Anda di halaman 1dari 40

PPh

Pasal 21
Anggota Kelompok
Reno Sahala John Paulus Purba ( 2011070627 )
Sulton Abdul Majid ( 2011070632 )
Syela Ernawati ( 2011070633 )
Ryan Jeremy Partogi Marpaung ( 2011070738 )
Pokok Pembahasan

Dasar Hukum Kasus dan Pembahasan


Peraturan terkait PPh 21

Teori Kesimpulan dan Saran


Pengertian, Subjek Pajak,
Objek Pajak, Bukan Objek
Pajak, Tarif Pajak, Contoh
Perhitungan
Dasar Hukum
● Undang-Undang Nomor 7 tahun 1983 sampai Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan.
● Peraturan Pemerintah No. 68/2009 tentang Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21 Atas Penghasilan Berupa
Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua, dan Jaminan Hari Tua yang Dibayarkan
Sekaligus.
● Peraturan Menteri Keuangan No. 252/PMK.03/2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemotongan Pajak
Atas Penghasilan Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi.
● Peraturan Menteri Keuangan No. 16/PMK.03/2010 tentang Tata Cara Pemotongan Pajak Penghasilan
Pasal 21 Atas Penghasilan Berupa Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua, dan
Jaminan Hari Tua Yang Dibayarkan Sekaligus.
● Peraturan Menteri Keuangan No. 102/PMK.010/2016 tentang Penetapan Bagian Penghasilan
Sehubungan Dengan Pekerjaan Dari Pegawai Harian dan Mingguan Serta Pegawai Tidak Tetap Lainnya
yang Tidak Dikenakan Pemotongan Menimbang Pajak Penghasilan.
● Peraturan Menteri Keuangan No. 9/PMK.03/2021 Tentang Insentif Pajak untuk Wajib Pajak Terdampak
Pandemi Corona Virus Disease 2019
● Peraturan Dirjen Pajak No. PER-16/PJ/2016 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan.
Penyetoran. dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 26
Sehubungan Dengan Pekerjaan. Jasa. dan Kegiatan Orang Pribadi.
Kategori Jenis Penghasilan Yang Dikenakan PPh 21 :
 Penghasilan bagi Pegawai Tetap

PPh 21
 Penghasilan bagi Pegawai Tidak Tetap
 Penghasilan bagi Bukan Pegawai
 Penghasilan yang dikenakan PPh 21 Final
 Penghasilan Lainnya

Pajak yang dikenakan atas penghasilan yang


diterima oleh Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP)
dalam negeri atas pekerjaan, jasa, atau kegiatan
yang dilakukan. PPh 21 dipotong dari penghasilan
yang diterima.
Subjek Pajak

Subjek Pajak atas PPh Pasal 21 adalah


pegawai, penerima uang pesangon,
pension, tunjangan hari tua, jaminan
hari tua, ahli waris dan Wajib Pajak
kategori bukan pegawai yang
menerima atau memperoleh
penghasilan sehubungan dengan
pemberian jasa.
Wajib Pajak
kategori bukan pegawai
● Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan
bebas, terdiri dari akuntan, arsitek, ● Petugas dinas luar asuransi, direct
pengacara, dokter. Konsultan, aktuaris, selling, distributor perusahaan multi-
penilai, dan notaris. level marketing, petugas penjaja barang
● Bintang film, pemain musik, penyanyi, dagangan.
pembawa acara, bintang iklan, bintang ● Dewan pengawas yang tidak merangkap
sinetron, peragawan, kru film, sebagai pegawai tetap perusahaan atau
sutradara, foto model, pelukis, pemain anggota dewan komisaris.
drama, penari, pemahat, dan seniman
lainnya, ● Penerima penghasilan atas
keikutsertaan dalam kegiatan seperti
● Olahragawan, pelatih, penyuluh, peserta perlombaan dan seni dalam
pengajar, penasihat, moderator, dan segala bidang.
penceramah.
● Peserta pertemuan, siding, konferensi,
● Peneliti, pengarang, dan penerjemah.
kunjungan kerja, dan peserta rapat.
● Penyedia jasa komputer dan sistem ● Peserta pendidikan dan pelatihan,
aplikasi, fotografi, Teknik, peserta kegiatan lainnya.
telekomunikasi, ekonomi, elektronika,
sosial dan penyedia jasa kepanitiaan. ● Mantan pegawai.
Objek Pajak

Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21

• Penghasilan yang diterima oleh Pegawai tetap, baik • Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga
berupa penghasilan yang bersifat teratur maupun kerja lepas, berupa upah harian, upah mingguan,
tidak teratur. upah satuan, upah borongan atau upah yang
• Penghasilan yang diterima oleh Penerima pensiun dibayarkan secara bulanan.
secara teratur berupa uang pensiun atau penghasilan • Imbalan kepada bukan pegawai berupa
sejenisnya. honorarium, komisi, fee, dan imbalan sejenisnya
• Penghasilan sehubungan dengan pemutusan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan
hubungan kerja dan penghasilan sehubungan kegiatan yang dilakukan.
dengan pensiun yang diterima secara sekaligus • Imbalan kepada peserta kegiatan berupa uang
berupa uang pesangon, uang manfaat pension, saku, uang representasi, uang rapat, honorarium,
tunjangan hari tua, dan pembayaran lain sejenis. hadiah dan penghargaan.
Bukan Objek Pajak

Penghasilan yang Tidak Dipotong PPh Pasal 21

• Pembayaran manfaat asuransi Kesehatan, asuransi • Zakat yang diterima oleh Orang Pribadi yang
kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan berhak dari Badan atau lembaga amil zakat yang
asuransi beasiswa dari perusahaan asuransi. dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah, atau
• Penerimaan dalam bentuk natura dan/atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi
kenikmatan dalam bentuk apapun yang diberikan pemeluk agama yang diakui di Indonesia yang
oleh Wajib Pajak atau Pemerintah. diterima oleh orang pribadi yang berhak dari
lembaga keagamaan yang dibentuk atau
• Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun
disahkan oleh Pemerintah.
yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan. iuran tunjangan hari tua kepada badan • Beasiswa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
penyelenggara tunjangan hari tua atau Badan Ayat (3) huruf l Undang-Undang Pajak
penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja yang Penghasilan.
dibayar oleh pemberi kerja.
Tarif Pajak
Penghasilan Kena Pajak (PKP) Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Menurut Peraturan Direktorat Jenderal Pajak No.
PER-32/PJ/2015 pegawai tetap dan penerima Berdasarkan PMK No. 101/PMK. 010/2016, Wajib
pensiun berkala dikenakan PKP Pajak tidak dikenakan PPh 21 apabila penghasilan
sebesar Penghasilan Netto - Penghasilan setahun sama dengan atau tidak lebih dari
Tidak Kena Pajak (PTKP). Sementara pegawai Rp54.000.000, Objek Penghasilan Tidak Kena
tidak tetap dikenakan PKP sebesar Penghasilan Pajak antara lain:
Bruto - Penghasilan Tidak Kena Pajak
● Rp54.000.000 untuk diri WPOP
(PTKP).
● Rp4.500.000 tambahan untuk Wajib Pajak
Sedangkan untuk pegawai yang termuat dalam
yang kawin
Peraturan Direktorat Jenderal Pajak No. PER-
32/PJ/2015 Pasal 3 huruf c, dikenakan sebesar ● Rp54.000.000 untuk istri yang memiliki jumlah
50% atas PKP dari jumlah penghasilan bruto penghasilan tersebut telah digabung dengan
dikurangi PTKP dalam satu bulan. penghasilan suami
● Rp4.500.000 tambahan untuk setiap anggota
keluarga kandung serta keluarga dalam garis
keturunan serta anak angkat yang menjadi
tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3
orang untuk setiap keluarga.
Tarif Pajak Progresif
Berdasarkan Pasal 17 Ayat 1 UU PPh

30% 5%
Penghasilan sampai dengan Rp50.000.000 per tahun

15%
Penghasilan Rp50.000.000 sampai dengan Rp250.000.000
per tahun

25%
25% Penghasilan Rp250.000.000 sampai Rp500.000.000 per
tahun
15%
30%
Penghasilan di atas Rp500.000.000 per tahun

5%

Sedangkan untuk Wajib Pajak yang tidak memiliki NPWP dikenakan tarif sebesar 20% lebih tinggi daripada
Wajib Pajak yang telah memiliki NPWP.
Contoh Perhitungan
Soal 1 : Penghasilan tetap bersifat teratur dan tidak teratur (Bonus Tahunan)

Soal 2 : Penghasilan yang diterima oleh penerima pensiun secara teratur

Soal 3 : Penghasilan tetap bersifat teratur yang subjek pajak masuk di pertengahan tahun
berjalan

Soal 4 : Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas yang menerima upah harian

Soal 5 : Peserta program pensiun yang masih berstatus sebagai pegawai yang menarik dana
pensiun

Soal 6 : Penghasilan WPOP bukan pegawai atas imbalan yang bersifat berkesinambungan

