Anda di halaman 1dari 8

Nama : Cantika Rizky Camelia

NIM : 1801035059

Mata Kuliah : Etika Bisnis dan Profesi

Kelas : AK/E

RPS 11

ETIKA DALAM PERPAJAKAN

Pengertian

Bidang Akuntansi yang mengkalkulasi, menangani, mencatat, bahkan


menganalisa dan membuat strategi perpajakan sehubungan dengan kejadian-
kejadian ekonomi (transaksi) perusahaan”.

Peranannya dalam perusahaan adalah signifikan, yaitu

1. Memberikan membuat perencanaan dan strategi perpajakan (dalam artian


positif)
2. Memberikan analisa dan prediksi mengenai potensi pajak perusahaan di
masa yang akan datang
3. Dapat menerapkan perlakuan akuntansi atas kejadian perpajakan (mulai
dari penilaian/penghitungan, pencatatan (pengakuan) atas pajak, dan dapat
menyajikannya di dalam laporan komersial maupun laporan fiskal
perusahaan.
4. Dapat melakukan pengarsipan dan dokumentasi perpajakan dengan lebih
baik, sebagai bahan untuk melakukan pemeriksaan dan evaluasi.

Tanggung Jawab Akuntan Pajak

1. IRS mengemukakan bahwa tanggung jawab utama praktisi pajak adalah


sistem pajak. Komisi IRS, Roscoe Egger dalam Armstrong (1993:85)
menyatakan bahwa suatu sistem pajak yang baik dan kuat tidak hanya
terdiri dari entitas administrasi pajak saja, dalam kasus ini IRS. Hal
tersebut juga harus terdiri dari Konggres, Administrasi dan komunitas
praktisi. Bukan sebagai bagian yang terpisah pada masyarakat yang luas,
tetapi lebih bekerja sama ke arah tujuan umum.
2. Direktur praktik IRS, Leslie Shapiro dalam Armstrong (1993:85) lebih
menegaskan bahwa ketika secara umum menyetujui bahwa praktisi pajak
mempunyai kewajiban atas kemampuan, loyalitas dan kerahasiaan klien,
hal ini disebut juga tanggung jawab praktisi atas sistem pajak yang baik.
Tanggung jawab terakhir adalah pentingnya pervasive (peresapan). Dalam
hubungan antara praktisi dan klien yang normal, kedua tanggung jawab
dikenali dan dilaksanakan.
3. Namun, situasi ini adalah sulit. Dalam beberapa situasi praktisi diperlukan
untuk memutuskan kewajiban yang berlaku dan dalam pelaksanaannya
dapat disimpulkan bahwa kewajiban atas sistem pajak yang tertinggi.
4. IRS bersandar pada praktisi pajak untuk membantu dalam mengatur
hukum pajak dengan jujur dan adil dalam pelayanan dan pengembangan
kepercayaan klien dalam integritas dan kepatuhan terhadap sistem pajak.
5. Menurut William L. Raby dalam Armstrong (1993:85) sistem pajak yang
mendukung IRS akan menimbulkan perdebatan pajak. Oleh karena itu,
praktisi lebih baik melayani publik dengan mengadopsi suatu sikap.
Argumennya adalah aturan etika yang fundamental dalam praktik
perpajakan pada tingkat etika personal adalah praktisi pajak harus
mengijinkan klien untuk membuat keputusan final. Praktisi tidak berhak
mengganti skala nilai kliennya. Disamping itu praktisi harus bertanggung
jawab tidak menyediakan informasi yang salah untuk pemerintah. Seorang
auditor pajak bertanggung jawab mengaudit pajak penghasilan dari wajib
pajak untuk menentukan apakah mereka telah memenuhi undang-undang
perpajakan yang berlaku. Audit yang dilakukan oleh auditor pajak
termasuk jenis audit kepatuhan.
Etika Akuntan Pajak

Dalam kaitannya dengan etika akuntan pajak, AICPA mengeluarkan Statemet


on Responsibilities in Tax Practice (SRTP). Adapun isinya adalah sebagai
berikut:

1. Statement on Responsibilities in Tax Services No. 1, Tax Return


Positions (Posisi Pengembalian Pajak)

Statemen ini menetapkan standar masa depan yang bisa diterapkan untuk
anggota ketika merekomendasikan tingkat pengembalian pajak dan
menyiapkan atau menandatangani surat pembayaran pajak (termasuk klaim
untuk lebih bayar) yang disimpan dengan mengenakan pajak otoritas. Karena
tujuan standar ini, suatu nilai pajak terutang, (a) mencerminkan tingkat
pengembalian pajak seperti yang mana wajib pajak telah secara rinci
membicarakannya dengan anggota atau (b) suatu anggota mempunyai
pengetahuan semua fakta yang bersifat material dan, atas dasar fakta itu, telah
menyimpulkan apakah posisinya sudah sesuai. Karena tujuan standar ini,
suatu wajib pajak adalah klien, pemberi kerja, atau pihak ketiga lain penerima
jasa pajak.

2. Statement on Responsibilities in Tax Services No. 2, Answers to


Questions on Returns (Jawaban Pertanyaan atas Pengembalian)

Statemen Ini menetapkan standar yang bisa diterapkan untuk anggota


ketika menandatangani suatu pajak kembalian jika atau mempertanyakan
kelebiahan pajak kembalian. Istilah questionsincludes meminta informasi
untuk pajak kembalian di dalam perusahaan. Instruksi, atau di dalam
peraturan, ya atau tidaknya dinyatakan format suatu pertanyaan.

Pernyataan: Suatu anggota perlu membuat suatu usaha yang layak untuk
memperoleh informasi dari wajib pajak yang diperlukan untuk menyediakan
jawaban sesuai dengan semua pertanyaan atas suatu pajak kembalian sebelum
ditandatangani.
3. Statement on Responsibilities in Tax Services No. 3, Certain
Procedural Aspects of Preparing Returns (Aspek prosedur tertentu
dalam menyiapkan Pengembalian)

Dalam menyiapkan atau menandatangani suatu pajak kembalian, suatu


anggota dengan hati jujur boleh mempercayakan, tanpa verifikasi, atas
informasi yang diberikan oleh wajib pajak atau dengan pihak ketiga.
Bagaimanapun, suatu anggota mestinya tidak mengabaikan tentang implikasi
yang melengkapi informasi tersebut dan perlu membuat pemeriksaan yang
layak jika informasi nampak seperti ada kesalahan, tidak sempurna, atau plin-
plan baik di bagian depannya atau atas dasar lain fakta tidak diketahui oleh
suatu anggota. Jika hukum perpajakan atau peraturan memaksakan suatu
kondisi dengan rasa hormat, seperti pemeliharaan buku dan arsip atau
memperkuat dokumentasi wajib pajak untuk mendukung pengurangan yang
dilaporkan ke kantor pajak, suatu anggota perlu membuat pemeriksaan yang
sesuai untuk menentukan kondisi yang dijumpai untuk memberi kepuasan
kepada wajib pajak.

Ketika menyiapkan suatu kembalian pajak, suatu anggota perlu


mempertimbangkan informasi yang benar dari pajak kembalian wajib pajak
lain jika informasi berkait dengan pajak kembalian dan pertimbangannya
pajak kembalian itu. Di dalam menggunakan informasi seperti itu, suatu
anggota perlu mempertimbangkan batasan-batasan yang dikenakan oleh
hukum atau aturan manapun yang berkenaan dengan kerahasiaan.

4. Statement on Responsibilities in Tax Services No. 4, Use of Estimates


(Penggunaan Estimasi)

Kecuali jika yang dilarang oleh undang-undang atau menurut peraturan,


suatu anggota boleh menggunakan taxpayer’s untuk menaksir persiapan suatu
pajak kembalian jika itu bukanlah praktis untuk memperoleh data tepat dan
jika anggota menentukan bahwa perkiraan yang layak adalah didasarkan pada
keadaan dan fakta saat itu yang diperlihatkan kepada anggota. Jika perkiraan
dengan taxpayer’s digunakan, mereka harus diperlihatkan dengan suatu cara
yang tidak menyiratkan ketelitian lebih besar disbanding yang ada.

5. Statement on Responsibilities in Tax Services No. 5, Departure From a


Position Previously Concluded in an Administrative Proceeding or Court
Decision (Keberangkatan dari suatu posisi yang sebelumnya disampaikan
di dalam suatu kelanjutan administrative atau keputusan pengadilan)

Pajak Kembalian berkenaan dengan memposisikan suatu item ketika


ditentukan di dalam suatu kelanjutan administratif atau keputusan
pengadilan/lingkungan tidak membatasi suatu anggota merekomendasikan
dari suatu pajak yang berbeda, kemudian memposisikannya kembali, kecuali
jika wajib pajak dalam pemeriksaan.

Oleh karena itu, ketika disiapkan dalam bentuk Statement on


Responsibilities in Tax Services No.1, pajak kembalian diposisikan, anggota
boleh merekomendasikan sebuah pajak kembalian untuk memposisikan atau
menyiapkan suatu pajak kembalian yang memerlukan pemeriksaan dari suatu
item ketika disimpulkan untuk suatu kelanjutan administratif atau meramahi
keputusan berkenaan dengan suatu kembali wajib pajak.

6. Statement on Responsibilities in Tax Services No. 6, Knowledge of


Error: Return Preparation (Pengetahuan Kesalahan: Persiapan
Kembalian)

Suatu anggota perlu menginformasikan kepada wajib pajak dengan segera


atas suatu kesalahan di dalam suatu pajak kembalian yang disimpan atau
ketika sadar akan kegaalan suatu taxpayer’s untuk memfile suatu kembalian
yang diperlukan. Seorang anggota perlu merekomendasikan ukuran yang
diambil untuk melakukan koreksi, seperti rekomendasi yang diberi dengan
lisan. Anggota tidaklah diwajibkan untuk menginformasikannya untuk
mengenakan pajak otoritas, dan suatu anggota tidak boleh melakukannya
tanpa ijin taxpayer’s, kecuali ketika yang diperlukan di depan hukum.
Jika suatu anggota diminta untuk kembalian untuk tahun sekarang dan
wajib pajak belum mengambil tindakan yang sesuai untuk mengoreksi suatu
kesalahan utama di dalam suatu tahun kembalian, anggota perlu
mempertimbangkan apakah untuk menarik dari menyiapkan kembalian itu dan
apakah suatu professional melanjutkan hubungan atau hubungan ketenaga-
kerjaan dengan wajib pajak itu. Jika anggota menyiapkan, seperti itu
kembalian tahun ini, anggota perlu mengambil langkah-langkah layak untuk
memastikan bahwa kesalahan itu tidaklah diulangi.

7. Statement on Responsibilities in Tax Services No. 7, Knowledge of


Error: Administrative Proceedings (Pengetahuan Kesalahan: Cara kerja
administrasi)

Jika suatu anggota sedang mewakili suatu wajib pajak di dalam


administratifnya untuk suatu kembalian yang berisi suatu kesalahan, maka
anggota perlu menginformasikannya kepada wajib pajak itu. Anggota perlu
merekomendasikan ukuran yang akan diambil untuk mengoreksinya, yang
mungkin diberi dengan lisan. Suatu anggota bukan diwajibkan untuk
menginformasikan hal itu mengenakan pajak otoritas maupun mengijinkan
untuk melakukannya tanpa ijin tax payer’s, kecuali jika yang diperlukan di
depan hukum. Suatu anggota perlu meminta persetujuan tax payer’s untuk
menyingkapkan kesalahan kepada pajak authority.

8. Statement on Responsibilities in Tax Services No. 8, Form and Content


of Advice to Taxpayers (Format dan isi nasihat pada klien)

Suatu anggota perlu menggunakan pertimbangan untuk memastikan


bahwa petunjuk pajak yang disajikan ke suatu wajib pajak mencerminkan
kemampuan/ wewenang profesional dan sewajarnya melayani kebutuhan
taxpayer’s. Suatu anggota tidaklah diperlukan untuk mengikuti suatu bentuk
standar atau petunjuk dalam berkomunikasi lisan atau tertulisdalam memberi
petunjuk kepada suatu wajib pajak. Suatu anggota perlu berasumsi bahwa
petunjuk pajak yang disajikan ke suatu wajib pajak akan mempengaruhi cara
di mana berbagai hal atau transaksi yang akan dipertimbangkan. Oleh karena
itu, untuk semua petunjuk pajak diberikan kepada suatu wajib pajak, suatu
anggota perlu mengikuti aturan yang baku dalam Statement on
Responsibilities in Tax Services No. 1.

Suatu anggota tidak punya kewajiban untuk berkomunikasi dengan suatu


wajib pajak ketika pengembangan yang berikutnya mempengaruhi petunjuk
yang sebelumnya menyajikan berbagai hal penting, kecuali sedang membantu
seorang wajib pajak di dalam menerapkan prosedur atau rencana yang
berhubungan dengan petunjuk menyajikan atau ketika suatu anggota
melakukan kewajiban ini dengan persetujuan spesifik.

Kompleksitas Aturan Perpajakan dan Tuntutan Klien

a. Jeratan Pajak Ganda pada Dividen

Secara teori Indonesia menganut klasikal sistem. Artinya, ada pembedaan


subyek pajak. Yaitu subyek pajak badan dan subjek pajak perseorangan. Yang
bermasalah dalam pajak deviden adalah terjadi economic double taxation.
Pengertiannya, sebelum dividen dibagi kepada pengusaha, dia merupakan laba
perusahaan yang dikenakan pajak, atau disebut pajak korporat. Namun, ketika
dibagi lagi kepada pemegang saham di korporat, pemegang saham itu harus
dikenakan pajak lagi. Inilah yang disebut sebagai pajak ganda.

b. Sengketa Pajak

Kalau terjadi dispute, yakni hitungan wajib pajak (WP) dengan petugas
pajak berbeda. Jika terjadi sengketa SPT, maka apapun yang akan dipakai adalah
hitungan aparat pajak, dan hitungan itu harus dibayar lebih dahulu oleh WP
sebesar 50 persen dari hitungan petugas pajak sebelum bisa dibawa kepada
pengadilan pajak. Kalau hitungan WP yang dinyatakan pengadilan benar maka
WP berhak menerima restitusi. Malangnya, uang restitusi itu kenyataannya tidak
segera dibayarkan oleh fiskus. Jika uang restitusi jumlahnya milyaran jelas saja
mengganggu cash flow para pengusaha. Inilah persoalan yang menjadi momok
dalam dispute antara WP dengan aparat pajak.

Untungnya dalam UU KUP, perhitungan SPT ditentukan secara bersama-


sama. Jika ada perbedaan klaim angka, maka yang lebih dahulu dipakai adalah
klaim WP. Sebelum masuk ke pengadilan pajak, WP hanya cukup membayar
sebesar 50 persen dari klaim hitungan WP sendiri.

c. Tarif Pajak yang tinggi

Tarif yang tinggi membuat yang bayar menjadi sedikit. Sehingga membuat
banyak orang yang lain lebih sering menghindar dan kucing-kucingan dengan
petugas pajak. Dalam pikiran mereka, sekali Anda punya NPWP sampai mati
Anda akan dikejar oleh aparat pajak. Prinsip ini membuat mereka kalau bisa selalu
baku atur atau main belakang dengan fiskus.

Anda mungkin juga menyukai