Pasal 21
Anggota Kelompok
Reno Sahala John Paulus Purba ( 2011070627 )
Sulton Abdul Majid ( 2011070632 )
Syela Ernawati ( 2011070633 )
Ryan Jeremy Partogi Marpaung ( 2011070738 )
Pokok Pembahasan
PPh 21
Penghasilan bagi Pegawai Tidak Tetap
Penghasilan bagi Bukan Pegawai
Penghasilan yang dikenakan PPh 21 Final
Penghasilan Lainnya
• Penghasilan yang diterima oleh Pegawai tetap, baik • Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga
berupa penghasilan yang bersifat teratur maupun kerja lepas, berupa upah harian, upah mingguan,
tidak teratur. upah satuan, upah borongan atau upah yang
• Penghasilan yang diterima oleh Penerima pensiun dibayarkan secara bulanan.
secara teratur berupa uang pensiun atau penghasilan • Imbalan kepada bukan pegawai berupa
sejenisnya. honorarium, komisi, fee, dan imbalan sejenisnya
• Penghasilan sehubungan dengan pemutusan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan
hubungan kerja dan penghasilan sehubungan kegiatan yang dilakukan.
dengan pensiun yang diterima secara sekaligus • Imbalan kepada peserta kegiatan berupa uang
berupa uang pesangon, uang manfaat pension, saku, uang representasi, uang rapat, honorarium,
tunjangan hari tua, dan pembayaran lain sejenis. hadiah dan penghargaan.
Bukan Objek Pajak
• Pembayaran manfaat asuransi Kesehatan, asuransi • Zakat yang diterima oleh Orang Pribadi yang
kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan berhak dari Badan atau lembaga amil zakat yang
asuransi beasiswa dari perusahaan asuransi. dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah, atau
• Penerimaan dalam bentuk natura dan/atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi
kenikmatan dalam bentuk apapun yang diberikan pemeluk agama yang diakui di Indonesia yang
oleh Wajib Pajak atau Pemerintah. diterima oleh orang pribadi yang berhak dari
lembaga keagamaan yang dibentuk atau
• Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun
disahkan oleh Pemerintah.
yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan. iuran tunjangan hari tua kepada badan • Beasiswa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
penyelenggara tunjangan hari tua atau Badan Ayat (3) huruf l Undang-Undang Pajak
penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja yang Penghasilan.
dibayar oleh pemberi kerja.
Tarif Pajak
Penghasilan Kena Pajak (PKP) Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Menurut Peraturan Direktorat Jenderal Pajak No.
PER-32/PJ/2015 pegawai tetap dan penerima Berdasarkan PMK No. 101/PMK. 010/2016, Wajib
pensiun berkala dikenakan PKP Pajak tidak dikenakan PPh 21 apabila penghasilan
sebesar Penghasilan Netto - Penghasilan setahun sama dengan atau tidak lebih dari
Tidak Kena Pajak (PTKP). Sementara pegawai Rp54.000.000, Objek Penghasilan Tidak Kena
tidak tetap dikenakan PKP sebesar Penghasilan Pajak antara lain:
Bruto - Penghasilan Tidak Kena Pajak
● Rp54.000.000 untuk diri WPOP
(PTKP).
● Rp4.500.000 tambahan untuk Wajib Pajak
Sedangkan untuk pegawai yang termuat dalam
yang kawin
Peraturan Direktorat Jenderal Pajak No. PER-
32/PJ/2015 Pasal 3 huruf c, dikenakan sebesar ● Rp54.000.000 untuk istri yang memiliki jumlah
50% atas PKP dari jumlah penghasilan bruto penghasilan tersebut telah digabung dengan
dikurangi PTKP dalam satu bulan. penghasilan suami
● Rp4.500.000 tambahan untuk setiap anggota
keluarga kandung serta keluarga dalam garis
keturunan serta anak angkat yang menjadi
tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3
orang untuk setiap keluarga.
Tarif Pajak Progresif
Berdasarkan Pasal 17 Ayat 1 UU PPh
30% 5%
Penghasilan sampai dengan Rp50.000.000 per tahun
15%
Penghasilan Rp50.000.000 sampai dengan Rp250.000.000
per tahun
25%
25% Penghasilan Rp250.000.000 sampai Rp500.000.000 per
tahun
15%
30%
Penghasilan di atas Rp500.000.000 per tahun
5%
Sedangkan untuk Wajib Pajak yang tidak memiliki NPWP dikenakan tarif sebesar 20% lebih tinggi daripada
Wajib Pajak yang telah memiliki NPWP.
