namun belum mempunyai anak. Ia bekerja
di PT. Abadi dengan gaji sebulan Rp. 8.000.000 . Salsa membayar iuran pensiun ke dana pensiun
yang telah disahkan oleh Menteri Keuangan sebesar Rp. 100.000 sebulan. Berdasarkan surat
keterangan dari pemda tempat domisili Salsa yang diserahkan kepada Pt. Abadi, diketahui bahwa
suaminya tidak mempunyai penghasilan apapun. Pada bulan september 2021, Selain menerima gaji
Salsa juga menerima pembayaran atas lembur Rp. 2.000.000. Hitunglah PPh pasa 21 yang harus
dibayar oleh Salsa bulan september 2021
Gaji Perbulan Rp. 8.000.000
Lembur Rp. 2.000.000 +
Penghasilan bruto Rp. 10.000.000

Pengurangan :
1.Biaya jabatan (5% x Rp.10.000.000) Rp. 500.000
2 Iuran pensiun Rp. 100.000 +
Jumlah pengurang per bulan Rp. 600.000 -
Penghasilan Netto per bulan Rp. 9.400.000
Penghasilan Netto per tahun (12 x Rp. 9.400.000) Rp.112.800.000

PTKP Setahun
-Untuk Wajib Pajak Sendiri Rp.54.000.000
-Tambahan wajib pajak kawin Rp. 4.500.000 +
Rp. 58.500.000 -
Penghasilan Kena Pajak (PKP) setahun Rp. 54.300.000

PPh Pasal 21 Terutang ( 5% x Rp.50.000.000 ) Rp. 2.500.000


( 15% x Rp. 4.300.000 ) Rp. 645.000 +
Rp. 3.145.000
PPh Pasal 21 terutang untuk 1 bulan Rp. 262.083
( Rp, 3,145.000 : 12 bulan )
Perbedaan PPh 21 Dan
PPh lainnya
PPh pasal 21

subjek Pegawai, bukan pegawai, penerima pensiun maupun pesangon, anggota dewan
komisaris, mantan pekerja dan peserta kegiatan.

Objek Penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan nama dan
dalam bentuk apa pun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi
dalam negeri.
Tarif dan Wajib pajak yang berpenghasilan tahunan Rp 0 – Rp 50.000.000/Thn dikenakan
pembayaran tarif 5%
Wajib pajak yang berpenghasilan tahunan Rp 50.000.000 – Rp 250.000.000/Thn
dikenakan tarif 15%
PPh pasal 22

Subjek Badan Usaha meliputi industri semen, kertas, baja, otomotif, dan farmasi
Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM)
Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri baja.
Objek Barang impor, pembelian barang yang dilakukan oleh pemerintahan, semen, kertas, baja dan produk
otomotif, serta pembelian barang mewah seperti pesawat pribadi.

Tarif dan Importir yang memiliki API (angka pengenal Importir); tarif 2.5%
pemotongan PPh pasal 22 = 2.5% × Nilai Impor Importir yang tidak memiliki API, tarif 7.5%
PPh pasal 22 = 7.5% × Nilai Impor
Barang impor yang tidak dikuasai tarif 7.5% dari harga jual lelang pph pasal 22 = 7.5% × Harga Jual
Lelang Atas pembelian barang yang dananya dari APBN/D; tarif 1.5%
-PPh pasal 22 = 1.5% × Pembelian Penebusan premium, solar, pertamax o/ SPBU swasta tarif 0.3%
-PPh pasal 22 = 0.3% × Penjualan Penebusan premium, solar, pertamax o/ SPBU Pertamina; tarif 0.25%
PPh pasal 23

Subjek Wajib Pajak (WP) dalam negeri dalam hal ini bisa orang pribadi atau badan dan Bentuk
Usaha Tetap (BUT).

Objek Penghasilan dibayarkan atas Sewa, Imbalan, deviden, bunga, royalty, hadian
penghargaan dan lain-lain.
Tarif dan Tarif PPh 23 ada dua yaitu 15% dan 2% tergantung pada objek pajaknya.
pemotongan
PPh pasal 24

Subjek Wajib Pajak dalam negeri yang terutang pajak atas seluruh penghasilan, termasuk
penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri. 

Objek Penghasilan yang berasal dari luar negeri.

tarif pemotong Pajak Terutang


Tarif Progresif PPh WP Pribadi Untuk jumlah Penghasilan S.d. Rp25.000.000,00 5%
>Rp25.000.000,00 s.d Rp50.000.000,00 sebesar 10%
>Rp50.000.000,00 s.d. Rp100.000.000,00 tarif sebesar 15%
> Rp100.000.000,00 s.d. Rp200.000.000,00 sebesar 25%
> Rp200.000.000,00 Sebesar 35%
PPh pasal 25
Subjek Wajib pajak orang pribadi yang memiliki kegiatan usaha, seperti pedagang atau
penyedia jasa dan wajib pajak badan yang melakukan kegiatan usaha, seperti pedagang
atau penyedia jasa.
Objek Penghasilan dari kegiatan usaha.

Tarif pemotongan Tarif PPh Pasal 25 wajib pajak pribadi, pengusaha, atau badan tertentu ialah 0,75% dari
jumlah peredaran bruto perbulan dari masing-masing tempat usaha.

PPh pasal 26

Subjek Subjek pajak dalam negeri, penyelenggara kegiatan, BUT, perwakilan perusahaan luar
negeri.
Objek Pajak yang berhubungan dengan WPLN atau Wajib Pajak Luar Negeri.

Tarif dan Tarif PPh 26 terbaru sebesar 10% (final) dari Jumlah Bruto.
Pemotongan

pembayaran Wajib pajak enyampaikan SPT Masa PPh Pasal 26, paling lambat 20 hari setelah Masa
Pajak berakhir. SPT Masa harus dilampiri lembar kedua SSP, lembar kedua bukti
pemotongan, dan daftar bukti pemotongan.
Kesimpulan

PPh pasal 21 merupakan pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apa pun sehubungan dengan pekerjaan atau
jabatan, jasa, dn kegiatan yang dilakukan oleh wajib paka (WP) orang pribadi dalam negeri.
Kemudian untuk pemotongan PPh pasal 21 adalah setiap orang pribadi atau badan yang
diwajibkan sesuai dengan UU No 7 Tahun 1983 tentang pajak penghasilan sebagaimana
peraturan telah diubah dalam Uu No 17 tahun 2000 dan peraturan tahun 2013 tentang
pemotongan PPh pasal 21.
SEKIAN
&
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai