Pemotongan
Pemungutan
KELOMPOK 5 :
Farah Dwi M. (205030400111035)
Anky Pratama (205030407111021)
Ahmed Jihad Q. (205030407111023)
Ardi Aryo W. (205030400111058)
Widad Azhar A. (205030407111050)
Navika Sakti A (205030401111008)
Kesalahan Pemotongan, Pembayaran dan
melakukan kesalahan
Kesalahan pemotongan atau pemungutan yang mengakibatkan
Kesalahan pemotongan atau pemungutan yang bukan
Pemotongan,
Ruang lingkup ketentuan PMK 187/2015 pasal 2 mengatur
Pembayaran
pengembalian kelebihan pembayaran pajak yang seharusnya
dan Pelaporan
terutang yang seharusnya tidak terutang.
·Terdapat kelebihan pembayaran pajak oleh wajib pajak yang
Negeri.
contoh kesalahan dalam pembuatan
Pajak Penghasilan, pajak yang seharusnya tidak dipotong atau tidak dipungut
tersebut dapat diminta kembali oleh Wajib Pajak yang dipotong atau dipungut
melakukan pembetulan SPT Masa PPh Pasal 23 dengan membuat bukti potong
baru dan menyetorkan PPh Pasal 23 dengan Kode AP-JS yang benar (411124 –
100).
Penerapan
Witholding
Tax
Berdasarkan pihak-pihak yang
terlibat.
Pihak Pemotong Pihak yang dipotong
Pihak
Memotong
pihak yang bertanggung jawab untuk memotong sebagian atau
seluruh pajak yang seharusnya dibayar oleh pihak yang menerima
penghasilan atau pembayaran. Pihak pemotong pajak berbeda-
beda tergantung pada jenis penghasilan atau pembayaran yang
diterima. Contohnya, dalam kasus penghasilan dari pekerjaan,
pihak pemotong pajak adalah pemberi kerja atau pemberi tugas.
Sedangkan dalam kasus pembayaran bunga, pihak pemotong
pajak adalah bank atau lembaga keuangan.
jika jumlah pajak yang dipotong lebih besar daripada jumlah pajak
dibayar, pihak yang dipotong pajak harus membayar sisa pajak yang
Tax Planning perpajakan dimana pihak ketiga baik Wajib Pajak Orang Pribadi
maupun Wajib Pajak Badan Dalam Negeri diberi kepercayaan oleh
peraturan perundang-undangan untuk melaksanakan kewajiban
Pada Witholding memotong atau memungut pajak atas penghasilan yang dibayarkan
kepada penerima penghasilan. Dalam sistem ini pihak ketiga tersebut
Tax
memiliki peran aktif untuk melaksanakan kewajiban memotong atau
memungut, menyetorkan pajak yang telah dipotong/dipungut
tersebut ke Kas Negara dan melaporkan pajak yang telah
dipotong/dipungut, dan disetorkan tersebut ke Kantor Pelayanan
Pajak dimana pihak pemotong/ pemungut tersebut terdaftar.
yang sama. Jika pemotongan lebih berfokus pada nilai netto, untuk
pemungutan pajak yang bisa dilakukan oleh setiap wajib pajak yang
ekspor, impor, maupun impor ulang dan kegiatan lain yang memperoleh
dalamnya, yaitu:
Bendahara pemerintah yang bertugas untuk melakukan potongan ketika
mewah.
PPh 23
Dalam penerapan PPh 23, pihak yang membayar penghasilan
PPh Pasal 23 atas PPh Pasal 23 atas PPh Pasal 23 atas PPh Pasal 23 atas
penghasilan dari jasa penghasilan dari penghasilan dari sewa penghasilan dari
teknik, jasa royalty PPh Pasal 23 PPh Pasal 23 juga bunga obligasi dan
manajemen, jasa juga dikenakan atas sukuk PPh Pasal 23
dikenakan atas
konsultan, dan jasa
pembayaran royalty (hak pembayaran sewa juga dikenakan atas
lainnya PPh Pasal 23
atas hasil produksi) kepada pihak ketiga. pembayaran bunga
dikenakan atas
kepada pihak ketiga. Tarif PPh Pasal 23 obligasi dan sukuk yang
pembayaran kepada
Tarif PPh Pasal 23 untuk untuk jenis ini adalah dilakukan oleh pihak
pihak ketiga yang berupa
penghasilan dari jasa jenis ini adalah sebesar sebesar 2% dari jumlah ketiga. Tarif PPh Pasal
teknik, jasa manajemen, 4% dari jumlah bruto bruto pembayaran. 23 untuk jenis ini adalah
jasa konsultan, dan jasa pembayaran. sebesar 15% dari
lainnya. Tarif PPh Pasal jumlah bruto
23 untuk jenis ini adalah pembayaran.
sebesar 2% dari jumlah
bruto pembayaran.
Contoh PPh 23
jika seseorang memiliki deposito di bank dan menerima bunga
dari deposito tersebut, maka bank yang membayar bunga
tersebut wajib memotong PPh 23 sebesar 15% dari jumlah bruto
bunga yang diterima.
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 15 merupakan Pajak Penghasilan (PPh) yang dipungut atau dikenakan pajak
dengan menggunakan norma perhitungan khusus penghasilan neto Wajib Pajak. Dimana hal ini untuk
Wajib Pajak yang bergerak atau beraktivitas di dalam industri pelayaran, penerbangan, hingga perusahaan
asing.
