Anda di halaman 1dari 26

KELOMPOK 4

1.Gigih Aulia Prasandy (2011070700)


2.Mayang Diah Rahmasari (2011070701)
3.Oktaviani Intansari (2011070705)
4.Stefany Dwi Novianty (2011070747)

PPh Pasal 24
POKOK PEMBAHASAN

 Latar Belakang Perubahan Ketentuan PPh 24


 Pokok Perubahan peraturan lama ke perubahan baru
““II ddoon't
 Penentuan Sumber Penghasilan n foccuus o
m uupp ag't fo
II''m s n
agaaiinnsstt.. I on wwhhaatt
 Ruang Lingkup mmyy ggooaals a I ffooccuuss oonn

!!!!  Saat Penggabungan


 Pengkreditan
iig
--VVeennuus
ls n
gnnoorre thandd II ttrryy to
e thee rreesst.” to
sW Wiilllliiaam
t.”
mss
 Contoh Kasus
 Bukti Pemenuhan
 PPh yang sudah dikreditkan dikembalikan
 Konversi
 Kasus Real
 Pembahasan
 Kesimpulan dan Saran

DASAR HUKUM

 UU NO. 7 TH 1983 tentang Pajak Penghasilan yang terakhri kali diubah


menjadi UU No. 36 TH 2008
 Lembaran Negara RI TH 1983 No 50
 PMK 192/PMK.03/2018 tentang Pelaksanaan Pengkreditan Pajak atas
Penghasilan dari Luar Negeri
Dasar Hukum
!!!! Pasal 24 ayat 1
Pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri atas penghasilan dari luar negeri yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri boleh dikreditkan terhadap pajak yang
terutang berdasarkan Undang-undang ini dalam tahun pajak yang sama.

Pasal 24 ayat 6
Ketentuan mengenai pelaksanaan pengkreditan pajak atas penghasilan dari luar negeri
diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
LATAR BELAKANG PERUBAHAN ATURAN

 bentuk penyederhanaan dan kemudahan


administrasi,
 memberikan kepastian hukum

!!!!  menghindari pajak ganda yang dapat terjadi karena


pengenaan pajak atas penghasilan yang diterima /
diperoleh dari luar negeri

 KMK 164/KMK.03/2002 tentang Kredit Pajak LN


masih terdapat kekurangan dan belum menampung
kebutuhan WPDN atas penghasilan dari LN

 Melaksanakan ketentuan Pasal 24 ayat (6) UU


Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan yg
terakhir diubah menjadi UU No 36 Th 2008 yaitu
perlu menetapkan PMK tentang Pelaksanaan
Pengreditan Pajak atas Penghasilan dari LN.
PENGERTIAN

PAJAK PENGHASILAN LN (PPh LN)


Pajak Penghasilan yang terutang, dibayar, dan
dipotong di luar negeri

PERSETUJUAN PENGHINDARAN PAJAK


BERGANDA (P3B)
Perjanjian antara Pemerintah Indonesia dengan
pemerintah negara mitra / yurisdiksi mitra, untuk
mencegah double taxation

TRUST
Skema, Pengaturan/Hubungan berdasarkan
perjanjian tertulis antara orang/badan yg
bertindak selaku pendiri dan orang/badan selaku
pemegang kepemilikan atas suatu harta,
dengan kewajiban mengelola harta tersebut
untuk kepentingan penerima manfaat
HAL-HAL YANG BELUM DIATUR DI KMK
164/KMK.03/2002 DAN PERUBAHANNYA DI PMK
192/PMK.03/2018
1. Penentuan Negara Sumber Penghasilan LN 4. Pengaturan Kredit Pajak Bagi suami-istri
-- belum diatur secara eksplisit
PH atau MT
-- tidak diatur
PMK 192/PMK.03/2018
Diatur (Pengadopsian Per Country Limitation)
PMK 192/PMK.03/2018
-Besarnya Kredit Pajak LN yg dapat dikreditkan dilakukan
per jenis penghasilan dan per Negara -- Kredit pajak LN ditentutkan secara terpisah untuk
masing2 suami istri
2. Penentuan Besarnya Penghasilan LN 5. Persayaratan Administratif
-- belum diatur secara eksplisit
-- LK LN ; SPT Tahunan, Bukti Pembayaran Pajak
PMK 192/PMK.03/2018 (wajib dilaporkan pada SPT Tahunan)
Diatur sebesar penghasilan neto
PMK 192/PMK.03/2018
3. Batasan Kredit Pajak LN -- Bukti Pembayaran Pajak, tidak ada kewajiban dalam
-- Paling Tinggi = Jumlah Pajak LN melampirkan ke SPT tahunan
(tetapi tidak dapat melebihi jumlah tertentu dan 6. Kredit Pajak atas Penghasilan TRUST
pajak yang terutang atas penghasilan kena pajak) -- tidak diatur

PMK 192/PMK.03/2018 PMK 192/PMK.03/2018


-- Concern pada P3B sebagai Batasan kredit pajak LN -- Diatur secara spesifik pada masing2 pasal yg relevan
DALAM HAL DIPERLUKAN DJP
Ruang Lingkup PMK 192 tahun 2018

1 2

Pengaturan penggabungan
penghasilan dari luar negeri dengan Pengaturan pengkreditan
penghasilan dari dalam negeri PPh Luar Negeri
untuk menghitung Penghasilan
Kena Pajak

TIDAK TERMASUK

Pengaturan penggabungan
penghasilan dan pengkreditan
PPh Luar Negeri untuk
penghasilan luar negeri berupa
dividen sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 18 ayat(2) UU PPh
Penentuan sumber penghasilan
Penggabungan penghasilan

Penghasilan dari luar Penghasilan dari dalam


negeri yang diterima + negeri yang diterima
atau diperoleh atau diperoleh

Besaran penghasilan: Tidak dapat diperhitungkan


Kerugian usaha cabang/perwakilan diluar
Penghasilan neto dari usaha, termasuk dari
negeri, termasuk kerugian yang diperoleh
cabang/perwakilan
setelah memperhitungkan kerugian yang
diperoleh dari harta atau kegiatan yang
Penghasilan neto/bagian penghasilan neto dari
memiliki hubungan efektif dengan
trust
cabang/perwakilan tersebut
Penghasilan neto lainnya
Kerugian lain di luar negeri
Saat penggabungan penghasilan
Pada tahun pajak
Penghasilan saat diterimanya
lainnya

Penghasilan dari
trust jika trust tidak
Penghasilan
dikenai PPh tingkat
dari luar negeri trust
Dapat digabungkan
Penghasilan usaha pada tahun
Pada tahun pajak diperoleh maupun
saat diperolehnya diterima, tergantung
Penghasilan dari mana yang terjadi
trust jika trust lebih dahulu
dikenai PPh tingkat
trust
Pengkreditan PPh Luar Negeri

Hanya dapat dilakukan pada Tahun


Penentuan PPh Luar Negeri yang dapat
Pajak dilakukannya penggabungan
dikreditkan ditentukan berdasarkan Jumlah yang
penghasilan (Tahun Pajak diperoleh
paling sedikit di antara:
atau diterimanya penghasilan)

Penghitungan dilakukan per jenis 1. Jumlah PPh Luar Negeri dengan


penghasilan untuk tiap negara atau memperhatikan ketentuan P3B
yurisdiksi (menggunakan penentuan 2. Jumlah PPh Luar Negeri
negara sumber yang dijelaskan 3. Jumlah tertentu
sebelumnya)
ILUSTRASI
PT Indologo Tiga dalam Tahun Pajak 2018 menerima dan memperoleh penghasilan
neto sebagai berikut:

a. Di negara X, memperoleh penghasilan usaha sebesar Rp1.000.000.000,00 dan


dikenai PPh Luar Negeri sebesar Rp300.000.000,00
b. Di negara Y, menerima penghasilan berupa bunga sebesar Rp3.000.000.000,00 dan
dikenai PPh Luar Negeri sebesar Rp450.000.000,00
c. Di negara Z, PT Indologo Tiga menderita kerugian dari penjualan harta sebesar
Rp250.000.000,00
d. Penghasilan neto dalam negeri sebesar Rp4.000.000.000,00

