Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENGAMBILAN KEPUTUSAN MANAJEMEN

DISUSUN OLEH KELOMPOK E:

Firanti Muslimah (90400121017)

Anggriani Ahmad (90400121018)

Alfina Afriani (90400121022)

Rezekiah Nur Mulia (90400121029)

Miftahul Khaerah Alwi (90400121031)

DOSEN PENGAMPU: Farid Fajrin, M. Acc

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

TAHUN 2021/2022
PEMBAHASAN

A. Definisi Pengambilan Keputusan Manajemen

Kehidupan manajer dipenuhi dengan serangkaian pembuatan


keputusan. Kegiatan ini memainkan peranan penting, karena kualitas
keputusan manajer akan menentukan efektifitas rencana yang disusun.
Pengambilan keputusan (Decision making) adalah melakukan penilaian dan
menjatuhkan pilihan. Keputusan ini diambil setelah melalui beberapa
perhitungan dan pertimbangan alternatif. Sebelum pilihan dijatuhkan, ada
beberapa tahap yang mungkin akan dilalui oleh pembuat keputusan. Tahapan
tersebut bisa saja meliputi identifikasi masalah utama, menyusun alternatif
yang akan dipilih dan sampai pada pengambilan keputusan yang terbaik.

Secara umum, definisi pengambilan keputusan telah dikemukakan oleh


beberapa ahli diantaranya sebagai berikut :

a. George Robert Terry, mengemukakan bahwa pengambilan keputusan


sebagai pemilihan yang didasarkan kriteria tertentu atas dua atau lebih
alternatif yang ada.
b. Claude S. Goerge, Jr, mengemukakan bahwa proses pengambilan keputusan
itu dikerjakan oleh kebanyakan manajer berupa suatu kesadaran, kegiatan
pemikiran yang termasuk dalam pertimbangan, penilaian
dan pemilihan diantara sejumlah alternatif.
c. Horold dan Cyril ODonnell, mengatakan bahwa pengambilan keputusan
adalah pemilihan diantara alternatif mengenai suatu cara bertindak yaitu inti
dari perencanaan, suatu rencana tidak dapat dikatakan ada jika tidak ada
keputusan, suatu sumber yang dapat dipercaya, petunjuk atau reputasi yang
telah dibuat.
d. P. Siagian, Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan sistematis
terhadap suatu masalah, pengumpulan fakta dan data, penelitian yang
matang atas alternatif dan tindakan.
e. Menurut James A.F. Stoner, pengambilan keputusan adalah proses yang
digunakan untuk memilih suatu tindakan sebagai cara pemecahan masalah.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengambilan


keputusan adalah suatu proses pemilihan alternatif terbaik dari beberapa
alternatif secara sistematis untuk ditindak lanjuti (digunakan) sebagai suatu
cara pemecahan masalah.

B. Tujuan Pengambilan Keputusan Manajemen

1. Tujuan yang bersifat tunggal

Tujuan pengambilan keputusan yang bersifat tunggal yaitu terjadi


apabila dalam keputusan yang dihasilkan hanya menyangkut satu masalah,
yang artinya bahwa sekali diputuskan, tidak ada kaitannya dengan masalah
lain.

2. Tujuan yang bersifat ganda


Tujuan pengambilan keputusan yang bersifat ganda yaitu terjadi jika
keputusan yang dihasilkan itu menyangkut lebih dari satu masalah, yang
artinya keputusan yang diambil itu sekaligus memecahkan dua (atau lebih)
masalah yang sifatnya kontradiktif atau yang sifatnya tidak kontradiktif.

C. Fungsi Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan sebagai suatu kelanjutan dari cara pemecahan


masalah memiliki fungsi antara lain :

1. Awal dari semua aktivitas manusia yang sadar dan terarah, baik secara
individual maupun secara kelompok, baik secara institusional maupun
secara organisasional.
2. Sesuatu yang bersifat futuristik, artinya bersangkut  paut dengan hari
depan, masa yang akan datang, dimana efeknya atau
pengaruhnya berlangsung cukup lama.

D. Unsur Pengambilan Keputusan


1. Tujuan dari pengambilan keputusan
2. Identifikasi alternatif keputusan yang memecahkan suatu
permasalahan
3. Perhitungan tentang suatu faktor-faktor yang tidak diketahui
sebelumnya
4. Sarana dan perlengkapan untuk mengevaluasi suatu hasil dari
pengambilan keputusan

E. Macam- macam Keputusan Manajemen

Menurut Herbert Simon secara umum membedakan antara tiga jenis


keputusan, yaitu: Keputusan yang terprogram (programmed decision),
Keputusan setengah terprogram (half-programmed decision), Keputusan yang
tidak terprogram (non-programmed decision).

