Anda di halaman 1dari 4

MAKALAH ETIKA PROFESI AKUNTAN

PRINSIP ETIKA PROFESI AKUNTANSI: INTEGRITAS

KELOMPOK 2 :
ANDI MAULINA (A031181329)

DYAH AYU DUNAMAIS (A031181349)

MULIFA FITRIANA (A031181701)

NURFUADI (A031181511)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2020
Kode Etik Internasional untuk Akuntan menetapkan prinsip-prinsip dasar etika untuk
akuntan profesional yang mencerminkan pengakuan profesi terhadap tanggung jawab
kepentingan publiknya. Prinsip-prinsip ini menetapkan standar perilaku yang diharapkan dari
seorang akuntan profesional. Prinsip-prinsip dasar tersebut, yaitu :
1. Prinsip Integritas
2. Prinsip Objektifitas
3. Prinsip Kompetensi serta Sikap Kecermatan dan Kehati-hatian Profesional
4. Prinsip Kerahasiaan
5. Prinsip Perilaku Profesional

Kode Etik ini memberikan kerangka kerja konseptual yang harus diterapkan oleh
akuntan profesional untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengatasi ancaman kepatuhan
terhadap prinsip-prinsip dasar. Kode menetapkan persyaratan dan materi aplikasi pada
berbagai topik untuk membantu akuntan menerapkan kerangka kerja konseptual untuk topik
tersebut.

Dalam hal audit, tinjauan dan perikatan jaminan lainnya, Kode menetapkan Standar
Kemerdekaan Internasional, yang ditetapkan oleh penerapan kerangka kerja konseptual
terhadap ancaman terhadap independensi sehubungan dengan perikatan ini.

INTEGRITAS
Dalam KBBI integritas/in·teg·ri·tas/ berarti mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan
kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan
kewibawaan; kejujuran. Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan
merupakan patokan bagi akuntan dalam menguji keputusan yang diambilnya. Seorang akuntan
profesional harus mematuhi prinsip integritas, yang mengharuskan seorang akuntan untuk
berterus terang dan jujur dalam semua hubungan profesional dan bisnis. Seperti :
1. Terus terang dan jujur dalam mengemukakan kekhawatiran mengenai kedudukan
yang diambil oleh klien.
2. Mengupayakan melakukan pertanyaan mengenai informasi yang tidak konsisten dan
mencari bukti lebih lanjut untuk mengatasi masalah tentang pernyataan yang
mungkin salah secara material atau menyesatkan untuk membuat keputusan yang
tepat, sehingga menghasilkan tindakan yang tepat.

Akuntan profesional tidak boleh langsung menyetujui sebuah pernyataan resmi,


laporan, informasi lain ketika di dalam informasi tersebut terdapat :
1. Kesalahan material atau pernyataan yang menyesatkan.
2. Informasi atau pernyataan yang dilengkapi secara sembarangan.
3. Penghilangan atau pengaburan informasi yang seharusnya diungkapkan sehingga akan
membuat keliru.

Pelanggaran prinsip dasar integritas muncul ketika seorang akuntan profesional


menawarkan atau menerima, atau mendorong orang lain untuk menawarkan atau menerima
bujukan, di mana tujuannya adalah untuk mempengaruhi perilaku penerima atau individu lain.

Sebuah kepentingan pribadi atau ancaman intimidasi untuk pemenuhan prinsip-prinsip


integritas dan perilaku profesional dibuat agar seorang akuntan profesional menjadi sadar
pelanggaran atau dugaan pelanggaran hukum dan peraturan. Ancaman seperti itu juga
termasuk keterlibatan klien dalam kegiatan ilegal, ketidakjujuran, praktik pelaporan keuangan
yang meragukan atau perilaku tidak etis lainnya.

