Anda di halaman 1dari 198

PEMOTONGAN DAN PEMUNGUTAN

PAJAK PENGHASILAN

PUSAT PENGEMBANGAN AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS INDONESIA
OUTLINE
• Pengantar Pajak Penghasilan Pemotongan
dan Pemungutan
• Pajak Penghasilan Pasal 21/26
• Pajak Penghasilan Pasal 22
• Pajak Penghasilan Pasal 23/26
• Pajak Penghasilan Pasal 4(2) / Final
• Pajak Penghasilan Pasal 15
• SPT Masa dan Bukti
Pemotongan/Pemungutan PPh Unifikasi
2
PENGANTAR PAJAK PENGHASILAN
PEMOTONGAN DAN PEMUNGUTAN

3
Gambaran Pajak Penghasilan
Mendapat
Penghasilan
Lingkup Pembahasan PPh
Orang Pribadi dan PPh Badan

Kewajiban Self 1. Menghitung dan Memperhitungkan


Assessment 2. Membayar dan Menyetor
3. Melaporkan
Wajib Pajak
Kewajiban Melakukan Pemotongan dan/atau
Withholding Tax Pemungutan Pajak Penghasilan

Lingkup Pembahasan PPh


Pemotongan dan Pemungutan

4
Definisi Pemotongan dan
Pemungutan

Mekanisme yang memberikan penugasan dan tanggung jawab kepada


pihak ketiga untuk melakukan pemotongan atau pemungutan atas pajak
penghasilan yang terutang pada suatu transaksi yang dikenakan pajak.

5
Perbedaan
Pemotongan dan Pemungutan

No Perbedaan Pemotongan Pemungutan


1 Dari sisi Objek Pajak Dikenakan atas penghasilan yang Dikenakan atas sesuatu yang belum
memang akan menjadi penghasilan bagi tentu merupakan penghasilan bagi
penerimanya. penerima uang atau yang melakukan
Contoh: Pemotongan pajak atas gaji, transaksi. Objek pemungutan bisa jadi
imbalan jasa, sewa dari penjualan, pembelian atau
kegiatan impor.
Contoh: Pemungutan pajak atas
pembelian BBM dari Pertamina
2 Dari sisi Subjek Pajak Pemotong pajak pada umumnya tidak Pemungut pajak sifatnya lebih spesifik
(Eksekutor) spesifik. Tidak spesifik maksudnya tidak yaitu ditunjuk oleh Menteri Keuangan.
ditunjuk secara spesifik oleh Menteri Contoh: BUMN sebagai Pemungut PPh
keuangan. Pasal 22 atas pembelian barang 6
Contoh: Pemberi kerja merupakan
pemotong PPh Pasal 21
6
Lingkup Pemotongan/Pemungutan PPh
1. Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21/26
2. Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22
3. Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23/26
4. Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 4(2) / Final
5. Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 15

7
PAJAK PENGHASILAN PASAL 21/26

8
DASAR HUKUM
No Peraturan Tentang
1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Pajak Penghasilan
s.t.d.t.d Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2008

2 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 Harmonisasi Peraturan Perpajakan


3 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Cipta Kerja
4 Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun Penyesuaian Pengaturan di Bidang Pajak Penghasilan
2022
5 Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21 atas Penghasilan Berupa
2009 Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari
Tua, dan Jaminan Hari Tua yang Dibayarkan Sekaligus
6 Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun Tarif Pemotongan dan Pengenaan Pajak Penghasilan Pasal
2010 21 atas Penghasilan yang Menjadi Beban Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran9
Pendapatan dan Belanja Daerah

9
DASAR HUKUM
No Peraturan Tentang
7 Peraturan Menteri Keuangan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta
Nomor 18/PMK.03/2021 Kerja di Bidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Serta Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan
8 Peraturan Menteri Keuangan Besarnya Biaya Jabatan atau Biaya Pensiun yang Dapat Dikurangkan
Nomor 250/PMK.03/2008 dari Penghasilan Bruto Pegawai Tetap atau Pensiunan
9 Peraturan Menteri Keuangan Petunjuk Pelaksanaan Pemotongan Pajak atas Penghasilan
Nomor 252/PMK.03/2008 Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi
10 Peraturan Menteri Keuangan Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak
Nomor 101/PMK.010/2016
11 Peraturan Menteri Keuangan Penetapan Bagian Penghasilan Sehubungan dengan Pekerjaan dari
Nomor 102/PMK.010/2016 Pegawai Harian dan Mingguan serta Pegawai Tidak Tetap Lainnya
yang Tidak Dikenakan Pemotongan Pajak Penghasilan
12 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan
Nomor PER-16/PJ/2016 Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 26 10
Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi

10
DASAR HUKUM

11

11
DASAR HUKUM

12

12
DASAR HUKUM

13

13
Pengertian

14

14
Subjek Pajak Dalam Negeri

Orang Pribadi baik yang merupakan Warga Negara Indonesia


maupun warga negara asing:
1. bertempat tinggal di Indonesia;
2. berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari
dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan; atau
3. dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat
untuk bertempat tinggal di Indonesia.
15

15
Subjek Pajak Luar Negeri

1. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia;


2. Warga Negara Asing yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan
puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan;
3. Warga Negara Indonesia yang berada di luar Indonesia lebih dari 183 (seratus
delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan serta memenuhi
persyaratan:
a. tempat tinggal
b. pusat kegiatan utama;
c. tempat menjalankan kebiasaan;
d. status subjek pajak; dan/atau
e. persyaratan tertentu lainnya 16
• Detail persyaratan diatur di PMK No. 18/PMK.03/2021
16
Pemotong PPh Pasal 21/26

1. Pemberi kerja yang terdiri dari:


a. orang pribadi dan badan;
b. cabang, perwakilan atau unit, dalam hal yang melakukan sebagian atau seluruh
administrasi yang terkait dengan pembayaran gaji, upah, honorarium,
tunjangan, dan pembayaran lain adalah cabang, perwakilan atau unit tersebut.
2. Bendahara atau pemegang kas pemerintah;
3. Dana pensiun, badan penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja dan badan-
badan lain;
4. Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta badan
yang melakukan pembayaran sehubungan dengan penyerahan jasa;
5. Penyelenggara kegiatan. 17

17
Bukan Pemotong PPh Pasal 21/26

1. Kantor perwakilan negara asing;


2. Organisasi-organisasi internasional yang ditetapkan Menteri Keuangan (PMK No.
156/PMK.010/2015);
3. Pemberi kerja orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas yang semata-mata memperkerjakan orang pribadi untuk melakukan
pekerjaan rumah tangga atau pekerjaan bukan dalam rangka melakukan kegiatan
usaha atau pekerjaan bebas.

18

18
Penerima Penghasilan yang
Dipotong Pph Pasal 21/26
1. Pegawai;
2. penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, THT, JHT,
termasuk ahli warisnya;
3. bukan pegawai;
4. anggota dewan komisaris/pengawas yang tidak merangkap sebagai pegawai;
5. mantan pegawai;
6. peserta kegiatan:
a. Peserta perlombaan
b. Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, kunjungan kerja
c. Peserta/anggota kepanitiaan
d. Peserta pendidikan, pelatihan dan magang
e. Peserta kegiatan lainnya 19

19
Penghasilan yang Dikenakan
PPh Pasal 21/26
1. Penghasilan pegawai tetap baik teratur maupun tidak teratur
2. Penghasilan penerima pensiun secara teratur
3. Uang pesangon, pensiun, tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua yang dibayarkan
sekaligus, yang pembayarannya melewati jangka waktu 2 tahun;
4. Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas
5. Imbalan kepada bukan pegawai;
6. Imbalan kepada peserta kegiatan;
7. Imbalan kepada dewan komisaris/pengawas yang bukan merupakan pegawai tetap pada
perusahaan yang sama;
8. Imbalan kepada mantan pegawai;
20
9. Penarikan dana pensiun oleh pegawai.
Termasuk pembayaran dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan
20
Penghitungan Besarnya
Penghasilan

Natura/
Uang rupiah Uang asing
kenikmatan

sesuai dengan yang Kurs Menteri


Harga Pasar
diterima/diperoleh Keuangan

21
Penghasilan yang Tidak
Dikenakan PPh Pasal 21/26
1. Pembayaran manfaat atau santunan asuransi kesehatan, kecelakaan, jiwa, dwiguna dan
bea siswa
2. Iuran pensiun kepada dana pensiun yang telah disahkan Menkeu, iuran THT/JHT yang
dibayar pemberi kerja
3. Natura dan/atau kenikmatan, meliputi:
a. makanan/minuman bagi seluruh pegawai
b. natura dan/atau kenikmatan yang disediakan di daerah tertentu
c. natura dan/atau kenikmatan yang harus disediakan oleh pemberi kerja dalam
pelaksanaan pekerjaan
d. natura dan/atau kenikmatan yang bersumber dari APBN/APBD dan/atau APBDesa
e. natura dan/atau kenikmatan dengan jenis dan/atau batasan tertentu
4. Zakat/sumbangan wajib keagamaan dari badan/lembaga yang dibentuk/disahkan
pemerintah
5. Bea siswa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf l UU PPh
22
Penghitungan PPh Pasal 21

Pegawai tetap Penerima pensiun


Gaji, Tunjangan, Premi Asuransi
Uang Pensiun Berkala
Dibayar Pemberi Kerja
Dikurangi dengan Dikurangi dengan
1. Biaya jabatan, 5% dari pengh.
Bruto maks. Rp6.000.000 per Biaya Pensiun, 5% dari pengh.
tahun atau Rp500.000 per bulan Bruto maks. Rp2.400.000 per
2. Iuran pensiun, THT/JHT yang tahun atau Rp200.000 perbulan
dibayar sendiri

Penghasilan Neto (setahun/disetahunkan)

Dikurangi PTKP

Penghasilan Kena Pajak


23

Dikenakan Tarif Pasal 17


Ketentuan tentang Iuran BPJS bagi Kayawan
Resume: Brevet Pajak @FEB UI

Dibayar oleh:
Nilai
Nama Program Keterangan
Premi/Iuran Pemberi Kerja Karyawan
(PK) (K)

I. BPJS Kesehatan

Jaminan Kesehatan 5% 4% 1% Maks gaji sebagai DPP = Rp12.000.000

II. BPJS Ketenagakerjaan


Jaminan Kecelakaan Kerja
(JKK)
-Risiko Sangat Rendah 0,24% 0,24% ---
-Risiko Rendah 0,54% 0,54% ---
-Risiko Sedang 0,89% 0,89% ---
-Risiko Tinggi 1,27% 1,27% ---
-Risiko Sangat Tinggi 1,74% 1,74% ---

Jaminan Kematian (JKM) 0,30% 0,30% ---

Jaminan Hari Tua (JHT) 5,70% 3,70% 2%


24
Jaminan Pensiun (JP) 3% 2% 1% Maks gaji sebagai DPP = Rp8.754.600
24
PTKP:
Pasal 7 UU PPh
PMK-101/PMK.010/2016
Rp54.000.000,- Untuk diri Wajib Pajak

Rp4.500.000,- Tambahan utk WP Kawin

Tambahan untuk setiap


anggota keluarga sedarah
semenda dalam garis
Rp4.500.000,-
keturunan lurus serta anak
angkat yg menjadi tanggungan
sepenuhnya maksimal 3 orang

penerapan PTKP ditentukan oleh keadaan pada awal tahun


25
kalender atau awal bulan dari bagian tahun kalender
PTKP:
PMK-101/PMK.010/2016

26
PTKP:
PMK-101/PMK.010/2016

27
PTKP:
PMK-101/PMK.010/2016

28
PTKP Karyawati

Kawin
Tidak
Kawin Suami tidak
Kawin
berpenghasilan

1. Diri sendiri; 1. Diri sendiri;


Hanya untuk 2. Status kawin; 2. Tanggungan
diri sendiri 3. Tanggungan maks 3.
maks 3.