Tidak ada P3B antara Indonesia dengan negara X, negara Y ,dan negara Z
Berapa besarnya PPh Luar Negeri yang dapat dikreditkan pada Tahun Pajak 2018 bagi
PT Indologo Tiga?
Besarnya PPh terutang PT Indologo Tiga atas seluruh penghasilan:
Penghasilan neto luar negeri:
negara X (penghasilan usaha) Rp1.000.000.000,00
negara Y (penghasilan bunga) Rp3.000.000.000,00
negara Z (kerugian penjualan harta) Rp 0,00
Jumlah penghasilan neto luar negeri Rp4.000.000.000,00
Penghasilan neto dalam negeri Rp4.000.000.000,00
Jumlah penghasilan neto fiskal Rp8.000.000.000,00

Penghasilan Kena Pajak Rp8.000.000.000,00


PPh Terutang (Tarif Pasal 17 UU PPh) Rp2.000.000.000,00
Total PPh Luar Negeri yang dapat dikreditkan untuk Tahun Pajak 2018 sebesar
Rp700.000.000,00 (Rp250.000.000,00 + Rp450.000.000,00)
Pengkreditan PPh Luar Negeri bagi suami-istri berstatus Pisah
Harta (PH) atau Memilih Terpisah (MT)

Penentuan PPh Luar Negeri yang dapat dikreditkan bagi masing-masing suami
atau istri ditentukan jumlah yang paling sedikit diantara:

1. Jumlah PPh Luar Negeri dengan memperhatikan ketentuan P3B untuk masing-masing suami atau istri
2.Jumlah PPh Luar Negeri untuk masing-masing suami atau istri
3.Jumlah tertentu:
Pengembalian Pajak dari Luar Negeri

PPh Luar Negeri PPh Terutang

SPT 1770s-> Induk SPT


Bagian C nomor 10

SPT 1770-> Induk SPT


Bagian C nomor 13

SPT 1771-> Induk SPT


Bagian B nomor 5
ILUSTRASI PENGURANGAN PPh LUAR NEGERI
Konversi Mata Uang

USD
GBP
CAD

Dikonversi dengan
CHF IDR JPY kurs yang
ditetapkan
Menteri Keuangan

AUD EUR

MYR
Konversi Mata Uang
Jika
• Mendapat izin Menteri Keuangan; atau
• Menyampaikan pemberitahuan kepada Menteri Maka
Keuangan • Atas PPh Luar Negeri yang menggunakan satuan
mata uang selain mata uang Dollar Amerika Serikat
Untuk menyelenggarakan pembukuan dalam Bahasa Wajib dikonversi menjadi satuan mata uang Dollar
Inggris dan Mata Uang Dollar Amerika Serikat Amerika Serikat
berdasarkan PMK 196/PMK.03/2007 stdtd. PMK
123/PMK.03/2019
Konversi ke mata uang Dollar Amerika Serikat
menggunakan
Konversi dilakukan pada saat PPh • Kurs tengah Bank Indonesia; atau
Luar Negeri tersebut • Kurs spot harian valuta asing yang bersangkutan di
terutang,dibayar atau dipotong di pasar internasional terhadap Dollar Amerika Serikat
luar negeri dalam hal tidak tersedia pada kurs tengah Bank
Indonesia
Kasus di Pengadilan Pajak
PUT-108xxx.xx/2010/PP/M.XVA Tahun 2019

Menurut Terbanding (Fiskus):


• Total Penghasilan Pemohon Banding(Wajib Pajak) adalah sebesar Rp42.314.877,00. Yang terdiri atas:
1. Penghasilan Dividen, Interest dan Rental Income sebesar Rp327.954.756,00
2. Capital Gain or Loss sebesar (Rp312.037.080,00)
3. Capital gain distribution sebesar Rp26.397.201,00
4. Terdapat kerugian berupa capital loss sebesar Rp312.037.080,00
• Terbanding berpendapat bahwa atas kerugian atas transaksi saham tersebut tidak dapat digabungkan dalam menghitung
penghasilan kena pajak dan dikoreksi dalam pemeriksaan.
• Terbanding berpendapat bahwa sengketa yang terjadi adalah sengketa yuridis mengenai penafsiran atas ketentuan Pasal 1 ayat (3 )
KMK Nomor 164 Tahun 2002 terkait dapat atau tidaknya kerugian dari pengalihan saham di luar negeri digabungkan dengan laba
yang diperoleh dari sumber yang sama.
• Terbanding berpendapat koreksi Terbanding (Pemeriksaan) telah dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku dengan disertai bukti
yang valid dan kompeten, sehingga koreksi Terbanding (Pemeriksa) atas penghasilan neto dari luar negeri sebesar
Rp312.037.080,00 tetap dipertahankan.
• Atas koreksi tersebut, Penghasilan Kena Pajak Pemohon Banding bertambah sebesar kerugian yang dikoreksi yaitu
Rp312.037.080,00.
Kasus di Pengadilan
PUT-108xxx.xx/2010/PP/M.XVA Tahun 2019