Soal 7 : Penghasilan WPOP bukan pegawai atas imbalan yang bersifat tidak berkesinambungan
(Fee. Honor)

Soal 8 : Imbalan kepada peserta kegiatan (Hadiah)


Soal 1 Penghasilan Tetap Bersifat Teratur dan Tidak Teratur (Bonus Tahunan)
Sudiro (tidak kawin) bekerja pada PT Qolbu Jaya dengan memperoleh gaji sebesar Rp 5.000.000,00 sebulan.
Perusahaan ikut dalam program BPJS Ketenagakerjaan. Premi Jaminan Kecelakaan Kerja dan Premi Jaminan Kematian
dibayar oleh pemberi kerja setiap bulan sebesar 0,5% dan 0,3% dari gaji. Perusahaan menanggung iuran Jaminan Hari
Tua sebesar 3,7% dari gaji sedangkan Sudiro membayar iuran Jaminan Hari Tua sebesar 2%. Setiap bulannya Sudiro
membayar iuran pensiun ke dana Pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan sebesar
Rp80.000,00. Pada bulan Maret 2016 Sudiro memperoleh bonus sebesar Rp 8.000.000,00.
a. PPh Pasal 21 atas Gaji dan Bonus (penghasilan setahun):
Penghasilan setahun 12 X Rp 5.000.000,00 Rp 60.000.000,00
Bonus Rp 8.000.000,00
Penambah:
1. Premi JKK(0,5% X Rp 60.000.000) Rp 300.000,00
2. Premi JKM (0,3% X Rp 60.000.000) Rp 180.000,00
Penghasilan bruto setahun Rp 68.480.000,00
Pengurangan:
1. Biaya Jabatan (5% X Rp 68.480.000,00) Rp 3.424.000,00
2. Iuran Pensiun setahun (12 X Rp 80.000,00) Rp 960.000,00
3. Iuran JHT (2% X 60.000.000) Rp 1.200.000,00 Rp (5.584.000,00)
Penghasilan neto setahun Rp 62.896.000,00
PTKP setahun (TK/0) Rp (54.000.000,00)
Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 8.896.000,00
- PPh Pasal 21 terutang 5% X Rp 8.896.000,00 Rp 444.800,00
b. PPh Pasal 21 atas Gaji setahun:
Penghasilan setahun 12 X Rp 5.000.000,00 Rp 60.000.000,00
Penambah:
1. Premi JKK(0,5% X 60.000.000) Rp 300.000,00
2. Premi JKM (0,3% X 60.000.000) Rp 180.000,00
Penghasilan bruto setahun Rp 60.480.000,00
Pengurangan:
1. Biaya Jabatan (5% X Rp 60.480.000,00) Rp 3.024.000,00
2. Iuran Pensiun setahun (12 X Rp 80.000,00) Rp 960.000,00
3. Iuran JHT (2% X 60.000.000) Rp 1.200.000,00 Rp (5.184.000,00)
Penghasilan neto setahun Rp 55.296.000,00
PTKP setahun (TK/0) Rp (54.000.000,00)
Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 1.296.000,00
-PPh Pasal 21 terutang 5% X Rp 1.296.000,00 Rp 64.800,00
 

c. PPh Pasal 21 atas Bonus adalah Rp 444.800,00 - Rp 64.800,00 = Rp 380.000,00


Soal 2 Penghasilan yang diterima oleh penerima pensiun secara teratur
Hari Irawan, berstatus kawin dengan 2 (dua) orang anak yang masih menjadi tanggungan, bekerja sebagai pegawai tetap
pada PT Nusa Indah Gemilang dengan gaji sebulan sebesar Rp 13.000.000,00. Hari Irawan setiap bulan membayar iuran
pensiun sebesar Rp250.000,00 ke Dana Pensiun Artha Mandiri yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan. Berdasarkan ketentuan yang berlaku di PT Nusa Indah Gemilang terhitung mulai 1 Juli 2016 Hari Irawan akan
memasuki masa pensiun.
Penghitungan PPh Pasal 21 sebulan:
Gaji sebulan Rp 13.000.000,00
Pengurangan:
1. Biaya Jabatan 5% X Rp13.000.000.00=Rp650.000,00
Maksium diperkenankan Rp 500.000,00
2. Iuran Pensiun Rp 250.000,00 (Rp 750.000,00)
Penghasilan neto Rp 12.250.000,00
Jumlah penghasilan neto 6 bulan (masa bekerja Januari-Juni 2016)
6 X Rp 12.250.000,00 Rp 73.500.000,00
PTKP setahun K/2 (Rp 67.500.000,00)
Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 6.000.000,00
-PPh Pasal 21 Terutang
5% X Rp 6.000.000,00 Rp 300.000,00
-PPh Pasal 21 sebulan
Rp 300.000,00 : 6 Rp 50.000,00
Selanjutnya mulai bulan Juli 2016, Hari Irawan memperoleh uang pensiun dari dana pensiun Artha Mandiri sebesar
Rp6.000.000,00 sebulan, Penghitungan PPh 21 terutang atas uang pensiun adalah:
Pensiun sebulan Rp 6.000.000,00
Pengurangan:
1. Biaya Pensiun
5% X Rp 6.000.000,00=Rp 300.000,00
Maksimum diperkenankan (Rp 200.000,00)
Penghasilan neto 1 bulan Rp 5.800.000,00

