Anda di halaman 1dari 24

CHAPTER 1

INTRODUCTION TO BEHAVIORAL ACCOUNTING

Gubernur New York Mario M. Cuomo tahun 1984 mengatakan bahwa sesuai dengan hasil
rapat yang membahas tentang anggaran, mereka harus menaikan pajak untuk dapat membiayai
pengeluaran yang telah melonjak sekitar 300 juta dollar. Tetapi jika hal ini dilakukan maka
bertolak belakang dengan janji Cuomo kepada pendukungnya untuk tidak menaikan pajak.
Disamping itu, para penasehat gubernur mendesak untuk melakukan kenaikan pajak karena hal itu
dapat dengan mudah dikumpulkan. Cuomo mengatakan kepada penasehatnya dan tama yang ada
pada saat itu bahwa, “budgeteers, they don’t understand psychology.” Cuomo menjelaskan bahwa,
apabila hal itu akan memperlambat stabilitas dan juga menurunkan kredibilitasnya.

Apabila Cuomo memimpin rapat pada saat ini, maka ia tidak akan lagi mengatakan bahwa
penasehatnya tidak memahami psikologi, karena para penasehat pada sekarang ini sudah dilatih
dengan akuntansi keperilakuan, dimana hal itu merupakan interaksi antara akuntansi dengan ilmu
social, yang berfokus pada bagaimana perilaku individu mempengaruhi data akuntansi dan
keputusan bisinis dan bagaimana informasi akuntansi mempengaruhi keputusan bisnis dan
perilaku individu.

Peran Tradisional Akuntansi

Akuntansi adalah Jasa dimana berfungsi untuk menyediakan informasi yang relevan dan
tepat waktu tentang aktivitas keuangan entitas bisnis dan not-for-profit untuk mendukung
pengguna internal maupun eksternal dalam membuat keputusan ekonomi. Internal user merupakan
staff dalam organisasi yang menggunakan laporan akuntansi untuk pengambilan keputusan dalam
financing, investing, dan operating, sedangkan external user merupakan stakeholder, kreditor,
perserikatan pekerja, analis keuangan, dan agen pemerintah.

Financial Accounting, Melaporkan kepada pengguna eksternal. Dan harus sesuai dengan
GAAP. Sedangkan Akuntansi Manajemen atau biasa disebut managerial accounting fokus pada
pelaporan internal, tidak harus sesuai GAAP, laporannya akan sesuai dengan kebutuhan pembuat
keputusan. Behavioral Accounting berfokus pada perilaku individu dan sistem akuntansi, yang
domainnya termasuk financial dan management accounting.

1
Sistem Informasi Akuntansi

Akuntansi dapat dipandang sebagai sistem informasi karena pada banyak organisasi
akuntansi merupakan mayoritas dari sistem informasi kuantitatif. Sistem akuntansi menerima
informasi dari lingkungan (perusahaan, agen pemerintah, supplier, customer), mengukur
informasi, mencatat, mengolah, dan kemudian melaporkannya kembali pada environment.

Sistem akuntansi yang baik akan memiliki prosedur untuk pengukuran, pencatatan, dan
summarizing peristiwa atau kejadian-kejadian ekonomi, hal ini memberikan kontrol internal untuk
menjaga aset yang ada, mempromosikan efisiensi, dan menyediakan data yang relevan untuk
pelaporan kepada internal maupun eksternal.

Dimanakah Akuntan Bekerja?

Pada perusahaan bisnis atau organisasi not-for-profit akuntan akan bertanggung jawab
terhadap desain dan perbaikan sistem informasi akuntansi, perencanaan dan pengendalian
keuangan, dan pelaporan untuk eksternal maupun internal. Organisasi bisnis dan nirlaba akan
menggunakan perusahaan akuntan publik untuk melakukan audit terhadap pencatatan keuangan
mereka. Pengauditan merupakan pengujian terhadap informasi yang disajikan pada laporan
keuangan. Setelah melakukan pengujian perusahaan akuntan public akan memberikan laporan
audit yang menunjukan apakah penyajian laporan keuangan disajikan “fairness” atau tidak.

Dimensi Keperilakuan Akuntansi

Akuntansi keperilakuan melampaui peran akuntansi tradisional (pengumpulan,


pengukuran, pencatatan, dan pelaporan informasi keuangan), dimana akuntansi keperilakuan
memiliki penekanan dimensi sosial yang berfokus pada perilaku individu dan hubungannya
dengan desain, konstruksi dan penggunakan sistem informasi akuntansi secara efisien. Scope
akuntansi keperilakuan adalah sebagai berikut:

1. Pengaruh perilaku individu pada desain, konstruksi dan sistem akuntansi, pada area ini
akuntansi keperilakuan berfokus dengan bagaimana perilaku dan filosofi manajemen
mempengaruhi control akuntansi dan fungsi organisasi.

2
2. Pengaruh sistem akuntansi pada perilaku individu, pada area ini akuntansi keperilakuan
berfokus kepada bagaimana sistem akuntansi mempengaruhi motivasi, produktivitas,
pengambilan keputusan, kepuasan kerja, dan kerja sama.
3. Metode untuk memprediksi dan strategi untuk mengubah perilaku individu, pada area
ini akuntansi keperilakuan befokus pada pagaimana sistem akuntansi dapat digunakan
untuk memengaruhi perilaku.

Penerapan Akuntansi Keperilakuan

1. Situasi 1: Perusahaan X, Setelah melakukan analisa cost-benefit, menyimpulkan bahwa


harus melakukan pemasangan sistem informasi akuntansi yang baru. Bagaimanakah
hal ini akan diimplementasikan? Dapatkah perusahaan dengan sederhana membeli
hardware, mengembangkan software, melatih karyawannya, dan melihat pengeluaran
berkurang? Ataukah perusahaan setelah membeli hardware, mengembangkan
software, dan melatih karyawannya, kemudian menemukan bahwa system tidak
bekerja sebagai mestinya karna karyawan menolak untuk berubah?
2. Situasi 2: Beberapa tahun yang lalu, Perusahaan Y mengadopsi standar sistem biaya
yang baru dan memulai proses penganggaran formal. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan produktivitas dan memperbaiki control biaya. Setiap tahunnya, hasil
operasi actual menyimpang dari apa yang telah di rencanakan atau di anggarkan.
Apakah masalah ini disebabkan oleh anggaran yang tidak realistis? Atau dapatkah
deviasi tersebut di telusuri pada karyawan yang bertanggung jawab untuk mencapai
tujuan anggaran?
3. Situasi 3: Perusahaan Z-1 dan Z-2 memiliki struktur keuangan dan pengalaman
pendapatan, dan pangsa pasar relatif yang serupa dengan industri mereka. Walaupun
melakukan pengawasan yang sangat hati-hati terhadap laporan keuangan mereka tidak
memberikan petunjuk perusahaan mana yang memiliki alternatif investasi yang lebih
baik, karena laporan keuangan mereka menunjukkan kemiripan antara perusahaan.
Bagaimanakah potensial investor yang menekankan pada prospek masa depan
perusahaan ini menginformasikan keputusan investasi mereka?

3
Akuntansi Keperilakuan: Ekstensi yang logis dari Peran Tradisional AKuntansi

Bisnis press saat ini memungkinkan informasi keperilakuan menjadi informasi yang
relevan bagi pembuat keputusan. Majalah-majalah bisnis sudah banyak menyediakan informasi
tentang filosofi manajerial untuk beberapa perusahaan, moral dari manajer tingkat menengah,
kesuksesan dari pendekatan inovatif manajemen maupun operasi, dan juga pengaruh aktifitas
manajerial dan menunjukkan beberapa topik seperti operasi, pendapatan, negosiasi pekerja, dan
perilaku pekerja. Bisnis press juga melaporkan implikasi fenomena keperilakuan terhadap
kesuksesan organisasi pada masa yang akan datang.

Hal yang diperdebatkan mengenai informasi keperilakuan adalah akan ada banyak profesi
yang mengklaim bahwa mengukur dan melaporkan fenomena keperilakuan adalah domain
mereka, seperti sosiologi dan psikologi industry. Tetapi akuntan tetap mengklaim bahwa dalam
menginvestigasi fenomena keperilakuan masih merupakan dasar alamiah akuntansi. Hal ini
dikarenakan akuntan mengetahui informasi yang dibutuhkan oleh internal dan eksternal organisasi
terutama data keuangan yang relevan untuk pengambilan keputusan. Dalam memperdalam
kualifikasi, akuntan harus dilatih untuk memperdalam dan memahami keperilakuan sehingga
memiliki pengetahuan tentang ilmu keperilakuan, dan mengetahui potensi maupun keterbatasan
penerapan ilmu keperilakuan pada praktek akuntansi, dan mampu untuk membuat riset yang
berkualitas.

Perkembangan Akuntansi Keperilakuan

 1950an, Profesi akuntansi mulai tertarik dengan aspek keperilakuan dan mulai
mengembangkannya.
 Juni 1951, Controllorship Foundation of America mensponsori penelitian tentang
pengaruh anggaran terhadap individu
 1953, Terbit artikel berjudul Masalah individu dengan anggaran, Harvard Business Review
 Awal 1960an sampai 1980an, artikel mengenai keperilakuan bertambah dan terbit pada
jurnal akuntansi professional.
 1976, Jurnal Accounting, Organizations, dan Society dibentuk sebagai outlet untuk riset
akademik yang berhubungan dengan keperilakuan. Beberapa tahun sebelumnya, penelitian

4
mengenai akuntansi keperilakuan diakui Jurnal American Accounting Association dan
Behavioral Research in Accounting.

5
CHAPTER II

A SURVEY OF BEHAVIORAL SCIENCE

KONSEP DAN PERSPEKTIF

RUANG LINGKUP DAN TUJUAN DARI ILMU KEPERILAKUAN

Pada tahun 1971 dalam laporannya, the American Accounting Association’s Committee
dalam konten Ilmu Keperilakuan dari kurikulum akuntansi yang disusun, mengembangkan sebuah
definisi mengenai ruang lingkup “ilmu keperilakuan” sebagai berikut:

 Ilmu keperilakuan meliputi setiap bidang penyelidikan yang mempelajari, dengan metode
eksperimental dan observasional, perilaku manusia dalam lingkungan fisik dan social
 Untuk dapat dianggap sebagai bagian dari ilmu keperilakuan, penelitian harus memenuhi
dua kriteria dasar. Pertama, harus berhubungan dengan perilaku manusia. Baik itu
persamaan maupun perbedaan dan konsekuensi atas perilaku manusia tersebut. Kedua,
penelitian harus diselesaikan dengan cara ilmiah.
 Tujuan dari ilmu keperilakuan adalah untuk memahami, menjelaskan dan memprediksi
perilaku manusia.. untuk memunculkan suatu generalisasi atas perilaku manusia. Ilmu
keperilakuan merepresentasikan observasi sistematis atas perilaku manusia dengan tujuan
untuk mengkonfirmasi secara eksperimental hipotesis atas perubahan perilaku.

Bernard Berelson dan GA Steiner mendefinisikan ilmu keperilakuan sebagai penelitian


ilmiah yang berhubungan langsung dengan perilaku manusia. Ilmu keperilakuan merupakan “sisi
manusia” dari ilmu social. Ilmu social meliputi disiplin antropologi, ekonomi, sejarah, ilmu politik,
psikologi, dan sosiologi. Ilmu keperilakuan termasuk psikologi, sosiologi, aspek perilaku
ekonomi, politik dan antropologi.

RUANG LINGKUP DAN TUJUAN AKUNTANSI KEPERILAKUAN

Akuntan keperilakuan berfokus pada hubungan antara perilaku manusia dan system
akuntansi. Mereka menyadari bahwa proses akuntansi melibatkan ringkasan sejumlah besar
peristiwa ekonomi yang merupakan hasil dari perilaku manusia dan bahwa pengukuran akuntansi

6
sendiri merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku, yang pada gilirannya nanti akan
menentukan peristiwa-peristiwa ekonomi.

Akuntan keperilakuan harus mengingat bahwa kegiatan mereka diperlukan untuk


kelangsungan hidup organisasi dan perilaku mereka di tempat kerja berpengaruh terhadap system
akuntansi. Laporan akuntansi menunjukkan kinerja karyawan. Akuntan keperilakuan juga
menyadari bahwa mereka dapat merancang system informasi untuk mempengaruhi motivasi,
moral dan produktivitas karyawan. Akuntan keperilakuan percaya bahwa tujuan utama dari
laporan akuntansi adalah untuk mempengaruhi perilaku untuk memotivasi tindakan yang
diinginkan. Misalnya sebuah perusahaan mungkin telah berhasil dalam memenuhi anggaran
karena orang-orang bekerja dengan kerjasama yang tinggi.

Keterkaitan antara pengukuran akuntansi dan perilaku telah menghasilkan modifikasi atas
definisi akuntansi konvensional. Dalam buku teks keuangannya tahun 1986, Prof. Belverd E
Needles, Jr menelusuri evolusi definisi akuntansi dari pembukuan sampai definisi akuntansi yang
modern yaitu pengkomunikasian informasi ekonomi untuk pengambilan keputusan. Needles
menyimpulkan bahwa “aktivitas bisnis adalah input dari system akuntansi dan informasi yang
berguna untuk pengambilan keputusan adalah outputnya.”

ILMU KEPERILAKUAN DAN AKUNTANSI KEPERILAKUAN: PERSAMAAN DAN


PERBEDAAN

Ilmu keperilakuan berfokus pada penjelasan dan prediksi atas perilaku manusia. Akuntansi
keperilakuan berfokus pada hubungan antara perilaku manusia dengan akuntansi. Akuntan
keperilakuan bertanya; “apa pengaruh proses akuntansi terhadap perilaku individu dan kolektif,
dan apa pengaruh perilaku manusia terhadap proses akuntansi?” Akuntan keperilakuan juga
tertarik pada bagaimana pengaruh tersebut mampu diubah oleh perubahan dalam akuntansi dan
bagaimana laporan akuntansi dan prosedur yang digunakan efektif untuk membantu individu
mencapai tujuan organisasi.

Dalam sifatnya, akuntansi keperilakuan seperti induknya-akuntansi-dalam praktik dan


penerapannya. Menggunakan hasil penelitian dari induk ilmu keperilakuan yang lainnya untuk
menjelaskan dan memprediksi perilaku manusia. Akuntansi selalu menggunakan konsep, prinsip,
dan pendekatan dari disiplin lain untuk meningkatkan utilitas. Misalnya, akuntansi meminjam

7
bebas dari ekonomi, matematika, statistik, dan rekayasa informasi. Oleh karena itu, akuntansi juga
dimungkinkan meminjam dari ilmu keperilakuan. Sebuah pertanyaan yang wajar pada saat ini
adalah: apakah akuntan keperilakuan dalam kenyataannya seorang ilmuwan keperilakuan terapan?
Memang benar bahwa ada tumpang tindih di beberapa aspek pekerjaan akuntan keperilakuan dan
ilmuan keperilakuan. Kedua kelompok menggunakan prinsip sosiologis atau psikologis untuk
menilai dan menyelesaikan masalah organisasi. Aspek tertentu dari sosiologi organisasi, psikologi
industri, teori peran, atau teori pembelajaran akan menarik perhatian baik akuntan keperilakuan
dan ilmuwan keperilakuan terapan.

Namun, terdapat perbedaan yang signifikan antara akuntan keperilakuan dengan ilmuwan
keperilakuan terapan yaitu mengenai tujuan mereka, fokus, pendidikan, keahlian dan fungsi.
Secara garis besar perbedaan tersebut nampak dalam table 2.1

Perbedaan Akuntan Keperilakuan Ilmuwan Keperilakuan


Terapan
Lingkup keahlian Utamanya Akuntansi; Utamanya ilmu social;
pengetahuan dasar ilmu tidak ada pengetahuan
sosial tentang akuntansi
Kemampuan untuk merancang dan Bukan elemen utama Elemen utama dalam
melaksanakan proyek penelitian dalam pelatihan pelatihan
perilaku
Pengetahuan dan pemahaman tentang Elemen utama dalam Bukan elemen utama
cara kerja organisasi bisnis pada pelatihan dalam pelatihan
umumnya dan sistem akuntansi pada
khususnya
Orientasi Profesional Ilmuwan
Pendekatan terhadap masalah Practical Teori dan practical
Fungsi Melayani klien; penasehat Mengembangkan ilmu
bagi manajemen dan memecahkan
masalah

8
Ketertarikan dalam ilmu keperilakuan Terbatas hanya pada Terbatas pada
lingkup akuntansi subdisiplin dalam ilmu
perilaku

PERSPEKTIF DALAM PERILAKU MANUSIA; PSIKOLOGI, SOSIOLOGI DAN


PSIKOLOGI SOSIAL

Tiga bidang yang paling berpengaruh dalam ilmu keperilakuan adalah psikologi, sosiologi
dan psikologi social. Psikologi mempelajari bagaimana individual berperilaku. Fokusnya adalah
pada tindakan orang ketika mereka menanggapi rangsangan lingkungan dan perilaku manusia yang
dijelaskan dalam hal ciri-ciri individu, dorongan dan motif. Sosiologi dan psikologi social berfokus
pada perilaku kelompok atau social. Interaksi antar manusia, hubungan social, pengaruh social dan
dinamika kelompok

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia dikelompokkan menjadi 3 kategori


utama: struktur karakter, struktur social dan dinamika kelompok. Struktur karakter mengacu pada
ciri-ciri kepribadian, kebiasaan dan pola perilaku individu. Psikologi umumnya terkait dengan
studi mengenai hal ini. Struktur social mengacu pada setiap system hubungan antar manusia
termasuk ekonomi, politik, militer dan kerangka kelembagaan yang mendefiniskan perilaku yang
dapat diterima, perilaku control dan pelestarian tatanan social.

Psikologi social terlibat dalam dinamika kelompok. Hal ini mengacu pada perkembangan
interaksi manusia, proses dan hasil atas interaksi tersebut. Misalnya dalam menjelaskan perilaku
individu dalam perusahaan psikolog akan berfokus pada individu dengan ciri kepribadian mereka,
kecemasan, harapan dan motivasi, sementara sosiolog dan psikolog social akan fokus pada struktur
social, keanggotaan kelompok, norma-norma peran dan pola komunikasi.

PENGARUH ORGANISASI TERHADAP PERILAKU

Orang bekerja dalam batas-batas organisasi. Perilaku mereka dipengaruhi oleh banyak
faktor termasuk ukuran dan struktur organisasi. Manajemen memiliki gaya kepemimpinan,
hubungan wewenang dan tanggung jawab, norma-norma kelompok yang juga mempengaruhi
perilaku dan fungsi organisasi.

9
Setiap posisi dalam organisasi ditempati dengan tugas dan tanggung jawab yang jelas.
Pemisahan tugas akan jelas. Struktur kantor yang mengikuti prinsip hirarki, bahwa terdapat atasan
yang bertanggung jawab atas perilaku bawahannya. Hubungan social dalam hirarki organisasi
membentuk suatu otorisasi. Kewenangan masing-masing struktur atau jabatan sudah dijelaskan
dengan jelas, hubungan posisi atasan dan bawahan diterapkan sebagai sarana control dan otoritas.
Dengan demikian pembangkangan tindakan bawahan terhadap atasan merupakan hal yang tidak
dapat ditoleransi. Hal inilah yang dikatakan bahwa organisasi dapat mempengaruhi perilaku.

TEORI PERAN

Peran dapat didefinisikan sebagai bagian seseorang dalam interaksi mereka dengan orang
lain. Peran sosial mendefinisikan hak, tugas, kewajiban, dan perilaku yang tepat dari orang yang
memegang posisi tertentu dalam konteks sosial tertentu. Dalam kelompok atau organisasi formal,
peran secara eksplisit didefinisikan, biasanya dalam panduan organisasi atau kumpulan peraturan.

Orang-orang memiliki banyak peran dan identitas, tergantung pada situasi di mana mereka
sedang berada. Peran wakil presiden keuangan di kantor mungkin akan berbeda di rumah atau di
masyarakat. Konflik peran terjadi ketika seseorang memiliki harapan perilaku yang saling
bertentangan. Sebagai contoh supervisor pabrik yang harus dekat dengan karyawan pabrik juga
merupakan angota manajemen yang harus bertindak sesuai dengan arahan manajemen. Kegagalan
untuk melaksanakan komponen perilaku peran sosial tidak ditoleransi. Sanksi, atau hukuman,
diterapkan kepada mereka yang melanggar pola perilaku yang di harapkan. Dengan demikian, kita
dapat melihat kekuatan-kekuatan sosial yang menentukan perilaku. Salah satu aspek penting dari
teori peran adalah mengidentifikasi perilaku yang diberikan secara sosial dan berkelanjutan.

STRUKTUR SOSIAL

Studi sistematis terhadap perilaku manusia bergantung pada dua fakta: pertama, bahwa
orang-orang bertindak dalam pola yang teratur dan berulang; kedua, bahwa orang-orang bukanlah
makhluk yang terisolasi, tetapi bahwa mereka berinteraksi dengan orang lain. Misalnya, sebagai
orang Amerika kita berjabat tangan dengan kenalan baru; dalam budaya lain berupa ucapan
mungkin berbeda. Struktur sosial merujuk pada hubungan berpola antara berbagai subsistem sosial
dan individu yang memungkinkan fungsi masyarakat, organisasi sosial, atau kelompok sosial.

10
BUDAYA

Budaya adalah cara hidup masyarakat. Masyarakat tidak bisa ada tanpa budaya, dan budaya
tidak bisa ada di luar masyarakat. Budaya, atau cara hidup, termasuk sistem umum kepercayaan,
mode yang sesuai atau diharapkan perilaku atau pemikiran, dan cara-cara mendirikan melakukan
sesuatu. Budaya mempengaruhi pola teratur perilaku manusia karena mendefinisikan perilaku
yang tepat untuk situasi tertentu.

The Idealistic versus Materialistic Framework

Kerangka idealis mengemukakan bahwa norma-norma atau perilaku budaya dapat


dijelaskan dalam ide-ide dan nilai-nilai masyarakat. Misalnya, masyarakat teologis akan memiliki
nilai yang berbeda daripada masyarakat sekuler. Dalam karya besar, The Protestant Ethic and the
Spirit of Capitalism, Max Weber berpendapat bahwa nilai-nilai yang melekat dalam reformasi
Protestan yang diperlukan untuk perkembangan kapitalisme. Artinya, sistem kepercayaan
Protestan menekankan pentingnya kerja keras, menjelaskan mengapa beberapa orang berhasil dan
orang lain gagal, dibenarkan peran pengusaha, dan ditempatkan kemiskinan dalam konteks
tertentu. Perbedaan dalam nilai-nilai akan membuat perbedaan dalam motivasi seseorang dan
perilaku akhir mereka.

Berbeda dengan kerangka idealis, kerangka materialistik didukung oleh Karl Marx
berpendapat bahwa ide-ide bukanlah penyebab utama dari perilaku. Sebaliknya, ide-ide tergantung
pada basis ekonomi dan tidak ada hubungan masyarakat untuk itu. Mereka percaya bahwa jenis
tertentu dari sistem ekonomi akan menciptakan sebuah ideologi untuk membenarkan itu. Misalnya,
struktur ekonomi feodal akan menciptakan sebuah sistem nilai yang membenarkan feodalisme,
dan ekonomi kapitalis akan menciptakan sebuah ideologi untuk membenarkan hal itu.

The Interactionist Framework

Kerangka interaksi simbolik memegang sebuah keyakinan bahwa makna dan "realitas"
secara sosial ditentukan melalui proses orang berinteraksi satu sama lain, mencapai definisi situasi
sosial, dan secara kolektif menyetujui "what is". Dalam interaksi simbolik, orang terlibat dalam
perilaku berpikiran. Dalam pendekatan ini, perilaku adalah hasil dari negosiasi melalui interaksi.
Interaksi adalah suatu proses, dan palung itu, identitas yang dinegosiasikan antara pihak

11
berinteraksi, dan hak-hak dan kewajiban saling didefinisikan. Kerangka kerja Lainnya Perilaku
juga dapat dijelaskan dalam hal sikap, motivasi, persepsi, pembelajaran, dan kepribadian.

12
CHAPTER III

KONSEP PRILAKU DARI ASPEK PISIKOLOGI DAN SOSIAL PSIKOLOGI

Terdapat faktor –faktor yang berkaitan dengan aspek psikologi dan sosial psikologi. Faktor
tersebut antara lain: sikap dan perubahan sikap, motivasi, persepsi, pembelajaran dan personalitas.

SIKAP

Sikap merupakan kecenderungan yang berasal dari proses belajar untuk dapat merespon
secara konsisten baik dengan cara yang disukai (favorable) ataupun tidak disukai (unfavorable)
terhadap manusia, objek, ide, ataupun situasi. Perlu diperhatikan bahwa sikap merupakan
kecenderungan seseorang untuk merespon bukan respon itu sendiri. Perlu diingat bahwa sikap
bukanlah perilaku, keduanya berbeda. Sikap lebih mewakili kesiapan seseorang untuk bertindak
dan berperilaku.

