0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
659 tayangan3 halaman
Faktor utama penyebab fraud di bank syariah adalah kurangnya pemahaman dan penerapan prinsip-prinsip syariah serta kendala-kendala seperti sumber daya manusia yang terbatas dan regulasi yang belum lengkap. Untuk mencegah fraud, perlu adanya pengawasan yang ketat dari auditor dan Dewan Pengawas Syariah.
Faktor utama penyebab fraud di bank syariah adalah kurangnya pemahaman dan penerapan prinsip-prinsip syariah serta kendala-kendala seperti sumber daya manusia yang terbatas dan regulasi yang belum lengkap. Untuk mencegah fraud, perlu adanya pengawasan yang ketat dari auditor dan Dewan Pengawas Syariah.
Faktor utama penyebab fraud di bank syariah adalah kurangnya pemahaman dan penerapan prinsip-prinsip syariah serta kendala-kendala seperti sumber daya manusia yang terbatas dan regulasi yang belum lengkap. Untuk mencegah fraud, perlu adanya pengawasan yang ketat dari auditor dan Dewan Pengawas Syariah.
Tidak jauh berbeda dengan konvensional, faktor-faktor utama yang merupakan penyebab timbulnya fraud di Bank Syariah yaitu antara lain: 1. Internal control yang kurang memadai. 2. Kerjasama dengan pihak ketiga. 3. Kerjasama antara karyawan perusahaan. 4. Kurangnya kesadaran terhadap perbuatan yang salah. 5. Adanya peluang (Opportunity) untuk melakukan fraud. 6. Sikap atau rasionalisasi (Rasionalization/ Attitude untuk membenarkan tindakan fraud. 7. Memiliki kendala-kendala
B. Kendala-kendala pada Lembaga Keuangan Syariah
Di dalam perkembangan perbankan syariah, terdapat permasalahan dan berbagai tantangan. Berikut ini adalah beberapa kendala yang muncul dalam perkembangan syariah: 1. Pemahaman masyarakat yang belum tepat terhadap kegiatan operasional bank syariah. Dapat dimaklumi bahwa pemahaman sebagian besar masyarakat mengenai sistem dan prinsip perbankan syariah masih kurang Oleh karena itu, bentuk produk dan jasa pelayanan, prinsip- prinsip dasar hubungan antara bank dan nasabah, serta cara-cara berusaha yang halal dalam bank syariah perlu disosialisasikan lebih luas. 2. Peraturan perbankan yang berlaku belum sepenuhnya mengakomodasi bank syariah Adanya perbedaan pelaksanaan operasional antara bank syariah dan bank konvensional, ketentuan-ketentuan perbankan perlu disesuaikan. Ketentuan- ketentuan tersebut mengatur: a. Instrumen yang diperlukan untuk mengatasi masalah likuiditas b. Instrumen moneter yang sesuai dengan prinsip syariah untulk keperluan pelaksanaan tugas bank sentral, c. Standar akuntansi, audit, dan pelaporan, d. Ketentuan-ketentuan yang mengatur mengenai prinsip kehati- hatian, dan sebagainya. 3. Jaringan kantor bank syariah yang belum luas Kurangynya jumlah bank syariah menghambat perkembangan kerjasama antarbank syariah berkenaan dengan penempatan dana antar bank dalam hal mengatasi masalah likuiditas. Jumlah jaringan kantor bank yang luas akan meningkatkan efisiensi usaha, meningkatkan kompetisi ke arah peningkatan kualitas pelayanan dan mendorong inovasi produk dan jasa perbankarn syariah. 