Anda di halaman 1dari 8

PENGAMBILAN KEPUTUSAN

A. Pengertian Pengambilan Keputusan


Perubahan situasi dan kondisi yang sangat cepat menjadi faktor yang harus dipertimbingakn
dalam manajemen yang mendorong seorang manajer untuk mampu membuat keputusan dalam
waktu yang tepat dan cepat. Untuk dapat mengimbangi cepatnya perubahan waktu, seorang manajer
harus sanggup menghadapi minimal tiga tantangan, yaitu: (1) keadaan yang sangat kompleks; (2)
keadaan yang tidak menentu; dan (3) tuntutan untuk dapat bertindak luwes. Fred Luthans dalam
bukunya Perilaku Organisasi menyebutkan bahwa pengambilan keputusan didefinisikan secara
universal sebagai pemilihan alternatif. Chester Barnard sependapat dengan Luthans, dalam bukunya
The Function of The Executive menyatakan bahwa pengambilan keputusan adalah suatu teknik untuk
mempersempit pilihan. Keputusan adalah pilihan diantara dua atau lebih alternatif (Robbins, 2007:
162). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan erat kaitannya dengan
pemilihan suatu alternatif untuk menyelesaikan atau memecahkan masalah serta memperoleh
kesempatan.
Pengambilan keputusan adalah proses memilih sejumlah alternatif. Pengambilan keputusan
penting bagi administrator pendidikan karena proses pengambilan keputusan mempunyai peran
penting dalam memotivasi, kempemimpinan, komunikasi, koordinasi, dan perubahan organisasi.
Setiap level adminstrasi sekolah mengambil keputusan secara hierarkis. Keputusan yang diambil
administrator berpengaruh terhadap pelanggan pendidikan terutama peserta didik. Oleh karena itu,
setiap administrator pendidik harus memiliki keterampilan mengabil keputusan secara cepat, tepat,
efektif dan efisien (Usman, 2010: 392). Pengambilan keputusan adalah proses pemecahan masalah
dengan menentukan pilihan dari beberapa alternatif untuk menetapkan suatu tindakan dalam
mencapai tujuan yang diinginkan. Definisi ini mengandung substansi pokok yaitu: adanya kebutuhan
memecahkan masalah, adanya proses (langkah-langkah), adanya ketetapan hati memilih satu pilihan
dan adanya tujuan pengambilan keputusan (disengaja) (Engkoswara, 2019: 107).
Pengambilan keputusan sebagai suatu kelanjutan dari cara pemecahan masalah memiliki
fungsi sebagai berikut: (1) Pangkal permulaan dari semua aktivitas manusia yang sadar dan terarah
baik secara individual maupun secara kelompok, baik secara institusional maupun organisasional; (2)
Sesuatu yang bersifat futuristik, artinya menyangkut hari depan/masa yang akan datang, dimana efek
atau pengaruhnya berlangsung cukup lama. Adapun tujuan pengambilan keputusan dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu: (1) tujuan bersifat tunggal, terjadi apabila yang dihasilkan hanya menyangkut satu
masalah artinya sekali diputuskan tidak ada kaitannya dengan masalah lain; (2) tujuan bersifat ganda,
terjadi apabila keputusan yang dihasilkan menyangkut lebih dari satu masalah, artinya bahwa satu
keputusan yang diambil itu sekaligus memecahkan dua masalah atau lebih yang bersifat kontradiktif
atau non kontradiktif.