Menurut Pemohon Banding (Wajib Pajak):


• Pemohon banding tidak setuju dengan pendapat Terbanding dengan mempertahankan koreksi atas Kerugian Jual-Beli Saham Luar Negeri sebesar
Rp312.037.080,00. Dengan alasan sebagai berikut:
1. Berdasarkan Pasal 4 ayat (1) dan Penjelasannya Undang Undang Pajak Penghasilan, semua jenis penghasilan yang diterima atau diperolah
dalam suatu tahun pajak digabungkan untuk mendapatkan dasar pengenaan pajak, sehingga apabila dalam satu tahun pajak, suatu usaha atau
kegiatan menderita kerugian-kerugian tersebut dikompensasikan dengan penghasilan dari kegiatan lainnya (kompensasi horizontal);
2. Dari contoh penghitungan lampiran KMK 164/KMK.03/2002 dalam bagian Tata Cara Penghitungan Kredit Pajak Luar Negeri poin A angka 2,
dapat disimpulkan bahwa:
i. " Penghasilan/laba yang diperoleh di negara X dihitung secara total, tanpa dipisahkan antara laba atau rugi yang berasal dari negara X.
Demikian pula penghasilan (laba) yang diperoleh di negara Y;
ii. " Kerugian (neto) di negara Z yang tidak bisa dikompensasikan dalam menghitung penghasilan kena pajak di Indonesia adalah
merupakan kerugian total dari negara tersebut tanpa memisah-misahkan antara penghasilan dan kerugian yang terjadi, bukan hanya
mengakui penghasilan untuk dilaporkan di Indonesia tanpa mengakui kerugian yang terjadi;
3. Berdasarkan contoh perhitungan yang tercantum dalam lampiran KMK tersebut, Pemohon Banding, berpendapat bahwa rugi yang tidak dapat
diperhitungkan dalam menghitung seluruh PKP adalah kerugian neto yang diperoleh di suatu negara tanpa dipisahkan antara laba dan rugi nya
4. Ketentuan Pasal 24 ayat (3) UU PPh dan angka 4 huruf (e) Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-03/PJ.31/2004, memberi pengertian
apa yang dimaksud dengan sumber penghasilan dalam kaitannya dengan penghasilan yang diperoleh dari Iuar Indonesia adalah "negara".
5. Pemohon Banding berpendapat apabila penggabungan laba/rugi dari seluruh kegiatan di suatu negara menimbulkan posisi akhir rugi (neto)
maka kerugian ini tidak dapat dikompensasikan dengan Penghasilan Kena Pajak yang bersumber dari Dalam Negeri (Indonesia);
6. Koreksi yang dilakukan terbanding tidak konsisten karena tidak ada koreksi negative akan kredit pajak dari kerugian pengalihan saham yang
yang bernilai negative seperti yang dalam perhitungan di SPT Tahunan PPh OP Pemohon Banding
Kasus di Pengadilan
PUT-108xxx.xx/2010/PP/M.XVA Tahun 2019

