Oleh:
Kelompok 8
1
c) Pengendalian, menjamin integritas informasi finansial yang berhubungan
dengan aktivitas organisasi dan sumber-sumbernya, memonitor dan mengukur
prestasi, dan mengadakan tindakan koreksi yang diperlukan untuk
mengembalikan kegiatan pada cara-cara yang diharapkan.
d) Menjamin pertanggungjawaban sumber, mengimplementasikan suatu sistem
pelaporan yang disesuaikan dengan pusat-pusat pertanggungjawaban dalam
suatu organisasi sehingga sistem pelaporan tersebut dapat memberikan
kontribusi kepada efektifitas penggunaan sumber daya dan pengukuran
prestasi manajemen.
e) Pelaporan eksternal, ikut berpartisipasi dalam proses mengembangkan
prinsip-prinsip akuntansi yang mendasari pelaporan eksternal.
2
maka kerugian akan di depan mata. Untuk itu, semakin tinggi kedudukan
seseorang maka semakin besar dampak keputusan yang diambilnya bagi orang lain
dan lembaga.
Pengambilan keputusan penting yang dibuat oleh akuntan manajemen pada
umumnya dilakukan pada level manajer ke atas atau level kepala bagian ke atas.
Satu hal yang paling sulit dan harus diambil oleh seorang manajer akuntansi
adalah pada saat pengambilan keputusan untuk menentukan apakah keputusan
tersebut etis ataukah tidak etis. Keputusan etis (ethical decision) didefinisikan
sebagai sebuah keputusan baik secara legal maupun moral yang dapat diterima
oleh masyarakat luas.
Kemampuan dalam mengidentifikasi dan melakukan perilaku etis dan tidak
etis adalah satu hal yang mendasar dalam profesi akuntan. Akuntan manajemen
juga tidak terlepas dari masalah bagaimana membuat keputusan etis. Akuntan
manajemen sebagai karyawan mempunyai tanggung jawab kepada perusahaan di
mana dia bekerja, namun sebagai seorang akuntan profesional di mana dia bekerja
harus bertanggungjawab kepada profesinya, kepada masyarakat dan dirinya untuk
berperilaku etis.
Tanggung jawab yang diemban dan banyaknya konflik kepentingan yang
ada menyebabkan adanya situasi dilematis. Situasi dilematis sering dialami oleh
akuntan manajemen memunculkan suatu perspektif bahwa akuntan manajemen
membutuhkan suatu nilai atau aturan yang mengikat mereka dalam menjalankan
aktivitas profesinya. Oleh sebab itu, beberapa penelitian mengenai etika menjadi
hal penting dalam rangka pengembangan dan peningkatan profesi akuntan
terutama bila dikaitkan dengan rawannya profesi ini terhadap keputusan tidak etis
dalam bisnis.
3
Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP), diduga telah melakukan kolusi
dengan pihak bank yang pernah diauditnya antara tahun 1995-1997. Koordinator
ICW Teten Masduki kepada wartawan di Jakarta, Kamis, mengungkapkan,
berdasarkan temuan BPKP, sembilan dari sepuluh KAP yang melakukan audit
terhadap sekitar 36 bank bermasalah ternyata tidak melakukan pemeriksaan sesuai
dengan standar audit.
Hasil audit tersebut ternyata tidak sesuai dengan kenyataannya sehingga
akibatnya mayoritas bank-bank yang diaudit tersebut termasuk di antara bank-
bank yang dibekukan kegiatan usahanya oleh pemerintah sekitar tahun 1999.
Kesembilan KAP tersebut adalah AI & R, HT & M, H & R, JM & R, PU & R,
RY, S & S, SD & R, dan RBT & R. “Dengan kata lain, kesembilan KAP itu telah
menyalahi etika profesi. Kemungkinan ada kolusi antara kantor akuntan publik
dengan bank yang diperiksa untuk memoles laporannya sehingga memberikan
laporan palsu, ini jelas suatu kejahatan,” ujarnya. Karena itu, ICW dalam waktu
dekat akan memberikan laporan kepada pihak kepolisian untuk melakukan
pengusutan mengenai adanya tindak kriminal yang dilakukan kantor akuntan
publik dengan pihak perbankan.
ICW menduga, hasil laporan KAP itu bukan sekadar “human error” atau
kesalahan dalam penulisan laporan keuangan yang tidak disengaja, tetapi
kemungkinan ada berbagai penyimpangan dan pelanggaran yang dicoba ditutupi
dengan melakukan rekayasa akuntansi. Teten juga menyayangkan Dirjen Lembaga
Keuangan tidak melakukan tindakan administratif meskipun pihak BPKP telah
menyampaikan laporannya, karena itu kemudian ICW mengambil inisiatif untuk
mengekspos laporan BPKP ini karena kesalahan sembilan KAP itu tidak ringan.
“Kami mencurigai, kesembilan KAP itu telah melanggar standar audit sehingga
menghasilkan laporan yang menyesatkan masyarakat, misalnya mereka memberi
laporan bank tersebut sehat ternyata dalam waktu singkat bangkrut. Ini merugikan
masyarakat. Kita mengharapkan ada tindakan administratif dari Departemen
Keuangan misalnya mencabut izin kantor akuntan publik itu,” tegasnya. Menurut
Tetan, ICW juga sudah melaporkan tindakan dari kesembilan KAP tersebut
4
kepada Majelis Kehormatan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan sekaligus
meminta supaya dilakukan tindakan etis terhadap anggotanya yang melanggar
kode etik profesi akuntan.
Penyelesaian:
Analisis Kasus: Dalam kasus diatas, akuntan yang bersangkutan banyak
melanggar kode etik profesi akuntan.
- Kode etik pertama yang dilanggar yaitu prinsip pertama tentang tanggung
jawab profesi: Prinsip tanggung jawab profesi ini mengandung makna
bahwa akuntan sebagai pemberi jasa professional memiliki tanggung
jawab kepada semua pemakai jasa mereka termasuk masyarakat dan juga
pemegang saham. Dalam kasus ini, dengan menerbitkan laporan palsu,
maka akuntan telah menyalahi kepercayaan yang diberikan masyarakat
kepada mereka selaku orang yang dianggap dapat dipercaya dalam
penyajian laporan keuangan.
- Kode etik kedua yang dilanggar yaitu prinsip kepentingan publik: Prinsip
kepentingan publik adalah setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa
bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati
kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme.
Dalam kasus ini, para akuntan dianggap telah menghianati kepercayaan
publik dengan penyajian laporan keuangan yang direkayasa.
- Kode etik yang ketiga yang dilanggar yaitu prinsip integritas: Prinsip
integritas yaitu untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik,
setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya, dengan
integritas setinggi mungkin. Dalam kasus ini, sembilan KAP tersebut tidak
bersikap jujur dan berterus terang kepada masyarakat umum dengan
melakukan koalisi dengan kliennya.
- Kode etik keempat yang dilanggar yaitu prinsip objektifitas: Prinsip
objektifitas yaitu setiap anggota harus menjaga obyektifitasnya dan bebas
dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.
Dalam kasus ini, sembilan KAP dianggap tidak objektif dalam
5
menjalankan tugas. Mereka telah bertindak berat sebelah yaitu,
mengutamakan kepentingan klien dan mereka tidak dapat memberikan
penilaian yang adil, tidak memihak, serta bebas dari benturan kepingan
pihak lain.
6
DAFTAR PUSTAKA
Diamastuti, Erlina. 2015. Kesadaran Etis Dalam Jejak Profesi Akuntan Manajemen
Studi pada Salah Satu BUMN di Kota Gresik Jawa Timur. Surabaya.
Ramadhani Putri, Febiana. 2017. Etika dalam Akuntansi Keuangan dan Akuntansi
Manajemen. http://febianaputri.blogspot.com/2017/01/etika-dalam-akuntansi-
keuangan-dan.html. Diakses pada tanggal 22 September 2021.