Sikap berasal dari proses belajar, dibentuk dengan baik dan sulit untuk diubah. Seseorang
dapat membentuk sikap dari pengalaman pribadi, orang tua, teman sebaya ataupun kelompok
sosial. Setelah telah dipelajari, sikap akan menjadi bagian dari keperibadian seseorang. Jika sikap
terjadi dalam waktu yang lama dan konsisten maka sikap tersebut dapat membentuk prilaku.

Akuntan keperilakuan membutuhkan pengetahuan mengenai sikap untuk memahami dan


meramalkan prilaku seseorang. Akuntansi keperilakuan juga berfungsi dalam memahami sikap
pekerja terhadap kebijakan dan kompensasi yang diusulkan, sikap auditor internal terhadap
pengenalan software baru dan juga untuk memahami sikap konsumen terhadap perubahan
kemasan produk.

Komponen Sikap

Sikap terdiri dari tiga komponen antara lain: 1) Komponen Kognitif. Komponen kognitif
terbentuk dari gagasan, persepsi dan kepercayaan yang dimiliki terhadap suatu objek sikap. Hal
ini juga mengacu pada informasi yang memiliki objek sikap dan stereotip atau generalisais yang
mungkin dibuat; 2) Komponen Emosional atau Afektif. Komponen emosional atau efektif
mengacu pada perasaan terhadap sikap suatu objek sikap. Perasaan positif meliputi rasa suka,
respek atau empati. Perasaan negatif meliputi perasaan tidak suka, takut dan juga benci; 3)

13
Komponen Keperilakuan. Komponen keperilakuan berkaitan dengan bagaimana reaksi seseorang
terhadap objek sikap.

Kepercayaan, Opini, Nilai, dan Kebiasaan

Kepercayaan, pendapat, nilai dan kebiasaan merupakan konsep yang sangat berhubungan
dengan sikap. Secara luas, kepercayaan dapat didefinisikan sebagai komponen kognitif dari sikap.
Kepercayaan dapat didasarkan oleh adanya bukti ilmiah, prasangka dan juga intuisi. Meskipun
kepercayaan tersebut sesuai dengan kenyataan atau tidak dengan kenyataan, tidak akan
memengaruhi potensi kepercayaan untuk membentuk sikap dan prilaku. Tidak perlu adanya
kesesuaian antara kepercayaan, sikap dan prilaku dasar.

Opini lebih dipandang sebagai konsep yang terbatas dibandingkan sikap. Seperti halnya
kepercayaan, pendapat berhubungan dengan komponen kognitif suatu sikap dan memberi
perhatian utama mengenai bagaimana seseorang menilai suatu obyek. Pendapat ditentukan melalui
sebuah proses intelektual, meskipun terkadang tidak selalu didasarkan pada pembuktian yang kuat.

Nilai merupakan tujuan hidup dan perilaku yang penting. Nilai adalah landasan dasar yang
menjadi orientasi untuk seseorang mencapai tujuan yang lebih tinggi dan nilai dapat digunakan
oleh seseorang untuk membedakan mana yang baik dan bermanfaat serta mana yang jelek dan
tidak sopan. Sikap dan perilaku dipengaruhi oleh nilai, karena pada dasarnya nilai merupakan
bagian yang paling penting dalam pembentukan sikap. Nilai lebih umum dibandingkan sikap.
Sementara sikap berhubungan dengan obyek spesifik seperti kebijakan perusahaan, orang, atau
situasi, nilai tidak berhubungan pada obyek tunggak manapun. Contohnya: hubungan seseorang
yang memiliki persamaan nilai pencapaian akan tetapi dengan situasi kerja dimana manajer
cenderung memberikan pengahargaan dan memberikan promosi pada bawahan yang biasa saja
dibandingkan bawahan yang jelas memiliki kompetensi lebih. Seseorang itu mungkin akan
memeiliki sikap negatif pada pekerjaannya, dan menunjukkan prilaku kinerja yang buruk, serta
produktifitas kinerjanya akan menurun. Tanda tersebut tampak merepresentasikan dirinya tidak
menyukai pekerjaannya. Nilai memiliki inti yang sangat positif terhadap pekerjaan. Meskipun
kondisi dapat membentuk sikap negatif terhadap situasi kerja yang berkaitan. Kebiasaan
dilakukan dibawah alam sadar, otomatis dan selalu berulang. Kebiasaan berbeda dari sikap, dan
sikap bukanlah prilaku.

14
Fungsi Sikap

Terdapat emapt fungsi utama dari sikap, antara lain:

Understanding. Fungsi understanding atau pemahaman membantu seseorang untuk


memberikan arti atau memberikan makna bagi situasi atau kejadian baru. Sikap membolehkan
seseorang untuk menganalisis situasi baru dengan cepat tanpa perlu mengumpulkan informasi
yang relevan mengenai situasi tersebut.

Need Satisfaction. Fungsi need Satisfaction atau pemenuhan kebutuhan berarti seseorang
memiliki kecenderngan untuk membentuk sikap positif terhadap objek yang memenuhi kebutuhan,
dan seseorang akan bersikap negatif ketika dihadapkan oleh objek yang dapat menghalangi
kebutuhannya.

Ego Defense. Fungsi Ego Defanse mempertahankan diri yang dimaksud berarti sikap dapat
dikembangkan atau diubah untuk melindungi dirinya dari kepercayaan dasar mengenai mereka
atau dunia (untuk menyetakan dirinya benar).

Value Expression. Seseorang akan mengekspresikan diri mereka sesuai kepuasan yang
mereka terima. Sikap akan memberitahu siapakah seseorang itu dan untuk apa orang tersebut ada.

Pembentukan dan Perubahan Sikap

Pembentukan sikap mengacu pada pengembangan objek yang tidak pernah ada dan tidak
pernah terjadi sebelumnya. Sedangkan perubahan sikap merujuk pada pergantian sikap yang baru
untuk suatu objek yang pernah ada ataupun pernah terjadi sebelumnya.

Sikap trebentuk atas dasar adanya faktor psikologis, personal dan sosial. Faktor psikologi
akan membentuk kecenderungan terhadap pengembangan sikap. Contohnya: faktor genetik dapat
memengaruhi level agresive seseorang, yang mana pada gilirannya dapat memberikan efek pada
pembentukan sikap terhadap seseorang, pekerjaan dan kerjasama.

Cara paling pokok dalam membentuk sikap adalah berdasarkan pada pengalaman langsung
dengan objek baik pengalaman menyenangkan ataupun tidak menyenangkan. Pengalaman
traumatis dan pengembangan stereotif merupakan contoh dari faktor yang memengaruhi
pembentukan sikap. Kekuatan sosial yang dapat memengaruhi pembentukan sikap antara lain:
orang tua dan teman sebaya, pengaruh sekolah, kelompok dan media masa.

15
Seringkali manajer memiliki keterkaitan dengan perubahan sikap seseorang untuk mendapatkan
sikap yang sangat diinginkan. Terdapat beberapa teori yang dapat merubah sikap seseorang.

Teori Mengenai Perubahan Sikap

 Stimulus- Response and Reinforcement Theories


Teori ini menjelaskan bahwa sikap terfokus pada bagaimana seseorang merespon stimulus
tertentu. Respon tersebut biasanya akan berulang jika seseorang merasakan manfaat dan
diuntungkan. Teori ini memberikan perhatian lebih pada komponen stimulus dibandingkan
responnya. Contohnya: pesan persuasif sering digunakan sebagai stimulus untuk
mengubah sikap seseorang
 Social Judgement Theory
Teori ini menjelaskan bahwa perubahan prilaku merupakan hasil perubahan dari
bagaimana seseorang memandang suatu objek daripada perubahan kepercayaan mengenai
objek itu sendiri. Teori ini juga memandang jika seseorang dapat membuat perubahan kecil
pada sikap individu apabila seseorang tersebut memehami struktur orang tersebut
sebelumnya dan jika kita membuat perubahan dengan melakukan sedikit pengancaman
pada orang tersebut. Asumsi dasar yang digunakan adalah bahwa usaha untuk membuat
perubahan besar pada sikap tentunya akan mengalami kegagalan karena banyaknya
perubahan tidak sesuai untuk subjeknya. Tetapi jika perubahan kecil pada sikap maka
memungkinkan kita memahami batasan perubahan yang bisa diterima.
 Consistency and Dissconance Theories
Beberapa teori perubahan sikap menganggap pentingnya sebuah gagasan dan kepercayaan
seseorang. Teori ini memiliki pandangan bahwa perubahan sikap adalah proses rasional
dan kognitif bagi seseorang. Ketika diketahui terdapat ketidakkonsistenan antara sikap dan
prilaku, maka seseorang tersebut akan termotivasi untuk memperbaiki ketidakkonsistenan
dengan cara mengubah sikap dan prilakunya. Asumsi dasar yang digunakan dalam teori ini
adalah seseorang tidak menolerir adanya ketidakkonsistenan.
Consistency theory akan menganggap ahwa hubungan antara sikap dan prilaku
dalamkeadaan yang seimbang jika tidak terdapat tekanan kognitif dalam sistem. Teori ini
menekankan pada hubungan antara elemen kognitif. Ketidakseseuaian akan memotivasi
seseorang untuk mengurangi ketidak sesuaian tersebut. Asumsi yang digunakan adalah

16
ketidaksesuaian secara psikologis merupakan sesuatu yang tidak menyenangkan sehingga
cenderung untuk menghindarinya dengan mengeleminasi ketidak sesuaian tersebut.
Dengan demikian elemen ketidaksesuaian akan berkurang.
 Self Perception Theory
Teori ini menganggap bahwa seseorang dalam mengembangkan sikap didasari mengenai
bagimana mereka mengamati dan mengartikan prilaku mereka senidiri. Dengan kata lain,
teori ini menyatakan bahwa prilaku tidak ditentukan oleh sikap, tapi beranggapan bahwa
sikap akan terbentuk setelah prilaku terjadi. Dengan demikian dapat diartikan bahwa
sikap akan konsisten dengan prilaku. Sikap akan berubah setelah prilaku berubah.

MOTIVASI

Motivasi adalah kunci untuk memprakarsai, mengendalikan, meneruskan dan


mengarahkan prilaku. Motivasi adalah konsep penting untuk akuntansi keperilakuan, dimana
efektifitas perusahaan tergantung pada kinerja yang diharapkan. Manajer dan akuntan
keperilakuan harus dapat memotivasi pekerja untuk melakukan pekerjaannya sesuai dengan level
yang diharapkan sehingga nantinya tujaun organsiasi akan tercapai. Untuk memicu adanya
motivasi perlu adanya motif. Motif adalah proses tunggal untuk mencapai motivasi.

 Teori Kebutuhan.
Hirarki kebutuhan Maslow merupakan salah satu teori motivasi yang sangat terkenal.
Teori ini menggap bahwa seseorang termotivasi oleh keinginannya untuk memenuhi
kelompok urutan hirarki kebutuhan, seperti kebutuhan fisiologi dasar (makan udara
seksual); kebutuhan merasa aman (keamanan fisik dan fisiologi); kebutuhan sosial dan
belongingness (persahabtan dan cinta); kebutuhan untuk di beri penghargaan (kohormatan
diri, pengakuan, kekuasaan dan status); serta kebutuhan aktualisasi diri.
Teori Maslow menjelaskan bahwa seseorang memenuhi kebutuhannya mulai dari
kebutuhan yang lebih rendah, maka kebutuhan diurutan selanjutnya menjadi penting untuk
mengarahkan prilaku. Ketika seseorang merasa kebutuhannya telah terpenuhi maka sudah
tidak bisa menjadi motivasi lagi.
Konsep hirarki tidak didukung dengan baik oleh penlitian empiris. Hal tersebut karena di
U.S. telah terpenuhi kebutuhan dasarnya, banyak yang bertanya mengenai gagasan