Menurut Majelis:
• Faktanya penggabungan penghasilan dan kerugian Pemohon Banding di luar negeri yaitu Amerika Serikat (negara sumber yang
sama) memperoleh jumlah penghasilan neto (laba neto) Tahun 2010 sebesar Rp.42.314.877,00 dapat digabungkan dengan
penghasilan lainnya yang diperoleh Pemohon Banding di dalam negeri untuk menghitung Penghasilan Kena Pajak;
• Kredit Pajak Luar Negeri sebesar Rp.10.206.246,00 yang merupakan Pajak Penghasilan Pemohon Banding yang dibayar di Amerika
Serikat Tahun 2010 sehubungan dengan perolehan penghasilan neto sebesar Rp.42.314.877,00;
• Besarnya Kredit Pajak di Amerika Serikat sesuai US 1040 (US Individaul Income Tax Return) Statement of Income oleh terbanding
tidak dilakukan koreksi sehingga menurut Majelis faktanya Terbanding mengakui bahwa Penghasilan Neto Luar Negeri (Amerika
Serikat) dapat digabungkan dengan Penghasilan Neto Pemohon Banding dari Dalam Negeri untuk menghitung penghasilan Kena
Pajak Tahun Pajak 2010;
• Koreksi penghasilan neto yang dibatalkan dan dipertahankan setelah pemeriksaan di persidangan. Mengubah penghasilan
terbanding dari Rp354.351.957 menjadi Rp42.314.877,00
• Majelis mengabulkan seluruhnya banding Permohonan Banding terhadap Keputusan Terbanding tentang Keberatan Wajib Pajak
atas SKPKB PPh
No Uraian Menurut Pemohon Koreksi Positif Menurut Terbanding Dibatalkan Oleh Putusan Majelis
Banding Terbanding Menjadi Majelis

1 Penghasilan dari Rp42.314.877 Rp312.037.080 Rp354.351.957 (Rp312.037.080) Rp42.314.877


Luar Negeri
Pembahasan Kasus
Negara X tidak terdapat BUT WPDN A Indonesia
Capital Gain
US$25.000
Capital Loss
US$10.000 Seb
e sar
US$
25.0
0 0
Negara Y terdapat 2 BUT WPDN A
BUT 1: US$50.000
Capital Gain (US$35.000)
Capital Loss
Kerugian yang memiliki Penghasilan Kena Pajak
hubungan efektif dengan (US$25.000)
BUT 1 (US$10.000) dalam SPT Tahunan WPDN A
Rugi Neto

.0 00
BUT 2: US$60.000 S$10
r U
Capital Gain (US$40.000) e besa
S
Capital Loss
Kerugian yang memiliki
hubungan efektif dengan (US$10.000)
BUT 1 US$10.000
Rugi Neto

Sumber: Ilustrasi Lampiran PMK


192/PMK.03/2018 (Pasal 4 ayat 3)
Kesimpulan
• Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri harus ditambahkan dalam penghasilan dari dalam negeri
• Perhitungan kredit dengan menggunakan P3B telah diperkenankan dalam peraturan terbaru.
• Ketentuan atas perhitungan PH-MT telah dijelaskan lebih detil dengan ketentuan terbaru.
• Pemerintah Republik Indonesia melalui Direktorat Jenderal Pajak telah memberi kejelasan dalam perhitungan Penghasilan Luar
Negeri untuk menghitung Penghasilan Kena Pajak
• Selain itu, juga memberikan kemudahan dalam persyaratan mengkreditkan Kredit Pajak Luar Negeri tersebut.
• Atas penghasilan dari luar negeri telah ditetapkan ketentuan penentuan sumber penghasilannya
• Atas penghasilan dari luar negeri telah ditentukan jenis penghasilan apa saja yang diperbolehkan untuk dikreditkan
• Ketentuan ini memberikan kepastian hukum atas penghasilan dari luar negeri dan memastikan tidak terjadinya pajak berganda
• Ketentuan atas penghasilan dari TRUST tidak diatur dalam ketentuan sebelumnya. Namun, saat ini telah diatur secara jelas dan
spesifik
• Dividen dari luar negeri telah diatur secara spesifik dalam ketentuan yang terbaru

Saran
• Di dunia yang serba cepat, DJP perlu beradaptasi dalam menanggapi perubahan teknologi, DJP dapat membuat aplikasi yang berisi
informasi terkait dengan berita terbaru, peraturan, tax treaty, alamat dan kontak KPP dan simulasi perhitungan pajak termasuk
perhitungan PPh 24 sehingga meningkatkan kepatuhan wajib pajak.
• Peraturan pengkreditan perpajakan sudah mengakomodasi penerapan penghindaran pajak berganda, diharap wajib pajak lebih
memanfaatkan hal tersebut sehingga mengurangi risiko dikenakan pajak berganda dan memaksimal keuntungan yang diperoleh.
T
ERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai