Anda di halaman 1dari 3

NENENG SOPIAH (31119070)

AKUNTANSI/ R2/B1
SEMESTER 7

KASUS BANK BRI

Masril, Kepala Unit BRI Kecamatan Tapung Raya, Kampar, Riau harus berurusan
dengan pihak kepolisian. Dia diduga melakukan transfer fiktif senilai Rp 1,6 miliar. Masril kini
ditahan Polres Kampar. Kapolres Kampar, AKBP MZ Muttaqien mengungkapkan hal itu
dalam perbincangan dengan detikcom, Rabu (2/03). Menurutnya, Masril harus
mempertanggungjawabkan perbuatannya. Sebelumnya kasus transfer fiktif ini dilaporkan oleh
Kepala BRI Kabupaten Kampar, Sudarman serta Rustian Marta seorang pegawai di BRI.

"Kedua melaporkan adanya pencatatan palsu dalam pembukuan atau laporan maupun
dokumen kegiatan usaha. Laporan atau transaksi rekening bank yang dilakukan tersangka
sebesar Rp 1,6 miliar itu tanpa disertai uangnya. Hanya dalam catatan ada transper uang,
faktanya fiktif," kata Muttaqien.

Dia menjelaskan, kronologi transfer fiktif ini bermula pada Rabu (23/02) lalu. Saat tim
pemeriksa internal dari BRI Cabang Bangkinang, Ibukota Kab Kampar melakukan
pemeriksaan ke Unit BRI Tapung, ditemukan kejanggalan transaksi. Hasil pemeriksaan itu
menyebutkan, adanya kejanggalan antara jumlah saldo neraca dengan kas tidak seimbang.
Setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, kata Muttaqien, diketahui adanya transaksi
gantung yaitu adanya pembukaan setoran kas sebanyak Rp 1,6 miliar. Uang sebanyak itu
diketahui ditransfer dari BRI Unit Pasir Pangaraian II ke Unit BRI Tapung.

Pertanyaan : Jelaskan menurut pendapat saudara kenapa hal diatas terjadi, jika ada audit
internal, apa yang seharusnya dilakukan oleh pihak audit internal?

ANALISIS KASUS BANK BRI

Hal tersebut di atas bisa terjadi karena akuntan manajemen Bank BRI Kecamatan
Tapung Raya tidak bertanggung jawab terhadap pembukuan atau laporan atau dokumen
kegiatan usaha Bank BRI Kecamatan Tapung Raya, karena tidak mencurigai adanya
kejanggalan transaksi pada pembukuan kegiatan usaha Bank BRI Kecamatan Tapung Raya
yang dilakukan oleh Masril dengan melakukan transfer fiktif sebesar RP1,6 M tanpa disertai
uang. Pada Kaus Bank Rakyat Indonesia (BRI) ini terjadi karena adanya pengawasan yang
lemah oleh pihak Bank BRI, sehingga menimbulkan kesempatan bagi pelaku dan melakukan
fraud atau kecurangan, dimana hal ini kesempatan dapat terkait dengan kedudukan seseorang
dalam sebuah perusahaan maupun kemampuan atau skill orang yang dimiliki orang tersebut.

Pada kasus ini bank BRI tidak menerapkan prinsip otonomi, prinsip kejujuran, prinsip
keadilan, prinsip saling menguntungkan, dan prinsip integritas moral sehingga adanya fraud
atau kecurangan yang terjadi pada Bank BRI tersebut.

Dalam perencanaan auditor internal Bank Rakyat Indonesia (BRI) Kecamatan Tapung
Raya, Kabupaten Kampar,Riau dalam mengahadapi kasus ini yaitu harus memperbaiki
pengendalian, dimana perusahaan harus memiliki 4 hal, yaitu :

1. Menciptakan Lingkungan Pengendalian yang baik


Lingkungan pengendalian merupakan lingkungan yang diciptakan oleh perusahaan
bagi para karyawan pada Bank BRI tersebut, ada beberapa unsur lingkungan
pengendalian diantaranya, Peran dan contoh manajemen, komunikasi manajemen,
perekrutan yang baik, struktur organisasi yang jelas, dan internal audit yang efektif.
2. Arus Komunikasi dan Informasi yang baik
3. Aktivitas atau Prosedur pengendalian yang baik
Dalam hal ini semua perusahaan pasti menginginkan perilaku karyawan yang
diinginkan, adapaun beberapa prosedur yang harus diterapkan yaitu Pemisahan tugas
atau pengawasan ganda, sistem otorisasi, pengecekan independen, pengamanan fisik,
dokumen dan pencatatan.
4. Pengawasan yang baik
Pengawasan yang baik pada setiap bagian dalam perusahaan merupakan hal yang
seharusnya diterapkan oleh perusahaan tersebut dan merupakan hal yang efektif dalam
mengurangi tindakan fraud atau kecurangan. Semakin baik pengawasan maka semakin
kecil kemungkinan terjadi kesalahan-kesalahan pada sebuah sistem.

Adapun beberapaprinsif yang harus di terapkan dalam Bank Rakyat Indonesia (BRI)
Kecamatan Tapung Raya, Kabupaten Kampar,Riau tersebut diantaranya :

1. Prinsip Kejujuran menanamkan sikap bahwa apa yang dilakukan harus sesuai dengan
yang disajikan atau dikatakan dan mendorong kepatuhan dalam melaksanakan berbagai
komitmen, kontrak ataupun perjanjian yang telah disepakati.
2. Prinsip Keadilan menanamkan sikap untuk selalu berlaku adil kepada semua pihak
tanpa membeda-bedakan, baik itu terkait masalah ekonomi, hukum,sosial ataupun
masalah lainnya.
3. Prinsip Saling Menguntungkan, pada prinsip ini menuntuk agar bisnis yang dijalankan
dapat menguntungkan semua pihak.
4. Prinsip Integritas moral, digunakan sebagai tuntutan internal dalam diri sebagai pelaku
bisnis, agar perlu menjalankan bisnis dengan tetap menjaga nama baik pimpinan,
karyawan, maupun perusahaannya.

Anda mungkin juga menyukai