Penghasilan neto Juli – Desember


6 x Rp 5.800.000,00 Rp 34.800.000,00
Penghasilan neto dari PT Nusa Indah Gemilang Rp 73.500.000,00
Jumlah penghasilan neto setahun Rp 108.300.000,00
PTKP setahun (K/2) (Rp 67.500.000,00)
Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 40.800.000,00
PPh Pasal 21 Terutang
5% X Rp 40.800.000,00 Rp 2.040.000,00
PPh Pasal 21 terutang (Rp 300.000,00)
PPh Pasal 21 terutang pada dana pensiun Artha Mandiri Rp 1.740.000,00
PPh 21 atas uang pensiun yg harus dipotong tiap bulan
Rp 1.740.000,00 : 6 Rp 290.000,00
Soal 3 : Penghasilan tetap bersifat teratur yang subjek pajak masuk di pertengahan tahun berjalan
Suwondo bekerja pada PT Xiang Malam sebagai pegawai tetap sejak 1 September 2016. Suwondo menikah belum
memiliki anak. Gaji perbulan adalah Rp.15.500.000.00 dan iuran pensiun yang dibayar tiap bulan adalah Rp150.000,00.

Penghitungan PPh Pasal 21 tahun 2016 adalah:


Gaji sebulan Rp 15.500.000,00
Pengurang:
Biaya Jabatan (5% x Rp15.500.000,00=Rp775.000,00)
1. Biaya jabatan maksimal perbulan Rp 500.000,00
2. Iuran Pensiun Rp 150.000,00 (Rp 650.000,00)
Penghasilan neto sebulan Rp 14.850.000,00
Penghasilan neto setahun
4 x Rp14.850.000,00 Rp 59.400.000,00
PTKP setahun K/0 (Rp 58.500.000,00)
PKP setahun Rp 900.000,00
PPh Pasal 21 terutang
5% x Rp 900.000,00 Rp 45.000,00
PPh Pasal 21 bulan September
Rp 45.000,00 : 4 Rp 11.250,00
Soal 4 : Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas yang menerima upah harian
Nurcahyo (TK/0) pada bulan Januari 2017 bekerja sebagai buruh harian PT Mandiri Sejahtera. Ia bekerja selama 10 hari
dan menerima upah harian sebesar Rp 450.000,00.
Penghitungan PPh 21:
Upah sehari Rp 450.000,00
Batas upah harian tidak dilakukan pemotongan PPh Rp 450.000,00
PKP sehari Rp 0
Sampai hari ke-10. karena jumlah kumulatif upah yang diterima belum melebihi Rp 4.500.000,00 maka
tidak ada PPh 21 yang dipotong

Pada hari ke-11 jumlah upah yang diterima melebihi Rp 4.500.000.00 maka PPh 21 terutang dihitung
berdasarkan upah setelah dikurangi PTKP yang sebenarnya
Upah s.d hari ke-11 (11 x Rp 450.000,00) Rp 4.950.000,00
PTKP sebenarnya 11 x (Rp 54.000.000,00 : 360) Rp 1.650.000,00
PKP s.d hari ke-11 Rp 3.300.000,00
PPh pasal 21 terutang
5 % x Rp 3.300.000,00 Rp 165.000,00
Sehingga pada hari ke-11 Nurcahyo menerima upah bersih sebesar Rp 450.000,00- Rp 165.000,00=
Rp 285.000,00
Misalkan Nurcahyo bekerja selama 12 hari. maka penghitungan PPh 21 yang harus dipotong pada hari
ke-12 adalah:
Pada hari kerja ke-12
Upah sehari Rp 450.000.00
PTKP sehari (Rp 54.000.000.00/360) Rp 150.000.00
PKP Rp 300.000.00