B. Pentingnya Pengambilan Keputusan Dalam Manajemen


Pengambilan keputusan penting sebagai jalan memecahkan masalah dan sebagai upaya
mempertahankan dan mengembangkan organisasi. Masalah muncul tanpa diduga, bersifat subyektif
dan relatif. Namun demikian, seorang manajer dapat mengetahui masalah dari beberapa indicator
yang muncul, yaitu (Engkoswara, 2010: 106 – 107):
1. Dirasakan adanya kemunduruan prestasi kerja dari tahun lalu. Nilai ujian siswa yang turun, tidak
memperoleh kejuaraan dalam kompetisi ekstrakurikuler, guru dan tenaga kependidikan sering
bolos kerja, hanya sedikit guru dan karyawan yang hadir dalam undangan rapat pengembangan
sekolah, siswa banyak yang melanggar peraturan. Peristiwa ini memberikan sinyal kepada kepala
sekolah bahwa ada masalah yang tengah berkembang.
2. Terjadinya penyimpangan dari rencana yang telah ditetapkan.
3. Adakalanya rekan kerja, komite sekolah, orang tua siswa atau pun tokoh masyarakat memberi
tahu adanya penyimpangan. Keluhan orang tua akan kekosongan kelas, keluhan personil lain
tentang ketertutupan pengelolaan kegiatan oleh segelintir orang memberi sinyal adanya masalah
dengan orang-orang.
4. Adanya inovasi dalam manajemen maupun pembelajaran yang menuntut adanya perubahan
proses atau prosedur dalam organisasi.
Owens (1995: 174) menjelaskan bahwa ada beberapa langkah umum dalam pengambilan
keputusan, yaitu: (1) mendefinisikan masalah; (2) menganalisis masalah; (3) mengembangkan
alternatif solusi; (4) memutuskan solusi terbaik; (5) memindahkan keputusan kedalam tindakan
efektif. Sedangkan Gibson, et.al (1996) menjelaskan bahwa proses pengambilan keputusan mencakup
proses-proses sebagai berikut: (1) mengenali masalah, meliputi: memandang masalah,
mendefinisikan masalah dalam termininologi solusi dan mengenali gejala masalah; (2) membangun
alternatif; (3) mengevaluasi alternatif; (4) memilih satu alternatif; (5) melaksanakan alternatif; dan
(6) mengendalikan dan mengevaluasi pelaksanaan keputusan. Idealnya kepala sekolah atau kepala
bidang pendidikan melibatkan personilnya, akan tetapi pengambilan keputusan dilaksanakan dalam
menentukan: (1) kebijakan umum; (2) sistem umum; (3) sasaran sekolah atau bidang (yang
diturunkan dari sasaran level lebih tinggi); dan (4) apa yang diharapkan setiap individu untuk dicapai.

