PENDAHULUAN
Etika profesi adalah sikap etis bagian integral dari sikap hidup dalam
menjalankan kehidupan sebagai pengemban profesi. Etika profesi menurut Anang
Usman, SH., M.Si juga diartikan sebagai sikap hidup untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan professional dari klien dengan keterlibatan dan keahlian sebagai
pelayanan dalam rangka kewajiban masyarakat sebagai keseluruhan terhadap para
akuntan masyarakat yang membutuhkannya dengan disertai refleksi yang
seksama. Prinsip-prinsip etika dalam kode etik Ikatan Akuntan Indonesia terdiri
atas tanggung jawab profesi, kepentingan umum (publik), integritas, objektivitas,
kompetensi dan kehati-hatian professional, kerahasiaan, perilaku professional, dan
standar teknis.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana etika dalam akuntansi pajak?
2. Bagaimana kronologis kasus Gayus Tambunan?
BAB II
PEMBAHASAN
2
2.1 Etika Akuntansi Pajak
Pernyataan AICPA tentang Standards for Tax Services (SSTS) atau standar
untuk layanan pajak adalah standar praktik perpajakan yang dapat diberlakukan
bagi akuntan AICPA. SSTS berlaku untuk semua akuntan terlepas dari yurisdiksi
di mana mereka berlatih dan jenis pajak sehubungan dengan yang mereka berikan
layanan. SSTS dan interpretasi menggambarkan tanggung jawab akuntan kepada
wajib pajak, publik, pemerintah, dan profesi. Mereka dimaksudkan untuk menjadi
bagian dari proses berkesinambungan dalam mengartikulasikan standar praktik
pajak untuk akuntan.
3
2. Tingkatkan pemahaman tentang tanggung jawab CPA oleh pejabat Departemen
Keuangan dan IRS dan dorong pengembangan standar serupa untuk personel
mereka.
3. Menumbuhkan kepatuhan publik dan kepercayaan terhadap sistem perpajakan
kita melalui kesadaran akan standar praktik perpajakan yang baik.
4. Meningkatkan penunjukan profesional CPA.
4
otoritas perpajakan dan jenis pajaknya. Terdapat lima pernyataan dalam
statement pertama, yaitu:
- Seorang akuntan harus menentukan dan mematuhi standar, jika ada, yang
dikenakan oleh perpajakan yang berlaku otoritas sehubungan dengan
merekomendasikan posisi SPT pajak, atau mempersiapkan atau
menandatangani SPT pajak.
- Jika otoritas pajak yang berlaku tidak memiliki standar tertulis sehubungan
dengan merekomendasikan posisi SPT pajak atau menyiapkan atau
menandatangani SPT, atau jika standarnya lebih rendah dari standar yang
ditetapkan dalam paragraf ini, maka seorang akuntan tidak boleh
merekomendasikan SPT atau menyiapkan atau menandatangani SPT kecuali
akuntan memiliki keyakinan dengan itikad baik bahwa posisi tersebut
setidaknya memiliki kemungkinan realistis untuk dipertahankan secara
administratif atau yudisial sesuai kemampuannya jika diuji.
- Ketika merekomendasikan posisi SPT atau ketika mempersiapkan atau
menandatangani SPT di mana suatu posisi diambil, seorang akuntan harus,
jika relevan, memberi tahu wajib pajak mengenai konsekuensi hukuman
potensial dari SPT tersebut, jika ada, untuk menghindari hukuman seperti itu
melalui pengungkapan.
- Seorang akuntan tidak boleh merekomendasikan posisi SPT atau menyiapkan
atau menandatangani SPT jika menyalahi proses pemilihan audit oleh otoritas
perpajakan dan/atau berfungsi hanya sebagai posisi perdebatan yang
dikemukakan semata-mata untuk memperoleh pengaruh dalam negosiasi
dengan otoritas pajak.
- Ketika merekomendasikan posisi SPT, seorang akuntan memiliki hak dan
tanggung jawab untuk menjadi advokat wajib pajak sehubungan dengan
posisi apa pun yang memenuhi standar yang disebutkan di atas.
5
mencakup permintaan untuk informasi tentang pengembalian pajak, dalam
instruksi, atau dalam peraturan, apakah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan
atau tidak. Seorang akuntan harus melakukan upaya yang wajar dan memiliki
alasan yang kuat untuk memperoleh informasi yang diperlukan dari wajib
pajak tentang semua jawaban atas semua pertanyaan tentang pengembalian
pajak sebelum menandatangani sebagai penyusun.