Dalam withholding tax PPh pasal 15 ada beberapa poin yg perlu diperhatikan, yaitu:
1.pihak penyewa akan melakukan pemotongan PPh Pasal 15 sebesar: 1,2% x Peredaran Bruto;
2.meminta bukti pemotongan PPh Pasal 15 yang bersifat final;
3.melaporkan seluruh penghasilan yang diterima dalam suatu tahun buku ke dalam SPT Tahunan PPh,
dan melampirkan daftar pemotongan PPh Pasal 15 yang telah dipotong final;
4.dalam hal pihak Penyewa tidak melakukan pemotongan atas PPh Pasal 15 atau bukan Pemotong Pajak,
maka Anda harus melakukan penyetoran sendiri PPh Pasal 15 yang terutang sesuai dengan cara hitung di
atas, paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya, dan melaporkan SPT PPh Pasal 15 paling lambat tanggal
20 bulan berikutnya;
5.Anda tidak perlu melakukan pembayaran PPh Pasal 25 setiap bulannya
PPh Pasal 4 Ayat (2)
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 ayat (2) merupakan pemotongan atas penghasilan yang dibayarkan
sehubungan dengan jasa dan sumber tertentu, seperti
jasa konstruksi, sewa tanah dan/atau bangunan,
hadiah undian, dan lain sebagainya. PPh Pasal 4 ayat (2) adalah pajak penghasilan atas jenis penghasilan
tertentu yang bersifat final dan tidak bisa dikreditkan dengan pajak penghasilan terutang. Maka dari itu,
PPh Pasal 4 ayat (2) ini dikenal juga sebagai PPh Final.
Adapun, menurut IBFD International Tax Glossary (2009), PPh Pasal 4 ayat (2) atau PPh Final digunakan
untuk menggambarkan penghasilan yang dikenai withholding tax dan bukan termasuk penghasilan yang
menggunakan perhitungan pajak dengan tarif progresif. PPh Pasal 4 ayat (2) memiliki skema tarif khusus
atas setiap jenis penghasilan, serta biaya yang terkait atas penghasilan tersebut tidak bisa menjadi
pengurang penghasilan bruto. Pembayaran dan pemotongan/pemungutan PPh Pasal 4 ayat (2) bukan
merupakan pembayaran di muka atas PPh terutang, melainkan menjadi pelunasan. Dengan demikian,
Wajib Pajak yang telah dipotong atau menyetor sendiri PPh Pasal 4 ayat (2) terutangnya, maka sudah
dianggap melunasi pajaknya.
PPh 25
PPh Pasal 25 adalah pembayaran pajak atas penghasilan yang dibayarkan secara angsuran tiap bulannya
dengan tujuan untuk meringkankan beban Wajib Pajak yang kesulitan untuk melunasi pajak terutang
dalam rentang waktu satu tahun. Pembayaran ini harus dilakukan sendiri dan tidak bisa diwakilkan. jadi
Kepala KPP tempat WP terdaftar disertai dgn proyeksi laba akhir tahun dan alasan terjadinya penurunan laba, dgn memenuhi syarat :
a. Apabila sesudah 3 bulan/lebih berjalannya tahun pajak, WP dapat menunjukkan bahwa PPh yang akan terutang tahun pajak tersebut
kurang dari 75% dari PPh yang terutang yg menjadi dasar penghitungan besarnya PPh 25
b. Pengajuan permohonan pengurangan besarnya PPh 25 disertai dgn perhitungan besarnya PPh yang akan terutang berdasarkan
perkiraan penghasilan yang akan diterima/ diperoleh dan besarnya PPh 25 untuk bulan-bulan tersisa dari tahun pajak yang bersangkutan
Optimalisasi Penghematan Pajak
C. Angsuran atau Penundaan Pembayaran Pajak
Berdasarkan Pasal 9 ayat 4 UU KUP, Direktorat Jenderal Pajak (DJP) atas permohonan Wajib Pajak dapat
memberikan persetujuan untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak termasuk kekurangan pembayaran
pajak yang terutang berdasarkan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan.
Surat permohonan pengangsuran pembayaran pajak atau surat permohonan penundaan pembayaran pajak harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Surat permohonan ditandatangani oleh Wajib Pajak atau dilampiri kuasa apabila ditandatangani oleh selain
Wajib Pajak.
b. Surat permohonan mencantumkan:
1. Jumlah utang pajak yang pembayarannya dimohonkan untuk diangsur, masa angsuran, dan besarnya angsuran
2. Jumlah utang pajak yang pembayarannya dimohonkan untuk ditunda dan jangka waktu penundaan.
c. Disertai dengan alasan dan bukti kesulitan likuiditas atau keadaan diluar kekuasaan Wajib Pajak berupa:
1. laporan keuangan interim,
2. laporan keuangan, atau
3. catatan tentang peredaran atau penerimaan bruto dan/atau penghasilan bruto
d. Disampaikan secara elektronik atau tertulis (secara langsung, melalui pos dengan bukti pengiriman surat, atau
melalui jasa ekspedisi dengan bukti pengiriman surat)
e. Dilampiri Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang, SKP PBB, atau STP PBB yang dimohonkan pengangsuran atau
penundaan bagi Wajib Pajak yang mengajukan permohonan
Optimalisasi Penghematan Pajak
C. Surat Keterangan Bebas Pajak PPh 22 & 23
SKB pajak adalah surat keterangan bebas pajak, salah satu jenis dokumen pajak yang dapat membebaskan wajib
pajak penerima penghasilan dari potongan pajak. Fasilitas surat ini diberikan oleh pemerintah pada saat kebijakan
tax amnesty berlangsung.