1. Keputusan terprogram/ keputusan terstruktur

Keputusan terprogram/terstruktur merupakan keputusan yang


dilaksanakan berulang-ulang dan rutin,. Keputusan terstruktur terjadi dan
dilakukan terutama pada manjemen tingkat bawah.

Contoh : Manajer produksi dari PT. XYZ selalu melakukan kegiatan


rutin di setiap awal bulan, yaitu dengan melakukan pembelian bahan baku
untuk persediaan.

2. Keputusan setengah terprogram/setengah terstruktur

Keputusan setengah terprogram/setengah terstruktur merupakan


keputusan yang sebagian dapat diprogram, sebagian berulang-ulang dan rutin
dan sebagian tidak terstruktur. Keputusan ini bersifat rumit dan membutuhkan
perhitungan-perhitungan serta analisis yang terperinci.

Contoh: Pak Darwin adalah seorang Menajer Keuangan pada PT. Arta.
Pekerjaan pada devisi keuangan mengharuskan Pak Darwin harus cermat
dalam menginvestasikan serta mengolah keuangan pada PT.Arta. Pada saat itu
diharuskan penggantian mesin di pabrik dan harus menghitung dengan cermat
sebelum melakukan investasi pada mesin yang akan dibeli agar investasi yang
dilakukan tidak merugikan perusahaan. Maka Pak Darwin harus melakukan
keputusan untuk menginvestasikan keuangan perusahaan secara cermat.

3. Keputusan tidak terprogram/tidak terstruktur

Keputusan tidak terprogram/tidak terstruktur merupakan keputusan


yang tidak terjadi berulang-ulang dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya.
Keputusan ini terjadi di manajemen tingkat atas. Informasi untuk pengambilan
keputusan ini, tidak mudah untuk didapatkan dan biasanya berasal dari
lingkungan luar. Pengalaman manajer merupakan hal yang sangat penting di
dalam pengambilan keputusan ini.

Contoh: Pak Andre adalah seorang Presiden Direktur PT. Angkasa. Ia


harus selalu bisa mengambil keputusan dengan cepat demi kelangsungan
perusahaannya. Pengambilan keputusan yang dia ambil berdasarkan informasi
pasar harus selalu ia ketahui. Misalnya, harga saham yang selalu berubah. Dia
harus bisa menyesuaikan keuangan perusahaan agar harga saham
perusahaan pada bursa efek bisa selalu stabil.

F. Metode Pengambilan Keputusan

Dalam proses pengambilan keputusan ada beberapa metode yang


sering di gunakan oleh para pemimpin, yaitu :

1. Kewenangan Tanpa Diskusi (Authority Rule Without Discussion)


Metode pengambilan keputusan ini seringkali digunakan oleh para
pemimpin otokratik atau dalam kepemimpinan militer. Metode ini memiliki
beberapa keuntungan, yaitu cepat, dalam arti ketika organisasi tidak
mempunyai waktu yang cukup untuk memutuskan apa yang harus dilakukan.

Selain itu, metode ini dapat diterima jika pengambilan keputusan yang
dilaksanakan berkaitan dengan persoalan-persoalan rutin yang tidak
mempersyaratkan diskusi untuk mendapatkan persetujuan para anggotanya.
Namun demikian, jika metode pengambilan keputusan ini terlalu sering
digunakan, ia akan menimbulkan persoalan-persoalan, seperti munculnya
ketidakpercayaan para anggota organisasi terhadap keputusan yang ditentukan
pimpinannya, karena mereka kurang bahkan tidak dilibatkan dalam proses
pengambilan keputusan.

Pengambilan keputusan akan memiliki kualitas yang lebih bermakna,


apabila dibuat secara bersama-sama dengan melibatkan seluruh anggota
kelompok,daripada keputusan yang diambil secara individual.

2. Pendapat Ahli (expert opinion)

Kadang-kadang seorang anggota organisasi oleh anggota lainnya diberi


predikat sebagai ahli (expert), sehingga memungkinkannya memiliki kekuatan
dan kekuasaan untuk membuat keputusan. Metode pengambilan keputusan ini
akan bekerja dengan baik, apabila seorang anggota organisasi yang dianggap
ahli tersebut memang benar-benar tidak diragukan lagi kemampuannya dalam
hal tertentu oleh anggota lainnya.

Dalam banyak kasus, persoalan orang yang dianggap ahli tersebut


bukanlah masalah yang sederhana, karena sangat sulit menentukan indikator
yang dapat mengukur orang yang dianggap ahli (superior).

Ada yang berpendapat bahwa orang yang ahli adalah orang yang
memiliki kualitas terbaik untuk membuat keputusan, namun sebaliknya tidak
sedikit pula orang yang tidak setuju dengan ukuran tersebut. Karenanya,
menentukan apakah seseorang dalam kelompok benar-benar ahli adalah
persoalan yang rumit.

3. Kewenangan Setelah Diskusi (authority rule after discussion)

Sifat otokratik dalam pengambilan keputusan ini lebih sedikit apabila


dibandingkan dengan metode yang pertama. Karena metode authority rule
after discussion ini pertimbangkan pendapat atau opini lebih dari satu anggota
organisasi dalam proses pengambilan keputusan.

Dengan demikian, keputusan yang diambil melalui metode ini akan


mengingkatkan kualitas dan tanggung jawab para anggotanya disamping juga
munculnya aspek kecepatan (quickness) dalam pengambilan keputusan
sebagai hasil dari usaha menghindari proses diskusi yang terlalu meluas.
Dengan perkataan lain, pendapat anggota organisasi sangat diperhatikan dalam
proses pembuatan keputusan, namun perilaku otokratik dari pimpinan,
kelompok masih berpengaruh.

Metode pengambilan keputusan ini juga mempunyai kelemahan, yaitu


pada anggota organisasi akan bersaing untukmempengaruhi pengambil atau
pembuat keputusan. Artinya bagaimana para anggota organisasi yang
mengemukakan pendapatnya dalam proses pengambilan keputusan, berusaha
mempengaruhi pimpinan kelompok bahwa pendapatnya yang perlu
diperhatikan dan dipertimbangkan.

G. Karakteristik Proses Pengambilan Keputusan yang Efektif :

1.Fokus pada hal yang penting

2.Logis dan konsisten


3.Mengakui pemikiran subyektif dan obyektif dan mengkombinasikan
pemikiran analitis dan intuitif

4.Membutuhkan sebanyak mungkin informasi dan analisis untuk


menyelesaikan dilema yang terjadi.

H. Proses Pengambilan Keputusan

Sekalipun tidak mudah untuk mengambil keputusan dalam berbagai


kondisi yang dihadapi, tetapi keputusan tetap harus diambil dalam setiap
kegiatan yang dilakukan organisasi, terutama dalam organisasi bisnis. Karena
setiap keputusan memiliki dampak pada waktu yang akan mendatang, oleh
karena itu keputusan yang diambil harus dapat diterima secara rasional,
dimana keputusan yang diambil harus berdasarkan informasi yang akurat,
tepat dan lengkap.

Menurut James L. Gibson, dkk mengemukakan proses pengambilan


keputusan seluruhnya terdiri atas enam tahapan. Apabila ditetapkan kebijakan
untuk menangani masalah yang identik, maka manajer tidak dituntut untuk
mengembangkan dan mengevaluasi setiap munculnya masalah.

 Tahap 1 : Identifikasi Masalah

Tahap ini meliputi kegiatan pengambilan informasi, proses informasi,


dan pertimbangan yang mendalam. Organisasi dapat diukur dengan
perbedaan antara tingkat hasil yang diharapkan pada perumusan tujuan dan
sasaran dengan hasil yang dicapai sesungguhnya.

Beberapa indikator lain yang dapat membantu dalam melihat


permasalahan organisasi adalah sebagai berikut:

1. Penyimpangan kinerja

Indikator ini muncul apabila terjadi sebuah perubahan secara tiba -


tiba pada beberapa pola kinerja yang telah ditetapkan. Contohnya,
meningkatnya perputaran karyawan, banyaknya produk yan rusak.
2. Kritikan orang lain.

Berbagai tindakan orang diluar organisasi bisa menjadi pentujuk


adanya masalah. Pelanggan mungkin tidak puas dengan sebuah produk yang
dikomsumsi, pemerintah memberikan tindakan hukum, dan serikat buruh
yang mungkin memberikan keluhannya.