6
jika informasi itu relevan dengan SPT pajak itu dan pertimbangannya perlu
mempersiapkan SPT pajak dengan benar. Dalam menggunakan informasi
tersebut, seorang akuntan harus mempertimbangkan segala batasan yang
diberlakukan oleh hukum atau aturan apa pun yang berkaitan dengan
kerahasiaan.
7
wajib pajak terikat pada perlakuan khusus pada tahun berikutnya, seperti
dengan perjanjian penutupan formal. Oleh karena itu, akuntan dapat
merekomendasikan posisi SPT atau menyiapkan atau menandatangani SPT
pajak yang berbeda atas perlakuan suatu hal berdasarkan yang telah
disimpulkan dalam proses administrasi atau keputusan pengadilan sehubungan
dengan SPT wajib pajak sebelumnya, asalkan persyaratan Pernyataan Standar
Pelayanan Pajak (SSTS) No. 1 dipenuhi.
8
- Seorang akuntan harus segera memberitahukan wajib pajak setelah
mengetahui adanya kesalahan dalam SPT yang diajukan sebelumnya,
kesalahan dalam SPT yang merupakan subjek dari proses administrasi, atau
kegagalan wajib pajak untuk mengajukan SPT yang diperlukan. Seorang
akuntan juga harus memberi tahu pembayar pajak tentang kemungkinan
konsekuensi kesalahan dan merekomendasikan langkah-langkah korektif
yang harus diambil. Saran dan rekomendasi semacam itu dapat diberikan
secara lisan. Akuntan tidak diizinkan untuk memberi tahu otoritas pajak tanpa
izin wajib pajak, kecuali jika diharuskan oleh hukum.
- Jika seorang akuntan diminta untuk mempersiapkan SPT tahun ini dan wajib
pajak belum mengambil tindakan yang tepat untuk memperbaiki kesalahan
dalam SPT tahun sebelumnya, akuntan harus mempertimbangkan apakah
akan menarik diri dari mempersiapkan SPT dan apakah akan melanjutkan
hubungan profesional atau hubungan kerja dengan pembayar pajak. Jika
akuntan tidak mempersiapkan SPT tahun berjalan, akuntan harus mengambil
langkah-langkah yang wajar untuk memastikan bahwa kesalahan tidak
terulang.
- Jika akuntan mewakili wajib pajak dalam proses administrasi sehubungan
dengan SPT yang mengandung kesalahan yang diketahui oleh akuntan,
akuntan tersebut harus meminta persetujuan wajib pajak untuk
mengungkapkan kesalahan tersebut kepada otoritas pajak. Karena tidak
memiliki perjanjian seperti itu, akuntan harus mempertimbangkan apakah
akan menarik diri dari mewakili wajib pajak dalam proses administrasi dan
apakah akan melanjutkan hubungan profesional atau hubungan kerja dengan
pembayar pajak.
7. Form and Content of Advice to Taxpayers (Bentuk dan Isi Nasihat untuk Wajib
Pajak)
Pernyataan ini menetapkan standar yang berlaku untuk akuntan mengenai
aspek-aspek tertentu dalam memberikan saran kepada wajib pajak dan
mempertimbangkan keadaan di mana akuntan memiliki tanggung jawab untuk
berkomunikasi dengan pembayar pajak ketika perkembangan selanjutnya
9
mempengaruhi saran yang diberikan sebelumnya. Namun, pernyataan itu tidak
mencakup tanggung jawab akuntan ketika harapannya adalah bahwa saran
yang diberikan cenderung diandalkan oleh pihak lain dari wajib pajak. Berikut
adalah beberapa pernyataan dalam statement ini:
- Seorang akuntan harus menggunakan pertimbangan profesional untuk
memastikan bahwa saran pajak yang diberikan kepada wajib pajak
mencerminkan kompetensi dan memenuhi kebutuhan wajib pajak dengan
tepat. Saat menyampaikan saran pajak kepada wajib pajak secara tertulis,
seorang akuntan harus mematuhi standar otoritas perpajakan yang relevan,
jika ada, berlaku untuk saran pajak tertulis. Seorang akuntan harus
menggunakan penilaian profesional tentang kebutuhan untuk
mendokumentasikan saran lisan. Seorang akuntan tidak diharuskan untuk
mengikuti format standar ketika berkomunikasi atau mendokumentasikan
saran lisan.