PPh 21 Terutang 5% X Rp 300.000.00 Rp 15.000.00


Upah Bersih Nurcahyo hari ke 12 Rp 435.000.00
Soal 5 : Peserta program pensiun yang masih berstatus sebagai pegawai yang menarik dana pensiun
Nikolas Saputra adalah Pegawai PT AADC. Ia menerima gaji sebesar Rp 2.000.000,00 sebulan. PT AADC mengikuti
program pensiun untuk pegawainya. PT AADC membayar iuran dana pensiun sebesar Rp 100.000,00 sebulan. Pada
Juni 2018 ia mengambil iuran dana pensiun sebesar Rp 20.000.000,00

PPh 21 terutang
Atas penarikan dana sebesar Rp 20.000.000.00 pada bulan Juni 2018 PPh 21 Terutang sebesar
5% X Rp 20.000.000.00= Rp 1.000.000.00
Soal 6: Penghasilan WPOP bukan pegawai atas penghasilan yang bersifat berkesinambungan
Regi Nehemia adalah petugas dinas luar asuransi dari PT Prudence Life. Regi Nehemia telah terdaftar sebagai Wajib
Pajak dan mempunyai NPWP. Regi Nehemia hanya memperoleh penghasilan dari kegiatannya sebagai petugas dinas
luar asuransi. dan telah menyampaikan surat pernyataan yang menerangkan hal tersebut kepada PT Tabaru Life. Pada
tahun 2020. penghasilan yang diterima oleh Regi Nehemia sebagai petugas dinas luar asuransi dari PT Prudence Life
adalah sebagai berikut:

Komisi Agen
Bulan (Rupiah)
Januari Rp 35.000.000
Februari Rp 25.000.000
Maret Rp 56.000.000
April Rp 50.000.000
Mei Rp 45.000.000
Juni Rp 46.000.000
Juli Rp 60.000.000
Agustus Rp 62.000.000
September Rp 75.000.000
Oktober Rp 76.000.000
November Rp 80.000.000
Desember Rp 50.000.000
Jumlah Rp660.000.000
PERHITUNGAN PPH PASAL 21 TAHUN 2020
(Dalam Rp)

Penghasilan 50% x Penghasilan Tarif Pasal PPh Pasal 21


Bulan PTKP PKP Kumulatif
Bruto Penghasilan Bruto Kena Pajak 17 Terutang
Januari 35.000.000
17.500.000 4.500.000 13.000.000 13.000.000 5% 650.000
Februari 25.000.000
12.500.000 4.500.000 8.000.000 21.000.000 5% 400.000
Maret 56.000.000
28.000.000 4.500.000 23.500.000 44.500.000 5% 1.175.000
5.500.000 50.000.000 5% 275.000
April 50.000.000 4.500.000
25.000.000 15.000.000 65.000.000 15% 2.250.000
Mei 45.000.000
22.500.000 4.500.000 18.000.000 83.000.000 15% 2.700.000
Juni 46.000.000
23.000.000 4.500.000 18.500.000 101.500.000 15% 2.775.000
Juli 60.000.000
30.000.000 4.500.000 25.500.000 127.000.000 15% 3.825.000
Agustus 62.000.000
31.000.000 4.500.000 26.500.000 153.500.000 15% 3.975.000

September 75.000.000 37.500.000 4.500.000 33.000.000 186.500.000 15% 4.950.000

Oktober 76.000.000 38.000.000 4.500.000 33.500.000 220.000.000 15% 5.025.000


30.000.000 250.000.000 15% 4.500.000
November 80.000.000 4.500.000
40.000.000 5.500.000 255.500.000 25% 1.375.000
Soal 7.a: Penghasilan WPOP Bukan Pegawai atas imbalan yang bersifat tidak berkesinambungan (Fee,
Honor)
Nashrun Berlianto melakukan jasa perbaikan komputer kepada PT Cahaya Abadi dengan fee sebesar Rp
5.000.000.00
Besarnya PPh Pasal 21 yang terutang adalah sebesar:
5% x 50% x Rp 5.000.000,00= Rp 125.000,00

Dalam hal Mashrun tidak memiliki NPWP maka besarnya PPh 21 terutang menjadi
120% x 5% x 50% x Rp5.000.000,00= Rp 150.000,00

