Anda di halaman 1dari 16

Perbedaan Subjek, Non Subjek, objek,

Tarif Pph 21 serta Perhitungan Pph 21


Nama Kelompok :

1. Rinanda Putri Dwi Handayani (1911140082)


2. Tara Livea Rhany ( 1911140113 )
3. Enti Puspita Sari ( 1911140086 )
4. Fitri Sarah ( 1911140083 )

Dosen Pengampu : Citra Lizza, M.Si.


Subjek Pajak Penghasilan Pasal 21

Subjek pajak adalah orang pribadi,


warisan yang belum terbagi dalam satu
kesatuan menggantikan yang berhak,
badan dan badan usaha tetap. Bentuk
usaha tetap merupakan subjek pajak
yang perlakuan perpajakannya
dipersamakan dengan subjek pajak
badan.
Yang termasuk kedalam golongan subjek pajak :

• Pegawai (PNS, pegawai tetap, pegawai lepas yang memperoleh


penghasilan dari pemberi kerja secara berkala)
• Penerima pension
• Penerima honorarium
• Penerima upah
• Orang pribadi yang memperoleh penghasilan sehubungan dengan
pekerjaan, jasa, atau kegiatan dari pemotong pajak
Non Subjek Pajak Penghasilan Pasal 21

Non subjek pajak merupakan pejabat-


pejabat perwakilan organisasi
internasional, dengan syarat bukan
warga indonesia dan tidak
menjalankan usaha, kegiatan, atau
pkerjaan lain untuk memperoleh
penghasilan dari indonesia.
Yang termasuk kedalam golongan non subjek pajak :
• Pejabat perwakilan diplomatik dan kosulat, atau pejabat lain dari
negara asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka
dan bertempat tinggal sama dengan mereka dengan syarat bukan
WNI serta tidak menerima/memperoleh penghasilan lain di luar
jabatannya
• Pejabat perwakilan organisasi internasional dengan syarat bukan
WNI dan tidak menjalankan usaha/kegiatan lain untuk
memperoleh penghasilan di Indinesia.
Hak dan Kewajiban Subjek Pajak
Pada saat mulai bekerja atau
mulai pensiun, untuk
1 Jumlah Pph pasal 21 yang
mendapatkan pengurangan dipotong merupakan kredit
PTKP, penerima penghasilan pajak bagi penerima
harus menyerahkan surat penghasilan yang
pernyataan kepada pemotong dikenakan pemotongan
pajak sebagaimana yang untuk tahun pajak yang
dimaksud dalam pasal 21 yang
menyatakan jumlah tanggungan 2 bersangkutan, kecuali Pph
yang bersifat finas
keluarga pada permulaan tahun
takwin atau pada permulaan
menjadi subjek pajak DN Apabila WP menerima
penghasilan dari pemberi kerja
3
yang dikecualikan sebagai
pemotong pajak, maka WP
tersebut harus menghitung,
menyetorkan, dan melaporkan,
sendiri dalam SPT atas
penghasilan tersebut.
Objek Pajak Penghasilan pasal 21

Menurut Pasal 4 UU Pajak Penghasilan, yang


menjadi objek adalah penghasilan yaitu
setiap tambahan kemampuan ekonomis
yang diterima atau diperoleh wajib pajak,
baik yang berasal dari Indonesia maupun
dari luar Indonesia, yang dapat dipakai
untuk konsumsi atau untuk menambah
kekayaan wajib pajak yang bersangkutan.
Yang termasuk kedalam golongan objek pajak :
• Penghasilan yang diterima/diperoleh pegawai/penerima pensiun secara teratur
berupa gaji, uang pensiun bulanan, upah, honorium, tunjangan
• Penghasilan yang diterima/diperoleh pegawai/penerima pensiun secara tidak
teratur berupa jasa produksi, tantiem, THR, gratifikasi, bonus
• Upah harian, upah borongan, upah satuan, upah borongan yang diterima tenaga
kerja lepas
• Uang tebusan pensiun, uang THT, uang pesangonan, sehubungan dengan PHK
• Gaji, tunjangan lain yang terkait dengan gaji/honorium yang bersifat tidak tetap
yang diterima oleh PNS
• Penerimaan dalam natura dan kenikmatan lainnya yang diberikan WP selain
pemerintahan atau WP yang dikenakan berdasarkan norma perhitungan khusus
(deemed profit)
• Honorium, uang saku, hadiah/penghargaan, komisi, dan pembayaran lain.
Perbedaan Subjek pajak dan Objek Pajak:

Subjek pajak adalah
perseorangan atau sebuah
badan usaha yang di tetapkan
menjadi pelaku pajak.
Sedangkan objek pajak. Objek
pajak adalah sumber
penghasilan atau pendapatan
yang dikenakan pajak.
Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21 dan
Perhitungan Pph 21

1
Tarif pajak digunakan sebagai tarif
pemotongan atas penghasilan yang
terutang PPh pasal 21 yaitu tarif
pajak pasal 17 UU PPh. Besarnya
tarif pajak PPh pasal 21 yang
diterapkan terhadap WP yang tidak
memiliki NPWP menjadi lebih tinggi
20% dari tarif yang ditetapkan PPh Pasal 21 yang dipotong oleh
terhadap WP yang mempunyai pemotong pajak secara umum
NPWP diformulasikan sbb:
PPh Pasal 21 = Tarif x Dasar Pengenaan
Pajak

2
Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU No. 36 Tahun 2008

Lapisan Penghasil kena pajak Tarif Pajak

Rp.0 s.d Rp. 50.000.000 5%

Diatas Rp50.000.000 s.d Rp250.000.000 15 %

Diatas Rp250.000.000 s.d Rp500.000.000 25%

Diatas Rp500.000.000 30. %


TARIF KHUSUS

a. Tarif khusus diterapkan atas Penghasilan c. Tarif khusus berikut diterapkan atas
penghasilan berupa uang manfaat
yang bersumber dari APBN yang diterima
pensiuntunjangan hari tua atau
oleh PNS, anggota TNI/Polri jaminan hari tua.
d. Tarif khusus 5% atas upah/uang saku
b. Tarif khusus berikut diterapkan atas harian, mingguan, borongan, satuan
penghasilanberupa uang pensiun yang yang diterima oleh tenaga kerja lepas
yang mempunyai total upah sebulan
diterima sekaligus kurang dari Rp7.000.000
(dibayarkan tidak secara bulanan)
Tarif pajak dan penerapannya

b. Penerima pensiun yang dibayar secara


Tarif Pasal 17 UU PPh,diterapkan atas PKP
bulanan, besarnya penghasilan bruto
a. Pegawai tetap,besarnya penghasilan bruto
dikurangi dengan Biaya pension dan
dikurangi dengan:
PTKP
 Biaya jabatan
c. Pegawai tidak tetap,pegawai,dan calon
 Iuran pensiun yang dibayar sendiri oleh
pegawai yang dibayarkan secara bulanan
pegawai (termasuk iuran tabungan hari
adalah sebesar penghasilan bruto
tua/jaminan hari tua)
dikurangi PTKP

d. Distributor perusahaan MLM/directselling,


penghasilan bruto setiap bulan dikurangi
dengan PTKP per bulan.
PPh Pasal 21 = Penghasilan Bruto x Tarif Pasal 17 UU PPh
 Tarif berdasarkan pasal 17 UU PPh, diterapkan atas penghasilan bruto

PPh Pasal 21 = (Penghasilan Bruto x 50%)x 15%


 Tarif 15%, diterapkan atas perkiraan penghasilan neto yang dibayarkan atau terutang
kepada tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas
(pengacara,akuntan,dokter,arsitek,notaris, penilai,aktuaris). Besarnya perkiraan
penghasilan neto adalah 50% dari penghasilan bruto berupa honorarium atau
imbalan lain.

PPh Pasal 21 sehari = 5% x upah kena pajak sehari


Upah Kena Pajak sehari = upah sehari - Rp200.000
 Tarif 5% diterapkan atas upah harian,upah mingguan,upah satuan,upah borongan
dan uang saku harian yang jumlahnya melebihi Rp 200.000 sehari tetapi tidak
melebihi Rp2.025.000 dalam satu bulan takwin dan/tidak dibayarkan secara bulanan
Sekian Presentasi hari ini, kalau ada
kesalahan mohon dimaafkan, kalau ada
yang sayang mohon diungkapkan
Kesepian tanpa kekasih, cukup sekian
dan terimakasih
NB :
Lebih baik tidak usah bertanya karena
barang siapa yang mempersulit temannya
maka ALLAH akan mempersulit hari
akhirnya

Anda mungkin juga menyukai