Anda di halaman 1dari 7

Kasus Fraud Audit Liabilitas pada Bank BRI

01 Juni 2015

Kepala Unit Bank Rakyat Indonesia (BRI) Kecamatan Tapung Raya, Kabupaten
Kampar, Riau, Masril, ditahan oleh Kepolisian Resor Kampar karena melakukan transfer fiktif
sebesar Rp1,6 miliar. Kasus transfer fiktif ini dilaporkan oleh Kepala BRI Kabupaten Kampar,
Sudarman dan seorang pegawai di BRI Rustian Marta. Pencatatan palsu dalam pembukuan
atau laporan maupun dokumen kegiatan usaha. Laporan atau transaksi rekening bank yang
dilakukan tersangka sebesar Rp1,6 miliar itu tanpa disertai uangnya. Hanya dalam catatan ada
transfer uang, faktanya fiktif. Seperti dilansir detikcom, kronologi transfer fiktif ini bermula
pada Rabu (23/02) lalu. Saat tim pemeriksa internal dari BRI Cabang Bangkinang, Ibukota
Kabupaten Kampar melakukan pemeriksaan ke Unit BRI Tapung, ditemukan kejanggalan
transaksi.

Hasil pemeriksaan itu menyebutkan, adanya kejanggalan antara jumlah saldo neraca
dengan kas tidak seimbang. Setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, adanya pembukaan
setoran kas sebanyak Rp1,6 miliar. Uang sebanyak itu diketahui ditransfer dari BRI Unit Pasir
Pangaraian II ke Unit BRI Tapung. ''Dalam hal ini tersangka membuat laporan adanya transaksi
Rp1,6 miliar, namun dalam pemeriksaan tim BRI Bangkinang, transfer tersebut tidak disertai
uangnya. Kejanggalan inilah yang akhirnya tim pemeriksaan internal BRI mencium adanya
transaksi fiktif tersebut. Sehingga kasus penggelapan ini dilaporkan ke pihak kepolisian,''
terang Muttaqien. Dalam kasus ini, tersangka dijerat dengan UU No 10 tahun 1998 tentang
perubahan atas UUNo 7 tahun 1992 tentang perbankan. Tersangka diancam hukuman 10 tahun
kurungan ditambah denda. ''Kita juga masih memerisa sejumlah saksi dari pihak BRI sendiri
serta tim ahli perbankan. Tersangka sekarang sudah kita tahan,'' jelas Muttaqien.

Pembahasan

a. Penyelewengan
Pada Kasus Bank Rakyat Indonesia (BRI) Kecamatan Tapung Raya, Kabupaten
Kampar, Riau ini terjadi tindakan kecurangan atau Fraud. Fraud atau kecurangan adalah
sebuah kerugian yang dialami oleh tiap perusahaan atau organisasi. Fraud dapat diartikan
sebagai kecurangan. Dalam hal ini kecurangan dapat dilakukan oleh siapa saja, baik oleh
sorang karyawan biasa, maupun manajer yang memiliki kedudukan tinggi dalam sebuah
organisasi.

Penyebab terjadinya Fraud atau Kecurangan disebabkan oleh 3 faktor yaitu


Tekanan, Kesempatan, dan rasionalisasi. Dalam hal ini, Penulis berpendapat Fraud atau
Kecurangan yang terjadi pada Bank Rakyat Indonesia (BRI) Kecamatan Tapung Raya,
Kabupaten Kampar, Riau terjadi karena faktor Kesempatan. Dimana dalam hal ini
kesempatan dapat terkait dengan kedudukan seseorang dalam sebuah perusahaan
maupun kemampuan atau skill orang yang dimiliki orang tersebut.