C. Prinsip Dan Dasar Pendekatan Dalam Pengambilan Keputusan


Prinsip merupakan asas dasar atau suatu kebenaran yang menjadi pokok dasar berfikir,
bertindak dan sebagainya. Prinsip-prinsip pembuatan keputusan merupakan sekumpulan aturan
pokok/asas dasar bagi pembuat keputusan dalam membuat keputusan. Beberapa prinsip yang
diperhatikan oleh para pembuat keputusan adalah (Engkoswara, 2010: 110)
1. Keputusan berada dalam kekuasaan. Keputusan tidak sah apabila dibuat bukan oleh orang yang
memiliki kekuasaan. Keputusan organisasi sepenuhnya dibuat dibawah tindakan pembuat
keputusan.
2. Mempertimbangkan semua hal yang relevan dan membuang jauh hal yang tidak relevan.
3. Pembuat keputusan tidak boleh membuat keputusan untuk perbuatan tidak jujur dan untuk
tujuan yang salah.
4. Pembuat keputusan harus menjamin bahwa kegiatan didasarkan pada bukti.
5. Keputusan harus masuk akal.
6. Orang yang mungkin terkait dengan keputusan harus disetujui dengan prosedur yang adil yang
merupakan prinsip-prinsip keadilan.
7. Pembuat keputusan tidak mendasaarkan keputusannya hanya atas petunjuk orang lain atau
seseorang.
Pengambilan keputusan yang diambil oleh seorang pimpinan, sudah seharusnya dilandasi
oleh prosedur dan teknik yang benar serta didukung oleh informasi yang tepat (accurate), benar
(reliable) dan tepat waktu (timeliness). Beberapa landasan dalam pengambilan keputusan menurut
George R. Terry dan Brinckloe, yaitu:
1. Intuisi, pengambilan keputusan yang didasarkan atas instuisi atau perasaan memiliki sifat
subyektif sehingga mudah terkena pengaruh. Keuntungannya adalah: (a) waktu yang digunakan
untuk mengambil keputusan relatif lebih pendek; (b) untuk masalah yang pengaruhnya terbatas,
pengambilan keputusan ini akan memberikan kepuasaan pada umumnya; dan (c) kemampuan
mengambil keputusan dari pengambil keputusan sangat berperan, sehingga itu perlu
dimanfaatkan dengan baik. Beberapa kelemahan yang muncul adalah: (a) keputusan yang
dihasilkan relatif kurang baik; (b) sulit mencari alat pembanding, sehingga sulit diuur kebenaran
dan keabsahannya; dan (3) dsasar-dasar lain dalam pengambilan keputusan seringkali diabaikan.
2. Pengalaman, pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman memiliki manfaat bagi
pengetahuan praktis, karena pengalaman seseorang dapat memperkirakan keadaan sesuatu,
dapat diperhitungkan untuk ruginya atas keputusan yang akan dihasilkan. Orang yang memiliki
banyak pengalaman tentu akan lebih matang dalam membuat keputusan.
3. Fakta, pengambilan keputusan berdasarkan fakta dapat memberikan keputusan yang sehat, solid
dan baik. Dengan fakta, maka tingkat kepercayaan terhadap pengambilan keputusan dapat lebih
tinggi, sehingga orang dapat menerima keputusan-keputusan yang dibuat itu dengan rela dan
lapang dada.
4. Wewenang, pengambilan keputusan berdasarkan wewenang biasanya dilakukan oleh pimpinan
terhadap bawahan atau orang yang lebih tinggi kedudukannya. Kelebihannya adalah: (a) bawahan
akan menerima keputusan baik secara sukarela atau pun terpaksa; (b) keputusan dapat bertahan
dalam jangka waktu cukup lama; (c) memiliki daya autentisitas yang tinggi. Adapun
kelemahannya adalah: (a) dapat menimbulkan sifat rutinitas; (b) diasosiasikan dengan praktik
diktatorial; (c) sering melewati permasalahan lain yang seharusnya dipecahkan lebih dahulu,
sehingga dapat menimbulkan kekaburan.
5. Logika, pengambilan keputusan berdasar logika adalah suatu studi yang rasional terhadap semua
unsur dalam proses pengambilan keputusan. Keputusan yang dihasilkan bersifat obyektif, logis,
lebih transparan, konsisten untuk memaksimalkan hasil atau nilai dalam batas kendala tertentu,
sehingga dapat dikatakan mendekati kebenaran atau sesuai dengan apa yang diinginkan.
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan pada pengambilan keputusan berdasarkan logika,
yaitu: (a) kejelasan masalah; (b) orientasi tujuan, yaitu kesatuan pengertian tujuan yang ingin
dicapai; (c) pengetahuan alternatif, yaitu seluruh alternatif diketahui jenis dan konsekuensinya;
(d) preferensi yang jelas, artinya alternatif bisa diurutkan sesuai kriteria; (e) hasil maksimal,
artinya pemilihan alternatif terbaik didasarkan atas hasil ekonomis yang maksimal.