- Seorang akuntan harus berasumsi bahwa saran pajak yang diberikan kepada
seorang wajib pajak akan mempengaruhi cara hal-hal atau transaksi yang
dipertimbangkan akan dilaporkan atau diungkapkan pada SPT pajak wajib
pajak tersebut. Karena itu, untuk saran pajak diberikan kepada wajib pajak,
akuntan harus mempertimbangkan, ketika relevan (a) pelaporan kembali dan
standar pengungkapan yang berlaku untuk posisi SPT pajak terkait dan (b)
konsekuensi penalti potensial dari posisi SPT. Dalam memastikan standar
pelaporan dan pengungkapan SPT yang berlaku, seorang akuntan harus
mengikuti standar dalam Pernyataan Standar untuk Layanan Pajak No. 1.
- Seorang akuntan tidak memiliki kewajiban untuk berkomunikasi dengan
wajib pajak ketika perkembangan selanjutnya mempengaruhi saran yang
sebelumnya diberikan sehubungan dengan hal-hal penting, kecuali ketika
membantu seorang wajib pajak dalam menerapkan prosedur atau rencana
yang terkait dengan saran yang diberikan atau ketika seorang akuntan
melakukan kewajiban ini dengan perjanjian khusus.
10
1. Seorang akuntan pajak tidak boleh menyarankan sebuah posisi kecuali ada
kemungkinan realistik untuk kebaikan yang berkelanjutan.
2. Seorang akuntan pajak tidak boleh membuat atau menandatangani SPT jika ini
berada dalam posisi yang tidak boleh disarankan menurut point 1.
3. Seorang akuntan pajak dapat menyarankan sebuah posisi yang menurutnya
tidak ceroboh selama bisa dipertanggungjawabkan.
4. Seorang akuntan pajak berkewajiban untuk menasehati klien tentang potensi
hukuman di beberapa posisi, dan menyarankan disklosur.
5. Seorang akuntan pajak tidak boleh menyarankan sebuah posisi yang
“mengeksploitasi” proses seleksi audit IRS atau;
Ini menjadi ringkasan standar dari layanan pajak yang oleh AICPA
diharapkan dilakukan oleh anggotanya yang menjadi preparer pajak. Ini adalah
standar yang umumnya bisa diterapkan bagi akuntan pajak dalam sebagian besar
negara karena ini menggunakan prinsip universal tentang perilaku profesional
yang benar dalam urusan pajak. Menurut standar ini, dikatakan tidak etis bila
mengkapitulasi permintaan klien untuk mengurangi liabilitas pajak klien
sebenarnya, karena ketika menandatangani SPT anda berarti menyatakan bahwa
SPT adalah benar, tepat, dan lengkap. Bila menandatanganinya berarti anda
terlibat kebohongan.
11
menggunakan skema penghindaran-pajak. Bagian implisit dari semua ini adalah
sebuah rekognisi tanggungjawab akuntan dan perusahaannya untuk
mempertahankan kejelasan sistem pajak–untuk menghasilkan keseimbangan
antara keuntungan pajak yang diinginkan dan loophole yang bisa melemahkan
sistem.
Dari sejumlah tantangan untuk etika, berikut ini adalah yang termasuk
peringkat atas dan juga solusinya:
Tantangan Solusi
Akuntan selalu mengikuti perubahan sifat hukum
Kompleksitas dan perubahan sifat pajak baik dengan mengikuti pelatihan ataupun
dari hukum pajak selalu update dengan membaca berita serta
mengakses situs resmi yang mengatur pajak.
Akuntan harus bertindak sigap dan
mengutamakan kehati-hatian professional serta
Keterbatasan waktu untuk praktek
memiliki target penyelesaian kerjasama dengan
klien sesuai yang disepakati.
Akuntan harus memiliki tiang dasar mengenai
ilmu perpajakan agar saat terjadi perubahan tetap
Pengetahuan tentang hukum pajak
bisa mengikuti karena telah memahami hal dasar
yang kompleks
yang terpenting sebelum menjadi praktisi.