menunjukkan ket. tertulis dari pemerintah daerah setempat 29


serendah-rendahnya kecamatan bahwa suami tidak menerima/
memperoleh penghasilan
Tarif

5%
Sampai dengan Rp 60 juta
Sesuai
Pasal 17 ayat (1)
Di atas Rp 60 juta s.d. Rp 250 juta 15% huruf a
UU HPP

Di atas Rp 250 juta s.d. Rp 500 juta


25%

Di atas Rp 500 juta s.d. Rp 5 miliar 30%

35% 30
Di atas Rp 5 miliar
TETAP Ph NETO - PTKP

PEGAWAI BULANAN Ph BRUTO - PTKP


TIDAK TETAP
Ph BRUTO – 450 RIBU
HARIAN
Ph BRUTO(>4,5jt s.d.10,2jt) –
PTKP Harian

Ph BRUTO(>10.2jt) – PTKP

PENSIUNAN BERKALA Ph NETO - PTKP

((50% X Ph Bruto) - PTKP bulanan)


BERKESINAMBUNGAN Kumulatif

BERKESINAMBUNGAN (50% X Ph Bruto) Kumulatif


BUKAN PEGAWAI
(Mempunyai Penghasilan/Pekerjaan Lain)

TIDAK BERKESINAMBUNGAN 50 % x Ph Bruto

KOMISARIS, MANTAN PEGAWAI, Ph Bruto Kumulatif


PENARIKAN DAPEN O/ PEGAWAI
31

PESERTA KEGIATAN Ph Bruto


PPh Pasal 21 Pegawai Tetap
Sudah Mulai Bekerja dari Awal Tahun
Panji Asmara, seorang pegawai tetap yang telah bekerja pada PT Milenium Ceramics
Mulia (PT MCM) sejak tahun 2015 (berarti untuk tahun 2022 masa kerja dari awal
tahun), pada bulan Januari 2022 menerima penghasilan dengan rincian sebagai berikut:
▪ Gaji pokok Rp 20.000.000
▪ Tunjangan keluarga Rp 5.000.000
▪ Uang lembur Rp 3.000.000
▪ JKK & JKM dibayar oleh PT MCM Rp 108.000
▪ JHT dibayar oleh PT MCM Rp 740.000
Panji Asmara telah menikah, memiliki 1 anak kandung. Tinggal bersamanya, 1 orang
nenek kandungnya yang seluruh biaya hidupnya ditangung oleh Panji Asmara.
Selain itu, atas penghasilan Panji Asmara dipotong oleh PT MCM untuk disetorkan ke
BPJS Ketenagakerjaan, untuk pembayaran:
▪ JHT dibayar Panji Asmara Rp 400.000

Berapa PPh Pasal 21 terutang atas penghasilan Panji Asmara bulan Januari 2022 yang 32
harus dipotong oleh PT MCM?
32
33

33
PPh Pasal 21 Pegawai Tetap
Terdapat Pengasilan yang Tidak Teratur (THR,
Bonus, Tantiem, dll)

Dengan menggunakan data pada contoh sebelumnya, jika pada


bulan Agustus 2022 Panji menerima THR sebesar Rp 50.000.000,
1. Berapa PPh Pasal 21 atas Penghasilan teratur Panji yang harus
dipotong oleh PT MCM? Rp2.812.000,00

2. Berapa PPh Pasal 21 atas THR Panji yang harus dipotong oleh PT
MCM? Rp12.500.000,00

3. Berapa PPh Pasal 21 atas Penghasilan Panji yang harus dipotong


oleh PT MCM? Rp 2.812.000 + Rp12.500.000,00
34

34
35

35
36

36
37

37
PPh Pasal 21 Pegawai Tetap
Mendapatkan Uang Rapel

• Dengan menggunakan data pada contoh awal, apabila mulai


bulan Juni 2022 Panji menerima kenaikan gaji pokok menjadi
Rp25.000.000 dan berlaku surut mulai bulan Januari 2022,
sehingga pada bulan Juni 2022 Panji menerima rapel
kenaikan gaji sebesar Rp25.000.000 (Rp5.000.000 x 5 bulan).
• Berapa PPh Pasal 21 atas rapel Panji Asmara yang harus
dipotong oleh PT MCM? Rp 6.250.000
• Berapa PPh Pasal 21 atas penghasilan non rapel Panji Asmara
yang harus dipotong oleh PT MCM? Rp 4.062.417
• Berapa PPh Pasal 21 atas Penghasilan Panji Asmara yang
harus dipotong oleh PT MCM di bulan Juni ? Rp 6.250.000 +
Rp 4.062.417
38

38
39

39
PPh Pasal 21 Pegawai Tetap
Mulai Bekerja Tidak dari Awal Tahun

Dengan menggunakan data pada contoh awal, jika Panji


Asmara bekerja pada PT MCM mulai bulan April 2022
(tidak dari awal tahun), maka bagaimana PPh Pasal 21
yang harus dipotong oleh PT MCM atas penghasilan Panji
Asmara bulan April 2022?

40

40
41

41
PPh Pasal 21 Pegawai Tetap
Berhenti Bekerja di tahun Berjalan

• Dengan menggunakan data pada contoh awal, jika Panji


Asmara berhenti bekerja pada PT MCM pada 1 Oktober
2022, maka bagaimana PPh Pasal 21 yang harus
dipotong oleh PT MCM pada saat Panji Asmara berhenti
bekerja?

42

42
Gaji Pokok 20,000,000
Tunjangan Keluarga 5,000,000
Uang Lembur 3,000,000
JKK & JKM Dibayar Pemberi Kerja 108,000
A Penghasilan Bruto Sebulan 28,108,000
Pengurang:
Biaya Jabatan 500,000
(5% x Penghasilan Bruto, maks Rp500.000 sebulan
JHT Dibayar Karyawan 400,000 (+)
B Total Pengurang 900,000
C Penghasilan Neto sebulan (A - B) 27,208,000
D Penghasilan Neto 9 bulan 244,872,000
E PTKP (K/2) 67,500,000
F Penghasilan Kena Pajak (D - E) 177,372,000
G PPh Terhutang setahun (F x Tarif Ps 17)
5% x 60,000,000 = 3,000,000
15% x 117,372,000 = 17,605,800
20,605,800
H PPh Pasal 21 Terhutang Sebulan 2,289,533

43

43
PPh Pasal 21 terhutang untuk masa Januari s.d. September 2022 20,605,800
PPh Pasal 21 yang telah dipotong
8 x 2,812,417 = 22,499,333
PPh Pasal 21 yang lebih potong 1,893,533

Kelebihan pemotongan PPh Pasal 21 tersebut dikembalikan oleh PT MCM kepada yang
bersangkutan pada saat pemberian bukti pemotongan PPh Pasal 21.

44

44
PPh Pasal 21 Pegawai Tetap
Dipindahtugaskan di Tahun Berjalan

Didin Qomarudin yang berstatus belum menikah adalah


pegawai pada PT Nusantara Mandiri di Jakarta. Sejak 1
Juni 2022 dipindahtugaskan ke kantor cabang di Bandung.
Gaji Didin Qomarudin sebesar Rp6.500.000,00 dan
pembayaran iuran pensiun yang dibayar sendiri sebulan
sejumlah Rp 100.000,00. Selama bekerja di PT Nusantara
Mandiri, Didin Qomarudin hanya menerima penghasilan
berupa gaji saja.
Bagaimana Perhitungan PPh 21 Terhutangnya?
45

45
JAKARTA
Penghasilan Bruto
Gaji Selama di Jakarta (5 Bulan) Rp 32.500.000
Total Pengasilan Bruto Rp 32.500.000
Pengurang
1. Biaya Jabatan
5% x Rp 32.500.000,00 Rp 1.625.000
2. Iuran Pensiun Rp 500.000
Total Pengurang Rp 2.125.000
Penghasilan Neto 5 Bulan Rp 30.375.000
Penghasilan Neto Disetahunkan
12/5 x Rp 30.375.000,00 Rp 72.900.000
PTKP
TK/0 Rp 54.000.000
Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 18.900.000
PPh 21 Terhutang Setahun
5% x Rp 18.900.000,00 Rp 945.000
PPh 21 Jan s.d. Mei 2022 46
5/12 x Rp 945.000,00 Rp 393.750
46
BANDUNG
Penghasilan Bruto
Gaji Selama di Jakarta (7 Bulan) Rp 45.500.000
Total Pengasilan Bruto Rp 45.500.000
Pengurang
1. Biaya Jabatan
5% x Rp 45.500.000,00 Rp 2.275.000
2. Iuran Pensiun Rp 700.000
Total Pengurang Rp 2.975.000
Penghasilan Neto 7 Bulan Rp 42.525.000
Penghasilan Neto Masa Sebelumnya Rp 30.375.000
Penghasilan Neto Setahun Rp 72.900.000
PTKP
TK/0 Rp 54.000.000
Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 18.900.000
PPh 21 Terhutang Setahun
5% x Rp 18.900.000,00 Rp 945.000
PPh 21 yang Telah Dipotong Masa Sebelumnya Rp 393.750

PPh 21 Yang Terhutang di BANDUNG Rp 551.250 47


Juni s.d. Desember 2022
47
PEMOTONGAN PAJAK
BULAN DESEMBER

Penghasilan Teratur dan Mengalami Perubahan


Tetap Setiap Bulan Penghasilan

Besarnya Sama dengan


Bulan-bulan sebelumnya Dihitung Ulang
48
PPh Pasal 21 Pegawai Tetap
Masa Desember

• Panji, status belum menikah dan tidak memiliki


tanggungan keluarga, bekerja pada PT Adi Pratama Putra
dengan memperoleh gaji dan tunjangan setiap bulan
sebesar Rp10.000.000,00, dan yang bersangkutan
membayar iuran pensiun kepada perusahaan Dana
Pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan setiap bulan sebesar Rp200.000,00. Mulai
bulan Juli 2022, Panji memperoleh kenaikan penghasilan
tetap setiap bulan menjadi sebesar Rp12.000.000,00.

49

49
Penghasilan Bruto
Gaji Rp 10.000.000,00
Total Pengasilan Bruto Rp 10.000.000,00
Pengurang Perhitungan PPh Pasal 21 Januari
1. Biaya Jabatan s.d. Juni 2022 (per bulan)
5% x Rp 10.000.000,00 Rp 500.000,00
2. Iuran Pensiun Rp 200.000,00
Total Pengurang Rp 700.000,00
Penghasilan Neto Sebulan Rp 9.300.000,00
Penghasilan Neto Setahun
12 x Rp 9.300.000,00 Rp 111.600.000,00
PTKP
-Diri Wajib Pajak Rp 54.000.000,00
-Kawin
-Tanggungan
Rp 54.000.000,00
Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 57.600.000,00
PPh 21 Terhutang
5% x Rp 57.600.000,00 Rp 2.880.000,00
Rp 2.880.000,00
PPh 21 Sebulan Rp 240.000,00 50

50
Penghasilan Bruto
Gaji Rp 12.000.000,00
Total Pengasilan Bruto Rp 12.000.000,00
Pengurang Perhitungan PPh Pasal 21 Juli s.d.
1. Biaya Jabatan November 2022 (per bulan)
5% x Rp 12.000.000,00 Rp 500.000,00
2. Iuran Pensiun Rp 200.000,00
Total Pengurang Rp 700.000,00
Penghasilan Neto Sebulan Rp 11.300.000,00
Penghasilan Neto Setahun
12 x Rp 11.300.000,00 Rp 135.600.000,00
PTKP
-Diri Wajib Pajak Rp 54.000.000,00
-Kawin
-Tanggungan
Rp 54.000.000,00
Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 81.600.000,00
PPh 21 Terhutang
5% x Rp 60.000.000,00 Rp 3.000.000,00
15% x Rp 21.600.000,00 Rp 3.240.000,00
Rp 6.240.000,00
PPh 21 Sebulan Rp 520.000 51

51
Penghasilan Bruto
Gaji Selama Setahun (6*Rp10.000.000)+(6*Rp12.000.000) Rp 132.000.000,00
Total Pengasilan Bruto Rp 132.000.000,00
Pengurang
1. Biaya Jabatan Perhitungan PPh Pasal 21
5% x Rp 132.000.000,00 Rp 6.000.000,00 Masa Desember
2. Iuran Pensiun Rp 2.400.000,00
Total Pengurang Rp 8.400.000,00
Penghasilan Neto Setahun Rp 123.600.000,00
PTKP
-Diri Wajib Pajak Rp 54.000.000,00
-Kawin
-Tanggungan
Rp 54.000.000,00
Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 69.600.000,00
PPh 21 Terhutang
5% x Rp 60.000.000,00 Rp 3.000.000,00
15% x Rp 9.600.000,00 Rp 1.440.000,00
25% x
PPh 21 Terhutang Setahun Rp 4.440.000,00
PPh 21 yang Telah Dipotong
6 x Rp 240.000 Rp 1.440.000,00
5 x Rp 520.000 Rp 2.600.000 Rp 4.040.000,00
PPh 21 Bulan Desember Rp 400.000,00
52

52
Penerima Penghasilan Tidak ber-NPWP

PPh Pasal 21 sebesar 120%


lebih tinggi daripada PPh
Pasal 21 yang seharusnya
(20% lebih tinggi)

Setelah pemotongan sebelum pemotongan


PPh Pasal 21 bulan Ber-NPWP PPh Pasal 21 bulan
Desember Desember

Diperhitungkan oleh
merupakan kredit
pemotong dengan
pajak dalam SPT
PPh Pasal 21 bulan-
Tahunan PPh
bulan selanjutnya
53
Tidak berlaku untuk PPh Pasal 21 yang bersifat final
PPh Pasal 21
Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas

Upah/Uang Saku Harian, Mingguan, Dibayarkan Bulanan Atau Jumlah


Satuan, Borongan
Upah Kumulatif satu bulan
melebihi Rp 10.200.000
Upah/Uang Saku Harian
Dikali 12
≤ 450.000 > 450.000 Dikurangi PTKP Setahun

Tidak Dipotong Dikurangi 450.000 Penghasilan Kena Pajak

Dipotong 5% Dikenakan Tarif Ps 17

PPh Ps 21 Setahun
Upah kumulatif > Rp4,5 jt s.d. Rp10,2 jt sebulan
Dibagi 12
Upah sehari dikurangi PTKP sehari
54
PPh Pasal 21 Sebulan
Tarif PPh 21 = 5%
PPh Pasal 21 Pegawai Tidak Tetap
Dibayar Bulanan

• Bagus Hermanto bekerja pada PT Asia Timur Raya (PT


ATR) dengan dasar upah harian yang dibayarkan
bulanan. Dalam bulan Januari 2022 Bagus Hermanto
hanya bekerja 20 hari kerja dan upah sehari adalah
Rp750.000. Bagus Hermanto telah menikah tetapi belum
memiliki anak.

55

55
Penghitungan PPh Pasal 21
Upah Januari 2022 = 20 x Rp 750.000,00 = Rp 15.000.000,00
Penghasilan neto setahun = 12 x Rp 15.000.000,00 = Rp 180.000.000,00
PTKP setahun
- Untuk WP Sendiri Rp 54.000.000
- Status Menikah Rp 4.500.000
Rp 58.500.000,00
Penghasilan Kena Pajak Rp 121.500.000,00
PPh Pasal 21 setahun adalah sebesar:
5% x Rp 60.000.000,00 = Rp 3.000.000,00
15% x Rp 61.500.000,00 = Rp 9.225.000,00
= Rp 12.225.000,00
PPh Pasal 21 sebulan adalah sebesar:
Rp 12.225.000,00 : 12 = Rp 1.018.750

56

56
PPh Pasal 21 Pegawai Tidak Tetap
Dibayar Harian

• Rendy (TK/0), dalam bulan Agustus 2022 bekerja pada PT


Bagan Raya selama 10 hari kerja dengan menerima upah
yang dibayar secara harian sebesar Rp 350.000.
• Atas upah yang diterima Rendy bulan Agustus 2022 tersebut,
tidak dipotong PPh pasal 21 (NIHIL), karena nilai upah dalam
sehari tidak melebihi Rp450.000, dan total dalam sebulan
belum melebihi Rp4.500.000.
• Pada bulan September 2022, Rendy bekerja selama selama
12 hari kerja dengan menerima upah yang dibayar secara
harian sebesar Rp 450.000.
57

57
✓ untuk hari ke-1 s.d hari ke-10 tidak dipotong PPh Pasal 21, karena tidak melebihi
450.000 sehari dan total belum melebihi 4.500.000.
✓ karena pada hari ke-11 upah Rendy telah melebihi 4.500.000 dalam sebulan, maka
atas upah Rendy pada bulan September 2022 terutang PPh Pasal 21 dengan rincian
sebagai berikut:
o Upah kumulatif s.d. hari ke-11 Rp 4.950.000
o PTKP 11 hari (1/360 x 54.000.000 x 11) Rp 1.650.000
o Penghasilan Kena Pajak 11 hari Rp 3.300.000
o PPh Pasal 21 terutang 11 hari ( 5%) Rp 165.000
o Upah bersih (take home pay) hari ke-11 = 450.000 – 165.000
= Rp 285.000
Selanjutnya penghitungan PPh Pasal 21 terutang untuk hari ke-12 adalah sebagai berikut:
o Upah hari ke-12 Rp 450.000
o PTKP sehari (1/360 x 54.000.000) Rp 150.000 (-)
o Penghasilan Kena Pajak sehari Rp 300.000
o PPh Pasal 21 terutang (5% Rp 15.000
o Upah bersih (take home pay) hari ke-12 = 450.000 – 15.000
= Rp 435.000 58

58
PPh Pasal 21 Pegawai Tidak Tetap
Dibayar Satuan

• Rizal Fahmi (belum menikah) adalah seorang karyawan


yang bekerja sebagai perakit TV pada suatu perusahaan
elektronika. Upah yang dibayar berdasarkan atas jumlah
unit/satuan yang diselesaikan yaitu Rp 125.000 per buah
TV dan dibayarkan tiap minggu. Dalam waktu 1 minggu
(6 hari kerja) dihasilkan sebanyak 24 buah TV dengan
upah Rp3.000.000.

59

59
Penghitungan PPh Pasal 21 :
o Upah sehari (Rp 3.000.000 : 6) Rp 500.000
o Upah diatas Rp 450.000 sehari Rp 50.000
(500.000 - 450.000)
o Upah seminggu terutang pajak Rp 300.000
(6 x 50.000)
o PPh pasal 21 Rp 15.000 (mingguan)
(5% x 300.000)
o Upah bersih (take home pay) = 3.000.000 – 15.000
= Rp 2.985.000

60

60
PPh Pasal 21 Pegawai Tidak Tetap
Dibayar Borongan
Mawan mengerjakan dekorasi sebuah rumah dengan upah borongan sebesar Rp950.000. Pekerjaan
diselesaikan oleh Mawan dalam 2 hari.
Penghitungan PPh Pasal 21 :
o Upah borongan sehari (950.000 : 2) Rp 475.000
o Upah diatas Rp 450.000 sehari Rp 25.000
(475.000 - 450.000)
o Upah borongan terutang pajak Rp 50.000
(2 x 25.000)
o PPh pasal 21 Rp 2.500 (mingguan)
(5% x 50.000)
o Upah bersih (take home pay) = 950.000 – 2.500 61
= Rp 947.500
61
PPh Pasal 21 Penerima Pensiun
Berkala

• Juliarso (K/2), menerima manfaat pensiun (JHT) dari BPJS


Ketenagakerjaan sebesar Rp 6.000.000 sebulan.
• Penghitungan PPh Pasal 21 yang dilakukan oleh BPJS
Ketenagakerjaan adalah sebagai berikut:

62

62
A Manfaat Pensiun Sebulan 6,000,000

B Biaya Pensiun (5% x Pensiun, maks Rp 200.000 sebulan) 200,000 (-)

C Penghasilan Neto sebulan (A - B) 5,800,000

D Penghasilan Neto setahun (C x 12) 69,600,000

E PTKP 67,500,000 (-)

F Penghasilan Kena Pajak (D - E) 2,100,000

G PPh Terutang setahun (F x Tarif Ps 17) 105,000


(5% x 2.100.000 =

H PPh Terutang sebulan (G: 12) 8,750

63

63
PPh Pasal 21 Bukan Pegawai yang
Berkesinambungan

• Dr Chintya merupakan dokter spesialis penyakit dalam yang


melakukan praktik di RS Sari Sehat, dengan perjanjian bahwa
atas setiap jasa dokter yang dibayarkan oleh pasien akan
dipotong 20% oleh pihak rumah sakit dan sisanya sebesar
80% dari jasa dokter tersebut akan dibayarkan kepada Dr.
Chintya.
• Selain praktik di RS Sari Sehat, Dr Chintya juga membuka
praktik di klinik pribadinya. Dr Chintya telah memiliki NPWP.
• Dalam tahun 2022, jasa dokter yang dibayarkan pasien dari
praktik Dr Chintya di RS Sari Sehat adalah sebagai berikut:
64

64
Bulan Jasa Dokter yang dibayar Pasien (Rp)
Januari 45.000.000,00
Februari 49.000.000,00
Maret 47.000.000,00
April 40.000.000,00
Mei 44.000.000,00
Juni 52.000.000,00
Juli 40.000.000,00
Agustus 35.000.000,00
September 45.000.000,00
Oktober 44.000.000,00
November 43.000.000,00
Desember 40.000.000,00 65
Jumlah 524.000.000,00
65
Dasar
DPP PPh
Pemotongan Tarif PPh Pasal 21
Bulan Jasa Dokter (Rp) Pasal 21 Kumulatif
PPh Pasal 21 Pasal 17 Terutang (Rp)
(Rp)
(Rp)
(1) (2) (3)=50% x (2) (4) (5) (6)=(3) x (5)
Januari 45.000.000 22.500.000 22.500.000 5% 1.125.000
Februari 49.000.000 24.500.000 47.000.000 5% 1.225.000
Maret 47.000.000 13.000.000 60.000.000 5% 650.000
---------------- ---------------- ------------ --------------
10.500.000 70.500.000 15% 1.575.000
April 40.000.000 20.000.000 90.500.000 15% 3.300.000
Mei 44.000.000 22.000.000 112.500.000 15% 3.300.000
Juni 52.000.000 26.000.000 138.500.000 15% 3.900.000
Juli 40.000.000 20.000.000 158.500.000 15% 3.000.000
Agustus 35.000.000 17.500.000 176.000.000 15% 2.625.000
September 45.000.000 22.500.000 198.500.000 15% 3.375.000
Oktober 44.000.000 22.000.000 220.500.000 15% 3.300.000
November 43.000.000 21.500.000 242.000.000 15% 3.225.000
Desember 40.000.000 8.000.000 250.000.000 15% 1.200.000
---------------- ---------------- ------------ --------------
12.000.000 262.000.000 25% 3.000.000 66
Jumlah 524.000.000 262.000.000 35.500.000
66
PPh Pasal 21 Bukan Pegawai
Tidak Berkesinambungan

• Ferdy melakukan jasa perbaikan pipa air kepada PT Bintang


Gemerlap dengan imbalan sebesar Rp 5.000.000.
• Besarnya PPh Pasal 21 terutang = 5% x 50% x Rp 5.000.000
= Rp 125.000

67

67
PPh Pasal 21 Bukan Pegawai
Tidak Berkesinambungan

• Fisca Juliana SE., Ak. adalah seorang Akuntan. Atas jasa review laporan
keuangan yang dilakukannya, pada bulan Februari 2022 Fisca Juliana
mendapatkan fee sebesar Rp450.000.000 dari PT Sinar Jambi.
• Penghitungan PPh Pasal 21 terutang adalah sebagai berikut:
Dasar Pengenaan Pajak = 50% x Rp 450.000.000
= Rp 225.000.000
PPh Pasal 21 Terutang:
5% x Rp 60.000.000 = Rp 3.000.000
15% x Rp 165.000.000 = Rp 24.750.000 (+)
Rp 225.000.000 Rp 27.750.000
68

68
PPh Pasal 21 Mantan Pegawai

• Victoria Endah bekerja pada pt Fajar Wisesa. Pada tanggal 1


Januari 2022 telah berhenti bekerja pada PT Fajar Wisesa
karena pensiun. Pada bulan Maret 2022 Victoria Endah
menerima jasa produksi tahun 2017 dari PT Fajar Wisesa
sebesar Rp 55.000.000.
• PPh Pasal 21 yang harus dipotong oleh PT Fajar Wisesa
adalah:
5% x Rp 55.000.000 = Rp 2.750.000
69

69
PPh Pasal 21 Komisaris

• Aulia Rais adalah seorang komisaris di PT Media Primatama,


yang bukan sebagai pegawai tetap. Dalam tahun 2022, yaitu
bulan Januari 2022 menerima honorarium sebesar Rp
60.000.000.
• PPh Pasal 21 yang harus dipotong oleh PT Media Primatama
adalah:
5% x Rp 60.000.000 = Rp 3.000.000
70

70
PPh Pasal 21 Peserta Kegiatan

• Ani seorang peneliti memenangi kompetisi inovasi teknologi,


dengan memperoleh hadiah sebesar Rp 250.000.000.
• Penghitungan PPh Pasal 21 yang harus dipotong oleh
penyelenggara kegiatan atas hadiah tersebut adalah sebagai
berikut:
5% x Rp 60.000.000 = Rp 3.000.000
15% x Rp 190.000.000 = Rp 28.500.000 (+)
Rp 31.500.000 71

71
PPh Pasal 21 Peserta Kegiatan

• Hastomo Andry adalah seorang atlet bulutangkis profesional


Indonesia. Dalam salah satu event yang dijuarainya, Ia
mendapatkan hadiah senilai Rp200.000.000.
• Penghitungan PPh Pasal 21 yang harus dipotong oleh
penyelenggara event bulutangkis atas hadiah tersebut adalah
sebagai berikut:
5% x Rp 60.000.000 = Rp 3.000.000
15% x Rp 140.000.000 = Rp 21.000.000 (+)
Rp 24.000.000
72

72
PPh Pasal 26

• John Samuel adalah pegawai asing di PT ABC dengan kontrak kerja 2


bulan dan berada di Indonesia kurang dari 183 hari. John Samuel
berstatus menikah dan mempunyai 2 orang anak. Pada bulan
November 2022 John Samuel memperoleh gaji dari PT ABC sebesar
US$2.500 sebulan. Kurs Menteri Keuangan pada saat pemotongan
untuk US$ 1 adalah Rp15.447.
• Besarnya PPh Pasal 26 yang dipotong oleh PT ABC adalah:
PPh Pasal 26 = 20% x (US$2.500 x Rp15.447/US$ 1)
= 20% x Rp38.617.500
= Rp7.723.500
73

73
Metode Penghitungan PPh Pasal 21

Metode Pengenaan PPh Pasal 21 Karyawan Keterangan


PPh Pasal 21 dipotong dari penghasilan
1 - -
karyawan
Non Termasuk kategori
2 PPh Pasal 21 ditanggung Pemberi Kerja
Taxable Kenikmatan

Dipersamakan
3 Tunjangan PPh Pasal 21 dari Pemberi Kerja Taxable dengan tunjangan
74
lainnya
74
PPh 21 PPh 21 PPh 21 Diberikan
Dipotong dari Ditanggung Tunjangan oleh
Peng. Karyawan Pemberi Kerja Pemberi Kerja
Gaji dan Tunjangan Rp20.000.000 Rp20.000.000 Rp20.000.000
Tunjangan PPh Rp1.808.765
Tanggungan PPh Rp831.054
JKK & JKM Dibayar Pemberi Kerja Rp108.000 Rp108.000 Rp108.000
A Penghasilan Bruto Sebulan Rp20.108.000 Rp20.939.054 Rp21.916.765
Pengurang:
Biaya Jabatan Rp500.000
(5% x Penghasilan Bruto, maks Rp500.000 sebulan
JHT Dibayar Karyawan Rp400.000 (+)
B Total Pengurang Rp900.000 Rp900.000 Rp900.000
C Penghasilan Neto sebulan (A - B) Rp19.208.000 Rp20.039.054 Rp21.016.765
D Penghasilan Neto setahun (C x 12) Rp230.496.000 Rp240.468.649 Rp252.201.176
E PTKP (K/2) Rp67.500.000 Rp67.500.000 Rp67.500.000
F Penghasilan Kena Pajak (D - E) Rp162.996.000 Rp172.968.649 Rp184.701.176
G PPh Terhutang setahun (F x Tarif Ps 17)
Rp18.449.400 Rp19.945.297 Rp21.705.176
H PPh Pasal 21 Terhutang Sebulan Rp1.537.450 Rp1.662.108 Rp1.808.765 75

75
Ketentuan Khusus

Penghasilan bersumber dari


1. Uang Pesangon
APBN/D yang diterima oleh
2. Uang Manfaat Pensiun
Pejabat Negara, PNS,
3. THT/JHT
Anggota, TNI/Polri, dan
yang dibayarkan sekaligus
Pensiunannya

PP 68 Tahun 2009 PP 80 Tahun 2010


76
PP 68 Tahun 2009

77

77
PP 68 Tahun 2009

78

78
PP 80 Tahun 2010

79

79
PP 80 Tahun 2010

80

80
Saat terutang
PPh Pasal 21/26

Penerima penghasilan Pemotong

akhir bulan dilaku-


Saat dilakukannya kannya pembayaran
pembayaran atau
atau akhir bulan
saat terutangnya terutangnya
penghasilan penghasilan
81
Kewajiban Pemotong

1. Wajib Mendaftarkan Diri ke KPP


2. Wajib menghitung, memotong, menyetorkan dan melaporkan PPh Pasal 21 dan Pasal 26 yang terutang
untuk setiap bulan kalender
3. PPh Pasal 21/26 yang dipotong wajib disetor ke Kantor Pos atau Bank paling lama 10 hari setelah Masa
Pajak berakhir
4. Pemotong Pajak wajib SPT Masa PPh Pasal 21/26, paling lama 20 hari setelah Masa Pajak berakhir
5. Wajib Membuat Catatan atau Kertas Kerja Perhitungan PPh Pasal 21/26 Untuk Setiap Masa Pajak
6. Wajib Menyimpan Catatan atau Kertas Kerja Sesuai Ketentuan
82
7. Wajib Membuat Bukti Potong dan Memberikannya Kepada Penerima Penghasilan
82
Bukti Potong

1. Untuk pegawai tetap/penerima pensiun berkala:


a. dibuat sekali setahun (Form 1721 A1/A2)
b. diberikan paling lama 1 bulan setelah akhir tahun atau pegawai berhenti
2. Untuk selain pegawai tetap/penerima pensiun berkala:
a. Dibuat setiap kali ada pemotongan
b. Jika dalam satu bulan > 1 kali pembayaran maka bukti potong dapat dibuat sekali dalam satu
bulan
3. Bukti Potong PPh Pasal 21 Tidak wajib dilampirkan dalam SPT Masa PPh Pasal 21

83

83
PAJAK PENGHASILAN PASAL 22

84

84
DASAR HUKUM
No Peraturan Tentang
1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Pajak Penghasilan
s.t.d.t.d Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2008
2 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 Harmonisasi Peraturan Perpajakan
3 Peraturan Menteri Keuangan Nomor Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Sehubungan
34/PMK.010/2017 s.t.d.t.d Peraturan Dengan Pembayaran atas Penyerahan Barang dan
Menteri Keuangan Nomor Kegiatan di Bidang Impor atau Kegiatan Usaha di
41/PMK.010/2022 Bidang Lain
4 Peraturan Menteri Keuangan Nomor Wajib Pajak Badan Tertentu Sebagai Pemungut Pajak
253/PMK.03/2008 s.t.d.t.d Peraturan Penghasilan Dari Pembeli atas Penjualan Barang yang
Menteri Keuangan Nomor Tergolong Sangat Mewah
92/PMK.03/2019
5 Peraturan Menteri Keuangan Nomor Ketentuan Kepabeanan, Cukai, dan Pajak atas Impor
85
199/PMK.010/2019 Barang Kiriman

85
DASAR HUKUM
No Peraturan Tentang
6 Peraturan Menteri Keuangan Republik Ketentuan Ekspor dan Impor Barang yang Dibawa
Indonesia Nomor 203/PMK.04/2017 Oleh Penumpang dan Awak Sarana Pengangkut

7 Peraturan Menteri Keuangan Nomor Penghitungan dan Pemungutan Pajak Pertambahan


6/PMK.03/2021 Nilai Serta Pajak Penghasilan atas
Penyerahan/Penghasilan Sehubungan Dengan
Penjualan Pulsa, Kartu Perdana, Token, dan Voucer

8 Peraturan Menteri Keuangan Republik Penunjukan Pihak Lain Sebagai Pemungut Pajak dan
Indonesia Nomor 58/PMK.03/2022 Tata Cara Pemungutan, Penyetoran, dan/atau
Pelaporan Pajak yang Dipungut Oleh Pihak Lain atas
Transaksi Pengadaan Barang dan/atau Jasa Melalui
Sistem Informasi Pengadaan Pemerintah

86

86
DASAR HUKUM

87

87
DASAR HUKUM

88

88
Pengertian PPh Pasal 22

PPh Pasal 22 adalah Pajak Penghasilan yang dipungut sehubungan


dengan pembayaran atas penyerahan barang dan kegiatan di bidang
impor atau kegiatan usaha di bidang lain dan penyerahan barang
tertentu yang tergolong sangat mewah.

89

89
Pemungut PPh Pasal 22

Pemungut PPh Pasal 22 secara umum dapat dikelompokkan sebagai berikut:


1. Bendahara pemerintah untuk memungut pajak sehubungan dengan pembayaran
atas penyerahan barang;
2. Badan-badan tertentu untuk memungut pajak dari Wajib Pajak yang melakukan
kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain; dan
3. Wajib Pajak badan tertentu untuk memungut pajak dari pembeli atas penjualan
barang yang tergolong sangat mewah.
90

90
Karakteristik PPh Pasal 22

❖ PPh Pasal 22 merupakan pajak penghasilan yang secara umum dikenakan atas
transaksi berupa benda;
❖ Pemungut PPh Pasal 22 adalah pihak yang ditunjuk secara spesifik oleh Menteri
Keuangan
❖ Besarnya pungutan yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang tidak memiliki
NPWP lebih tinggi 100% daripada tarif yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang
dapat menunjukkan NPWP
91

91
Kegiatan Impor
PEMUNGUT OBJEK
Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Impor barang
Bea Cukai
TARIF
a. Barang tertentu (Lampiran I PMK 34/PMK.010/2017) 10% x Nilai Impor
b. Barang tertentu lainnya (Lampiran II PMK 34/PMK.010/2017) 7,5% x Nilai Impor
c. Non barang tertentu/lainnya
- API 2,5% x Nilai Impor
- Non API 7,5% x Nilai Impor
- kedelai, gandum, tepung terigu 0,5% x Nilai Impor
d. Barang tdk dikuasai 7,5% x Harga jual lelang
92
Nilai Impor = Cost Insurance Freight (CIF) + Bea Masuk + Pungutan Lain berdasarkan Peraturan Kepabean
92
Pengecualian PPh Pasal 22 Impor

• Impor barang dan/atau penyerahan barang yang berdasarkan ketentuan


peraturan perundang-undangan tidak terutang Pajak Penghasilan;
• Impor barang yang dibebaskan dari pungutan Bea Masuk dan/atau
Pajak Pertambahan Nilai (Rinciannya pada Pasal 3 Ayat (1) huruf (b)
Peraturan Menteri Keuangan No. 34/PMK.010/2017 s.t.d.t.d Peraturan
Menteri Keuangan No. 41/PMK.010/2022);
• Impor sementara, jika pada waktu impornya nyata-nyata dimaksudkan
untuk diekspor kembali;
• Impor kembali (re-impor), yang meliputi barang-barang yang telah
diekspor kemudian diimpor kembali dalam kualitas yang sama atau
barang-barang yang telah diekspor untuk keperluan perbaikan,
pengerjaan dan pengujian, yang telah memenuhi syarat yang ditentukan
oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai;
• Impor emas batangan yang akan diproses untuk menghasilkan barang
perhiasan dari emas untuk tujuan ekspor.
93

93
Contoh PPh Pasal 22 Impor

94

94
Kegiatan Ekspor
PEMUNGUT OBJEK
Disetor sendiri oleh eksportir bersamaan Ekspor komoditas tambang batubara, mineral logam, dan mineral bukan logam
dengan saat penyelesaian dokumen
pemberitahuan pabean atau ekspor

TARIF
1,5% dari nilai ekspor pada Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB)

95

95
Contoh PPh Pasal 22
Kegiatan Ekspor

96

96
Pembelian Barang oleh Bendahara
/Kuasa Pengguna Anggaran
PEMUNGUT OBJEK
Bendahara pengeluaran Pembayaran atas pembelian barang yang dilakukan dengan mekanisme
uang persediaan (UP)
Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atau Pembayaran atas pembelian barang kepada pihak ketiga yang dilakukan
pejabat penerbit Surat Perintah dengan mekanisme pembayaran langsung (LS)
Membayar yang diberi delegasi oleh KPA
TARIF
1,5% dari Harga Pembelian
DIKECUALIKAN
1. Jumlahnya paling banyak Rp2.000.000,00 tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai dan bukan
merupakan pembayaran yang dipecah;
97
2. Pembayraan untuk pembelian BBM, BBG, pelumas, benda pos, pemakaian air dan listrik.
97
Contoh PPh Pasal 22
Pembelian Barang oleh Bendahara/Kuasa Pengguna Anggaran

98

98
Penjualan Barang, Penyerahan Jasa; dan/atau Persewaan dan
Penghasilan Lain Sehubungan dengan Penggunaan Harta, yang
Dilakukan Melalui Pihak Lain dalam Sistem Informasi Pengadaan

PEMUNGUT OBJEK
Pihak Lain, yaitu Marketplace Pengadaan Penjualan barang, penyerahan jasa; dan/atau persewaan dan penghasilan
atau Ritel Daring Pengadaan yang lain sehubungan dengan penggunaan harta, yang dilakukan melalui pihak
terlibat langsung atau memfasilitasi lain dalam Sistem Informasi Pengadaan.
transaksi antarpihak yang bertransaksi
melalui Sistem Informasi Pengadaan
TARIF
0,5% dari Harga Pembelian
DIKECUALIKAN
1. pembayaran sehubungan dengan penyerahan jasa angkutan umum oleh Rekanan yang merupakan Wajib Pajak orang pribadi
yang dilakukan melalui Pihak Lain; dan/atau
2. pembayaran sehubungan dengan transaksi penjualan barang, penyerahan jasa, dan/atau persewaan dan penghasilan lain
sehubungan dengan penggunaan harta yang dilakukan oleh Rekanan yang pembayarannya dilakukan melalui mekanisme 99
Pembayaran Langsung.
99
Contoh PPh Pasal 22
Penjualan Barang, Penyerahan Jasa; dan/atau Persewaan dan Penghasilan Lain Sehubungan
dengan Penggunaan Harta, yang Dilakukan Melalui Pihak Lain dalam Sistem Informasi Pengadaan

10
0

100
Pembelian Barang oleh Badan Usaha
Tertentu
PEMUNGUT OBJEK
1. BUMN Pembayaran atas pembelian barang dan/atau bahan-bahan untuk
2. Badan Usaha dan BUMN yang keperluan kegiatan usahanya
merupakan hasil restrukturisasi yang
dilakukan oleh Pemerintah
3. Badan usaha tertentu yang dimiliki
secara langsung oleh BUMN
TARIF
1,5% dari Harga Pembelian
DIKECUALIKAN
1. Jumlahnya paling banyak Rp10.000.000,00 tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai dan bukan
merupakan pembayaran yang dipecah; 10
1
2. Pembayaran untuk pembelian BBM, BBG, pelumas, benda pos, pemakaian air dan listrik.
101
Contoh PPh Pasal 22
Pembelian Barang oleh Badan Usaha Tertentu

10
2

102
Penjualan Hasil Produksi Oleh Industri
Semen, Kertas, Baja, Otomotif, dan Farmasi

PEMUNGUT OBJEK
Badan usaha yang bergerak dalam Penjualan hasil produksinya kepada distributor di dalam negeri
bidang usaha industri semen, industri
kertas, industri baja, industri otomotif,
dan industri farmasi
TARIF
1. Penjualan kertas: 0,1% x DPP PPN
2. Penjualan semen: 0,25% x DPP PPN
3. Penjualan baja: 0,3% x DPP PPN
4. Penjualan kendaraan bermotor: 0,45% x DPP PPN
5. Penjualan obat: 0,3% x DPP PPN
10
3

103
Contoh PPh Pasal 22
Penjualan Hasil Produksi Oleh Industri Semen,
Kertas, Baja, Otomotif, dan Farmasi

10
4

104
Penjualan Kendaraan Bermotor di
Dalam Negeri
PEMUNGUT OBJEK
ATPM, APM, Importir Umum Kendaraan Penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri
Bermotor
TARIF
0,45% dari DPP PPN

10
5

105
Contoh PPh Pasal 22
Penjualan Kendaraan Bermotor di Dalam Negeri

10
6

106
Penjualan BBM, BBG, dan Pelumas

PEMUNGUT OBJEK
Produsen atau importir bahan bakar Penjualan bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas
minyak, bahan bakar gas, dan pelumas
TARIF
Penjualan Bahan Bakar Minyak:
a. ke SPBU yang menjual BBM yang dibeli dari Pertamina 0,25% dari penjualan tidak termasuk PPN
atau anak perusahaan Pertamina
b. ke SPBU yang menjual BBM yang dibeli selain dari 0,3% dari penjualan tidak termasuk PPN
Pertamina atau anak perusahaan Pertamina
c. penjualan kepada pihak selain huruf a dan b 0,3% dari penjualan tidak termasuk PPN
Penjualan BBG dan Pelumas 0,3% dari penjualan tidak termasuk PPN
CATATAN
PPh Pasal 22 atas Penjualan BBM, BBG, dan Pelumas bersifat: 10
- FINAL bagi penyalur/agen 7

107
Contoh PPh Pasal 22
Penjualan BBM, BBG, dan Pelumas

10
8

108
Pembelian Bahan Untuk Keperluan Industri atau
Ekspor Sektor Kehutanan, Perkebunan, Pertanian,
Peternakan, dan Perikanan

PEMUNGUT OBJEK
Industri/Eksportir sektor Kehutanan, Pembelian bahan-bahan berupa hasil kehutanan, perkebunan, pertanian,
Perkebunan, Pertanian, Peternakan, dan peternakan, dan perikanan yang belum melalui proses industri manufaktur
Perikanan untuk keperluan industri atau ekspor oleh badan usaha industri atau eksportir
TARIF
0,25% dari Harga Pembelian tidak termasuk PPN
DIKECUALIKAN
Jumlahnya paling banyak Rp20.000.000,00 tidak termasuk PPN

10
9

109
Contoh PPh Pasal 22
Pembelian Bahan Untuk Keperluan Industri atau Ekspor Sektor
Kehutanan, Perkebunan, Pertanian, Peternakan, dan Perikanan

11
0

110
Pembelian Komoditas Tambang Batubara, Mineral
Logam, dan Mineral Bukan Logam dari Badan atau Orang
Pribadi Pemegang Izin Usaha Pertambangan
PEMUNGUT OBJEK
Badan usaha yang melakukan pembelian Pembelian batubara, mineral logam, dan mineral bukan logam, dari badan atau
komoditas tambang batubara, mineral orang pribadi pemegang izin usaha pertambangan
logam, dan mineral bukan logam, dari
badan atau orang pribadi pemegang izin
usaha pertambangan
TARIF
1,5% dari Harga Pembelian tidak termasuk PPN
DIKECUALIKAN
Telah dipungut Pajak Penghasilan Pasal 22 atas pembelian barang dan/atau bahan-bahan untuk keperluan
kegiatan usaha oleh badan usaha tertentu
111

111
Contoh PPh Pasal 22
Pembelian Komoditas Tambang Batubara, Mineral Logam, dan Mineral Bukan
Logam dari Badan atau Orang Pribadi Pemegang Izin Usaha Pertambangan

112

112
Penjualan Pulsa dan Kartu Perdana

PEMUNGUT OBJEK
Penyelenggara Distribusi Tingkat Kedua Penjualan pulsa dan kartu perdana oleh Penyelenggara Distribusi Tingkat
Kedua
TARIF
• 0,5% dari nilai yang ditagih oleh Penyelenggara Distribusi Tingkat Kedua kepada Penyelenggara Distribusi
Tingkat Selanjutnya
• 0,5% dari Harga Jual, atas penjualan kepada pelanggan telekomunikasi secara langsung
DIKECUALIKAN
• Pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp2.000.000,00 tidak termasuk PPN dan bukan merupakan pembayaran yang dipecah
dari suatu transaksi yang nilai sebenarnya lebih dari Rp2.000.000,00
• Pelanggan telekomunikasi merupakan Wajib Pajak bank
• Pelanggan telekomunikasi telah memiliki dan menyerahkan fotokopi Surat Keterangan Pajak Penghasilan berdasarkan Peraturan 113
Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 dan telah terkonfirmasi ke benarannya dalam sistem informasi Direktorat Jenderal Pajak.
113
Contoh PPh Pasal 22
Penjualan Pulsa dan Kartu Perdana

114

114
Contoh PPh Pasal 22
Penjualan Pulsa dan Kartu Perdana

115

115
Penjualan Emas Batangan di Dalam Negeri Oleh Badan
Usaha yang Memproduksi Emas Batangan

PEMUNGUT OBJEK
Badan usaha yang melakukan penjualan Penjualan emas batangan oleh badan usaha yang melakukan penjualan
emas batangan di dalam negeri
TARIF
0,45% dari dari harga jual emas batangan
DIKECUALIKAN
Penjualan emas batangan kepada Bank Indonesia

116

116
Contoh PPh Pasal 22
Penjualan Emas Batangan di Dalam Negeri Oleh Badan Usaha
yang Memproduksi Emas Batangan

117

117
Penjualan Barang yang Tergolong Sangat Mewah

PEMUNGUT OBJEK
Wajib Pajak badan yang Penjualan barang yang tergolong sangat mewah
melakukan penjualan barang a. pesawat terbang pribadi dan helikopter pribadi;
yang tergolong sangat b. kapal pesiar, yacht, dan sejenisnya;
mewah c. rumah beserta tanahnya, dengan harga jual atau harga pengalihannya lebih dari
Rp30.000.000.000,00 atau luas bangunan lebih dari 400m2;
d. apartemen, kondominium, dan sejenisnya, dengan harga jual atau pengalihannya
lebih dari Rp30.000.000.000,00 atau luas bangunan lebih dari 150m2;
e. kendaraan bermotor roda empat pengangkutan orang kurang dari 10 orang berupa
sedan, jeep, sport utility vehicle (SUV), multi purpose vehicle (MPV), minibus, dan
sejenisnya, dengan harga jual lebih dari Rp2.000.000.000,00 atau dengan kapasitas
silinder lebih dari 3.000cc; dan/atau
f. kendaraan bermotor roda dua dan tiga, dengan harga jual lebih dari
118
Rp300.000.000,00 atau dengan kapasitas silinder lebih dari 250cc.

118
Penjualan Barang yang Tergolong Sangat Mewah

TARIF
• 1% dari harga jual tidak termasuk PPN dan PPnBM atas barang dalam huruf c dan huruf d; dan
• 5% dari harga jual tidak termasuk PPN dan PPnBM atas barang dalam huruf a, huruf b, huruf e dan huruf f.
DIKECUALIKAN
Dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22 adalah pembelian barang yang tergolong sangat mewah yang
dilakukan oleh bukan subjek pajak.

119

119
Contoh PPh Pasal 22
Penjualan Barang yang Tergolong Sangat Mewah

120

120
PAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26

12
1

121
DASAR HUKUM
No Peraturan Tentang
1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Pajak Penghasilan
s.t.d.t.d Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2008

2 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 Harmonisasi Peraturan Perpajakan


3 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Cipta Kerja
4 Peraturan Menteri Keuangan Nomor Jenis Jasa Lain Sebagaimana Dimaksud Dalam Pasal 23
141/PMK.03/2015 Ayat (1) Huruf C Angka 2 Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan Sebagaimana
Telah Beberapa Kali Diubah Terakhir Dengan Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2008
5 Keputusan Direktur Jenderal Pajak Penunjukan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri
Nomor KEP-50/PJ/1994 Tertentu Sebagai Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 23
12
2

122
DASAR HUKUM

12
3

123
DASAR HUKUM

12
4

124
Pengertian PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 23 adalah pajak penghasilan yang dipotong atas penghasilan


yang diterima oleh WP Dalam Negeri dan BUT yang berasal dari modal,
penyerahan jasa, atau penyelenggaraan kegiatan selain yang telah
dipotong PPh pasal 21.
Dalam hal penghasilan yang merupakan objek PPh Pasal 23 diterima oleh
subjek pajak luar negeri maka dipotong PPh Pasal 26

12
5

125
Pemotong PPh Pasal 23

1. Badan Pemerintah;
2. Subjek Pajak dalam negeri;
3. Penyelenggara kegiatan;
4. Bentuk Usaha Tetap (BUT)
5. Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya;
6. Orang pribadi sebagai wajib pajak dalam negeri yang ditunjuk oleh Direktur
Jenderal Pajak, yaitu:
a. Pengacara, Akuntan, Konsultan, PPAT (kecuali Camat), Arsitek, Notaris, Dokter,
dan yang melakukan pekerjaan bebas;
b. Orang pribadi yang menjalankan usaha yang menyelenggarakan pembukuan
atas pembayaran berupa sewa.
12
6

126
Objek dan Tarif PPh Pasal 23

OBJEK KETERANGAN TARIF


Bunga Premium, diskonto, imbalan karena jaminan pengembalian
utang. Meliputi juga bagi hasil, margin, ujroh, yang ada
system usaha berbasis syariah yang tidak membolehkan
adanya riba berupa bunga sepanjang pembayaran tersebut
merupakan penghasilan yang diterima pihak ketiga atas
penyertaan dana yang tidak termasuk sebagai modal usaha 15% dari Jumlah Bruto

Royalti
Hadiah Hadiah perlombaan, penghargaan, prestasi tertenu, dan
hadiah sehubungan pemberian jasa yang diterima oleh Wajib
Pajak Badan / BUT
12
7

127
Objek dan Tarif PPh Pasal 23

OBJEK KETERANGAN TARIF


Sewa Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan
penggunaan harta kecuali tanah dan/atau bangunan
Imbalan Jasa teknik, jasa
manajemen, dan jasa 2% dari Jumlah Bruto
konsultan
Imbalan Jasa Lain Jasa yang tidak dipotong PPh Pasal 21 sebagaimana PMK
Nomor 141/PMK.03/2015

12
8

128
Ketentuan Dalam PPh Pasal 23

1. PPh Pasal 23 terhutang atau yang dipotong adalah sebesar tarif dikalikan jumlah bruto penghasilan;
2. Yang dimaksud dengan Jumlah Bruto adalah seluruh jumlah penghasilan yang dibayarkan, disediakan untuk
dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek pajak dalam negeri,
penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib Pajak
dalam negeri atau bentuk usaha tetap, tidak termasuk:
a. Pembayaran gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan
pekerjaan yang dibayarkan oleh WP penyedia tenaga kerja kepada tenaga kerja yang melakukan pekerjaan,
berdasarkan kontrak dengan pengguna jasa;
b. Pembayaran atas pengadaan/pembelian barang atau material (dibuktikan dengan faktur pembelian);
c. Pembayaran kepada pihak kedua (sebagai perantara) untuk selanjutnya dibayarkan kepada pihak
ketiga(dibuktikan dengan faktur tagihan pihak ketiga disertai dengan perjanjian tertulis);
d. Pembayaran penggantian biaya (reimbursement) yaitu penggantian pembayaran sebesar jumlah yang nyata-
12
nyata telah dibayarkan oleh pihak kedua kepada pihak ketiga (dibuktikan dengan faktur tagihan atau bukti 9
pembayaran yang telah dibayarkan kepada pihak ketiga).
129
Ketentuan Dalam PPh Pasal 23

Jumlah bruto tersebut tidak berlaku:


a. atas penghasilan yang dibayarkan sehubungan dengan jasa katering. Untuk jasa katering yang menjadi
jumlah bruto adalah seluruh jumlah penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apapun (nilai material dan
jasa).
b. dalam hal penghasilan yang dibayarkan sehubungan dengan jasa, telah dikenakan pajak yang bersifat final.
3. Untuk pihak yang tidak ber-NPWP dipotong 100% lebih tinggi dari tarif PPh Pasal 23;
4. PPh Pasal 23 dipotong oleh pihak yang memberikan atau membayarkan penghasilan. PPh Pasal 23 melekat
kepada pemotong pajak. Dalam hal yang memberikan penghasilan bukan sebagai pemotong pajak, maka PPh
Pasal 23 tidak disetor sendiri oleh penerima penghasilan.

13
0

130
Dikecualikan Pemotongan
PPh Pasal 23

a. Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank;


b. Sewa yang dibayar atau terutang sehubungan dengan sewa guna usaha dengan hak opsi;
c. Dividen sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat (3) huruf f UU PPh jo. UU Cipta Kerja;
d. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak
terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma dan kongsi termasuk pemegang unit
penyertaan kontrak investasi kolektif;
e. SHU koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya;
f. Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada badan usaha atas jasa keuangan yang berfungsi
sebagai penyalur pinjaman dan/atau pembiayaan.

13
1

131
Penghitungan PPh Pasal 23
Contoh 1

132

132
Penghitungan PPh Pasal 23
Contoh 1 contd...

133

133
Penghitungan PPh Pasal 23
Contoh 2

134

134
Penghitungan PPh Pasal 23
Contoh 2 contd…

135

135
Penghitungan PPh Pasal 23
Contoh 3

136

136
Penghitungan PPh Pasal 23
Contoh 3 contd…

137

137
Penghitungan PPh Pasal 23
Contoh 4

138

138
Penghitungan PPh Pasal 23
Contoh 5

139

139
Penghitungan PPh Pasal 23
Contoh 6

140

140
Penghitungan PPh Pasal 23
Contoh 7

141

141
PAJAK PENGHASILAN PASAL 4(2)/FINAL

14
2

142
DASAR HUKUM
No Peraturan Tentang
1 Undang-Undang Nomor 7 Pajak Penghasilan
Tahun 1983 s.t.d.t.d Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2008
2 Undang-Undang Nomor 7 Harmonisasi Peraturan Perpajakan
Tahun 2021
3 Peraturan Pemerintah Nomor Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 131 Tahun 2000
123 Tahun 2015 tentang Pajak Penghasilan atas Bunga Deposito dan Tabungan Serta
Diskonto Sertifikat Bank Indonesia
4 Peraturan Pemerintah Nomor Pajak Penghasilan atas Diskonto Surat Perbendaharan Negara
27 Tahun 2008
5 Peraturan Pemerintah Nomor Pajak Penghasilan atas Penghasilan Berupa Bunga Obligasi yang
91 Tahun 2021 Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak Dalam Negeri dan Bentuk Usaha
Tetap
6 Peraturan Pemerintah Nomor Pajak Penghasilan atas Hadiah Undian 14
132 Tahun 2000 3

143
DASAR HUKUM
No Peraturan Tentang
7 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 51
2022 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan
Dari Usaha Jasa Konstruksi
8 Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun Pajak Penghasilan atas Penghasilan Dari Persewaan
2017 Tanah dan/atau Bangunan
9 Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun Pajak Penghasilan atas Penghasilan Dari Pengalihan Hak
2016 Atas Tanah dan/atau Bangunan, dan Perjanjian
Pengikatan Jual Beli Atas Tanah dan/atau bangunan
Beserta Perubahannya
10 Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun
1997 1994 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan Dari
Transaksi Penjualan Saham Di Bursa Efek
11 Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun Pajak Penghasilan atas Bunga Simpanan yang Dibayarkan
2009 Oleh Koperasi Kepada Anggota Koperasi Orang Pribadi 14
4

144
DASAR HUKUM PASAL 4 (2)

14
5

145
Karakteristik PPh Pasal
4(2)/Final

1. Penghasilan yang dikenakan PPh Final tidak digabungkan dengan penghasilan


lain (yang non-final) dalam penghitungan PPh pada SPT Tahunan;
2. Jumlah PPh Final yang telah dibayar sendiri atau dipotong pihak lain
sehubungan dengan penghasilan yang PPh nya bersifat final tidak dapat
menjadi kredit pajak pada SPT Tahunan;
3. Biaya-biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan
dimaksud tidak dapat dikurangkan (non-deductible) dari penghasilan bruto.
14
6

146
Ilustrasi Karakteristik PPh Pasal
4(2)/Final
• PT ABC mempunyai 2 gedung yang mana Gedung yang pertama dimanfaatkan sendiri sebagai bangunan
perkantoran PT ABC, sedangkan Gedung yang kedua disewakan kepada PT D dengan nilai sewa
Rp1.000.000.000 per tahun.
• Penghasilan PT ABC berupa sewa Gedung kedua sebesar Rp1.000.000.000 tidak ditambahkan ke penghasilan
lain yang sifatnya non-final pada SPT Tahunan karena atas penghasilan tersebut terhutang PPh Final.
• PT D melakukan pemotongan PPh Final atas sewa tanah dan/atau bangunan sebesar Rp100.000.000 (10% x
Rp1.000.000.000). PPh Final yang dipotong sebesar Rp100.000.000 bagi PT ABC tidak dapat menjadi kredit
pajak pada SPT Tahunan.
• Biaya-biaya yang berasal dari Gedung kedua misalnya biaya perawatan, penyusutan dll. Tidak dapat
dikurangkan (non-deductible) dari penghasilan bruto karena penghasilan yang timbul dari Gedung kedua
14
terhutang PPh Final. 7

147
Deposito dan Tabungan Serta Diskonto Sertifikat
Bank Indonesia

OBJEK TARIF
a. Atas bunga dari deposito dalam mata uang dolar Amerika Serikat yang dananya
bersumber dari Devisa Hasil Ekspor dan ditempatkan di dalam negeri pada bank yang
didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia atau cabang bank luar negeri di
Indonesia dikenai tarif:
10% dari jumlah bruto, untuk deposito 1 bulan
Penghasilan berupa bunga
7,5% dari jumlah bruto, untuk deposito 3 bulan
dengan nama dan dalam bentuk 2,5% dari jumlah bruto, untuk deposito 6 bulan
apapun yang diterima atau 0% dari jumlah bruto, untuk deposito lebih dari 6 bulan
diperoleh dari deposito dan
b. Atas bunga dari deposito dalam mata uang rupiah yang dananya bersumber dari
tabungan serta diskonto
Devisa Hasil Ekspor dan ditempatkan di dalam negeri pada bank yang didirikan atau
Serifikat Bank Indonesia bertempat kedudukan di Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia dikenai
tarif:
7,5% dari jumlah bruto, untuk deposito 1 bulan
5% dari jumlah bruto, untuk deposito 3 bulan 148

0% dari jumlah bruto, untuk deposito 6 bulan atau lebih dari 6 bulan
148
Deposito dan Tabungan Serta Diskonto Sertifikat
Bank Indonesia

OBJEK TARIF
Atas bunga dari tabungan dan diskonto Sertifikat Bank Indonesia, serta Bunga dari
Penghasilan berupa bunga dengan deposito selain dari deposito dalam huruf a dan b dikenakan tariff:
nama dan dalam bentuk apapun 20% dari jumlah bruto, terhadap Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap;
yang diterima atau diperoleh dari 20% dari jumlah bruto atau tariff berdasarkan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda
deposito dan tabungan serta yang berlaku, terhadap Wajib Pajak luar negeri
diskonto Serifikat Bank Indonesia

DIKECUALIKAN
a. Bunga deposito dan tabungan serta diskonto Sertifikat Bank Indonesia (SBI) sepanjang jumlah pokoknya tidak melebihi Rp7.500.000,00
b. Bunga dan diskonto yang diterima atau diperoleh bank yang didirikan di Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia
c. Bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI yang diterima atau diperoleh Dana Pensiun yang pendriannya telah disahkan oleh
Menteri Keuangan
d. Bunga tabungan pada bank yang ditunjuk pemerintah dalam rangka pemilikan rumah sederhana dan sangat sederhana, kavling siap149
bangun untuk rumah sederhana dan sangat sederhana, atau rumah susun sesuai dengan ketentuan yang berlaku, untuk dihuni sendiri.

149
Diskonto Surat Perbendaharaan Negara (SPN)

OBJEK TARIF
Atas Diskonto Surat Perbendaharaan Negara dikenakan tarif:
20% dari jumlah bruto, terhadap Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk
Diskonto Surat
usaha tetap;
Perbendaharaan Negara
20% dari jumlah bruto atau tarif berdasarkan Perjanjian Penghindaran
Pajak Berganda yang berlaku, terhadap Wajib Pajak luar negeri
DIKECUALIKAN
Jika penerima diskonto:
a. Bank dalam negeri atau di dalam negeri
b. Dana Pensiun yang telah diakui Menteri Keuangan
c. Reksadana yang terdaftar pada OJK 150

150
Bunga Obligasi

OBJEK TARIF
Obligasi adalah surat utang, surat
Atas penghasilan berupa bunga Obligasi yang diterima atau
utang negara, dan obligasi daerah,
diperoleh wajib pajak dalam negeri (orang pribadi, warisan
yang berjangka waktu lebih dari 12
yang belum terbagi, badan termasuk reksa dana dan
bulan.
kontrak investasi kolektif) dan bentuk usaha tetap dikenai
Bunga obligasi adalah imbalan yang
pajak penghasilan yang bersifat final. Tarif PPh yang bersifat
diterima dan/atau diperoleh
final atas bunga Obligasi adalah sebesar 10% (sepuluh
pemegang obligasi dalam bentuk
persen) dari Dasar Pengenaan Pajak (DPP).
bunga dan/atau diskonto
151

151
Hadiah

OBJEK TARIF
Hadiah undian dengan nama dan bentuk apapun 25% dari jumlah penghasilan bruto
yang diberikan melalui undian baik dalam bentuk
uang maupun natura
DIKECUALIKAN
Hadiah langsung dalam penjualan barang atau jasa sepanjang diberikan kepada semua pembeli atau
konsumen akhir tanpa diundi dan hadiah tersebut diterima langsung oleh konsumen akhir pada saat
pembelian barang atau jasa (Sesuai Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-11/PJ/2015)

152

152
Jasa Konstruksi

No Jenis layanan Jasa dan kualifikasi Tarif


1 Pekerjaan konstruksi oleh penyedia jasa perseorangan atau usaha kecil 1,75%
tersertifikasi
2 Pekerjaan konstruksi oleh badan usaha atau perseorangan tidak 4%
tersertifikasi
3 Pekerjaan konstruksi selain di nomor 1 dan 2 (kualifikasi menengah, besar 2,65%
atau spesialis)
4 Pekerjaan konstruksi terintegrasi oleh penyedia jasa tersertifikasi 2,65%
5 Pekerjaan konstruksi terintegrasi oleh penyedia jasa tidak tersertifikasi 4%
6 Jasa konsultan konstruksi oleh penyedia jasa tersertifikasi 3,5%
153
7 Jasa konsultan konstruksi oleh penyedia jasa yang tidak tersertifikasi 6%
153
Persewaan Tanah dan/atau Bangunan

OBJEK TARIF
Sewa atas tanah dan/atau bangunan berupa 10% dari jumlah bruto nilai persewaan
tanah, rumah, rumah susun, apartemen, Jumlah bruto nilai persewaan adalah jumlah yang
kondominium, gedung perkantoran, gedung dibayarkan/terutang oleh penyewa termasuk biaya
pertokoan, atau gedung pertemuan termasuk perawatan, pemeliharaan, keamanan, fasilitas
bagiannya, rumah kantor, toko, rumah toko, lainnya, dan service charge (baik perjanjiannya
gudang dan bangunan industri dibuat secara terpisah maupun disatukan)
DIKECUALIKAN
Penghasilan yang diterima atau diperoleh dari jasa pelayanan penginapan beserta akomodasinya. Yang
dimaksud dengan "jasa pelayanan penginapan,, antara lain kamar, asrama untuk mahasiswa/pelajar,
154
asrama atau pondok pekerja, dan rumah kos.
154
Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan

OBJEK TARIF
Tarif PPh final (PP 34 Tahun 2016):
• 2,5% dari jumlah bruto nilai pengalihan hak atas tanah dan/ atau
Penghasilan yang diterima atau bangunan;
diperoleh orang pribadi atau • 1% dari jumlah bruto nilai pengalihan hak atas tanah dan/atau
badan dari pengalihan hak atas bangunan berupa Rumah Sederhana dan Rumah Susun
tanah dan/atau bangunan atau Sederhana yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang usaha pokoknya
perjanjian pengikatan jual beli melakukan pengalihan hak atas tanah dan/ atau bangunan;
atas tanah dan/atau bangunan • 0% atas pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan kepada
beserta perubahannya pemerintah, badan usaha milik negara yang mendapat penugasan
khusus dari Pemerintah, atau badan usaha milik daerah yang
155
mendapat penugasan khusus dari kepala daerah
155
Penjualan Saham di Bursa Efek

OBJEK TARIF
• 0,1% dari jumlah bruto nilai transaksi. (Semua transaksi)
(dipotong penyelenggaraan bursa efek)
Transaksi jual beli atas saham
di bursa efek • Tambahan 0,5% dari nilai jual. (Atas penjualan saham pendiri)
(dipotong emiten)

156

156
Bunga Simpanan yang Dibayarkan Oleh Koperasi
Kepada Anggota Koperasi Orang Pribadi

OBJEK TARIF
Penghasilan berupa bunga • 0% dari jumlah bruto bunga untuk penghasilan berupa bunga
simpanan yang dibayarkan oleh simpanan sampai dengan Rp240.000,00 per bulan
koperasi yang didirikan di • 10% dari jumlah bruto Bungan untuk penghasilan berupa bunga
Indonesia kepada anggota simpanan lebih dari Rp240.000,00 per bulan
koperasi orang pribadi
DIKECUALIKAN
Bunga simpanan yang diterima anggota koperasi orang pribadi yang merupakan bagian dari Sisa Hasil
Usaha (SHU)
157

157
Penghitungan PPh Psl 4(2)/Final
Contoh 1
PT Strato menyewakan 1 unit ruko kepada Nadira, pemilik salon kecantikan “Berkah Ayu”. Harga
sewa yang disepakati adalah Rp20.000.000 per tahun. Nadira menyewa ruko tersebut untuk
jangka waktu 1 tahun mulai tanggal 1 Desember 2022 s.d. 30 November 2023. Pembayaran
dilakukan tanggal 26 November 2022. Nadira tidak termasuk orang pribadi yang ditunjuk
sebagai pemotong PPh atas penghasilan dari persewaan tanah dan/atau bangunan.
PPh atas transaksi tersebut sebagai berikut:
Mengingat Nadira tidak termasuk sebagai orang pribadi yang ditunjuk sebagai pemotong pajak,
maka PPh atas penghasilan yang diterima dari persewaan ruko tersebut wajib dibayar sendiri
oleh PT Strato.
PPh yang wajib dibayar sendiri adalah:
PPh Pasal 4 ayat (2) = 10% x Rp20.000.000 = Rp2.000.000
Kewajiban PT Strato adalah:
1. Melakukan penyetoran PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar Rp2.000.000,00 paling lambat tanggal
15 Desember 2022;
158
2. Melaporkan penyetoran PPh Pasal 4 ayat (2) atas transaksi tersebut dalam SPT Masa Pajak
Penghasilan Masa Pajak November 2022 paling lambat tanggal 20 Desember 2022.
158
Penghitungan PPh Psl 4(2)/Final
Contoh 2
Pada tanggal 1 Juli 2022, PT ABC (emiten) menerbitkan Obligasi dengan kupon (interest
bearing debt securities) sebagai berikut :
• Nilai nominal Rp 10.000.000,00 per lembar;
• Jangka waktu Obligasi 5 tahun (jatuh tempo tanggal 1 Juli 2027);
• Bunga tetap (fixed rate) sebesar 16% per tahun, jatuh tempo bunga setiap tanggal
30 Juni dan 31 Desember;
• Penerbitan perdana tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
PT XYZ (investor) pada saat penerbitan perdana membeli 10 lembar Obligasi dengan
harga di bawah nilai nominal (at discount), yaitu sebesar Rp 9.000.000,- per lembar.

Penghitungan bunga dan PPh final yang terutang oleh PT XYZ pada saat jatuh tempo
bunga pada tanggal 31 Desember 2022 adalah sebagai berikut :
• Bunga = (6/12 x 16% x Rp 10.000.000,-) x 10 = Rp 8.000.000,-
• PPh final = 10% x Rp 8.000.000,- = Rp 800.000,-
PPh final atas bunga Obligasi sebesar Rp 800.000,- tersebut wajib dipotong oleh emiten
159
atau kustodian yang ditunjuk sebagai agen pembayaran.

159
PAJAK PENGHASILAN PASAL 15

16
0

160
DASAR HUKUM
No Peraturan Tentang
1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun Pajak Penghasilan
1983 s.t.d.t.d Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2008
2 Undang-Undang Nomor 7 Tahun Harmonisasi Peraturan Perpajakan
2021
3 Keputusan Menteri Keuangan Norma Penghitungan Khusus Penghasilan Neto Bagi
Nomor 475/KMK.04/1996 Wajib Pajak Perusahaan Penerbangan Dalam Negeri
4 Keputusan Menteri Keuangan Norma Penghitungan Khusus Penghasilan Neto Bagi
Nomor 416/KMK.04/1996 Wajib Pajak Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri
5 Keputusan Menteri Keuangan Norma Penghitungan Khusus Penghasilan Neto Bagi
Nomor 417/KMK.04/1996 Wajib Pajak Perusahaan Pelayaran dan/atau
Penerbangan Luar Negeri
16
1

161
DASAR HUKUM

16
2

162
Pengertian PPh Pasal 15

PPh Pasal 15 adalah PPh yang dihitung dengan menggunakan norma


perhitungan khusus untuk Wajib Pajak tertentu. Perhitungan Pajak WP
Tertentu tersebut tidak mengikuti ketentuan sebagaimana biasanya, yaitu
tarif Pasal 17 dikalikan Penghasilan Kena Pajak, tetapi pajaknya dihitung
dengan mengalikan tarif efektif tertentu dari penghasilan bruto.