Soal 7.b: Penghasilan WPOP Bukan Pegawai atas imbalan yang bersifat tidak berkesinambungan (Fee,
Honor)
Toga Marolop adalah seorang pengacara. Dalam menangani sebuah kasus. Toga Marolop mendapat fee sebesar
Rp400.000.000.00 dari PT Manja Manja
Perhitungan dasar pengenaan dan pemotongan PPh pasal 21:
50% x Rp 400.000.000.00 Rp 200.000.000.00
Besaran PPh 21 terutang
5% x Rp 50.000.000.00 Rp 2.500.000.00
15% x Rp 150.000.000.00 Rp 22.500.000.00
Rp 25.000.000.00
Soal 8 : Perhitungan Pemotongan PPh 21 atas penghasilan yang diterima peserta kegiatan
Anthony Sinisuka Ginting adalah seorang atlis bulutangkis profesional Indonesia. Dia menjuarai
turnamen Indonesia Grand Prix Gold dan memperoleh hadiah sebesar Rp 200.000.000,00.

PPh Pasal 21 Terutang:


5% X Rp 50.000.000.00 Rp 2.500.000,00
15% X Rp 150.000.000.00 Rp 22.500.000,00
Rp 25.000.000.00

Catatan: Apabila yang bersangkutan tidak memiliki NPWP maka PPh yang dikenakan
120% X Rp 25.000.000 Rp 30.000.000.00
PMK No. 9/PMK.03/2021 Tentang Insentif Pajak untuk Wajib Pajak
Terdampak Pandemi Corona Virus Disease 2019
Kriteria:
1. Pegawai menerima penghasilan dari pemberi kerja yang termasuk Wajib Pajak
dengan Klasifikasi Lapangan Usaha tertentu yang telah diperbarui menjadi 1.189
KLU, wajib pajak perusahaan KITE dan wajib pajak Kawasan Berikat
2. Memiliki NPWP
3. Pada masa pajak yang bersangkutan memperoleh Penghasilan Bruto yang bersifat
tetap dan teratur yang disetahunkan tidak lebih dari Rp200.000.000.

Contoh Soal :
Hasol bekerja di perusahaan otomotif PT. Astri dengan gaji sebesar Rp 10.500.000,- setiap bulannya dan
menerima tunjangan transportasi dan makan sebesar Rp. 3.000.000,- per bulan. Hasol juga membayar iuran
pensiun sebesar Rp 350.000,-. Tempat dimana Hasol bekerja menanggung penuh premi jaminan kecelakaan kerja
dan kematian kerja masing-masing 0,50% dan 0,30% dari gaji. Hasol masih melajang dan belum berkeluarga.
Hitung Pph yang harus dibayarkan Hasol dalam 1 tahun menurut pasal 21!
a. PPh Pasal 21
Penghasilan setahun 12 X Rp 10.500.000,00 Rp 126.000.000,00
Penambah:
1. Premi JKK(0,5% X Rp 126.000.000) Rp 630.000,00
2. Premi JKM (0,3% X Rp 126.000.000) Rp 37.800,00
3. Tunjangan Rp 36.000.000,00
Penghasilan bruto setahun Rp 162.667.800,00
Pengurangan:
1. Biaya Jabatan (5% X Rp 162.667.800,00) Rp 6.000.000,00
2. Iuran Pensiun setahun (12 X Rp 350.000,00) Rp 4.200.000,00
Rp (10.200.000,00)
Penghasilan neto setahun Rp 152.467.800,00
PTKP setahun (TK/0) Rp (54.000.000,00)
Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 98.467.800,00
PKP dibulatkan Rp 98.467.000,00
PPh Pasal 21 terutang
5% X Rp 50.000.000,00 Rp 2.500.000,00
15% x Rp 48.467.000,00 Rp 7.270.050,00
Rp 9.770.050,00
 
Tetapi dikarenakan adanya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 86/PMK.03/2020
tentang Insentif Pajak untuk Wajib Pajak Terdampak Pandemi Corona Virus Disease
2019 seseorang yang memperoleh penghasilan dari Lapangan Usaha dengan Kode
Klasifikasi 29100 (PT ASTRI perusahan yang bergerak di bidang otomotif) dan
memperoleh penghasilan bruto dibawah Rp 200.000.000,- setahun diberikan insentif
PPh 21 ditanggung pemerintah (PPh 21 DTP) sehingga Hasol tidak membayar PPh 21
tahun 2020
Kasus dan Pembahasan

ANALISIS PERBANDINGAN METODE PERHITUNGAN PAJAK


PENGHASILAN PASAL 21 DAN DAMPAKNYA TERHADAP BEBAN DAN
PAJAK PENGHASILAN PADA CV. PACHIRA MOTOR

Menentukan metode penghitungan PPh 21 yang paling efisien bagi


perusahaan
● Perencanaan pajak (tax planning) adalah proses mengorganisasi usaha atau kelompok wajib
pajak sehingga utang pajaknya berada dalam posisi yang paling minimal sepanjang hal itu
dimungkinkan baik oleh ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan maupun
secara komersial. Perencanaan pajak yang dapat dilakukan perusahaan salah satunya terkait
dengan PPh Pasal 21.

● Tiga metode yang dapat dipilih oleh perusahaan dalam menghitung PPh Pasal 21:
1. Gross Method (PPh Pasal 21 ditanggung oleh karyawan)
2. Net Method (PPh Pasal 21 ditanggung oleh perusahaan)
3. Gross-Up Method (Tunjangan pajak yang di gross up)
Perhitungan tunjangan pajak diformulasikan untuk menyamakan jumlah pajak yang akan
dibayar dengan tunjangan pajak yang diberikan perusahaan terhadap karyawannya.
Pemilihan metode penghitungan

Metode
Gross

Efisiensi
Perencanaan
Metode Beban dan
Perhitungan
Gross Up Pajak
PPh Pasal 21
Penghasilan

Metode
Net
Perhitungan PPh 21 dengan
Metode Gross Up
Menghitung PPh 21 dengan metode Gross Up adalah pemotongan pajak dimana perusahaan
memberikan tunjangan pajak yang jumlahnya sama besar dengan jumlah pajak yang dipotong
dari karyawan.
Tunjangan Pajak : Penghasilan Kena Pajak (PKP) dengan mengikuti formula Lapisan PKP

Lapisan PKP Rumus


1 0-Rp 47.500.000,00 (PKP setahun-0) x 5/95 + 0
2 Rp 47.500.000,00-Rp 217.500.000,00 (PKP setahun-Rp 47.500.000,00)
x 15/85 + Rp 2.500.000,00
3 Rp 217.500.000,00-Rp 405.000.000,00 (PKP setahun-Rp 217.500.000,00)
x 25/75 + Rp 32.500.000,00
4 > Rp 405.000.000,00 (PKP setahun-Rp 405.000.000,00)
x 30/70 + Rp 95.000.000,00
Contoh Kasus
CV. Pachira Motor Pontianak adalah perusahaan yang bergerak dibidang penjualan mobil
bekas. Dalam menghitung pajak penghasilan pasal 21 atas karyawannya CV Pachira Motor
Pontianak selama ini menggunakan metode gross atau seluruh pajak penghasilan terutang
pasal 21 ditanggung oleh karyawan.
Adapun pajak yang telah dibayar CV Pachira Motor Pontianak dalam kurun waktu 2014-2016
adalah:

No Tahun PPh Pasal 21


1 2014 Rp 31.395.000,00
2 2015 Rp 33.147.000,00
3 2016 Rp 14.578.250,00
Analisis dan pembahasan
PPh pasal 21 dengan metode Gross (dalam Ribuan Rupiah)

No Uraian Cabang 1 Cabang 2 Cabang 3 Total


1Gaji Pokok 295,200 295,200 295,200 885,600
Tunjangan Jabatan 72,000 72,000 72,000 216,000
Tunjangan Transport 60,000 60,000 60,000 180,000
Tunjangan Penjualan 159,750 159,750 171,750 491,250
Tunjangan Hari Raya 35,600 35,600 35,600 106,800
Jumlah Penghasilan Bruto 622,500 622,500 634,550 1,879,550
2Pengurang
Biaya Jabatan 29,347 29,347 29,947 88,641
PTKP 504,000 499,500 504,000 1,507,500
Jumlah Pengurang 533,347 528,847 533,947 1,596,141
3PKP 89,202 93,702 100,602 283,506

4PPh ditanggung oleh Karyawan 4,919 4,657 5,002 14,578.250


Analisis dan pembahasan
PPh pasal 21 dengan metode Net (dalam Ribuan Rupiah)

No Uraian Cabang 1 Cabang 2 Cabang 3 Total


1Gaji Pokok 295,200 295,200 295,200 885,600
Tunjangan Jabatan 72,000 72,000 72,000 216,000
Tunjangan Transport 60,000 60,000 60,000 180,000
Tunjangan Penjualan 159,750 159,750 171,750 491,250
Tunjangan Hari Raya 35,600 35,600 35,600 106,800
Jumlah Penghasilan Bruto 622,500 622,500 634,550 1,879,550
2Pengurang
Biaya Jabatan 29,347 29,347 29,947 88,641
PTKP 504,000 499,500 504,000 1,507,500
Jumlah Pengurang 533,347 528,847 533,947 1,596,141
3PKP 89,202 93,702 100,602 283,506