Lingkungan dapat memberi informasi masalah melalui berbagai cara.


Contohnya, jika pesaing sukses dalam meluncurkan produk baru yang
menjadi pesaing produk organisasi, maka timbul suatu masalah.

3. Mengelompokkan dan mengidentifikasi masalah yang dihadapi

Adapun tipe –  tipe masalah dikelompokkan sebagai berikut:

a. Masalah terstruktur dan tidak terstruktur

Masalah – masalah terstruktur merupakan masalah pada umumnya,


terus terang dan jelas dalam hal informasi yang membutuhkan untuk
menyelesaikannya.

Sebagai contoh, masalah – masalah pribadi biasanya terjadi ketika


pembuatan keputusan kenaikan gaji, promosi permintaan liburan, dan
sebagainya.

Masalah tidak terstruktur (unstructured problems) merupakan


masalah yang membingungkan dan memiliki informasi yang terbatas
dalam situasi yang baru atau tidak terduga.

Contohnya, perusahaan dihadapi pada problem dimana unit


bisnisnya terpaksa dijual karena hilangnya pelanggan.

b. Menghadapi krisis

Suatu masalah krisis merupakan masalah yang tidak terduga dan


dapat menghancurkan jika tidak tertangani dengan cepat dan tepat. Para
manajer menghadapi persoalan krisis multi dimensi dan
mereka mengantisipasi krisis – krisis itu dengan berbagai cara, misalnya
dengan membentuk sistemi formasi krisis.

 Tahap 2 : Mengembangkan alternatif pemecahan.

Pengembangan alternatif merupakan proses pencarian dimana


lingkungan intern dan ekstern yang relevan dari organisasi diperiksa untuk
memberikan informasi yang dapat dikembangkan menjadi alternatif. Namun
demikian, manajer harus ingat akan beberapa keterbatasan dalam setiap
alternatif, misalnya keterbatasan dalam masalah hukum, etika, peraturan
yang ada.

 Tahap 3 : Evaluasi alternatif pemecahan

Pada situasi yang lain, manajemen lebih sering menghadapi situasi


dengan kepastian yang tinggi. Dalam hal ini tidak mudah memperkirakan
konsekuensi dari keputusan. Situasi resiko dengan tidak pasti berada diantara
dari ekstern tersebut. Oleh karena itu hubungan antara alternatif keluaran
didasarkan pada tiga kondisi tersebut, yakni kondisi kepastian, kondisi
berisiko, dan kondisi ketidakpastian.

 Tahap 4 : Memilih alternatif

Tujuan pemilihan alternaif adalah memecahkan masalah agar dapat


mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Walaupun
manajer memilih alternatif dengan harapan mencapai sasaran, tetapi memilih
tersebut seharusnya tidak dipandang sebagai suatu aktifitas yang mandiri.

 Tahap 5 : Implementasi keputusan

Implementasi mencakup pencapaian keputusan itu kepada


orang – orang yang terkait dan mendapatkan komitmen mereka pada
keputusan tersebut. Oleh karena itu pekerjaan manajer tidak hanya terbatas
pada keterampilan memilih pemecahan yang baik, akan tetapi meliputi juga
pengetahuan dan keterampilan yang perlu untuk melaksanakan pemecahan
masalah tersebut menjadi perilaku dalam organisasi.

 Tahap 6 : Evaluasi dan pengendalian

Tahap terakhir adalah monitor dan evaluasi. Tahap ini dilaksanakan


untuk memastikan bahwa pelaksanaan keputusan yang diambil mengenai
sasaran dan tujuan yang ingin dicapai. Jika ternyata tujuan tidak tercapai,
manajer dapat melakukan respon dengan cepat.

I. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan

Dalam pengambilan keputusan ada beberapa faktor yang


mempengaruhi, antara lain:

1. Posisi kedudukan
Dalam kerangka pengambilan keputusan, posisi/kedudukan seseorang
dapat dilihat, apakah ia sebagai pembuat keputusan (decision maker), penentu
keputusan (decision taker), ataukah staff (staffer).

2. Masalah
Masalah atau problem adalah apa yang menjadi penghalang untuk
tercapainya tujuan, yang merupakan penyimpangan daripada apa yang
diharapkan, direncanakan atau dikehendaki dan harus diselesaikan.
Sebenarnya, masalah tidak selalu dapat dikenal dengan segera, ada yang
memerlukan analisis, ada pula yang bahkan memerlukan riset tersendiri.