17
pemisahan struktur kebutuhan manusia yang kompleks kedalam runtutan hirarki dan teori
ini tidak memperbolehkan adanya prediksi terhadap prilaku.
Disamping kelemahan tersebut, teori kebutuhan Maslow sangat penting untuk manajer dan
akuntan keperilakuan ketahui karena perhatian utamanya pada kebutuhan individu dan
mengakui bahwa insentif yang sama mungkin tidak dapat memenuhi kebutuhan setiap
orang.
Konsep ERG. Konsep ini merupakan perbaikan dari hirarki kebutuhan. Peneliti
mengemukakan terdapat 3 kategori kebutuhan, yaitu existance (keinginan fisik dan
materi); relatedness (persahabatan dan belongging); dan growth (pengembangan diri dan
self-fulfillment). Konsep yang ditawarkan dalam ERG berbeda dengan hirarki Maslow.
ERG tidak menggunakan urutan kebutuhan. Dengan demikian meskipun kebutuhan telah
terpenuhi namun masih bisa dijadikan motivator yang dominan.
Teori kebutuhan atas pencapaian (Mc Clelland). Teori ini menganggap bahwa semua
motif termasuk kebutuhan dan penghargaan dipelajari. Waktu yang tepat untuk
membangun motif ini adalah saat masa anak-anak ketika masih memungkinkan
mempelajari struktur. Dengan demikian anak-anak tersebut akan meningkatkan
harapannya dan membangun kebiasaan untuk mencapai harapan tersebut.
Teori kebutuhan dua faktor (Hezberg). Teori ini berfokus pada dua hasil set yang akan
diperoleh dari kerja yang berhubungan dengan kepuasan kerja (motivator) dan dengan
ketidakpuasan kerja (faktor hygine). Motivator berkaitan dengan kepuasan dari pekerjaan
seperti promosi, pengakuan, tanggung jawab, pekerjaan itu sendiri dan potensi untuk
aktualisasi diri. Faktor hygine berkaitan dengan keadaan atau suasana kerja, lingkungan
kerja, keamanan kerja, gaji, kebijakan perusahaan, kondisi kerja dan hubungan antara
anggota ditempat kerja. Teori ini menganggap bahwa motivator berhubungan dengan
kepuasan kerja tapi tidak berkaitan dengan ketidakpuasan kerja. Faktor hygine berkaitan
dengan ketidakpuasan kerja tetapi tidak berhubungan dengan kepuasan kerja. Dengan
demikian, karyawan akan termotivasi dengan hal-hal seperti penghargaan dan promosi di
perusahaan. Namun kenaikan gaji tidak akan memotivasi seseorang, tetapi hanya untuk
mencegah terjadinya ketidakpuasan kerja.

18
 Teori Ekspektasi
Teori ekspektasi berasumsi bahwa level motivasi untuk melakukan suatu pekerjaan
bergantung pada kepercayaan mengenai struktur hasil yang diperoleh dari pekerjaan
tersebut atau dapat dikatakan bahwa motivasi terjadi ketika seseorang mengharapkan untuk
memeroleh hasil nyata dari pekerjaan yang dilakukan.
Motivasi secara umum merupakan hasil dari ekspektasi, alat bantu dan valensi. Ekspektasi
berkaitan dengan kemungkinan yang dirasakan jika tindakan spesifik akan menghasilkan
hasil yang spesifik juga. Valensi adalah kekuatan dan keinginan seseorang untuk
memeroleh penghasilan yang nyata. Sedangkan alat bantu merupakan efek yang dihasilkan
dari suatu penghasilan terhadap pengahsilan dimasa mendatang.
Teori ekpektasi ini membedakan antara pengahargaan intrinsik dengan ekstrinsik.
Pengahargaan intrinsik berasal dari dalam diri dan dihasilkan melalui pekerjaaan itu sendiri
yang terdiri dari perasaan berprestasi yang mungkin didapatkan dari melakukan pekerjaan
dengan baik atau perasaan puas yang didapatkan ketika suatu proyek dapat diselesaikan
dengan sukses. Penghargaan ekstrinsik berupa gaji, penghargaan, keamanan kerja dan
promosi. Teori ini berasumsi bahwa motivasi adalah fungsi dari pengahrgaan intrinsik dan
ekstrinsik.
PERSEPSI
Persepsi adalah bagaimana seseorang melihat atau menginterpretasikan suatu kejadian,
objek, dan juga manusia. Seseorang melakukan sesuatu berdasarkan pada persepsi persepsi mereka
tanpa menghiraukan apakah persepsi tersebut menggambarkan realita yang sebenarnya. Definisi
persepsi adalah proses memilih, mengadakan dan menginterpretasikan stimulus sehingga menjadi
gambaran yang berarti dan logis mengenai dunia.
Manajer dan akuntan keperilakuan perlu memahami persepsi karena persepsi yang
nantinya kan membentuk gagasan dan sikap yang dapat memengaruhi prilaku. Jika pekerja yang
memiliki potensial yang baik merasa kebijakan promosi dan kompensasi itu wajar, maka dirinya
akan senang bergabung dengan perusahaan dan menjadi karyawan yang terpuaskan. Namun jika
kebijakan dirasakan tidak adil oleh karyawan tersebut maka karyawan yang memiliki potensi yang
baik akan bergabung dengan perusahaan lainnya atau tetap bergabung pada perusahaan namun
kinerjanya kurang optimal.

19
 Rangsangan psikis Vs Kecenderungan Individu

Stimulus psikis adalah masukan sensor mentah seperi pengelihatan, suara dan juga
sentuhan. Sedangkan kecenderung individu berfungsi berbeda, terutama karena adanya
perbedaan kecenderungan. Jadi satu kebijakan perusahaan maka akan dirasakan berbeda
bagi pekerja produksi, manjemen menengah dan manajemen puncak.Terdapat empat faktor
yang berhunungan dengan kecenderungan individu yaitu famiiarity, feelings, importance
dan emotions.

Familiarity, pada umumnya seseorang akan menerima dengan cepat objek yang
dikenal dibandingkan pada objek yang tidak dikenal. Feeling (perasaan) terhadap objek
yang nantinya akan menimbulkan adanya persepsi. Importance, semakin penting
seseorang atau suatu objek maka semakin banyak informasi yang dicari. Emitions pada
akhirnya menyebabkan persepsi. Namun persepsi juga bergantung pada keadaan seorang
apakah dirinya sedang mengalami hari yang baik atau hari yang buruk ataukah dirinya
dalam keadaan senang atau dalam keadaan depresi.

 Seleksi, Organisasi dan Interpretasi Stimulus

Persepsi merupakan proses dimana seseorang memilih, mengorganisasikan, dan


menginterpretasikan stimulus. Kita hanya dapat merasakan sedikit dari keseluruhan
stimulus untuk kita pilih dan kemudina kita tunjukkan. Jadi secara sengaja ataupun tidak
sengaja kita akan memilih sesuai dengan apa yang dirasakan. Sehingga kita berkonsentrasi
untuk mengambil beberapa pilihan dan mengabaikan yang lain. Apa yang kita pilih
tergantung pada sifat dasar stimulus, harapan dan motif kita. Sifat dasar stimulus seperti
keadaan fisik, desain, stimulus lain yang berbeda dan nama brandig. Sedangkan harapan
berdasarkan pada pengalaman serta kondisi kita sebelumnya yang pernah dirasakan.

