PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengambilan keputusan merupakan suatu proses mengurangi suatu pemikiran
yang tidak pasti. Dalam kasus tertentu pengambilan keputusan harus didasari dengan
sesuatu yang pasti dan mutlak. Pengambilan keputusan dalam praktek dipengaruhi oleh
bukti dan juga oleh nilai-nilai individu, keputusan klien, teori, penilaian klinis, etika,
undang-undang, peraturan, sumber daya kesehatan dan praktik lingkungan.
Pengambilan keputusan dalam menyelesaikan masalah merupakan kemampuan
yang paling mendasar bagi praktisi kesehatan, khusunya perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan. Pengambilan keputusan yang biasa dilakukan oleh perawat
didasarkan dari pertanyaan-pertanyaan yang dapat diuji dan diteliti. Langkah dalam
pengambilan keputusan difokuskan pada proses pemecahan masalah. Masalah dalam
pemberian Asuhan Keperawatan dapat dideskripsikan adanya kesenjangan antara teori
keperawatan dan praktek keperawatan. (Thomas and Buffer, 2008)
Pengambilan keputusan merupakan satu langkah yang dapat memberikan
informasi dasar dan terbaru, sehingga prosesnya harus didasarkan dari berbagai sumber
serta sudut pandang. Dalam proses pemberian pelayanan Asuhan Keperawatan sangat
berkaitan dengan proses pengambilan keputusan klinik. Pengambilan keputusan klinis
memainkan peran yang paling penting dalam kualitas perawatan yang menyediakan jasa
pelayanan perawat untuk pasien. (Brennan et al., 2004; Leape, 2000; Hodgetts et al.,
2002).
Proses pengambilan keputusan klinik bisa dijadikan acuan untuk mengukur
kinerja perawat. Mengingat bahwa membuat keputusan perawat memiliki konsekuensi
yang tinggi, maka akan lebih bijaksana untuk memahami apa faktor yang berkontribusi
terhadap pengambilan keputusan klinis (Dowding & Thompson, 2003). Pengambilan
keputusan klinis diawali dengan suatu proses pengumpulan informasi yang diperlukan
untuk mendukung keputusan dan hasil akhir. Pada kondisi seperti ini, maka perawat
dituntut untuk berpikir kritis agar mampu mengambil suatu keputusan tindakan
keperawatan. (www.effectivepractitioner.nes.scot.nhs.uk diakses tanggal 5/8/2017)
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui kemampuan perawat dalam mengambil suatu keputusan selama
proses pemberian Asuhan keperawatan
2. Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui tahapan proses pengambilan keputusan dalam pemberian
Asuhan Keperawatan
b) Untuk mengetahui proses pengambilan keputusan klinis agar dapat dijadikan
Evidence Based pratik klinik
c) Untuk mengetahui proses penyelesaian masalah dengan dasar pengambilan
keputusan yang tepat bagi peningkatan pelayanan keperawatan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Pengambilan keputusan merupakan suatu proses atau bagian dari pemecahan masalah.
Proses yang dilakukan dalam pemecahan masalah bersifat terarah pada tujuan dan didorong
oleh kebutuhan untuk mengurangi kesenjangan antara satu hal dengan yang lain.
Keputusan yang diambil beraneka ragam. Tapi ada tanda-tanda umumnya: 1).
keputusan merupakan hasil berpikir, hasil usaha intelektual; 2). keputusan selalu rnelibatkan
pilihan dari berbagai alternatif; 3). keputusan selalu melibatkan tindakan nyata, walaupun
pelaksanaannya boleh ditangguhkan atau dilupakan. (Jalaluddin Rakhmat, 1998)
5. Ddsds
6. Gaya Pengambilan Keputusan
Gaya pengambilan keputusan manajer perawat/bidan umumnya sama dengan gaya
kepemimpinan yang digunakan oleh manajer tersebut diatas. Ada 7 variabel yang
berpengaruh dalam pengambilan keputusan untuk menyeleksi gaya yang paling cocok,
yaitu :
a. Pentingnya kualitas keputusan untuk keberhasilan institusi.
b. Derajat informasi yang dimiliki oleh manajer.
c. Derajat pada masalah yang terstruktur dalam organisasi.
d. Pentingnya komitmen bawahan dan keterampilan membuat keputusan.
e. Kemungkinan keputusan autokratik dapat diterima.
f. Komitmen bawahan yang kuat terhadap tujuan institusi.
g. Kemungkinan bawahan konflik dalam proses akhir pada keputusan final.
Metode autokratik hasilnya lebih cepat dalam pengambilan keputusan dan cocok
untuk situasi yang krisis atau ketika kelompok senang menerima tipe ini sebagai gaya
keputusan. Bagaimanapun anggota staf umumnya lebih mendukung untuk pendekatan
konsultatif dan kelompok. Konflik dapat terjadi ketika masalah tidak terstruktur dibahas
atau jika manajer tidak mempunyai pengetahuan atau ketrampilan dalam proses pemecahan
masalah.
8.