Selain beberapa landasan yang diuraikan di atas, pengambilan keputusan juga dipengaruhi
oleh beberapa faktor. Adapun faktor yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan diantaranya
adalah: (1) faktor internal organisasi seperti ketersediaan dana, sumber daya manusia, kelengkapan
peralatan, teknologi, dll; (2) faktor eksternal organisasi seperti keadaan sosial politik, ekonomi,
hukum, dll. (3) faktor ketersediaan informasi yang diperlukan; dan (4) faktor kepribadian dan
kecakapan pengambil keputusan. G.R. Terry menjelaskan bahwa faktor yang perlu diperhatikan dalam
pengambilan keputusan adalah:
1. Hal-hal yang berwujud maupun yang tidak berwujud, yang emosional maupun yang rasional,
perlu dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan.
2. Setiap keputusan harus dapat dijadikan bahan untuk mencapai tujuan organisasi.
3. Setiap keputusan jangan berorientasi pada kepentingan pribadi, tetapi harus lebih mementingkan
kepentingan organisasi.
4. Jarang sekali pilihan yang memuaskan, oleh karena itu buatlah alternatif-alternatif tandingan.
5. Pengambilan keputusan merupakan tindakan mental yang harus diubah menjadi tindakan fisik
(direalisasikan).
6. Pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan waktu yang cukup lama.
7. Diperlukan pengambilan keputusan yang praktis untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
8. Setiap keputusan hendaknya dilembagakan agar diketahui bahwa keputusan itu benar.
9. Setiap keputusan merupakan tindakan permulaan dari serangkaian kegiatan berikutnya.
D. Model Pengambilan Keputusan
Mintzberd, et.al (1976) memberikan tiga tahap dalam proses pengambilan keputusan, yaitu:
(1) tahap identifikasi; (2) tahap pengembangan; (3) tahap pemilihan. Proses pengambilan keputusan
meliputi tiga kegiatan, yaitu: (a) kegiatan yang menyangkut pengenalan, penentuan, dan diagnosis
masalah, (b) kegiatan yang menyangkut pengembangan alternatif pemecahan masalah; (c) kegiatan
yang menyangkut evaluasi dan memilih pemecahan masalah terbaik.
Banyak sekali cara yang digunakan untuk menentukan keputusan. Para ahli terus berusaha
mempelajaran berbagai pendekatan dan cara yang digunakan oleh para pengambil keputusan, baik
yang berhasil maupun yang tidak, khususnya dalam menghadapi situasi problematis yang kompleks.
Terdapat beberapa model pengambilan keputusan. Setiap model memiliki basis umum pengambilan
keputusan. Berbagai model tersebut adalah: (1) model rasional; (2) model inkremental; (3) model
agregatif; (4) model keranjang sampah; (5) model pengamatan terpadu (mixed scanning); dan (6)
model optimasi; (7) model satisficing; (8) model heuritis; (9) model pengambilan berdasarkan
perilaku; dan (10) model pengambilan keputusan Carnegie
1. Model pengambilan keputusan rasional
Pengambilan keputusan secara rasional, merupakan sebuah keputusan yang diambil dengan
menggunakan pendekatan rasional atau melakukan rasionalisasi dengan menggunakan logika
atau pemikiran yang terpola. Pengambilan keputusan secara rasional adalah memperhatikan
konsistensi dan memaksimalkan hasil yang seringkali terjadi dalam batasan-batasan yang spesifik
dengan melakukan analisa situasi dan analisa keputusan. Proses pengambilan keputusan secara
rasional memiliki berbagai tahapan. Pertama mendefinisikan permasalahan yang dihadapi untuk
kemudian mengidentifikasinya dengan melakukan klasifikasi atau penetapan kriteria-kriteria
atau batasan-batasan yang dihadapi. Kriteria-kriteria tersebut kemudian diberikan pembobotan,
atau penetapan prioritas. Dari sini, kemudian bisa dilakukan pengembangan alternatif solusi atau
keputusan yang akan diambil. Masing-masing alternatif tersebut tentu perlu dievaluasi secara
seksama untuk kemudian dapat dipilih alternatif terbaik yang dapat memberikan hasil yang
paling maksimal dan optimal.
2. Model Inkremental
Model inkremental merupakan suatu model pengambilan keputusan yang menghindari banyak
masalah yang harus dipertimbangkan. Model ini banyak digunakan oleh pejabat pemerintah
dalam mengambil keputusan sehari hari. Model inkremental ini adalah merupakan kritik dan
perbaikan terhadap model rasional komprehensif
3. Model Agregatif
Model agregatif sering disebut juga dengan metode agregati merupakan model yang sering
dimanfaatkan oleh konsultan dan tim staf dalam merumuskan kebijakan-kebijakan politik.
4. Model Keranjang sampah
Model ini menolak model rasional, bahkan rasional-inkremental yang sederhana sekalipun. Model
ini lebih tertarik pada karakter yang ditampilkan dalam pengambilan keputusan, pada isu yang
bermacam-macam dari para partisipan dalam pengambilan keputusan dan masalah yang timbul
pada saat itu.
5. Model pengamatan terpadu (mixed scanning)
Scanning berarti usaha mencari, mengumpulkan, memproses, menilai, dan menimbang-nimbang
informasi dalam kaitannya dengan menjatuhkan pilihan tertentu. Model pengamatan terpadu ini
dalam penggunaanya merupakan usaha untuk menghindari tingkat rasionalitas tinggi yang
dituntut oleh model model optimasi . Model mixed scanning berarti bahwa setiap kali seorang
pengambil keputusan mengahadapi dilemma dalam memilih suatu langkah tertentu, satu
keputusan pendahuluan harus dibuat tentang sampai sejauh mana berbagai sarana dan prasarana
organisasi akan digunakan untuk mencari dan menilai berbagai fungsi dan kegiatan yang akan
dilaksakan. Para ahli berpendapat bahwa, dalam penggunaan model ini keputusan- keputusan
yang fundamental dibuat setelah terlebih dahulu melakukan pengkajian terhadap berbagai
alternatif yang paling relevan, yang kemudian dikaitkan dengan tujuan dan sasaran organisasi.
Model pengamatan terpadu juga memperhitungkan tingkat kemampuan para pembuat keputusan
yang berbeda-beda. Secara umum dapat dikatakan, bahwa semakin besar kemampuan para
pembuat keputusan untuk memobilisasikan kekuasaannya guna mengimplementasikan
keputusan-keputusan mereka, semakin besar keperluannya untuk melakukan scanning dan
semakin menyeluruh scanning itu, semakin efektif pengambilan keputusa tersebut
6. Model Optimasi
Sasaran yang ingin dicapai dengan model optimasi adalah bahwa dengan mempertimbangkan
keterbatasan yang ada, organisasi memperoleh hasil terbaik yang paling mungkin dicapai. Sikap
pengambil keputusan, norma-norma serta kebijaksanaan organisasi berperan penting dalam
menentukan kriteria apa yang dimaksud dengan hasil terbaik yang mungkin dicapai itu.
7. Model Satisficing
Model satisficing berarti pengambil keputusan memilih alternative solusi pertama yang
memenuhi criteria keputusan minimal. Dengan tidak berusaha untuk mengejar seluruh
alternative untuk mengidentifikasi solusi tunggal untuk memaksimalkan pengembalian ekonomi.
Pengambil keputusan akan memilih solusi yang muncul pertama untuk memecahkan masalah
bahkan jika solusi yang lebih baik akan muncul kemudian. Pada model ini, para pengambil
keputusan sudah merasa cukup bangga dan puas apabila keputusan yang diambilnya
membuahkan hasil yang memadai, asalkan persyaratan minimal tetap terpenuhi.
8. Model Heuritis
Pada hakikatnya model ini berarti, bahwa faktor-faktor internal yang terdapat dalam diri
seseorang pengambil keputusan lebih berpengaruh dari pada faktor- faktor eksternal. Dengan
kata lain, seorang pengambil keputusan lebih mendasarkan keputusannya pada konsep-konsep
yang dimilikinya, berdasarkan persepsi sendiri tentang situasi problematic yang dihadapi. Dalam
praktek model ini digunakan apabila para pengambil keputusan tidak tersedia kemampuan untuk
melakukan pendekatan yang matematikal atau apabila bagi pengambil keputusan tidak tersedia
kesempatan untuk memanfaatkan berbagai sumber oraganisasional untuk melakukan pengkajian
yang sifatnya kuantitatif.
9. Model pengambilan berdasarkan perilaku
Model ini didasarkan pada seberapa jauh keputusan itu dapat memberikan kepuasan.Model ini
juga mempertimbangkan pengambilan keputusan atas dasar rasionalitas kontekstual dan
rasionalitas respektif. Rasionalitas kontekstual artinya keputusan tidak hanya didasarkan oleh
ketentuan tersurat (tekstual) tetapi juga yang tersurat (kontekstual).
10. Model pengambilan keputusan Carnegie
Model ini lebih mengakui akan kepuasan, keterbatasan rasionalitas, dan koalisi organisasi.
menggambarkan pengambilan keputusan yang berlangsung di lingkungan yang tidak pasti,
dimana informasi sulit didapat, tidak utuh, dan sering kali memiliki sifat ganda. Model ini juga
menggambarkan proses pengambilan keputusan secara real-life, dimana manajer dihadapkan
pada keterbatasan proses pengolahan informasi oleh karena factor rasionalitas yang
dibatasi.Perbedaan antara pengambilan keputusan rasional dengan Carnegie adalah sebagai
berikut:
Tabel 1 Perbedaan pengambilan keputusan Rasinonal dan Carnegie
Model rasional Model Carnegie
Banyak informasi yang
Sedikit informasi yang tersedia
tersedia
Mahal, karna masih mencari
Murah
informasi
Bebas nilai Terikat nilai
Alternative banyak Alternative sedikit
Keputusan dengan kompromi,
Keputusan diambil
persetujuan, dan akomodasi
dengan suara bulat
atar koalisi organisasi
Keputusan dipilih yang
Keputusan yang dipilih adalah
terbaik bagi
yang memuaskan organisasi
organisasi

E. Teknik Pembuatan Keputusan


Engkoswara menjelaskan bahwa dalam membuat keputusan, seorang manajer harus
melakukan tiga langkah utama yaitu: (1) indentifikasi dan analisis masalah, yang dilakukan dengan
pengumpulan data serta analisis dan tafsir data; (2) pengengembangan alternatif solusi dengan
memilih beberapa teknik dalam pengembangan alternatif solusi; dan (3) penilaian dan pemilihan
alternatif solusi dengan menggunakan model tertentu. Langkah yang ditempuh dalam teknik
pengambilan keputusan tersebut terlihat pada gambar berikut:

Gambar 4.1 Teknik Pembuatan Keputusan


Sumber: (Engkoswara, 2010)

Berdasarkan gambar 4.1 Teknik Pembuatan Keputusan, dapat dijelaskan bahwa dalam
melakukan pengumpulan data sumber pembuatan keputusan, dapat menggunakan: (1) teknik teknik
analisis input-output (AIO) yang dilakukan dengan mengidentifikasi input dan outpu dari suatu
proses, apa sumber inputnya dan apa tujuan outputnya; (2) teknik bagan alur (BA); dan (3) teknik
penemuan fakta sistematis (PFS). Sedangkan ketika data telah terkumpul, analisis dan penafsirannya
dapat menggunakan: (1) diagram pencar; (2) diagram efek penyebab; (3) diagram pareto; dan (4)
analisis mengapa-mengapa. Beberapa teknik yang dapat digunakan dalam pengembangan alternatif
solusi adalah:
1. Brainstorming (urun rembuk) merupakan jenis pemecahan masalah dengan diskusi/forum untuk
memberikan pandangannya terhadap pemecahan masalah yang dihadapi.
2. Force field analysis (FFA technique) atau teknik analisis kekuatan medan yang berasal dari teori
perubahan Kurt Lewin. Menyatakan bahwa setiap keberadaan tertentu (status quo) adalah
merupakan keseimbangan (equilibrium) dari dua kekuatan yang bertolak belakang.
3. Consensus thinking, digunakan dalam kelompok yang mempunyai kesepakatan tetang hakikat,
batasan, dan dampak suatu situasi yang dihadapi dan sepakat tentang model dan teknik yang akan
digunakan untuk mengatasi masalah. Teknik ini efektif bila beberapa orang memiliki pengetahuan
yang sejenis tentang permasalahan yang dihadapi dan tentang teknik pemecahan yang
seyogyanya digunakan. Orang-orang diharapkan mengikuti suatu prosedur yang telah ditentukan
sebelumnya. Kelompok biasanya melakukan uji coba terhadap langkah yang hendak ditempuh
pada skala yang lebih kecil dari situasi problematik yang sebenarnya.
4. Didactive interaction digunakan untuk memecahkan situasi problematik yang dihadapkan pada
dua alternatif jawaban yaitu “ya” atau “tidak”. Dibentuk dua kelompok, dengan satu kelompok
mengemukakan pendapat yang bermuara pada jawaban “ya” dan kelompok lainnya pada jawaban
“tidak”. Semua ide yang dikemukakan baik pro maupun kontra dicatat dengan teliti. Kemudian
kedua kelompok bertemu dan mendiskusikan hasil catatan yang telah dibuat. Pada tahap
berikutnya terjadi pertukaran tempat. Kelompok yang tadinya mengemukakan pandangan pro
beralih memainkan peranan dengan pandangan kontra.
5. Fish bowling, para pengambil keputusan duduk melingkar dan ditengah lingkaran disediakan
tempat untuk mengemukakan gagasan, satu persatu duduk ditengah lingkaran dan
mengemukakan gagasan serta menjawab pertanyaan dari anggota lingkaran. Setelah itu semua
gagasan didiskusikan sampai ditemukan cara yang dipandang paling tepat.
6. Teknik kelompok nominal (nominal group) merupakan teknik dimana prosedur komunikasi ide,
pendapat, atau pun usul, dilakukan secara tertutup melalui lembaran format yang harus diisi
anggota dengan respon, pendapat, atau gagasan tentang suatu masalah.
7. Teknik Delphi, teknik ini mumnya digunakan untuk mengambil keputusan meramal masa depan
yang diperhitungkan akan dihadapi organisasi. Teknik ini sangat sesuai untuk kelompok
pengambil keputusan yang tidak berada di satu tempat. Pengambil keputusan menysun
serangkaian pertanyaan yang berkaitan dengan suatu situasi peramalan dan menyampaikannya
kepada sekelompok ahli. Para ahli tersebut ditugaskan untuk meramalkan, apakah suatu
peristiwa dapat atau mungkin terjadi atau tidak. Jawaban dari anggota kelompok tadi
dikumpulkan dan masing-masing anggota ahli mempelajari ramalan yang dibuat oleh masing-
masing rekannya yang tidak pernah ditemuinya. Pada kesempatan berikutnya, rangkaian
pertanyaan yang sama dikembalikan kepada para anggota kelompok dengan melampirkan
jawaban yang telah diberikan oleh para anggota kelompok pada putaran pertama serta hal-hal
yang dipandang sudah merupakan kesepakatan kelompok. Apabila pendapat seseorang ahli
berbeda maka memberikan penjelasannya secara tertulis. Tiap-tiap jawaban diberikan kode
tertentu sehingga tidak diketahui siapa yang memberikan jawaban. Jawaban tersebut di atas
dilakukan dengan beberapa putaran. Pengedaran daftar pertanyaan dan analisa oleh beberapa
ahli dihentikan apabila telah diperoleh bahan tentang ramalan kemungkinan terjadi sesuatu
peristiwa di masa depan.
8. Collective bargaining, merupakan teknik pengembangan alternatif solusi dimana dua pihak yang
mempunyai pandangan berbeda bahkan bertolak belakang atas suatu masalah duduk di satu meja
dengan saling menghadap. Masing-masing pihak datang dengan satu daftar keinginan atau
tuntutan dengan didukung oleh berbagai data, informasi dan alasan-alasan yang diperhitungkan
dapat memperkuat posisinya dalam proses tawar-menawar yang terjadi. Jika pada akhirnya
ditemukan bahwa dukungan data dan informasi serta alasan-alasan yang dikemukakan oleh
kedua belah pihak mempunyai persamaan, maka tidak terlalu sukar untuk mencapai kesepakatan.
Tetapi sebaliknya, pertemuan berakhir tanpa hasil yang kemudian sering diikuti dengan
timbulnya masalah yang lebih besar.
9. Means-ways and analysis, merupakan teknik pengembangan alternatif solusi yang dilakukan
melalui analisis berbagai solusi yang mungkin diambil
10. Decision tree, dilakukan dengan membuat pohon keputusan yang terdiri dari diagram sederhana
yang memuat berbagai konsekuensi dari alternatif keputusan dan berbagai peristiwa yang
mungkin terjadi pada setiap alternatif keputusan.