Tekanan dari klien untuk Akuntan harus memahami dengan baik hal-hal
mengurangi liabilitas pajak yang boleh diakui dan tidak diakui sebagai suatu
12
barang atau jasa atau penghasilan kena dan tidak
kena pajak agar bisa menjaga kerjasama baik
dengan klien, namun tidak boleh mengada-ada
dan melanggar aturan yang telah ditetapkan.
Seperti yang telah dijelaskan dalam STSS No. 1,
Kurangnya pemahaman klien
akuntan wajib memberi tahu wajib pajak
terkait tanggungjawab profesional
mengenai konsekuensi hukuman potensial agar
dan potensi hukuman dari akuntan
tidak terjadi kesalahpahaman dan memastikan
baik bagi praktisi pajak dan
wajib pajak memahami kondisi akuntan yang
pembayar pajak
juga sama-sama posisinya diatur dalam hukum.
Di Indonesia, juga diatur Kode Etik Konsultan Pajak yang berlaku sejak 1
Januari 2015 oleh IKPI. IKPI atau Ikatan Konsultan Pajak Indonesia adalah
organisasi profesi Konsultan Pajak yang bersifat nasional yang berkedudukan di
Ibukota Republik Indonesia. Konsultan pajak dalam kode etik tersebut adalah
setiap orang yang dengan keahliannya dan dalam lingkungan penugasannya,
secara bebas dan professional memberikan jasa perpajakan kepada Wajib Pajak
dalam melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan perpajakan. Setiap anggota IKPI memiliki
tanggung jawab kepada:
a. Masyarakat;
b. Profesi (tunduk pada Standar Profesi);
c. Dirinya sendiri;
d. Organisasi IKPI;
e. Otoritas Pajak;
f. Klien;
g. Setiap rekan dalam anggota persekutuan profesi;
h. Pemberi kerja bila bekerja pada suatu KKP;
i. Setiap karyawan dalam lingkungan penugasannya.
Terdapat aturan dan panduan professional yang diatur dalam Kode Etik
Konsultan Pajak yaitu:
- Kecermatan dan Ketelitian
13
- Kompetensi
- Kerahasiaan
- Objektivitas dan Kemandirian
- Integritas
- Sopan Satun
- Dana Klien
- Pengembangan Profesional Berkelanjutan (PPL)
- Identitas/Tanda Pengenal Praktik
- Lambang dan Lencana
14
Berawal tudingan Mantan Kabareskrim Mabes Polri, Komjen Susno
Duadji tentang adanya praktek mafia hukum di tubuh Polri dalam penanganan
kasus money laundring oknum pegawai pajak bernama Gayus Halomoan
Tambunan yang merembet kepada Kejaksaan Agung dan Tim Jaksa Peneliti, Tim
Jaksa Peneliti akhirnya bersuara mengungkap kronologis penanganan kasus
Gayus H. Tambunan. Berikut ini kronologis penanganan kasus Gayus H.
Tambunan menurut Tim Peneliti Kejaksaan Agung.
Hasil penelitian jaksa menyebutkan bahwa hanya terdapat satu pasal yang
terbukti terindikasi kejahatan dan dapat dilimpahkan ke Pengadilan, yaitu
penggelapan namun hal ini tidak terkait dengan uang senilai Rp. 25 milliar yang
diributkan PPATK dan Polri. Untuk korupsi terkait dana Rp.25 milliar tidak dapat
dibuktikan karena dalam penelitian ternyata uang tersebut merupakan produk
perjanjian Gayus dengan Andi Kosasih. Andi Kosasih adalah pengusaha garmen
asal Batam yang mengaku pemilik uang senilai hampir Rp. 25 miliar di rekening
Bank Panin milik Gayus H. Tambunan. Hal ini didukung dengan adanya
perjanjian tertulis antara terdakwa (Gayus H. Tambunan) dan Andi Kosasih yang
ditandatangani tanggal 25 Mei 2008.
Menurut Cirrus Sinaga selaku anggota Tim Jaksa Peneliti kasus Gayus,
Gayus H. Tambunan dan Andi Kosasih awalnya berkenalan di pesawat. Kemudian
15
keduanya berteman karena merasa sama-sama besar, tinggal dan lahir di Jakarta
Utara. Karena pertemanan keduanyalah Andi Kosasih meminta Gayus H.
Tambunan mencarikan tanah dua hektar untuk membangun ruko di kawasan
Jakarta Utara. Biaya yang dibutuhkan untuk pengadaan tanah tersebut sebesar
US$ 6 juta. Namun Andi Kosasih baru menyerahkan uang sebesar US$ 2.810.000.
Andi menyerahkan uang tersebut kepada Gayus melalui transaksi tunai di rumah
orang tua istri Gayus lengkap dengan kwitansinya, sebanyak enam kali yaitu pada
tanggal 1 Juni 2008 sebesar US$ 900.000, tanggal 15 September 2008 sebesar
US$ 650.000, tanggal 27 Oktober 2008 sebesar US$ 260.000, tanggal 10
November 2008 sebesar US$ 200.000, tanggal 10 Desember 2008 sebesar US$
500.000, dan terakhir pada tanggal 16 Februari 2009 sebesar US$ 300.000. Andi
Kosasih menyerahkan uang tersebut karena dia percaya kepada Gayus H.
Tambunan.
Setelah diteliti dan disidik, uang senilai Rp.370 juta tersebut diketahui
bukan merupakan korupsi dan money laundring tetapi penggelapan pajak murni.
Uang tersebut dimaksudkan untuk membantu pengurusan pajak pendirian pabrik
garmen di Sukabumi. Namun demikian, setelah dicek, pemiliknya Mr Son, warga
Korea, tidak diketahui berada di mana. Uang tersebut masuk ke rekening Gayus
16
H. Tambunan tetapi ternyata Gayus tidak urus pajaknya. Uang tersebut tidak
digunakan oleh Gayus dan tidak dikembalikan kepada Mr. Son sehingga hanya
diam di rekening Gayus. Berkas P-19 dengan petujuk jaksa untuk memblokir dan
kemudian menyita uang senilai Rp 370 juta tersebut. Dalam petunjuknya, jaksa
peneliti juga meminta penyidik Polri menguraikan di Berita Acara Pemeriksaan
(BAP) keterangan tersebut beserta keterangan tersangka (Gayus H. Tambunan).
17
Menurut Yunus Husein, Ketua PPATK, “Mengalirnya uang belum
kelihatan kepada aparat negara atau kepada penegak hukum. Namun anehnya
penggelapan ini tidak ada pihak pengadunya, pasalnya perusahaan ini telah tutup.
Sangkaan inilah yang kemudian maju ke persidangan Pengadilan Negeri
Tangerang. Di Pengadilan Negeri Tangerang, Gayus tidak terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana penggelapan. Hasilnya, Gayus
divonis bebas.”
Sosok Gayus dinilai amat berharga karena ia termasuk saksi kunci dalam
kasus dugaan makelar kasus serta dugaan adanya mafia pajak di Direktorat
Jenderal Pajak. Belum diketahui apakah Gayus melarikan diri lantaran takut atau
ada tangan-tangan pihak tertentu yang membantunya untuk kabur supaya kasus
yang membelitnya tidak terbongkar sampai ke akarnya. Satgas Pemberantasan
Mafia Hukum meyakini kasus Gayus H. Tambunan bukan hanya soal pidana
pengelapan melainkan ada juga pidana korupsi dan pencucian uang.
18
Tahun 2007 tentang Pengesahan Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan,
harus diundangkan menteri dalam hal ini Menteri Hukum dan HAM.
Pada tanggal 31 Maret 2010, Tim Penyidik Divisi Profesi dan Pengamanan
(Propam) Polri memeriksa tiga orang sekaligus. Selain Gayus H. Tambunan dan
Brigjen Edmond Ilyas, ternyata Brigjen Raja Erisman juga ikut diperiksa.
Pemeriksaan dilakukan oleh tiga tim berbeda. Tim pertama memeriksa berkas
lanjutan pemeriksaan Andi Kosasih, tim kedua memeriksa adanya keterlibatan
anggota polri dalam pelanggaran kode etik profesi, dan tim ketiga menyelidiki
keberadaan dan tindak lanjut aliran dana rekening Gayus.
Pada tanggal 7 April 2010, Komisi III DPR mengendus seorang jenderal
bintang tiga di Kepolisian diduga terlibat dalam kasus Gayus H. Tambunan dan
seseorang bernama Syahrial Johan ikut terlibat dalam kasus penggelapan pajak
yang melibatkan Gayus H. Tambunan, dari Rp. 24 milliar yang digelapkan Gayus,
Rp. 11 milliar mengalir kepada pejabat kepolisian, Rp. 5 milliar kepada pejabat
kejaksaan dan Rp. 4 milliar di lingkungan kehakiman, sedangkan sisanya
mengalir kepada para pengacara.
