Anda di halaman 1dari 5

Faktor – Faktor Penentu Pengambilan Keputusan dalam upaya

meningkatkan Usaha mebel PT. D’sign

Mahasiswi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Narotama Surabaya


WULAN PRIMA

ABSTRAK
Tujuan yang hendak dicapai, baik tujuan perorangan, tujuan unit (kesatuan), tujuan
organisasi, maupun tujuan usaha, pada umumnya telah tertentu atau telah ditentukan. Tujuan
yang ditentukan dalam pengambilan keputusan merupakan tujuan antara atau objektif.

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
PT. D’sign Furniture adalah perusahan yang bergerak di bidang bisnis interior, furniture
dan design yang didirikan sejak tahun 1985 di kota surabaya, memiliki banyak
pengalaman dan inovasi baru dalam berbagai design produk yang berhubungaan dengan
peerlengkapan rumah (Home Furnishing) dan konsumen bisa melakukan pemesanan
produk sesuai design dan keinginan sendiri ( Custom ) sehingga menjadi produk barang
jadi furniture yang mempunyai nilai tambah dan manfaat yang lebih tinggi. Industri
furniture di Indonesia tersebar hampir di seluruh propinsi furniture.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja faktor-faktor penentu dalam pengambilan keputusan di PT. Dsign Furniture
2. Bagaimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi peningkatan penjualan di PT. D’sign
Furniture ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui faktor-faktor penentu dalam pengambilan keputusan di PT. D’sign
Furniture.
2. Mengetahui faktor faktor tersebut mempengaruhi peningkatan penjualan di PT.
D’sign Furniture.

TUJUAN PUSTAKA
Bab ini membahas mengenai teori-teori yang berkaitan dengan interior, furniture dan design
di PT. D’sign Furniture, Jenis-jenis pengambilan keputusan dan Faktor-faktor yang
mempengaruhi pengambilan keputusan