4PPh ditanggung oleh perusahaan 4,919 4,657 5,002 14,578.250


Analisis dan pembahasan
PPh pasal 21 dengan metode Gross Up (dalam Ribuan Rupiah)

No Uraian Cabang 1 Cabang 2 Cabang 3 Total


1Gaji Pokok 295,200 295,200 295,200 885,600
Tunjangan Jabatan 72,000 72,000 72,000 216,000
Tunjangan Transport 60,000 60,000 60,000 180,000
Tunjangan Penjualan 159,750 159,750 171,750 491,250
Tunjangan Hari Raya 35,600 35,600 35,600 106,800
Tunjangan Pajak 5,376 4,889 5,252 15,517
Jumlah Penghasilan Bruto 627,926 627,439 639,802 1,895,167
2Pengurang
Biaya Jabatan 29,347 29,347 29,947 88,641
PTKP 504,000 499,500 504,000 1,507,500
Jumlah Pengurang 533,347 528,847 533,947 1,596,141
3PKP 94,579 98,592 105,855 299,026
4PPh terutang 5,376 4,889 5,252 15,517.101
Perbandingan Perhitungan Laba Rugi
No Keterangan PPh 21 ditanggung PPh 21 ditanggung PPh 21 di gross-up
karyawan perusahaan
1 Pendapatan Usaha
Penjualan Mobil Bekas 5.250.500.000 5.250.500.000 5.250.500.000
Harga Pokok Penjualan (2.887.775.000) (2.887.775.000) (2.887.775.000)
Total Penghasilan Bruto 2.362.725.000 2.362.725.000 2.362.725.000
2 Biaya Administrasi & Umum
Biaya Gaji 888.000.000 888.000.000 888.000.000
Tunjangan Transport 192.000.000 192.000.000 192.000.000
Tunjangan Makan 210.000.000 210.000.000 210.000.000
Tunjangan Penjualan 430.750.000 430.750.000 430.750.000
Tunjangan Hari Raya 106.800.000 106.800.000 106.800.000
Biaya PPh 21 14.578.250
Tunjangan Pajak 15.517.101
Biaya ATK 12.000.000 12.000.000 12.000.000
Biaya Kewajiban Bank 84.000.000 84.000.000 84.000.000
Biaya Operasional 60.000.000 60.000.000 60.000.000
Biaya Penyusutan 62.749.992 62.749.992 62.749.992
Biaya Telp, Listrik dan Air 9.750.500 9.750.500 9.750.500
Biaya Lain-lain 5.750.000 5.750.000 5.750.000

Total Pengeluaran 2.061.800.492 2.076.378.742 2.077.317.593


No Keterangan PPh 21 ditanggung PPh 21 ditanggung PPh 21 di gross-up
karyawan perusahaan
3 Koreksi Fiskal Positif 14.578.250

4 Laba Bersih Sebelum 300.924.508 300.924.508 285.407.407


Pajak
5 Pajak Penghasilan 40.843.030 40.843.030 38.736.969
Terutang
6 Pendapatan Bersih
Setelah Pajak 260.081.478 260.081.478 246.670.438
Perbandingan Efisiensi Beban
Pajak Metode Gross dan Gross
Up

Dengan menggunakan metode gross up didapatkan hasil perhitungan PPh 21 yang lebih tinggi
namun mengakibatkan PPh badan rendah sehingga total beban pajak yang dikeluarkan lebih
rendah daripada menggunakan metode gross
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan tersebut, dapat ditarik kesimpulan dari perbandingan
perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 dengan menggunakan Metode Gross, Metode Net, dan Metode
Gross-up bahwa:
● Paling efektif adalah dengan menggunakan metode Gross dan Metode Net dengan hasil perhitungan
pajak terutang lebih kecil dibandingkan dengan menggunakan metode gross up.
● Paling efisien adalah dengan metode gross-up.

Saran
● CV. Pachira Motor sebaiknya menggunakan alternatif perhitungan pajak dengan cara memberi
tunjangan yang di gross up, sesuai dengan hasil analisis dan pembahasan perencanaan pajak diatas.
Karena selain menghemat pajak juga meningkatkan kesejahteraan dan kepedulian terhadap
karyawan sehingga karyawan termotivasi untuk meningkatkan kinerja dan produktivitasnya dan
berdampak terhadap kemajuan perusahaan
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai