Anda di halaman 1dari 26

MANAJEMEN PERPAJAKAN

Materi Yang Akan di Sampaikan :


1. Etika Pengenaan Pajak
2. Kerugian Pajak
3. Tax Avoidance
4. Perencanaan Pajak

1
Definisi Manajemen Pajak

• Upaya-upaya manajemen dalam memenuhi kewajiban perpajakan yang benar,


tetapi jumlah pajak dapat ditekan serendah mungkin untuk memperoleh laba
dan likuiditas yang diharapkan.
Etika Dalam Praktik Perpajakan
Adapun isinya adalah sebagai berikut:
• 1. Statement on Responsibilities in Tax Services No. 1, Tax
Return Positions (Posisi Pengembalian Pajak)
• Statemen ini menetapkan standar masa depan yang bisa diterapkan
untuk anggota ketika merekomendasikan tingkat pengembalian
pajak dan menyiapkan atau menandatangani surat pembayaran
pajak (termasuk klaim untuk lebih bayar) yang disimpan dengan
mengenakan pajak otoritas.
• 2. Statement on Responsibilities in Tax Services No. 2, Answers to
Questions on Returns (Jawaban Pertanyaan atas Pengembalian)
• Statemen Ini menetapkan standar yang bisa diterapkan untuk anggota ketika
menandatangani suatu pajak kembalian jika atau mempertanyakan kelebiahan pajak
kembalian. Istilah questionsincludes meminta informasi untuk pajak kembalian di
dalam perusahaan. Instruksi, atau di dalam peraturan, ya atau tidaknya dinyatakan
format suatu pertanyaan.
• 3. Statement on Responsibilities in Tax Services No. 3, Certain Procedural Aspects
of Preparing Returns (Aspek prosedur tertentu dalam menyiapkan Pengembalian)
• Dalam menyiapkan atau menandatangani suatu pajak kembalian, suatu anggota dengan hati jujur boleh
mempercayakan, tanpa verifikasi, atas informasi yang diberikan oleh wajib pajak atau dengan pihak
ketiga. Bagaimanapun, suatu anggota mestinya tidak mengabaikan tentang implikasi yang melengkapi
informasi tersebut dan perlu membuat pemeriksaan yang layak jika informasi nampak seperti ada
kesalahan, tidak sempurna, atau plin-plan baik di bagian depannya atau atas dasar lain fakta tidak
diketahui oleh suatu anggota. Jika hukum perpajakan atau peraturan memaksakan suatu kondisi dengan
rasa hormat, seperti pemeliharaan buku dan arsip atau memperkuat dokumentasi wajib pajak untuk
mendukung pengurangan yang dilaporkan ke kantor pajak, suatu anggota perlu membuat pemeriksaan
yang sesuai untuk menentukan kondisi yang dijumpai untuk memberi kepuasan kepada wajib pajak.

5
• 4. Statement on Responsibilities in Tax Services No. 4, Use of Estimates
(Penggunaan Estimasi)
• Kecuali jika yang dilarang oleh undang-undang atau menurut peraturan,
suatu anggota boleh menggunakan taxpayer’s untuk menaksir persiapan
suatu pajak kembalian jika itu bukanlah praktis untuk memperoleh data
tepat dan jika anggota menentukan bahwa perkiraan yang layak adalah
didasarkan pada keadaan dan fakta saat itu yang diperlihatkan kepada
anggota. Jika perkiraan dengan taxpayer’s digunakan, mereka harus
diperlihatkan dengan suatu cara yang tidak menyiratkan ketelitian lebih
besar disbanding yang ada.
• 5. Statement on Responsibilities in Tax Services No. 5, Departure From a
Position Previously Concluded in an Administrative Proceeding or Court
Decision (Keberangkatan dari suatu posisi yang sebelumnya disampaikan di
dalam suatu kelanjutan administrative atau keputusan pengadilan)
• Pajak Kembalian berkenaan dengan memposisikan suatu item ketika ditentukan
di dalam suatu kelanjutan administratif atau keputusan pengadilan/lingkungan
tidak membatasi suatu anggota merekomendasikan dari suatu pajak yang
berbeda, kemudian memposisikannya kembali, kecuali jika wajib pajak dalam
pemeriksaan.

7
• 6. Statement on Responsibilities in Tax Services No. 6, Knowledge of Error: Return Preparation
(Pengetahuan Kesalahan: Persiapan Kembalian)
• Suatu anggota perlu menginformasikan kepada wajib pajak dengan segera atas suatu kesalahan di dalam
suatu pajak kembalian yang disimpan atau ketika sadar akan kegaalan suatu taxpayer’s untuk memfile
suatu kembalian yang diperlukan. Seorang anggota perlu merekomendasikan ukuran yang diambil untuk
melakukan koreksi, seperti rekomendasi yang diberi dengan lisan. Anggota tidaklah diwajibkan untuk
menginformasikannya untuk mengenakan pajak otoritas, dan suatu anggota tidak boleh melakukannya
tanpa ijin taxpayer’s, kecuali ketika yang diperlukan di depan hukum.
• 7. Statement on Responsibilities in Tax Services No. 7, Knowledge of Error: Administrative
Proceedings (Pengetahuan Kesalahan: Cara kerja administrasi)
• Jika suatu anggota sedang mewakili suatu wajib pajak di dalam administratifnya untuk suatu kembalian
yang berisi suatu kesalahan, maka anggota perlu menginformasikannya kepada wajib pajak itu. Anggota
perlu merekomendasikan ukuran yang akan diambil untuk mengoreksinya, yang mungkin diberi dengan
lisan. Suatu anggota bukan diwajibkan untuk menginformasikan hal itu mengenakan pajak otoritas
maupun mengijinkan untuk melakukannya tanpa ijin tax payer’s, kecuali jika yang diperlukan di depan
hukum. Suatu anggota perlu meminta persetujuan tax payer’s untuk menyingkapkan kesalahan kepada
pajak authority.

9
• 8. Statement on Responsibilities in Tax Services No. 8, Form and
Content of Advice to Taxpayers (Format dan isi nasihat pada
klien)
• Suatu anggota perlu menggunakan pertimbangan untuk memastikan
bahwa petunjuk pajak yang disajikan ke suatu wajib pajak mencerminkan
kemampuan/ wewenang profesional dan sewajarnya melayani kebutuhan
taxpayer’s. Suatu anggota tidaklah diperlukan untuk mengikuti suatu
bentuk standar atau petunjuk dalam berkomunikasi lisan atau tertulis
dalam memberi petunjuk kepada suatu wajib pajak.
Kerugian Pajak/Potential Loss
• Potential loss adalah selisih antara potensi pajak dengan realisasi penerimaan pajak, hal ini
dapat disebabkan karena :
(1) ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku,
a.Bukan objek pajak
b.Pengecualian
c.Pengurangan
d.Tarif khusus
e. Pajak di tanggung pemerintah (DTP)
f.Perangsang fiscal bagi perusahaan asing yang baru berdiri
g.Perangsang penanaman modal kembali laba setelah pajak
h.Penyusutan di percepat
i.Sunset Policy
j.Tax holiday
k.Pembebasan impor barang modal dan bahan baku untuk proses produksi

11
Lanjutan
(2) kerugian karena tindakan aparat pajak,
Kegiatan dalam bentuk penyelundupan pajak bilateral (bilateral tax evasion) antara wajib
pajak dengan aparat pajak untuk mengecilkan omzetnya yang berakibat pada
menurunnya pajak yang terutang. Hal ini seringkali terjadi dalam kegiatan pemeriksaan
pajak yang dilakukan oleh para fungsional pajak
(3) kerugian karena tindakan wajib pajak.(Mohammad Zain)
Merupakan kegiatan penghindaran pajak yang tidak di benarkan (unacceptable tax
avoidance), karena secara jelas telah melanggar peraturan perpajakan yang berlaku.
Sebagian pakar ekonomi menyebutnya dengan penyelundupan pajak (tax evasion),
karena identik dengan kegiatan yang bersifat illegal
12
TAX AVOIDANCE
MANIPULASI PENGHASILAN SECARA LEGAL
YANG MASIH SESUAI DENGAN KETENTUAN
PERUNDANG – UNDANGAN PERPAJAKAN
UNTUK MEMPERKECIL JUMLAH PAJAK
TERUTANG (Barr NA, 1977)