Seseorang akan mencari stimulus yang simpatik dan menyenangkan dan


menjauhi stimulus yang menyiksa dan mengancam. Maka seseorang itu akan menghapus
informasi yang tidak konsisten dengan kepercayaan yang ada untuk melindungi dirinya
dari stimulus yang terlalu banyak.

Seseorang akan mengatur stimulus kedalam kelompok dan menjadikannya


menjadi satu kesatuan yang utuh. Jika informasi kurang lengkap maka seseorang tersebut

20
akan mengisi kekurang tersebut dan selanjutnya akan bersikap seolah mereka terlah
mendapatkan informasi yang lengkap. Penliaian persepsi bergantung pada pengalaman
sebelumnya dan anggota kelompok sosial. Jika stimulus yang diterima terasa ambigu maka
orang akan akan mengartikannya secara konsisten sesuai dengan kebutuhan, kesukaan dan
sikap mereka.

Persepsi berubah berdasarkan steorotip yang diterima, informasi yang handal dan
sumber yang terpercaya, tergantung pada kesan pertama dan menuju pada kesimpulan.
Persepsi mungkin akan berubah karena adanya kesalahan logis pada kesan utama mengenai
seseorang jika hanya didasarkan oleh karakteristik yang diketahui. Kesalahan logis
berhubungan dengan efek helo, dimana kita dapat mengeneralkan satu set yang berkualitas.
Pertahanan perseptual muncul karena seseorang tidak menginginkan untuk melakukan
kesalahan terhadap persepsinya. Pertahanan seseorang akan mengabaikan atau bahkan
menghapus informasi yang menyebabkan timbulnya pertanyaan dan persepsi yang ada.

Relevansi Persepsi Untuk Seorang Akuntan

Akuntan keperilakuan dapat menerapkan pengetahuan persepsi ke banyak aktivitas


organisasi.contohnya mengevaluasi kinerja, prilaku yang dimiliki oleh seseorang dinilai yang
dapat berefek pada keakuratan persepsi supervisor. Kesalahan atau bias dapat menghasilkan
kinerja yang baik menjadi terhalang, dan merasa tidak puas, dan pada akhirnya meninggalkan
perusahaan. Oleh karena itu supervisor harus mengatur memahami perasaan bawahan yang dapat
memberikan pengaruh pada evaluasi mereka dan dapat berhati-hati terhadap bias persepsi.
Biasanya, perbedaan persepsi dapat menyebabkan masalah komunikasi dalam perusahaan.
Persepsi yang salah juga memicu ketegangan pada hubungan interpersonal ditengah kerja.

PEMBELAJARAN

Cara berfikir dan prilaku yang dibawa seseorang merefleksikan pengalaman, persepsi dan
motivasi pribadi. Pola pribadi seperti itu tidak sesuai untuk perusahaan. Untuk itu akuntan
keperilakuan harus memahami prinsip-prinsip teori pembelajaran untuk memperbaiki persepsi
pekerja dan memodifikasi prilaku yang tidak sesuai.

Pembelajaran merupakan proses yang harus dijalani agar suatu prilaku baru dapat dibentuk.
Pembelajaran terjadi sebagai hasil dari motivasi, pengalaman dan pengulangan respon terhadap

21
stimulus ataupun situasi yang nyata. Kombinasi danri motivasi, pengalaman dan pengulangan
dapat tejadi dalam dua bentuk yaitu kondisi klasik dan kondisi operan.

 Kondisi klasik (Pavlov’s Dog)

Pavlov megemukakan bahwa anjing akan meneteskan air liur tidak hanya ketika
diletakkan makanan pada moncongnya, tetapi juga saat anjing melihat makanan. Makanan
adalah stimulus yang tidak dikondisikan yang menyebabkan prilaku refleks terjadi.

Dalam eksperimen yang dilakukanoleh Palov, palov membunyikan bel terlebih dahulu
kemudian memberi makan anjing tersebut. Saat pertama kali, anjing hanya mengeluarkan air
liur ketika makanan disajikan. Tetapi setelah percobaan diulang untuk kedua kalinya, ankung
mengeluarkan air liur saat bel di bunyikan. Dalam eksperimen tersebut, suara bel merupakan
stimulus diikuti oleh respon yang tidak dapat dikondisikan. Respon tersebut merupakan
sesuatu yang tidak dipelajari. Hubungan antara stimulus dengan respon yang tidak dapat
dikondisikan disebut sebagai kondisi klasik.

 Kondisi Operan

Dalam kondisi operan, respon akan membawa kepada reward. Prinsip pembelajaran
telah diaplikasikan pada tujuan beberapa perusahaan. Penguatan dan timbal balik positif dalam
bentuk pengakuan, bonus dan penghargaan lain telah digunakan untuk meningkatkan
produktivitas, mengurangi pergantian dan mangkir dan membuat pekerja menjadi lebih
merespon terhadap kebutuhan konsumen.

Akuntan keperilakuan dan manajer harus memeriksa kebijakan dan prosedur


perusahaan yang ditentukan oleh penghargaan dan punishment yang siap digunakan untuk
mendorong prilaku yang diinginkan.

KEPRIBADIAN

Kepribadian berhubungan dengan karakteristik psikologi yang mengukur dan


merefleksikan bagaimana seseorang merespon lingkungannya. Kepribadian cenderung konsisten
dan berlangsung terus menerus. Bagaimanapun juga, kepribadian dapat berubah. Kejadian penting
dalam hidup bisa mengubah kepribadian.akuntan keperilakuan dapat melakukan kesepakatan

22
secara efektifan dengan seseorang jika mereka memahami bagaimana kepribadian dikembangkan
dan bagaimana hal tersebut dapat berubah.

Aplikasi utama dalam teori kepribadian dalam perushaan adalah untuk memprediksi
prilaku. Pengujian kepribadian dalam perushaan dapat menilai siapa yang bekerja efektif dalam
pekerjaan yang penuh tekanan, siapa yang merespon kritik dengan baik, sipa yang harus dipuji
terlebih dahulu sebelum diberi tahu mengenai prilaku yang mungkin tidak diinginkan, sipa yang
berpotensi menjadi pemimpin, siapa yang suka bekerja dilingkungan kerja yang mendukung, siapa
yang suka tantangan dan lain-lain.

23
Sumber:

Siegel, Gary and Helene Ramanuskas – Marconi. 2000. Behavioral Accounting, Cincinnati: South
– Western Publishing Co.

24

Anda mungkin juga menyukai