Jenis-jenis pengambilan keputusan


Berikut ini beberapa macam pengambilan keputusan dalam berorganisasi berdasarkan
jenisnya, diantaranya :
1. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Intuisi
Keputusan yang diambil berdasarkan intuisi atau perasaan lebih bersifat subjektif yaitu
mudah terkena sugesti, pengaruh luar, dan faktor kejiwaan lain. Pengambilan keputusan yang
berdasarkan intuisi membutuhkan waktu yang singkat Untuk masalah-masalah yang
dampaknya terbatas, pada umumnya pengambilan keputusan yang bersifat intuitif akan
memberikan kepuasan. Akan tetapi, pengambilan keputusan ini sulit diukur kebenarannya
karena kesulitan mencari pembandingnya dengan kata lain hal ini diakibatkan pengambilan
keputusan intuitif hanya diambil oleh satu pihak saja sehingga hal-hal yang lain sering
diabaikan.
2. Pengambilan Keputusan Rasional
Keputusan yang bersifat rasional berkaitan dengan daya guna. Masalah – masalah yang
dihadapi merupakan masalah yang memerlukan pemecahan rasional. Keputusan yang dibuat
berdasarkan pertimbangan rasional lebih bersifat objektif. Dalam masyarakat, keputusan yang
rasional dapat diukur apabila kepuasan optimal masyarakat dapat terlaksana dalam batas-
batas nilai masyarakat yang di akui saat itu.
3. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Fakta
Ada yang berpendapat bahwa sebaiknya pengambilan keputusan didukung oleh
sejumlah fakta yang memadai. Sebenarnya istilah fakta perlu dikaitkan dengan istilah data
dan informasi. Kumpulan fakta yang telah dikelompokkan secara sistematis dinamakan data.
Sedangkan informasi adalah hasil pengolahan dari data. Dengan demikinan, data harus diolah
lebih dulu menjadi informasi yang kemudian dijadikan dasar pengambilan
keputusan. Keputusan yang berdasarkan sejumlah fakta, data atau informasi yang cukup itu
memang merupakan keputusan yang baik dan solid, namun untuk mendapatkan informasi
yang cukup itu sangat sulit.
4. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Pengalaman
Sering kali terjadi bahwa sebelum mengambil keputusan, pimpinan mengingat-ingat
apakah kasus seperti ini sebelumnya pernah terjadi. Pengingatan semacam itu biasanya
ditelusuri melalui arsip-arsip penhambilan keputusan yang berupa dokumentasi pengalaman-
pengalaman masa lampau. Jika ternyata permasalahan tersebut pernah terjadi sebelumnya,
maka pimpinan tinggal melihat apakah permasalahan tersebut sama atau tidak dengan situasi
dan kondisi saat ini. Jika masih sama kemudian dapat menerapkan cara yang sebelumnya itu
untuk mengatasi masalah yang timbul. Dalam hal tersebut, pengalaman memang dapat
dijadikan pedoman dalam menyelesaikan masalah. Keputusan yang berdasarkan pengalaman
sangat bermanfaat bagi pengetahuan praktis.
5. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Wewenang
Banyak sekali keputusan yang diambil karena wewenang (authority) yang dimiliki.
Setiap orang yang menjadi pimpinan organisasi mempunyai tugas dan wewenang untuk
mengambil keputusan dalam rangka menjalankan kegiatan demi tercapainya tujuan
organisasi yang efektif dan efisien. Keputusan yang berdasarkan pada wewenang semata akan
menimbulkan sifat rutin dan mengasosiasikan dengan praktik dictatorial. Keputusan
berdasarkan wewenang kadangkala oleh pembuat keputusan sering melewati permasahan
yang seharusnya dipecahkan justru menjadi kabur atau kurang jelas.
Secara umum jenis pengambilan keputusan dapat dikategorikan dalam dua bentuk,
yakni keputusan terprogram dan keputusan tidak terprogram.[5]
1. Keputusan terprogram
Keputusan terprogram adalah tindakan menjatuhkan pilihan yang berlangsung berulang
kali dan diambil secara rutin dalam organisasi. Keputusan terprogram biasanya menyangkut
pemecahan masalah-masalah yang sifatnya teknis serta tidak memerlukan pengarahan dari
tingkat manajemen yang lebih tinggi.
2. Keputusan tidak terprogram
Keputusan tidak terprogram muncul sebagai akibat dari suatu situasi di mana ada suatu
kemendesakan untuk segera mengambil tindakan dan memecahkan masalah yang timbul.
Biasanya keputusan ini bersifat repetitif, tidak terstruktur dan sukar mengenali bentuk,
hakekat dan dampaknya.
Proses pengambilan keputusan
Proses pengambilan keputusan didefinisikan sebagai langkah yang diambil oleh
pembuat keputusan untuk memilih alternatif yang tersedia. Adapun langkah sistematis yang
harus dilakukan dalam proses pengambilan keputusan adalah sebgai berikut :
1. Mengidentifikasi atau mengenali masalah yang dihadapi
2. Mencari alternatif perusahaan bagi masalah yang dihadapi
3. Memilih alternatif yang paling efisien dan efektif untuk memecahkan masalah
4. Melaksanakan alternatif tersebut
5. Mengevaluasi apakah alternatif yang dilaksanakan berhasil dan sesuai dengan yang
diharapkan.
Langkah proses pengambilan keputusan ada 5, yaitu identifikasi masalah, mencari
alternatif pemecahan, pelaksanaan alternatif, dan evaluasi. Berikut ini merupakan penjabaran
proses pengambilan keputusan.[6]
1. Pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan pada dasarnya adalah proses pemecahan masalah yang
menghalangi atau menghambat tercapainya tujuan. Agar masalah dapat dipecahkan, terlebih
dahulu harus dikenali apa masalahnya.
2. Mencari alternatif pemecahan
Setelah masalh dikenali maka dapat dilakukan pencarian terhadap alternatif-alrternatif
yang mungkin dapat memecahkan masalah yang dihadapi. Dalam mencari alternatif
hendaknya tidak mamikirkan masalah efisiensi dan efektifitas. Ynag terpenting adalah
mengumpulkan sebanyak-banyaknya alternatif. Setelah alternatif terkumpul, barulah disusun
berurutan dari yang paling diinginkan sampai yang tidak diinginkan.
3. Memilih alternatif
Setelah alternatif tersusun, barulah dapat dilakukan pilihan alternatif yang dapat
memberikan manfaat, dalam arti dapat memecahkan masalah dengan cara yang paling efektif
dan efisien. Sebelum menjatuhkan pilihan pada sebuah alternatif, ajukan pertanyaan untuk
tiap-tiap alternatif.
4. Pelaksanaan alternatif
Setelah alternatif dipilih, tibalah saatnya melaksanakannya ke dalam bentuk tindakan.
pelaksanaan harus sesuai denga rencana, agar tujuan memecahkan masalh dapat tercapai.
5. Evaluasi
Setelah alternatif dilaksanakan, bukan berarti proses pengambilan keputusan telah
selesai. Pelaksanaan alternatif harus terus diamati, apakah berjalan sesuai dengan yang
diharapkan. Bila langkah-langkah pelaksanaan telah dilakukan dengan benar tetapi hasil yang
dicapai tidak maksimal, sudah waktunya untuk mempertimbangkan kembali pemilihan
alternatif lainnya. Tidak maksimalnya hasil yang dicapai mungkin terjadi karena pengaruh
negatif potensial benar-benar terjadi, atau mungkin pengaruh negatif yang tadinya tidak
diperkirakan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang dalam melakukan pengambilan
keputusan. Secara garis besar, ada dua faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan,
yaitu:
1. Faktor dari dalam
Menurut Noorderhaven, faktor-faktor dari dalam diri individu yang dapat
mempengaruhi pengambilan keputusan antara lain adalah kematangan emosi, kepribadian,
intuisi, umur.[7] Sedangkan Cervone dalam penelitiannya menemukan bahwa suasana hati
yang positif dapat meningkatkan kecepatan dan efisiensi pengambilan keputusan. [8]
Esensi dari sebuah pengambilan keputusan adalah proses penentuan pilihan. Secara
alami, manusia akan diperhadapkan kepada berbagai pilihan dan secara alami juga ia dilatih
mengambil keputusan dari pilihan-pilihan hidup yang dialaminya. Oleh karena itu
sesungguhnya manusia akan terus menerus menentukan pilihan hidup dari waktu ke waktu
sampai akhir kehidupan. Proses inilah yang disebut dengan pengambilan keputusan.[9]
2. Faktor dari luar diri individu.
Menurut Millet dalam bukunya Hasan, faktor-faktor yang berpengaruh dalam
pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:[10]
a) Pria dan wanita
b) Peranan pengambil keputusan
c) Keterbatasan kemampuan
Perlu didasari adanya kemampuan yang terbatas dalam pengambilan keputusan yang
dapat bersifat institusional ataupun bersifast pribadi. Penelitian lain yang dilakukan oleh
Baradell & Klein menyatakan bahwa peristiwa-peristiwa hidup yang tidak menyenangkan
berhubungan dengan rendahnya kualitas pengambilan keputusan.[11]
Menurut Terry (1989), Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pengambilan
keputusan yaitu :[12]
a) Hal-hal yang berwujud maupun yang tidak berwujud, yang emosional maupun yang rasional
perlu diperhitungkan dalam pengambilan keputusan.
b) Setiap keputusan harus dapat dijadikan bahan untuk mencapai tujuan organisasi.
c) Setiap keputusan jangan berorientasi pada kepentingan pribadi, tetapi harus lebih
mementingkan kepentingan organisasi.
d) Jarang sekali pilihan yang memuaskan, oleh karena itu buatlah altenatif-alternatif tandingan.
e) Pengambilan keputusan merupakan tindakan mental dari tindakan ini harus diubah menjadi
tindakan fisik.
f) Pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan waktu yang cukup lama.
g) Diperlukan pengambilan keputusan yang praktis untuk mendapatkan hasil yang lebih baik
h) Setiap keputusan hendaknya dilembagakan agar diketahui keputusan itu benar.
i) Setiap keputusan merupakan tindakan permulaan dari serangkaian kegiatan mata rantai
berikutnya
BAB III
KESIMPULAN

Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :


1. Pengambilan keputusan merupakan aktivitas yang sangat menentukan dalam suatu
organisasi. Pengambilan keputusan merupakan esensi/inti dari kepemimpinan. Seorang
pemimpin disebut pemimpin apabila dapat dan mampu mengambil keputusan. Dalam
kepemimpinan dikenal gaya-gaya kepemimpinan. Salah satu di antaranya adalah
kepemimpinan partisipatif. Kepemimpinan partisipatif mengandaikan adanya kondisi
pemimpin memberikan ruang yang luas pada keterlibatan yang utuh dan mendalam dari
seluruh pimpinan dan anggota organisasi untuk ikut serta dalam pengambilan keputusan
2. Jenis-jenis pengambilan keputusan
 Pengambilan Keputusan Berdasarkan Intuisi
 Pengambilan Keputusan Rasional
 Pengambilan Keputusan Berdasarkan Fakta
 Pengambilan Keputusan Berdasarkan Pengalaman
 Pengambilan Keputusan Berdasarkan Wewenang
3. Proses pengambilan keputusan
 Mengidentifikasi atau mengenali masalah yang dihadapi
 Mencari alternatif perusahaan bagi masalah yang dihadapi
 Memilih alternatif yang paling efisien dan efektif untuk memecahkan masalah
 Melaksanakan alternatif tersebut
 Mengevaluasi apakah alternatif yang dilaksanakan berhasil dan sesuai dengan yang
diharapkan.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan
 Faktor dari dalam
 Faktor dari luar diri individu.

DAFTAR PUSTAKA

Baradell, J.G., dan Klein, K. “Relationship of Life Stress and Body Consciousnessti Hypervigilant
Decision Making”. Journal of Personality and Social Psychology, 1993, hal. 63
Gibson, Ivancevich, Donnelly, Organisasi,Perilaku, Struktur dan Proses, Jilid II edisi kelima, University
Of Kentucky dan University of Houston, 1991, (penerjemah: Savitri Soekrisno & Agus
Dharma) Jakarta: Erlangga, 1997
Hasan, I., 2002, Pokok-pokok Materi Teori Pengambilan Keputusan, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002
Noorderhaven, Neil G, Strategic Decision Making, Singapore, Addision Wesley, 1995
Pervin, L.A., Cervone, D., John, O.P., Personality: Theory and Research. Hoboken, NJ: Wiley, 1991
Salusu, J., Pengambilan Keputusan Stratejik, Untuk Organisasi Publik dan Organisasi
Nonprofit, Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 1996
Sharf, Richard, Applying Career Develovment Theory to Counseling, California, Brook Cole Publishing
Company, 1992
Siagian, S.P. , Teori dan Praktek Pengambilan Keputusan, Jakarta: CV Haji Masagung,1993
http://taufanabdulaziz.blogspot.co.id/2015/04/faktor-yang-mempengaruhi-pengambilan.html
http://khaizankahfi96.blogspot.co.id/2015/05/pengambilan-keputusan-dalam-organisasi.html
http://nikotrileksono.tumblr.com/post/47086072101/pengambilan-keputusan-dalam-organisasi

Anda mungkin juga menyukai