4. Sumber daya manusia yang memiliki keahlian dalam bank syariah masih sedikit. Dikarenakan sistem syariah masih belum lama dikembangkan, lembaga-lembaga akademik dan pelatihan sangat terbatas, sehingga tenaga terdidik dan berpengalaman di bidang syariah baik dari sisi bank pelaksana maupun dari bank sentral masih sangat sedikit. Hal ini sangat perlu karena keberhasilan pengembangan bank syariah pada level mikro ditentuan oleh kualitas manajemen dan tingkat pengetahuaan serta keterampilan pengelola bank. Sumber daya manusia dalam perbankan syariah harus memahami implementasi prinsip-prinsip syariah serta mempunyai komitmen kuat yang konsisten. 5. Kerangka dan perangkat pengaturan perbankan syariah belum lengkap. Guna mendukung kegiatan operasional yang sehat, perbankan syariah membutuhkan kerangka dan perangkat pengaturan yang sesuai dengan karakteristik operasionalnya. Di awal perkembangannya, kegiatan pengaturan dan pengawasan lembaga perbankan syariah masih menggunakan kerangka pengaturan dan pengawasan sistem perbankan konvensional, walaupun beberapa instrumen pengaturan telah mulai dikembangkan seperti perizinan bagi pendirian bank dan pembukaan kantor; instrumen pasar keuangan antarbank. 6. Institusi pendukung yang belum lengkap dan efektif; Institusi pendukung yang lengkap, efektif, dan efisien berperan penting untuk memastikan stabilitas pengembangan perbankan syariah secara keseluruhan. 7. Efisiensi operasional perbankan syariah yang masih belum optimal; Meskipun secara sistem, perbankan syariah telah menunjukkan kinerja keuangan yang lebih baik, sistem perbankan syariah sementara ini masih memberikan tingkat return yang lebih rendah kepada nasabah dibandingkan dengan yang dapat diberikan oleh perbankan konvensional. Kendala-kendala di atas apabila kurang diperhatikan akan memicu munculnya berbagai kecurangan baik dari pihak nasabah maupun pihak bank sendiri. Meskipun hingga saat ini belum ditemukan adanya kecurangan yang berarti namun pihak bank berusaha menerapkan suatu sistem kecurangan dalam bentuk apapun. Berdasarkan hasil survei terhadap bank syariah yaitu Bank Muamalat, Bank Mandiri Syariah, Permata Bank Syariah di jalan Buah Batu Bandung, tidak ditemukan adanya kecurangan yang bersifat fatal. Adapun kesalahan-kesalahan yang terjadi yang melanggar sistem adalah dari pihak nasabah yang tidak patuh dalam merahasiakan nomor-nomor PIN, para karyawan yang salah memasukan data (kesalahan teknis), serta pemalsuan data-data oleh nasabah yang mengajukan pembiayaan. Kesalahan-kesalahan tersebut selama ini dapat diatasi dengan cara adanya pengawasan baik dari pihak auditor internal, Dewan Pengawas Syariah (DPS), dan independen BI yang terdapat di setiap kantor baik itu pusat atau cabang. Khusus untuk Bank Muamalat, pemeriksaan dilakukan setiap hari untuk menghindari adanya kesalahan teknis, sedangkan untuk Bank Mandiri Syariah pemeriksaan dilakukan dalam waktu setiap 3 bulan atau 6 bulan sekali dengan cara manual atau online. Pada intinya faktor utama penyebab fraud di bank syari'ah adalah kurangnya pemahaman dan penerapan prinsip-prinsip syariah dan hukum islam dalam aplikasi kegiatan usaha di lembaga syariah tersebut. Fraud tidak akan terjadi apabila personal- personal dalam bank syariah tersebut sudah benar-benar syariah dalam arti kata benar- benar menerapkan syariah islam. Sebagai contoh yang sederhana saja fraud itu identik dengan menipu dan mencuri sedangkan dalam Islam mencuri itu dosa. Agar hal ini tidak terjadi, Dewan Pengawas Syariah (DPS) dan auditor pun berperan penting di sini.
Referensi: Sri Dewi A & Adeh Ratna K .2017. Akuntansi Syariah. Rekayasa Sains: Bandung