16
3

163
Perusahaan Penerbangan Dalam negeri
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 475/KMK.04/1996

• Penghasilan neto wajib pajak perusahaan penerbangan dalam negeri adalah sebesar 6% dari
peredaran bruto, sedangkan tarif efektif yang berlaku adalah sebesar 1,8% bersifat tidak final.

• Peredaran bruto merupakan semua imbalan berupa uang atau nilai uang yang diterima atau
diperoleh wajib pajak dari pengangkutan orang dan/atau barang yang dimuat daari suatu
pelabuhan ke pelabuhan lain di Indonesia dan atau dari pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan di
luar negeri berdasarkan perjanjian carter.

164

164
Perusahaan Penerbangan Dalam negeri
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 475/KMK.04/1996

Contoh: PT ABC mencarter pesawat Elang Airlines, sebuah maskapai penerbangan nasional,
untuk mengangkut barang ke suatu daerah Sulawesi. Ongkos carter sebesar Rp100.000.000
dibayarkan pada bulan Januari 2022.
Aspek pengenaan pajaknya sebagai berikut:
a. PPh Pasal 15 sebesar 1,8% x Rp100.000.000 = Rp1.800.000 sifat tidak final;
b. PT ABC memotong PPh Pasal 15, membuat bukti potong PPh Pasal 15, serta menyetor ke
kas negara paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya dan melaporkan SPT Masa ke KPP
paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya;
Dalam hal pihak yang mencarter bukan pemotong pajak maka Elang Airlines menyetor sendiri ke
kas negara paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya dan melaporkan SPT Masa ke KPP paling 165

lambat tanggal 20 bulan berikutnya.


165
Perusahaan Pelayaran Dalam negeri
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 416/KMK.04/1996

• Penghasilan neto wajib pajak perusahaan pelayaran dalam negeri adalah sebesar 4% dari
peredaran bruto, sedangkan besarnya tarif efektif yang berlaku adalah sebesar 1,2% dan bersifat
final.

• Peredaran bruto merupakan semua imbalan berupa uang atau nilai uang yang diterima atau
diperoleh wajib pajak dari pengangkutan orang dan/atau barang, temasuk penyewaan kapal
yang dilakukan dari:
a. Satu pelabuhan ke pelabuhan lain di Indonesia;
b. Pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan di luar negeri atau sebaliknya;
166
c. Pelabuhan di luar negeri ke pelabuhan lainnya di luar negeri.
166
Perusahaan Pelayaran Dalam negeri
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 416/KMK.04/1996

Contoh: PT. XYZ mencarter kapal laut KAPALINDO dengan awak kapal, sebuah maskapai
pelayaran nasional, untuk mengangkut barang. Ongkos carter sebesar Rp100.000.000
dibayarkan pada bulan Januari 2022.
Aspek pengenaan pajaknya sebagai berikut:
1. PPh Pasal 15 sebesar 1,2% x Rp100.000.000 = Rp1.200.000 sifatnya final;
2. PT. XYZ memotong PPh Pasal 15, membuat bukti potog PPh Pasal 15, serta menyetor ke
kas negara paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya dan melaporkan SPT Masa ke KPP
paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya;
Dalam hal pihak yang mencarter bukan pemotong pajak maka KAPALINDO menyetor sendiri ke
kas negara paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya dan melaporkan SPT Masa ke KPP paling
lambat tanggal 20 bulan berikutnya. 167

167
Perusahaan Pelayaran dan Penerbangan Luar Negeri
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 417/KMK.04/1996

• Wajib Pajak Perusahaan pelayaran atau penerbangan luar negeri adalah perusahaan pelayaran atau
penerbangan yang bertempat kedudukan di luar negeri yang melakukan usaha melalui bentuk usaha
tetap (BUT) di Indonesia
• Penghasilan neto perusahaan pelayaran/penerbangan luar negeri adalah sebesar 6% dari peredaran
bruto, sedangkan tarif efektif yang berlaku adalah sebesar 2,64% dan bersifat final.

• Peredaran bruto adalah semua imbalan/nilai pengganti yang diterima/atau diperoleh wajib pajak
perusahaan pelayaran dan/atau penerbangan luar negeri dari pengangkutan orang dan/atau barang
yang dimuat dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain di Indonesia atau pelabuhan di Indonesia ke
pelabuhan di luar negeri. 168

168
Perusahaan Pelayaran dan Penerbangan Luar Negeri
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 417/KMK.04/1996

Contoh: PT AX mencarter pesawat Sushi Airlines, sebuah maskapai penerbangan international,


yang mengangkut barang. Ongkos carter sebesar Rp200.000.000 dibayarkan pada bulan Januari
2022.
Aspek pengenaan pajaknya sebagai berikut:
1. PPh Pasal 15 sebesar 2,64 % x Rp200.000.000 = Rp5.280.000 sifatnya final.
2. PT AX memotong PPh Pasal 15, membuat bukti potog PPh Pasal 15, serta menyetor ke kas
negara paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya dan melaporkan SPT Masa ke KPP paling
lambat tanggal 20 bulan berikutnya;
Dalam hal pihak yang mencarter bukan pemotong pajak maka Sushi Airlines menyetor sendiri ke
kas negara paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya dan melaporkan SPT Masa ke KPP paling
lambat tanggal 20 bulan berikutnya. 169

169
SPT MASA DAN BUKTI PEMOTONGAN/
PEMUNGUTAN PPH UNIFIKASI

17
0

170
DASAR HUKUM
No Peraturan Tentang
1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun Pajak Penghasilan
1983 s.t.d.t.d Undang-Undang Nomor
36 Tahun 2008
2 Undang-Undang Nomor 7 Tahun Harmonisasi Peraturan Perpajakan
2021
3 Undang-Undang Nomor 11 Tahun Cipta Kerja
2020
4 Peraturan Menteri Keuangan Nomor Surat Pemberitahuan (SPT) sebagaimana telah
12/PMK.03/2017 beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 18/PMK.03/2021 tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020
tentang Cipta Kerja di Bidang Pajak Penghasilan,
Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah, serta Ketentuan Umum dan Tata 17
Cara 1

171
DASAR HUKUM
No Peraturan Tentang
5 Peraturan Menteri Keuangan Nomor Bukti Pemotongan dan/atau Pemungutan Pajak
63/PMK.03/2021 Penghasilan
6 Peraturan Menteri Keuangan Nomor Tata Cara Pelaksanaan Hak dan Pemenuhan
63/PMK.03/2021 Kewajiban Perpajakan serta Penerbitan,
Penandatanganan, dan Pengiriman Keputusan atau
Ketetapan Pajak Secara Elektronik
7 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Tata Cara Penyampaian, Penerimaan, dan
Nomor PER-02/PJ/2019 Pengolahan Surat Pemberitahuan
8 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Bentuk dan Tata Cara Pembuatan Bukti
Nomor PER-23/PJ/2020 s.t.d.t.d PER- Pemotongan/Pemungutan Unifikasi Serta Bentuk,
24/PJ/2021 Isi, Tata Cara Pengisian, dan Penyampaian Surat
Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Unifikasi

17
2

172
Ketentuan SPT Masa dan Bukti
Pemotongan/Pemungutan PPh Unifikasi

Pemotong/Pemungut PPh yang melakukan pemotongan dan/atau pemungutan PPh


harus:
1. Membuat Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi;
2. Menyerahkan Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi kepada pihak yang
dipotong dan/atau dipungut; dan
3. Menyetorkan PPh yang dipotong/dipungut ke kas negara;
4. Melaporkan Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi kepada Direktorat Jenderal
Pajak menggunakan SPT Masa PPh Unifikasi.
17
3

173
Ketentuan SPT Masa dan Bukti
Pemotongan/Pemungutan PPh Unifikasi

SPT Masa PPh Unifikasi meliputi beberapa jenis PPh, yaitu:


1. PPh Pasal 4 ayat (2);
2. PPh Pasal 15;
3. PPh Pasal 22;
4. PPh Pasal 23; dan
5. PPh Pasal 26.
Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi dan SPT Masa PPh Unifikasi berbentuk
17
Dokumen Elektronik, yang dibuat dan dilaporkan melalui Aplikasi e-Bupot Unifikasi. 4

174
Ketentuan SPT Masa dan Bukti
Pemotongan/Pemungutan PPh Unifikasi

SPT Masa PPh Unifikasi terdiri dari:


1. Induk SPT Masa PPh Unifikasi (Formulir SPT Masa PPh Unifikasi);
2. Daftar Rincian Pajak Penghasilan yang Disetor Sendiri;
3. Daftar Objek Pemotongan/Pemungutan Pajak Penghasilan Pihak Lain; dan
4. Daftar Bukti Pemotongan/Pemungutan Unifikasi beserta Daftar Surat Setoran Pajak,
Bukti Penerimaan Negara, Bukti Pemindahbukuan PPh Pasal 4 ayat (2), PPh Pasal
15, PPh Pasal 22, PPh Pasal 23 dan/atau PPh Pasal 26.

17
5

175
Format Induk SPT Masa PPh Unifikasi

17
6

176
Lampiran SPT Masa PPh Unifikasi-Disetor Sendiri

17
7

177
Lampiran SPT Masa PPh Unifikasi-Pot/Put Pihak Lain

17
8

178
Lampiran SPT Masa PPh Unifikasi-Pot/Put Pihak Lain

17
9

179
Lampiran SPT Masa PPh Unifikasi-Daftar BuPot/Put

18
0

180
Format Bukti Pemotongan/Pemungutan PPh Unifikasi

18
1

181
LATIHAN PENGHITUNGAN, PENGISIAN BUKTI POTONG
dan SPT MASA PPh PASAL 21

18
2

182
LATIHAN PENGHITUNGAN dan PENGISIAN SPT PPh PASAL 21

18
3

183
LATIHAN PENGHITUNGAN dan PENGISIAN SPT PPh PASAL 21

18
4

184
LATIHAN PENGHITUNGAN dan PENGISIAN SPT PPh PASAL 21

18
5

185
LATIHAN PENGHITUNGAN dan PENGISIAN SPT PPh PASAL 21

18
6

186
LATIHAN PENGHITUNGAN dan PENGISIAN SPT PPh PASAL 21

18
7

187
LATIHAN PENGHITUNGAN dan PENGISIAN SPT PPh PASAL 21

18
8

188
18
9

189
19
0

190
19
1

191
19
2

192
19
3

193
19
4

194
19
5

195
Bp Iqbal, NPWP 05.123.456.7-001.000 menerima honorarium
Pengajar di PPA FEUI, NPWP 01.234.567.8-002.000 sebesar
Rp 3.000.000,-
Penghitungan PPh Pasal 21
5% x (50% x Rp 3.000.000) = Rp 75.000,-

05.123.456.7 -001. 000


Bp Iqbal

3.000.000 1.500.000 75.000

01.234.567.8 -002. 000


PPA FEUI

19
6

196
19
7

197
TERIMA KASIH
Kampus UI Salemba Kampus UI Depok
Jl. Salemba Raya No. 4 Gedung Departemen Akuntansi Lt. 1
Jakarta Pusat 10430 Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI
Telp : 021-391-7279 Telp : 021-78886407
Fax : 021-390-8967 Fax : 021-78849169

WhatsApp E-mail

0822-1000-7279 mail@ppa-feui.com

Website Social Media


www.ppa-feui.com Instagram : ppafebui
Facebook : ppafebui
Twitter : @ppafebui

198

Anda mungkin juga menyukai