3. Situasi
Situasi adalah keseluruhan faktor-faktor dalam keadaan, yang
berkaitan satu sama lain, dan yang secara bersama-sama memancarkan
pengaruh terhadap kita beserta apa yang hendak kita perbuat. Situasi ini ada
yang bersifat tetap dan ada juga yang berubah-ubah.

4. Kondisi
Kondisi adalah keseluruhan dari faktor-faktor yang secara bersama-
sama menentukan daya gerak, daya berbuat atau kemampuan kita.

5. Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai, baik tujuan perorangan, tujuan unit
(kesatuan), tujuan organisasi, maupun tujuan usaha, pada umumnya telah
ditentukan.

J. Hambatan dalam Pengambilan Keputusan

a) Keraguan

Kendala yang paling kuat sebenarnya berakar pada diri Anda sendiri.
Keraguan menyebabkan seseorang tidak dapat bertindak tegas. Seringkali
seorang manajer diserang oleh keraguan dalam berpikir dan mengambil
tindakan.

b) Keliru Memahami Informasi 

Kekeliruan dalam memahami peranan informasi dapat menjadi


hambatan besar dalam mengambil keputusan. Jika perusahaan mengambil
keputusan dengan pemahaman yang salah terhadap sebuah informasi,
keputusan yang diambil tidak akan tepat.  Informasi yang digunakan harus
lengkap, kredibel, dan disimpan dengan hati-hati.

c) Kurang Waktu

Keputusan yang tergesa-gesa sering kali menimbulkan dampak yang


menghancurkan. Namun, bisnis dalam keadaan darurat harus menghadapi
kurangnya waktu. Hal ini dapat menjadi rintangan yang paling sulit bagi
kebanyakan perusahaan

d) Informasi yang Berlebih atau Terlalu Sedikit

Memiliki banyak informasi sering dianggap bermanfaat, tetapi jika


informasi itu tidak dikumpulkan dengan benar justru akan merepotkan.
Perusahaan dapat merasa salah arah dan bingung saat informasi yang tersaji
terlalu banyak dan tidak berkelompok dengan benar. Sementara itu, tidak
memiliki cukup informasi untuk mendukung keputusan juga tidaklah baik.
Perusahaan harus mengetahui informasi yang relevan untuk mendapatkan
solusi terbaik.

K. Pengambilan Keputusan Dalam Konsep Islam

Islam juga mengajarkan umatnya tentang hal ini. Dari ayat Al-Quran
yang menyinggung tentang pengambilan keputusan dapat dilihat pada firman
Allah SWT dibawah ini.

1. QS. As-Syura:38

َ‫ۚ َوالَّ ِذ ْينَ ا ْست ََجابُوْ ا ِل َربِّ ِه ْم َواَقَا ُموا الص َّٰلو ۖةَ َواَ ْم ُرهُ ْم ُشوْ ٰرى بَ ْينَهُ ۖ ْم َو ِم َّما َر َز ْق ٰنهُ ْم يُ ْنفِقُوْ ن‬

Artinya: (juga lebih baik dan lebih kekal bagi) orang-orang yang menerima
(mematuhi) seruan Tuhan dan melaksanakan salat, sedangkan urusan mereka
(diputuskan) dengan musyawarah di antara mereka. Mereka menginfakkan
sebagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.( QS. As-Syura: 38).

Ayat di dalam surah ini memberikan sebuah penjelasan perintah Allah Swt.
kepada seluruh umat Islam untuk menyembah dan mengesakan Allah Swt.
Kemudian memerintahkan kepada umat muslim untuk selalu menjalankan sholat
fardu lima waktu sesuai dengan waktu yang telah ditentukan secara tepat. serta
perintah ketika menghadapi sebuah permasalahan, maka sekiranya umat Islam
menyelesaikan dengan jalan musyawarah.
Musyawarah ini sebenarnya sudah dilakukan oleh Ruslullah Saw. beserta
para sahabatnya ketika menghadapi sebuah persoalan, sehingga mampu
dipecahkan dengan baik. Tetapi ketika terjadi sebuah persoalan yang saat itu harus
dipecahkan oleh para sahabat Nabi. Hal ini terjadi setelah Nabi Muhammad Saw.
meninggal dunia. Padahal selama Nabi Muhammad masih hidup, beliau tidak
menyebutkan, siapa yang akan menjadi penggantinya. Maka dengan musyawarah
yang sangat terbuka, dipilihlah khalifah Abu Bakar sebagai pengganti dari Nabi
Muhammad Saw.