Contoh Perhitungan
Soal 1 : Penghasilan tetap bersifat teratur dan tidak teratur (Bonus Tahunan)
Soal 3 : Penghasilan tetap bersifat teratur yang subjek pajak masuk di pertengahan tahun
berjalan
Soal 4 : Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas yang menerima upah harian
Soal 5 : Peserta program pensiun yang masih berstatus sebagai pegawai yang menarik dana
pensiun
Soal 6 : Penghasilan WPOP bukan pegawai atas imbalan yang bersifat berkesinambungan
Soal 7 : Penghasilan WPOP bukan pegawai atas imbalan yang bersifat tidak berkesinambungan
(Fee. Honor)
Pada hari ke-11 jumlah upah yang diterima melebihi Rp 4.500.000.00 maka PPh 21 terutang dihitung
berdasarkan upah setelah dikurangi PTKP yang sebenarnya
Upah s.d hari ke-11 (11 x Rp 450.000,00) Rp 4.950.000,00
PTKP sebenarnya 11 x (Rp 54.000.000,00 : 360) Rp 1.650.000,00
PKP s.d hari ke-11 Rp 3.300.000,00
PPh pasal 21 terutang
5 % x Rp 3.300.000,00 Rp 165.000,00
Sehingga pada hari ke-11 Nurcahyo menerima upah bersih sebesar Rp 450.000,00- Rp 165.000,00=
Rp 285.000,00
Misalkan Nurcahyo bekerja selama 12 hari. maka penghitungan PPh 21 yang harus dipotong pada hari
ke-12 adalah:
Pada hari kerja ke-12
Upah sehari Rp 450.000.00
PTKP sehari (Rp 54.000.000.00/360) Rp 150.000.00
PKP Rp 300.000.00
PPh 21 terutang
Atas penarikan dana sebesar Rp 20.000.000.00 pada bulan Juni 2018 PPh 21 Terutang sebesar
5% X Rp 20.000.000.00= Rp 1.000.000.00
Soal 6: Penghasilan WPOP bukan pegawai atas penghasilan yang bersifat berkesinambungan
Regi Nehemia adalah petugas dinas luar asuransi dari PT Prudence Life. Regi Nehemia telah terdaftar sebagai Wajib
Pajak dan mempunyai NPWP. Regi Nehemia hanya memperoleh penghasilan dari kegiatannya sebagai petugas dinas
luar asuransi. dan telah menyampaikan surat pernyataan yang menerangkan hal tersebut kepada PT Tabaru Life. Pada
tahun 2020. penghasilan yang diterima oleh Regi Nehemia sebagai petugas dinas luar asuransi dari PT Prudence Life
adalah sebagai berikut:
Komisi Agen
Bulan (Rupiah)
Januari Rp 35.000.000
Februari Rp 25.000.000
Maret Rp 56.000.000
April Rp 50.000.000
Mei Rp 45.000.000
Juni Rp 46.000.000
Juli Rp 60.000.000
Agustus Rp 62.000.000
September Rp 75.000.000
Oktober Rp 76.000.000
November Rp 80.000.000
Desember Rp 50.000.000
Jumlah Rp660.000.000
PERHITUNGAN PPH PASAL 21 TAHUN 2020
(Dalam Rp)
Dalam hal Mashrun tidak memiliki NPWP maka besarnya PPh 21 terutang menjadi
120% x 5% x 50% x Rp5.000.000,00= Rp 150.000,00
Soal 7.b: Penghasilan WPOP Bukan Pegawai atas imbalan yang bersifat tidak berkesinambungan (Fee,
Honor)
Toga Marolop adalah seorang pengacara. Dalam menangani sebuah kasus. Toga Marolop mendapat fee sebesar
Rp400.000.000.00 dari PT Manja Manja
Perhitungan dasar pengenaan dan pemotongan PPh pasal 21:
50% x Rp 400.000.000.00 Rp 200.000.000.00
Besaran PPh 21 terutang
5% x Rp 50.000.000.00 Rp 2.500.000.00
15% x Rp 150.000.000.00 Rp 22.500.000.00
Rp 25.000.000.00
Soal 8 : Perhitungan Pemotongan PPh 21 atas penghasilan yang diterima peserta kegiatan
Anthony Sinisuka Ginting adalah seorang atlis bulutangkis profesional Indonesia. Dia menjuarai
turnamen Indonesia Grand Prix Gold dan memperoleh hadiah sebesar Rp 200.000.000,00.
Catatan: Apabila yang bersangkutan tidak memiliki NPWP maka PPh yang dikenakan
120% X Rp 25.000.000 Rp 30.000.000.00
PMK No. 9/PMK.03/2021 Tentang Insentif Pajak untuk Wajib Pajak
Terdampak Pandemi Corona Virus Disease 2019
Kriteria:
1. Pegawai menerima penghasilan dari pemberi kerja yang termasuk Wajib Pajak
dengan Klasifikasi Lapangan Usaha tertentu yang telah diperbarui menjadi 1.189
KLU, wajib pajak perusahaan KITE dan wajib pajak Kawasan Berikat
2. Memiliki NPWP
3. Pada masa pajak yang bersangkutan memperoleh Penghasilan Bruto yang bersifat
tetap dan teratur yang disetahunkan tidak lebih dari Rp200.000.000.
Contoh Soal :
Hasol bekerja di perusahaan otomotif PT. Astri dengan gaji sebesar Rp 10.500.000,- setiap bulannya dan
menerima tunjangan transportasi dan makan sebesar Rp. 3.000.000,- per bulan. Hasol juga membayar iuran
pensiun sebesar Rp 350.000,-. Tempat dimana Hasol bekerja menanggung penuh premi jaminan kecelakaan kerja
dan kematian kerja masing-masing 0,50% dan 0,30% dari gaji. Hasol masih melajang dan belum berkeluarga.
Hitung Pph yang harus dibayarkan Hasol dalam 1 tahun menurut pasal 21!
a. PPh Pasal 21
Penghasilan setahun 12 X Rp 10.500.000,00 Rp 126.000.000,00
Penambah:
1. Premi JKK(0,5% X Rp 126.000.000) Rp 630.000,00
2. Premi JKM (0,3% X Rp 126.000.000) Rp 37.800,00
3. Tunjangan Rp 36.000.000,00
Penghasilan bruto setahun Rp 162.667.800,00
Pengurangan:
1. Biaya Jabatan (5% X Rp 162.667.800,00) Rp 6.000.000,00
2. Iuran Pensiun setahun (12 X Rp 350.000,00) Rp 4.200.000,00
Rp (10.200.000,00)
Penghasilan neto setahun Rp 152.467.800,00
PTKP setahun (TK/0) Rp (54.000.000,00)
Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 98.467.800,00
PKP dibulatkan Rp 98.467.000,00
PPh Pasal 21 terutang
5% X Rp 50.000.000,00 Rp 2.500.000,00
15% x Rp 48.467.000,00 Rp 7.270.050,00
Rp 9.770.050,00
Tetapi dikarenakan adanya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 86/PMK.03/2020
tentang Insentif Pajak untuk Wajib Pajak Terdampak Pandemi Corona Virus Disease
2019 seseorang yang memperoleh penghasilan dari Lapangan Usaha dengan Kode
Klasifikasi 29100 (PT ASTRI perusahan yang bergerak di bidang otomotif) dan
memperoleh penghasilan bruto dibawah Rp 200.000.000,- setahun diberikan insentif
PPh 21 ditanggung pemerintah (PPh 21 DTP) sehingga Hasol tidak membayar PPh 21
tahun 2020
Kasus dan Pembahasan
● Tiga metode yang dapat dipilih oleh perusahaan dalam menghitung PPh Pasal 21:
1. Gross Method (PPh Pasal 21 ditanggung oleh karyawan)
2. Net Method (PPh Pasal 21 ditanggung oleh perusahaan)
3. Gross-Up Method (Tunjangan pajak yang di gross up)
Perhitungan tunjangan pajak diformulasikan untuk menyamakan jumlah pajak yang akan
dibayar dengan tunjangan pajak yang diberikan perusahaan terhadap karyawannya.
Pemilihan metode penghitungan
Metode
Gross
Efisiensi
Perencanaan
Metode Beban dan
Perhitungan
Gross Up Pajak
PPh Pasal 21
Penghasilan
Metode
Net
Perhitungan PPh 21 dengan
Metode Gross Up
Menghitung PPh 21 dengan metode Gross Up adalah pemotongan pajak dimana perusahaan
memberikan tunjangan pajak yang jumlahnya sama besar dengan jumlah pajak yang dipotong
dari karyawan.
Tunjangan Pajak : Penghasilan Kena Pajak (PKP) dengan mengikuti formula Lapisan PKP
Dengan menggunakan metode gross up didapatkan hasil perhitungan PPh 21 yang lebih tinggi
namun mengakibatkan PPh badan rendah sehingga total beban pajak yang dikeluarkan lebih
rendah daripada menggunakan metode gross
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan tersebut, dapat ditarik kesimpulan dari perbandingan
perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 dengan menggunakan Metode Gross, Metode Net, dan Metode
Gross-up bahwa:
● Paling efektif adalah dengan menggunakan metode Gross dan Metode Net dengan hasil perhitungan
pajak terutang lebih kecil dibandingkan dengan menggunakan metode gross up.
● Paling efisien adalah dengan metode gross-up.
Saran
● CV. Pachira Motor sebaiknya menggunakan alternatif perhitungan pajak dengan cara memberi
tunjangan yang di gross up, sesuai dengan hasil analisis dan pembahasan perencanaan pajak diatas.
Karena selain menghemat pajak juga meningkatkan kesejahteraan dan kepedulian terhadap
karyawan sehingga karyawan termotivasi untuk meningkatkan kinerja dan produktivitasnya dan
berdampak terhadap kemajuan perusahaan
Terima kasih