Teori Utilitas
Dibuat oleh :
NIM : 201911330011
Prodi/kelas : Akuntansi
Pendahuluan
Proses pembuatan keputusan merupakan tahapan atau langkah-langkah yang harus dilalui
dalam rangka mengambil keputusan. Dalam aspek Keperilakuan, asumsi yang mendasari proses
pembuatan keputusan adalah bahwa individual bersifat irrasional yang disebut sebagai
bounded rationality.
Pembuatan putusan pada dasarnya adalah pemilihan salah satu di antara berbagai alternatif
yang tersedia untuk dilaksanakan. Untuk memperoleh pilihan terbaik, perlu dilakukan penilaian
terhadap berbagai alternatif dan diikuti tindakan yang merupakan pelaksanaan dari putusan
yang telah dibuat.
Menurut Baker at al.,(2002) proses pembuatan keputusan yang ideal didasarkan pada aspek
kognitif adalah sebagai berikut :
1. Tahap Mendefinisikan Masalah
Pada tahap Mendefinisikan masalah, hal penting yang harus dilakukan adalah
mendefinisikan masalah secara tepat. Huber (1980) mendukung bahwa manajer sering
melakukan kesalahan dengan mendefinisi masalah dalam bentuk usulan penyelesaian,
kesalahan masalah besar atau mendiagnosis masalah dalam bentuk pengenalan gejala-
gejala atau tanda-tanda, bukan berdasarkan sumber penyebab masalah yang utama.
2. Tahap menentukan syarat penyelesaian masalah
Tahap kedua dalam proses pembuatan keputusan adalah menentukan syarat
penyelesaian masalah. Syarat menyelesaikan masalah bertujuan untuk menyelesaikan
masalah pokok ( utama), bukan hanya sekedar mengurangi gejala-gejala timbulnya
masalah.
Tahap ini merupakan tahap memilih cara yang mungkin dapat dilakukan dalam proses
pembuatan keputusan. Jumlah waktu pencarian yang tidak tepat seringkali
menghabiskan pencarian alternatif dan menghambat pembuatan keputusan yang
efektif.
Tahap menerapkan cara dalam menentukan kriteria terbaik merupakan bagian paling
sulit dalam proses pembuatan keputusan. Asas biaya manfaat atau sebab-akibat dari
masing-masing alternatif dapat digunakan untuk menentukan prioritas.
Tahap akhir merupakan tahap menentukan pilihan sebagai keputusan terbaik yang
diambil.
Pembuat keputusan adalah manusia sebagai individual atau kelompok yang mempunyai peran
penting dalam menentukan suatu keputusan dari berbagai alternatif yang ada. Banyak faktor
yang menyebabkan suatu keputusan memiliki kualitas yang baik atau buruk. Faktor-faktor
tersebut dapat berasal dari internal maupun berasal dari eksternal.
Faktor internal dapat meliputi karakteristik pribadi seperti sifat dan tipe individual,
pengalaman, pengetahuan, dan keahlian. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar
individual yang mempengaruhi pembuatan keputusan seperti faktor lingkungan tempat
individual berada.
Secara umum masalah yang dihadapi dalam pembuatan keputusan adalah sebagai berikut
Proses pembuatan keputusan rasional pada umumnya meliputi enam tahap yaitu :
Para pembuat keputusan akan berusaha untuk senantiasa mbuat keputusan yang paling
optimal. Namun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa setiap individual memiliki sifat
bounded rationality yaitu keterbatasan dalam rasionalitasnya. Rerangka bounded rationality
memandang bahwa individual memiliki keterbatasan antara lain meliputi :
3. Pembuat keputusan hanya menyiapkan sejumlah kecil informasi yang ada dalam
memori karena keterbatasan dalam mengingat informasi.
4. Keterbatasan intelegensia (kecerdasan) dan persepsi yang dapat mempengaruhi
kemampuan pembuat keputusan dalam memperhitungkan secara akurat pilihan optimal
dari informasi yang tersedia.
Bounded rationality adalah suatu gagasan terhadap para pembuat keputusan yang terbatasi
atau terikat oleh berbagai hambatan ketika sedang mengambil keputusan. Oleh karena itu
keputusan yang diambil oleh pembuat keputusan ini cenderung tidak rasional atau irrasional
yang didasarkan pada konsep heuristik.
Simon yang dikutip Hogart (1994) menyatakan bahwa pengambilan keputusan berlangsung
dibawah kendala-kendala yang berupa keterbatasan manusia dalam memproses informasi.
Menurut Simon (1979) bounded rationality terdiri dari dua konsep sentral yaitu pencarian dan
satisficing. Pencarian menunjukan seberapa ekstensif pembuat keputusan mencari informasi
sebagai panduan dalam membuat keputusan. Satisficing merupakan proses mangakhiri
pencarian informasi untuk membuat judgmen.
Heuristik
Heuristik adalah suatu strategi adaptif yang digunakan manusia untuk mengatasi keterbatasan
dalam kapasitas pemrosesan informasi. Para ekonom berpendapat bahwa individual akan
menggunakan heuristik dengan alasan bahwa heuristik memberikan manfaat menghemat
waktu yang melebihi kos yang mungkin timbul karena berkurangnya kualitas keputusan.
Terdapat tiga jenis heuristik meliputi :
Heuristik dapat diartikan sebagai rule of thumb yaitu suatu tindakan praktis dan sederhana
yang dilakukan seseorang ketika mengambil keputusan dalam kondisi ketidakpastian yang
tinggi. Namun demikian, meskipun heuristik bermanfaat dalam pengambilan keputusan tetapi
heuristik juga dapat mendorong seseorang membuat bias luaran (outcome) secara sistematis
yang sering disebut sebagai bias Kognitif. Bias Kognitif merupakan suatu situasi ketika
seseorang tidak secara tepat menerapkan heuristik dalam membuat keputusan.
Individual menilai kejadian yang lebih mudah diingat dari memorinya yaitu kejadian
yang didasarkan pada informasi yang terus-menerus atau sering muncul dan
informasi yang baru saja terjadi.
- presumed association
Individual cenderung mengabaikan tarif dasar (base rate) dalam menilai kemungkinan
suatu peristiwa apabila terdapat informasi deskriptif lain yang tersedia meskipun
informasi tersebut tidak relevan.
Individual membuat judgmen sesuai dengan tingkat deskripsi spesifik berkaitan dengan
kategori yang lebih luas.
Individual cenderung bias pada initial anchor dan tidak melakukan penyesuaian yang
memadai meskipun initial anchor tidak relevan ketika membuat keputusan.
Individual terlalu percaya diri mengenai kemampuan estimasi dan tidak mengetahui
ketidakpastian yang aktual.
Terdapat empat strategi alternatif dan komplementer untuk membuat keputusan lebih baik
yaitu :
Pengalaman adalah peristiwa yang pernah dialami di masa lalu. Individual akan
mengoreksi judgmennya dengan belajar dari umpan balik keputusan di masa lalu.
Terdapat beberapa halyang menyebabkan umpan balik yang akurat dan cepat sulit
dipenuhi yaitu sebagai berikut :
- Luaran ( outcomes) seringkali ditunda dan tidak mudah dihubungkan dengan tindakan
tertentu.
- Tidak ada informasi mengenai outcome yang akan muncul apabila suatu keputusan lain
dipertimbangkan.
Selain pengalaman, alternatif lain yang dapat mengurangi bias keputusan adalah keahlian.
Pengalaman dan keahlian dianggap saling terkait, namun Neale dan Northcraft (2005)
membedakan dua konsep antara pengalaman dan keahlian. Pengalaman merupakan
umpan balik ulangan (repeated feedback) sedangkan keahlian merupakan sesuatu yang
menuntut individual memiliki pemahaman konseptual mengenai bagaimana proses
pembuatan keputusan yang rasional dan bias yang membatasi rasionalitas.
2. Pengurangbiasan judgmen
Salah satu alternatif untuk melakukan mitigasi bias yaitu menggunakan model linear
berdasarkan expert judgment. Alternatif memitigasi adanya bias judgmen adalah pakar
untuk membangun model linier yang menstimulasi judgmen dalam pembuatan
keputusan.
Mengatur atau megkaji prediksi intuitif merupakan suatu kondisi atau situasi kerja
manajerial yang meminta untuk mengkaji keputusan dari pihak lain, mentransformasi
rekomendasi kedalam keputusan dan menyesuaikan keputusan yang telah dibuat
sebelumnya.