Term ( ‫ ) َأ ْم ُرهُم‬amruhum/urusan mereka menjadi sebuah kata yang menarik


untuk diperbincangkan. Kata tersebut mempunyai sebuah makna bahwa apa yang
mereka musyawarahkan adalah persoalan yang mereka hadapi dan berada pada
ranah mereka juga. Hal ini menjadi penting diperhatikan bahwa ketika seseorang
bukan merupakan bagian dari sekelompok orang yang mendapat sebuah persoalan
yang perlu dipecahkan, maka orang lain tersebut tidak perlu ikut campur. Karena
urusan mereka yang tahu seluk-beluknya dan mereka juga yang mampu
menyelesaikannya. Dikhawatirkan ketika orang lain ikut campur, maka keadaan
akan lebih rumit dan tidak terjadi sebuah keputusan dan kesepakatan untuk
kelompok tersebut. Kecuali ada orang lain yang memang ahli dalam permasalahan
yang terjadi di tengah masyarakat, dan orang lain itu dimintai tolong untuk
menyelesaikan, hal ini diperbolehkan.

2. Ali- Imran:159

‫هّٰللا‬
‫ب اَل ْنفَضُّ وْ ا ِم ْن َحوْ لِكَ ۖ فَاعْفُ َع ْنهُ ْم َوا ْستَ ْغفِرْ لَهُ ْم‬ ِ ‫فَبِ َما َرحْ َم ٍة ِّمنَ ِ لِ ْنتَ لَهُ ْم ۚ َولَوْ ُك ْنتَ فَظًّا َغلِ ْيظَ ْالقَ ْل‬
َ‫اورْ هُ ْم فِى ااْل َ ْم ۚ ِر فَا ِ َذا َع َز ْمتَ فَتَ َو َّكلْ َعلَى هّٰللا ِ ۗ اِ َّن هّٰللا َ يُ ِحبُّ ْال ُمت ََو ِّكلِ ْين‬
ِ ‫ َو َش‬.

Artinya, “Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan
mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka
dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka
bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang
bertawakal.”(QS. Ali-Imran:159).

Pada surat Ali-Imran ayat 159 dari segi redaksional ditujukan kepada Nabi
Muhammad Saw, agar memusyawarahkan persoalan-persoalan tertentu dengan
sahabat atau anggota masyarakatnya. Tetapi, yang akan dijelaskan lebih jauh, ayat
ini juga merupakan petunjuk kepada setiap Muslim, khususnya kepada setiap
pemimpin/manajer, agar bermusyawarah dalam mengambil suatu keputusan
dengan anggotanya atau bawahannya. Juga dalam ayat itu dijelaskan sikap apa
yang harus dilakukan ketika mengambil keputusan, yaitu:

a. Sikap lemah lembut


Seorang yang melakukan pengambilan keputusan, apalagi sebagai
pemimpin, harus menghindari tutur kata yang kasar serta sikap keras
kepala, karena jika tidak, mitra musyawarah atau bawahan akan pergi.
b. Keputusan memberi dan membuka lembaran baru bagi anggota
musyawarah.
c. Keputusan melahirkan suasana baru yang lebih sesuai dengan sikon.
d. Keputusan untuk kemaslahatan orang banyak.
DAFTAR PUSTAKA

Bafaqih, Syech. 2018. Kepemimpinan & pengambilan keputusan, Jawa Timur:


Fakultas Ekonomi Management.

Fahriana, Ava Swastika. 2018. Pengambilan Keputusan Secara Musyawarah


dalam Manajemen Pendidikan Islam: (Kajian Tematik Al-Qur’an dan Hadist),
Malang: Universitas Islam Negeri (UIN) Malang.

Fahrudin, Ahmad. 2021. Pengambilan Keputusan dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits


(Upaya Menentukan Kebijakan Pendidikan Secara Religiu), Tulungagung: Institut
Agama Islam Negeri Tulungagung.

Kusnadi, Dedek. 2015. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi:


Pengambilan keputusan dalam perilaku organisasi.

Prasatyawan, Agus, dan Yuni Lestari. 2019. Pengambilan Keputusan, Surabaya:


Unesa University Press.

Anda mungkin juga menyukai