Sumber: (Kronologis kasus gayus ini diambil dari blog SIR MR SRI
TAMIANG yang diposkan hari Minggu tanggal 13 Maret 2011 dengan pengeditan
kata seperlunya.
19
Analisis secara umum:
2. Kepentingan Publik
20
3. Integritas
Guna menjaga dan juga untuk meningkatkan kepercayaan publik, tiap tiap
anggota wajib memenuhi tanggungjawabnya sebagai profesional dengan
tingkat integritas yang setinggi mungkin. Bedasarkan kasus diatas, menunjukan
bahwa Gayus melanggar prinsip kode etik ini, Gayus telah mengutamakan
kepentingan pribadinya dibandingkan kepentingan publik.
4. Obyektivitas
6. Perilaku Profesional
Tiap anggota wajib untuk berperilaku konsisten dengan reputasi jang baik dan
menjauhi kegiatan/tindakan yang bisa mendiskreditkan profesi. Hal ini yang
dilanggar oleh Gayus, Gayus telah melakukan tindakan yang membuat institusi
dan pekerjaan sebagai pegawai Dirjen Pajak sama seperti sarang korupsi.
21
7. Standar Teknis
BAB III
PENUTUP
22
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan materi yang telah disajikan sebelumnya, dapat ditarik
kesimpulan bahwa akuntansi pajak adalah akuntansi untuk keperluan pajak.
Dalam kaitannya dengan etika akuntan pajak, AICPA mengeluarkan Statement on
Responsibility Tax Practice (SRTP) pada sekitar tahun 1964 – 1977. yang
sekarang berubah menjadi Standards for Tax Services (SSTS). SSTS yang dapat
diberlakukan ini berlaku untuk semua layanan pajak, dan dirancang untuk:
1. Identifikasi dan kembangkan standar yang sesuai dalam menyediakan layanan
pajak dan promosikan aplikasi seragam mereka oleh CPA.
2. Tingkatkan pemahaman tentang tanggung jawab CPA oleh pejabat Departemen
Keuangan dan IRS dan dorong pengembangan standar serupa untuk personel
mereka.
3. Menumbuhkan kepatuhan publik dan kepercayaan terhadap sistem perpajakan
kita melalui kesadaran akan standar praktik perpajakan yang baik.
4. Meningkatkan penunjukan profesional CPA.
Di Indonesia, juga diatur Kode Etik Konsultan Pajak yang berlaku sejak 1
Januari 2015 oleh IKPI. IKPI atau Ikatan Konsultan Pajak Indonesia adalah
organisasi profesi Konsultan Pajak yang bersifat nasional yang berkedudukan di
Ibukota Republik Indonesia. Konsultan pajak dalam kode etik tersebut adalah
setiap orang yang dengan keahliannya dan dalam lingkungan penugasannya,
secara bebas dan professional memberikan jasa perpajakan kepada Wajib Pajak
dalam melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
23
Terdapat aturan dan panduan professional yang diatur dalam Kode Etik
Konsultan Pajak yaitu:
- Kecermatan dan Ketelitian
- Kompetensi
- Kerahasiaan
- Objektivitas dan Kemandirian
- Integritas
- Sopan Satun
- Dana Klien
- Pengembangan Profesional Berkelanjutan (PPL)
- Identitas/Tanda Pengenal Praktik
- Lambang dan Lencana
3.2 Saran
Dari pembahasan di atas, maka penyusun menyarankan agar pembaca
mampu memahami sehingga kelak mampu menerapkan etika dalam akuntansi
pajak agar tidak melakukan kesalahan yang mampu berakibat fatal baik untuk diri
sendiri, klien, dan Negara.
DAFTAR PUSTAKA
24
Tax Executive Committee of AICPA. Statements on Standards for Tax Services.
2018
http://etikaakuntansiperpajakan.blogspot.com/
https://gilangadhit.blogspot.com/2016/12/etika-akuntansi-pajak.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Internal_Revenue_Service
https://www.aicpa.org/interestareas/tax/resources/standardsethics/statementsonsta
ndardsfortaxservices.html
25