Contoh keadaan yang dapat menyebabkan akuntan profesional kehilangan kepercayaan


atas integritasnya mencakup situasi di mana :
- Terdapat bukti keterlibatan ketidakpatuhan seorang akuntan.
- Akuntan memiliki pengetahuan mengenai ketidakpatuhan tersebut tapi
perbuatannya bertentangan dengan persyaratan hukum atau peraturan, belum
melaporkan, atau mengesahkan pelaporan, masalah tersebut kepada otoritas yang
sesuai dalam periode yang wajar.

Kesimpulannya, integritas dan kejujuran merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan
karena ketika kita melakukan sesuatu dengan ketidakjujuran maka kita tidak memiliki integritas
yang baik. Integritas berbicara tentang konsistensi dalam melakukan tindakan-tindakan yang
sesuai dengan prinsip hidup. Orang yang berintegritas akan teguh dalam mempertahankan
prinsip baik dalam hidupnya. Orang yang berintegritas akan selalu menaati peraturan dan
mengerti makna di balik aturan tersebut bukan semaunya sendiri.

Contoh Kasus 1 :
Salah satu kasus terkait pelanggaran etika integritas profesi akuntan adalah kasus
Sembilan KAP yang diduga melakukan kolusi dengan bank yang diauditnya. Pada 19 April 2001,
Indonesia Corruption Watch (ICW) meminta pihak kepolisian mengusut sembilan Kantor
Akuntan Publik, yang berdasarkan laporan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan
(BPKP), diduga telah melakukan kolusi dengan pihak bank yang pernah diauditnya antara
tahun 1995-1997. Koordinator ICW Teten Masduki kepada wartawan di Jakarta, Kamis,
mengungkapkan, berdasarkan temuan BPKP, sembilan dari sepuluh KAP yang melakukan audit
terhadap sekitar 36 bank bermasalah ternyata tidak melakukan pemeriksaan sesuai dengan
standar audit.
Hasil audit tersebut ternyata tidak sesuai dengan kenyataannya sehingga akibatnya
mayoritas bank-bank yang diaudit tersebut termasuk di antara bank-bank yang dibekukan
kegiatan usahanya oleh pemerintah sekitar tahun 1999. Kesembilan KAP tersebut adalah AI &
R, HT & M, H & R, JM & R, PU & R, RY, S & S, SD & R, dan RBT & R. “Dengan kata lain,
kesembilan KAP itu telah menyalahi etika profesi. Kemungkinan ada kolusi antara kantor
akuntan publik dengan bank yang diperiksa untuk memoles laporannya sehingga memberikan
laporan palsu, ini jelas suatu kejahatan,” ujarnya. Karena itu, ICW dalam waktu dekat akan
memberikan laporan kepada pihak kepolisian untuk melakukan pengusutan mengenai adanya
tindak kriminal yang dilakukan kantor akuntan publik dengan pihak perbankan.
ICW menduga, hasil laporan KAP itu bukan sekadar “human error” atau kesalahan dalam
penulisan laporan keuangan yang tidak disengaja, tetapi kemungkinan ada
berbagai penyimpangan dan pelanggaran yang dicoba ditutupi dengan melakukan rekayasa
akuntansi. Teten juga menyayangkan Dirjen Lembaga Keuangan tidak melakukan tindakan
administratif meskipun pihak BPKP telah menyampaikan laporannya, karena itu kemudian ICW
mengambil inisiatif untuk mengekspos laporan BPKP ini karena kesalahan sembilan KAP itu
tidak ringan. “Kami mencurigai, kesembilan KAP itu telah melanggar standar audit sehingga
menghasilkan laporan yang menyesatkan masyarakat, misalnya mereka memberi laporan bank
tersebut sehat ternyata dalam waktu singkat bangkrut. Ini merugikan masyarakat. Kita
mengharapkan ada tindakan administratif dari Departemen Keuangan misalnya mencabut izin
kantor akuntan publik itu,” tegasnya. Menurut Tetan, ICW juga sudah melaporkan tindakan dari
kesembilan KAP tersebut kepada Majelis Kehormatan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan
sekaligus meminta supaya dilakukan tindakan etis terhadap anggotanya yang melanggar kode
etik profesi akuntan.

Anda mungkin juga menyukai