Selanjutnya, untuk melakukan penilaian dan pemilihan alternatif solusi, seorang manajer
dapat menggunakan beberapa teknik, yaitu:
1. Linear programming model penugasan, merupakan Analisa terhadap jenis penugasan bagi orang
yang tepat melakukan sehingga diperoleh jumlah pengorbanan minimum.
2. Teknik probabilitas model analisis matrik payoff, digunakan untuk membuat keputusan dalam
keadaan ada resika dan ketidakpastian. Persoalan keputusan dalam situasi ada resiko atau
ketidakpastian memiliki komponen yang dapat diberi simbol dan disajikan dalam bentuk matrik
pay off (Engkoswara, 2010: 117 – 121).

F. Pemilihan model dalam pengambilan keputusan


Pengambilan keputusan yang tepat yaitu dimana seorang pimpinan dalam mengambil
keputusan sesuai dengan aturan yang sudah ada, tidak hanya unntuk mementingkan diri sendiri
melainkan untuk kepentingan bersama. Dan sebelum pengambilan keputusan seorang pemimpin
harus mengetahui segala aspek dalam pengambilan keputusan baik itu untuk yang diberi keputusan
ataupun dampak terhadap lingkungan dari pengambilan keputusan yang dia ambil.
Pengambilan keputusan biasanya dibutuhkan sebuah model yang dapat membantu dalam
prosesnya. Perlu diperhatikan bahwa tidak ada satu model pun yang cocok digunakan untuk
mengatasi semua jenis situasi problematik yang dihadpi oleh organisasi. Karena itu kemahiran yang
perlu dikembangkan oleh para pengambil keputusan ialah memilih secara tepat satu atau gabungan
beberapa model, dan menyesuaikannya dengan tuntutan situasi yang dihadapi.
Biasanya dalam mengambil keputusan digunakan model yang sederhana. Alasan mengapa
para pengambil keputusan cenderung memilih model pengambilan keputusan yang sederhana dan
rasional ialah karena mereka tidak bisa tidak, harus mempertimbangkan berbagai faktor intern,
terutama nilai-nilai organisasional yang dianut dan berbagai kebijaksanaan yang telah ditetapkan
oleh para manajer yang lebih tinggi kedudukannya Sehingga dengan pemilihan model yang tepat
pengambiln keputusan dapat dilakukan guna mencapai tujuan yang ada. Adapun langkah langkah
dalam mengambil keputusan yang tepat yaitu yang sesuai dengan: (1) Konsep dasar dalam
pengambilan keputusan; (2) Tujuan dan faktor dalam pengambilan keputusan; (3) Langkah-langkah
pengambilan keputusan; (4) Model-model pengambilan keputusa; dan (5) mempertimbangkan
dampak dan akibatnya.

Anda mungkin juga menyukai