Anda di halaman 1dari 2

Seorang ahli intuisi, Daniel Kahneman, Ph. D, menyatakan ada 2 (dua) sistem berpikir.

Sistem yang
pertama adalah sistem berpikir cepat, sedangkan sistem kedua adalah sistem berpikir lambat yang
dipengaruhi oleh data-data. Sebagian besar orang lebih memilih memutuskan berdasarkan data
daripada menggunakan intuisi. Menurutnya, intuisi adalah pengetahuan kita terhadap jawaban yang
benar dan segala sesuatu tanpa melakukan sejumlah analisis lebih lanjut.

Intuisi sering diremehkan dan tidak dijadikan sebagai metode dalam decision making yang utama.
Padahal, intuisi seringkali benar jika diterapkan pada lingkungan yang stabil, teratur dan mudah
diprediksi. Intuisi dapat digunakan sebelum memutuskan perlu atau tidaknya penggunaan data sebelum
membuat sebuah keputusan, khususnya ketika melihat tren dan segmentasi dari berbagai kelas.

Pengambilan Keputusan Berdasarkan Intuisi yaitu Pengambilan keputusan yang berdasarkan perasaan
hati yang seringkali bersifat subyektif. Pengambilan keputusan yang berdasarkan intuisi membutuhkan
waktu yang singkat, untuk masalah-masalah yang dampaknya terbatas, pada umumnya pengambilan
keputusan yang bersifat intuitif akan memberikan kepuasan sepihak dan bersifat perasaan.

Pengambilan keputusan secara intuitif merupakan pengambilan keputusan yang didasarkan pada intuisi
atau perasaan dan naluri yang dihasilkan dari serangkaian proses pengalaman. Pengambilan keputusan
secara intuisi seringkali terjadi karena kurang lengkapnya informasi yang diterima oleh si pengambil
keputusan.

Pengambilan keputusan dengan mendasarkan kepada intuisi bukanlah sebuah kondisi yang klenik atau
mistis, atau sebuah produk pengambilan keputusan yang magis dan mengandalkan indera ke enam.
Intuisi adalah sebuah hal yang sangat kompleks dan lebih merupakan hasil dari proses pengalaman dan
pembelajaran yang telah berlangsung cukup lama.

Dalam proses pengambilan keputusan yang rasional diasumsikan bahwa si pengambilan keputusan
memiliki informasi yang lengkap untuk mengambil keputusan. Padahal situasinya mungkin tidak selalu
ideal seperti itu. Karenanya kebanyakan kita sering melakukan penilaian untuk kemudian mengambil
keputusan yang dapat diterima (acceptable) dan masuk akal (reasonable). Dalam kondisi ini, intuisi bisa
melengkapi proses pengambilan keputusan secara rasional dengan menggunakan pengalaman-
pengalaman atas kondisi yang sama yang pernah terjadi sebelumnya.

3. Aspek keperilakuan berperan penting dalam pelaksanaan audit partisipatif. Hal ini bertujuan agar
terbebas dari segala bentuk intervensi atau tekanan dari pihak manapun.Adapun aspek keperilakuan
yang diperlukan auditor internal agar mampu melaksanakanaudit partisipatif dengan baik adalah
sebagai berikut:a.
IntegritasSeorang auditor harus memiliki integritas yang tinggi. Hal ini penting untukmembangun
kepercayaan terhadap auditor internal, sehingga dapat memberikankeyakinan atas penilaian yang
dilakukan. Dengan integritas yang tinggi dapatmenumbuhkan sikap seorang karyawan untuk jujur dan
berterus terang tanpa adasesuatu yang harus ditutup-tutupi atas segala informasi yang diketahuinya b.

IndependenSeorang auditor harus menjunjung tinggi independensi. Dalam hal ini artinyaauditor tidak
mudah terpengaruh oleh orang lain dalam pelaksanaan auditnya.Sehingga apa yang dihasilkan
merupakan suatu hasil yang benar-benar sesuai opiniauditor dan akurat tanpa intervensi atau tekanan
dari pihak manapunc.

ObjektivitasDalam mengumpulkan, mengevaluasi, dan mengkomunikasikan informasi auditormenilai


secara seimbang atas semua keadaan dan tidak depengaruhi olehkepentingan pribadi.d.

Berkompeten

Seorang auditor harus berkompeten dalam artian auditor memeliki pengetahuanyang baik dibidangnya
sehingga auditor dapat secara professional menyelesaikantugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya

Jawaban:

Metode yang terbaik dan paling sering digunakan dalam pendekatan keperilakuan adalah metode
kompromi, jika perbedaan masih dapat di kompromikan. Metode terbaik lainnya yaitu mediasi. Mediasi
merupakan jenis metode kompromi dengan pengecualian bahwa mediasi yang menggunakan sseorang
juri cenderung memegang teguh kepentingan-kepentingan organisasi. Pada metode arbitrasi, ketika
terjadi suatu konflik muncullah kelompok ketiga yang menjadi suatu harapan penyelesaian konflik dalam
organisais tersebut.

Anda mungkin juga menyukai