Fraud atau Kecurangan terbagi menjadi 5 yaitu : Korupsi, Konflik Kepentingan,


Penyuapan, gratifikasi, Pengambilan asset secara illegal. Dalam hal ini, penulis
berpendapat Fraud atau Kecurangan yang dilakukan merupakan bagian dari pada
Korupsi. Korupsi disini merupakan penyalahgunaan wewenang. Maka dari itu pelaku
korupsi ini biasanya merupakan orang-orang yang memiliki kedudukan dalam suatu
instansi maupun organisasi.

b. Teori

Fraud audit adalah kombinasi aspek audit forensik atau investigasi forensik atau
uji menyeluruh semua materi pemeriksaan dengan teknik internal kontrol dalam tata cara
internal audit.
Fraud auditing atau audit kecurangan adalah upaya untuk mendeteksi dan
mencegah kecurangan dalam transaksi-transaksi komersial. Auditor terutama tertarik
pada pencegahan, deteksi, dan pengungkapan kesalahan-kesalahan karena alasan berikut;

Eksistensi kesalahan dapat menunjukan bagi auditor bahwa catatan akuntansi dari
kliennya tidak dapat dipercaya dan dengan demikian tidak memadai sebagai suatu
dasar untuk penyusunan laporan keuangan. Adanya sejumlah besar kesalahan dapat
mengakibatkan auditor menyimpulakan bahwa catatan akuntansi yang tepat tidak
dilakukan.
Apabila auditor ingin mempercayai pengendalian intern, ia harus memastikan dan
menilai pengendalian tersebut dan melakukan pengujian ketaatan atas operasi.
Apabila pengujian ketaatan menunjukan sejumlah besar kesalahan, maka auditor
tidak dapat mempercayai pengendalian intern.
Apabila kesalahan cukup material, kesalahan tersebut dapat mempengaruhi
kebenaran (truth) dan kewajaran (fairness) laporan tersebut.

Istilah kecurangan digunakan untuk berbagai perbuatan dosa yang termasuk:

Kecurangan yang melibatkan perlakuan penipuan untuk mendapatkan keuntungan


keuangan yang tidak adil atau ilegal.
Pernyataan salah yang disengaja dalam penghilangan suatu jumlah atau
pengungkapan dati catatan akuntansi atau laporan keuangan suatu entitas.
Pencurian (theft), apakah disertai dengan penyataan yang salah dari catatan
akuntansi atau laporan keuangan atau tidak.

c. Masalah
Masalah yang dihadapi oleh Bank Rakyat Indonesia (BRI) Kecamatan Tapung
Raya, Kabupaten Kampar, Riau terdapat pada pengawasan yang lemah oleh pihak Bank
BRI. sehingga menimbulkan kesempatan bagi pelaku dalam melakukan Fraud atau
Kecurangan.

3. Tindakan/Penanganan
Menurut Penulis hal yang perlu dilakukan oleh Bank Rakyat Indonesia (BRI)
Kecamatan Tapung Raya, Kabupaten Kampar, Riau dalam menghadapi kasus ini adalah
memperbaiki sistem pengendalian. Dimana mengharuskan perusahaan memiliki 4 hal
yaitu:

a. Menciptakan Lingkungan Pengendalian yang baik

Lingkungan Pengendalian merupakan lingkungan kerja yang diciptakan atau


dibentuk oleh perusahaan bagi para karyawan. Unsur unsur lingkungan
pengendalian meliputi hal hal berikut:

1) Peran dan contoh manajemen


2) Komunikasi manajemen
3) Perekrutan yang tepat
4) Struktur organisasi yang jelas
5) Internal audit perusahaan yang efektif
b. Arus komunikasi dan Informasi yang baik
Setiap fraud pasti meliputi tindakan kecurangan, menyembunyikan
kecurangan, dan konversi. Sistem akuntansi yang baik dapat menyediakan jejak
audit yang dapat membantu fraud ditemukan dan mempersulit penyembunyian.
Sistem akuntansi yang baik harus memastikan bahwa transaksi yang tercatat
mencakup kriteria berikut:

1) Sah
2) Diotorisasi dengan benar
3) Lengkap
4) Diklasifikasikan dengan benar
5) Dilaporkan pada periode yang benar
6) Dinilai dengan benar
7) Diikhtisarkan dengan benar
d. Aktivitas atau prosedur pengendalian yang baik

Agar perilaku karyawan sesuai dengan apa yang diinginkan perusahaan, dan
membantu perusahaan dalam mencapai tujuan, diperlukan lima prosedur
pengendalian yang utama:

1) Pemisahan tugas atau pengawasan ganda


2) Sistem otorisasi
3) Pengecekan independen
4) Pengamanan fisik
5) Dokumen dan pencatatan
e. Pengawasan yang baik

Pengawasan yang baik pada setiap bagian dalam perusahaan merupakan hal
yang efektif dalam mengurangi tindakan fraud atau kecurangan. Menurut Penulis
semakin baik sebuah pengawasan maka semakin kecil kemungkinan terjadi
kesalahan-kesalahan dalam sebuah sistem.
ANALISIS AUDIT:

Dalam kasus yang terjadi di atas bahwa kepala unit bank Indonesia yaitu Masril telah
melakukan hal yang tidak benar dengan membuat pencatatan palsu mengenai ditransfernya
sejumlah uang dari BRI Unit Pasir Pangaraian II ke Unit BRI Tapung. Seiring perkembangan
jaman dan ter exposenya beberapa kasus yang menyangkut nama baik seorang akuntan dalam
suatu perusahaan termasuk kasus yang dilakukan oleh Masril. Banyak menimbulkan
pertanyaan dikalangan masyarakat, apakah seorang akuntan seperti kepala cabang bank BRI
ini telah melakukan kewajibannya dan mendapatkan haknya dengan baik dan benar.

Aturan Etika Kompartemen Akuntan bersumber dari Prinsip Etika yang ditetapkan oleh
Ikatan Akuntan Indonesia. Dalam konggresnya tahun 1973, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
untuk pertama kalinya menetapkan kode etik bagi profesi akuntan Indonesia, kemudian
disempurnakan dalam konggres IAI tahun 1981, 1986,1994, dan terakhir tahun 1998. Seorang
tentunya memiliki Kode Etik atau norma, tak terkecuali seorang akuntan, Ikatan Akuntan
Indonesia dimaksudkan sebagai panduan dan aturan bagi seluruh anggota, baik yang berpraktik
sebagai akuntan publik, bekerja di lingkungan dunia usaha, pada instansi pemerintah, maupun
di lingkungan dunia pendidikan dalam pemenuhan tanggung-jawab profesional.

Dalam kasus ini, tersangka dijerat dengan UU No 10 tahun 1998 tentang perubahan
atas UU No 7 tahun 1992 tentang perbankan. Tersangka diancam hukuman 10 tahun kurungan
ditambah denda. 'Kita juga masih memeriksa sejumlah saksi dari pihak BRI sendiri serta tim
ahli perbankan. Dengan apa yang dilakukan seorang kepala unit cabang suatu bank, musril
tidak mencerminkan kejujuran dan keberkahan dalam bekerja.

Di lihat norma agama Masril sudah melakukan perbuatan yang telah dilarang oleh
Tuhan Yang Maha Esa karena telah melakukan kecurangan dengan memanipulasi laporan
keuangan dan transfer palsu untuk menguntungkan dirinya sendiri. Jika seseorang mempunyai
keyakinan agama yang kuat diharapkan dapat mencegah perbuatan yang tidak bertanggung
jawab ini yaitu penghindaran pajak.

Dalam kasus Fraud Audit yang dilakukan Musril memiliki norma moral karena tidak
bertanggung jawab dengan laporan yang telah dibuat hal tersebut dapat merugikan dirinya
sendiri serta nama baik perusahaan Bank BRI.
Norma kesopanan seorang kepala unit cabang BRI ini sangat mengecewakan karna
telah melakukan Fraud Audit yang memanipulasi laporan keuangan, hal tersebut
mencerminkan tidak adanya nilai kesopanan.