PENGATURAN SUATU PERISTIWA UNTUK


MEMINIMUMKAN PAJAK SESUAI DENGAN
KETENTUAN PERPAJAKAN
TAX SAVING

USAHA MEMINIMALISASI JUMLAH UTANG PAJAK YANG


TIDAK TERMASUK DALAM LINGKUP PERPAJAKAN (Zain, 2003)
MENGHINDARI UTANG PAJAK DENGAN TIDAK MEMBELI
ATAU MENJUAL YANG ADA PPN ATAU MENGURANGI
JAM KERJA
TAX HEAVENS

PAJAK YANG DAPAT DINIKMATI DENGAN ADANYA


KETENTUAN PERPAJAKAN YANG BERLAKU

JUSTIFIKASI :
DOMISILI TIDAK ADA PAJAK YANG HARUS DIPUNGUT
PAJAK HANYA DIPUNGUT UNTUK INTERNATIONAL TAX-ABLE EVENT
PERLAKUAN KHUSUS, MISS TAX HOLIDAYS
EKSPANSI PASAR MELALUI PENDIRIAN KANTOR
TAX EVASION

MANIPULASI SECARA ILEGAL ATAS PENGHASILANNYA


UNTUK MEMPERKECIL JUMLAH PAJAK TERUTANG
(Barr NA, 1997)

PENYELUNDUPAN PAJAK YANG MELANGGAR


UNDANG-UNDANG PAJAK (Anderson, dalam Zain, 2003)
KATEGORI TAX EVASION

 IGNORANCE ( KETIDAKTAHUAN )

 ERROR ( KESALAHAN )

 NEGLIGENCE ( KEALPAAN )

 MISS-UNDERSTANDING ( KESALAHPAHAMAN )
TAX PLANNING
TINDAKAN LEGAL PENGENDALIAN TRANSAKSI TERKAIT DENGAN KONSEKUENSI POTENSI
PAJAK-PAJAK YANG DAPAT MENGEFISIENSIKAN JUMLAH PAJAK YANG DITRANSFER KE
PEMERINTAH.

TRANSAKSI TERKENA PAJAK DIUPAYAKAN DIKURANGI


JUMLAH PAJAK ATAU DITUNDA SECARA LEGAL

ASPEK FORMAL DAN ADMININISTRATIF ASPEK MATERIIL :


 HUKUM PAJAK FORMIL OPTIMALISASI ALOKASI SUMBER DAN
 NPWP DAN NPKP, PEMBUKUAN, MANAJEMEN AGAR PEMBAYARAN PAJAK
MEMBAYAR PAJAK EFEKTIF
 SELF ASSESMENT SYSTEM
 PAYMENT SYSTEM
TAX PLANNING
 HAL YANG PENTING:
 TIDAK MELANGGAR KETENTUAN PERPAJAKAN
 SECARA BISNIS MASUK AKAL
 BUKTI PENDUKUNG MEMADAI
(MIS. PERJANJIAN; FAKTUR; KEBIJAKAN AKUNTANSI)
 PENGENDALIAN PAJAK (TAX CONTROL)

 PERSYARATAN FORMAL DAN MARIIL


 PENGENDALIAN PEMBAYARAN PAJAK
 DOING THING RIGHT, DOING THE RIGHT THING AND
WORK SMART
Perencanaan Pajak
• Perencanaan Pajak adalah langkah awal dalam manajemen pajak dimana
pada tahap ini dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap
peraturan perpajakan, dengan maksud dapat diseleksi jenis tindakan
penghematan pajak yang akan dilakukan.
• Tujuan perencanaan pajak adalah merekayasa agar beban pajak (Tax
Burden) serendah mungkin dengan memanfaatkan peraturan yang ada
tetapi berbeda dengan tujuan pembuatan Undang-undang maka tax
planning disini sama dengan tax avoidance karena secara hakikat
ekonomis kedua-duanya berusaha untuk memaksimalkan penghasilan
setelah pajak (after tax return) karena pajak merupakan unsur
pengurang laba yang tersedia baik untuk dibagikan kepada pemegang
saham maupun diinvestasikan kembali.
Motivasi Perencanaan Pajak
1. Kebijaksanaan Perpajakan (Tax Policy)
Kebijaksanaan perpajakan merupakan alternatif dari berbagai sasaran yang
hendak dituju dalam sistem perpajakan.
Faktor yang mendorong dilakukannya suatu perencanaan pajak, yaitu:
− Pajak yang akan dipungut
− Siapa yang akan dijadikan subjek pajak
− Apa saja yang merupakan objek pajak
− Berapa besarnya tarif pajak
− Bagaimana prosedurnya
2. Undang-undang Perpajakan (Tax Law)  mengatur setiap permasalahan secara
sempurna, maka dalam pelaksanaannya selalu diikuti oleh ketentuan-ketentuan
pelaksana. Tidak jarang ketentuan pelaksanaan tersebut bertentangan dengan
Undang-undang itu karena disesuaikan dengan kepentingan pembuat
kebijaksanaan dalam mencapai tujuan lain yang ingin dicapainya.
Lanjutan
3. Administrasi Perpajakan (Tax Administration)
Motivasi perencanaan pajak adalah memaksimalkan laba setelah pajak karena pajak itu ikut
mempengaruhi dalam pengembalian keputusan atas suatu tindakan dalam operasi
perusahaan untuk melakukan investasi dengan cara menganalisis secara cermat dan
memanfaatkan peluang atau kesempatan yang ada dalam ketentuan peraturan yang sengaja
dibuat oleh pemerintah untuk memberikan perlakuan yang berbeda atas objek yang secara
ekonomi hakikatnya sama (karena pemerintah mempunyai tujuan lain tertentu) dengan
memanfaatkan:
− Perbedaan tarif pajak (Tax Rates)
− Perbedaan perlakuan atas objek pajak sebagai dasar pengenaan pajak (Tax Base)
− Loopholes, Shelters dan Havens

22
Tahap-Tahap Perencanaan Pajak
Agar Tax Planning berhasil sesuai dengan yang diharapkan, maka
perencanaan itu seharusnya dilakukan melalui berbagai urutan tahap-
tahap berikut:
• Analisis informasi yang ada
• Buat satu model atau lebih rencana kemungkinan besarnya pajak
• Evaluasi pelaksanaan rencana pajak
• Mencari kelemahan dan kemudian memperbaiki kembali rencana
pajak
• Mutakhirkan rencana pajak

23
KARAKTERISTIK PERENCANAAN PAJAK

• Legal, tidak bertentangan dengan peraturan perpajakan yang


berlaku
• Integral, merupakan bagian integral dari perencanaan menyeluruh
perusahaan
• Valid, didukung dengan bukti-bukti yang memadai, misalnya:
agreement. invoice dan accounting treatment.
• Cash flow, berhubungan dengan kegiatan mengendalikan cash
flow.
• Net Present Value, memaksimalkan net present value.
TAHAP-TAHAP PERENCANAAN PAJAK

1. Tahap Pemahaman
a. Memahami Peraturan Perpajakan.
b. Memahami Kondisi Internal.
c. Memahami Kondisi Eksternal.
d. Memahami Variabel-variabel Perencanaan Pajak.
- Variabel Entitas
1) Memindahkan Penghasilan
2) Memindahkan Biaya
3) Melakukan Transfer Pricing
- Variabel Waktu
- Variabel Peraturan Perpajakan
- Variabel Karakteristik (Kekhususan) Peraturan P25jak
2. Tahap Penentuan Tujuan
3. Tahap Pemilihan Strategi
4. TahapPenentuanTeknik
5. Tahap Implementasi
6. Tahap Evaluasi
ASPEK STRATEGIS PERENCANAAN PAJAK

1. Aspek Strategis Berkaitan Dengan Bentuk Entitas Usaha Wajib Pajak


2. Aspek Strategis Berkaitan Dengan Tujuan Wajib Pajak
a. Mengoptimalkan Beban Pengeluaran
b. Menghindari Sanksi Perpajakan
c. Menunda atau Mengangsur Pembayaran Pajak
d. Memaksimalkan Sumber Pendanaan Perusahaan
f. Memaksimalkan Transaksi Dalam Satu Group Perusahaan
g. Memaksimalkan Pembayaran Pajak-Pajak, dan Zakat, Sebagai Pengurang Penghasilan
3. Aspek Strategis Berkaitan Dengan Kondisi Internal Wajib Pajak
a. Memaksimalkan Kompensasi Kerugian
b. Melakukan Merger
c. Penentuan Metode Penyusutan Aktiva Tetap
4. Aspek Strategis Berkaitan Dengan Kondisi Eksternal Wajib Pajak

Anda mungkin juga menyukai