Dalam hal ini tersangka Musril jelas tidak memiliki etika yang baik dalam membawa
nama baik seorang kepala unit cabang. atas apa yang telah ia lakukan dengan memanipulasi
laporan keuangan dengan transfer fiktif yang telah tersangka lakukan. Yang tergambarkan
pada kasus ini bahwa tersangka musril memiliki etika yang buruk dalam memenuhi kepentikan
pribadinya dan melakukan fraud audit seperti itu. Pluralisme disini adalah mencerminkan
kehidupan masyarakat yang majemuk, dapat dikatakan bahwa peran akuntan yang harusnya
dapat bisa menjaga nama baik dengan bekerja professional.

Sanksi pelanggaran etika pada Skala relatif kecil, dipahami sebagai kesalahan yang
dapat dimaafkan. Kasus tersangka Musril bukan lagi berada pada hukuman bersanksi kecil
dengan melakukan keruguan sebesar Rp.1.6M. Skala besar, merugikan hak pihak lain. jelas
dapat dilihat segi perusahaan BRI yang di rugikan karna perbuatan salah satu karyawan yang
telah menjadi tersangka Musril diancam hukuman 10 tahun penjara.

Beberapa Sistem Filsafat Moral

Di dalam kasus manipulasi laporan keungan transfer fiktif pada bank BRI yang
dilakukan Musril, mengandung tiga sistem filsafat moral yaitu hedonisme, eudemonisme, dan
utilitarianisme. Dikatakan sistem filsafat moral hedonisme karena Musril sebagai kepala
cabang Bank BRI mementingkan kepentingan pribadinya dengan memanipulasi laporan
keungan hanya untuk kesenangan dan kenikmatan pribadinya sendiri.

Sedangkan adanya sistem filsafat moral eudemonisme karena setiap manusia dalam
membangun perusahaan akan mengejar suatu tujuan akhir yaitu disebut dengan kebahagiaan.
Akan tetapi tersangka Musril mengejar sebuah tujuan yaitu tujuan demi dirinya sendiri tanpa
memikirkan baik-baik bagaimana kelangsungan perusahaan kedepannya dalam jangka panjang
dengan apa yang telah tersangka perbuat.

Selain terdapat sistem filsafat moral hedonisme dan eudimonisme, tersangka Musril
juga tergolong pada sistem filsafat moral utilitarianisme. Dapat dilihat dari kejanggalan antara
saldo neraca dengan kas yang tidak seimbang dan hal tersebut memicu kecurigaan tim
pemeriksa internal Bank BRI Bangkiang karena transfer fiktif yang telah tersangka lakukan.
Pada kasus ini adanya kejanggalan antara jumlah saldo neraca dengan kas tidak

seimbang. Setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, akhirnya ditemukan adanya transfer

fiktif yang dilakukan oleh tersangka (masril) dalam pembukuan setoran kas sebanyak Rp1,6

miliar tanpa disertai dengan uangnya. Akibat penyelewengan dalam anggaran ini, bank BRI

mengalami kerugian yang cukup banyak. Kasus ini tidak dibiarkan begitu saja oleh bank BRI

yang langsung melaporkan kepada pihak berwajib untuk menyelesaikan masalah ini. akibat

kecurangan yg dilakukannya, tersangka (masril) diancam hukuman 10 tahun kurungan penjara

ditambah dengan denda yang telah ditetapkan.

Hubungan hasil audit fraud atas transaksi fiktif dengan laporan keuangan:

1. Tidak Andal Pencatatan yang dilakukan menyesatkan dan penyajian yang dilakukan
tidak wajar atau tidak jujur.
2. Tidak Dapat Dipahami Jumlah saldo neraca dengan saldo kas tidak seimbang dan
transaksi yang dilakukan hanya berupa catatan, tidak disertai uangnya.

Sumber:

http://www.kompasiana.com/ema_surya/kasus-fraud-audit-pada-bank-
bri_556c494b50f9fdd6048b4567

Anda mungkin juga menyukai