SUATU PERUSAHAAN
40011321650017
ABSTRAK
Pengambilan Keputusan merupakan suatu kegiatan yang selalu ada didalam kehidupan
sehari-hari. Hal tersebut biasanya dilakukan ketika seseorang berhadapan dengan sebuah
masalah yang ada, mulai dari masalah sederhana sampai dengan permasalahan yang
kompleks. Dari sebuah permasalahan tersebut munculah pengambilan keputusan yang
tentunya mempunyai beberapa pilihan atau kriteria, namun jika ketika ada banyak sebuah
pilihan akan banyak juga permasalahan yang terjadi. Oleh sebab itu kita harus benar-benar
menyeleksi beberapa pilihan tersebut untuk sebuah pengambilan keputusan yang etis. Begitu
juga didalam suatu perusahaan, Pengambilan keputusan akan menentukan efektifitas
perencanaan yang disusun serta peningkatan koordinasi dalam keberjalanan suatu perusahaan
. Pengambilan keputusan yang baik merupakan bagian vital dari manajemen yang baik karena
setiap keputusan yang diambil akan menentukan bagaimana sebuah organisasi dapat
mencapai tujuan-tujuannya. seorang manajer harus dapat menetapkan dan memutuskan
keputusan yang harus diambil yaitu keputusan terbaik dengan mempertimbangkan hal-hal
yang menyangkut perusahaan secara menyeluruh. Oleh karena itu pada artikel ini akan
menjelaskan bagaimana etika pengambilan keputusan yang baik untuk suatu perusahaan.
PENDAHULUAN
Pengambilan keputusan berkaitan dengan ketidakpastian dari hasil keputusan yang diambil.
Untuk mengurangi dampak dari ketidakpastian tersebut, sebuah keputusan membutuhkan
informasi yang ahli mengenai kondisi yang telah, dan mungkin akan terjadi dari sebuah
permasalahan, kemudian mengolah informasi tersebut menjadi beberapa alternatif pemecahan
masalah sebagai bahan pertimbangannya dalam menetapkan langkah yang akan dilaksanakan,
sehingga keputusan yang diambil diharapkan dapat memberikan keuntungan yang maksimal.
KAJIAN TEORI
Pengambilan Keputusan
Dasar-dasar dalam pengambilan keputusan (Terry dalam Hikmat, 2015: 548) antara lain:
(a) Intuisi, (b) Pengalaman, (c) Fakta, (d) Wewenang, dan (e) Rasional. Tahap pengambilan
keputusan (Beach & Connolly, 2005: 2) terdiri dari: (1) Diagnosis, (2) Action Selected,
dan (3) Implementation. Sedangkan berdasar teori behavioristik tahap pengambilan
keputusan terdiri dari diagnosis dan choice. Sedangkan pendapat lain menyebutkan tahap
pengambilan keputusan adalah (Kanaga, 2016, Elenadova, 2014, Shahsavarani, Abadi,
2015) (1) 24 identifikasi permasalahan, (2) mengumpulkan dan analisis data, (3)
membuat pilihan tindakan, (4) pemilihan salah satu alternatif terbaik, (5) eksekusi
keputusan, dan (6) pemantauan dan evaluasi pelaksanaan. Pengambilan keputusan
dianggap baik jika memenuhi kriteria (Anwar, 2014: 43): (1) keputusan yang diambil
guna memecahkan permasalahan yang ada, (2) cepat dan tepat, (3) rasional, (4) praktis
dan pragmatis, (5) seminim mungkin menimbulkan dampak buruk, (6) memberi
keuntungan banyak pihak, dan (7) keputusan yang diambil dapat dievaluasi. Berdasar
pendapat sebagian ahli maka disimpulkan proses pengambilan keputusan diawali dengan
menganalisis masalah atau situasi yang diihadapi, kemudian memilih alternatif jawaban
yang tepat dan cepat untuk memecahkan masalah, dan selanjutnya pelaksanaan
keputusan. Proses pengambilan keputusan dikatakan baik apabila proses pengambilan
putusan tepat dan cepat.
George R. Terry menjelaskan dasar dasar dari pengambilan keputusan yang berlaku,
antara lain:
a. Intuisi
Keputusan yang diambil berdasarkan perasaan lebih yang bersifat subjektif yaitu
mudah terkena sugesti, pengaruh luar, dan faktor kejiwaan lain. Sifat subjektif dari
keputusan intuitif ini memiliki beberapa keuntungan, yaitu:
(1). Pengambilan keputusan oleh satu pihak sehingga mudah untuk memutuskan
(2). Keputusan intuitif lebih cocok untuk masalah yang bersifat kepada kemanusiaan
Pengambilan keputusan yang berdasarkan intuisi membutuhkan waktu yang singkat
untuk masalah yang dampaknya terbatas, pada umumnya pengambilan keputusan yang
bersifat intuitif akan memberikan kepuasan. Akan tetapi, keputusan ini sulit untuk diukur
kebenarannya karena kesulitan mencari pembandingnya karena diambil oleh satu pihak saja
sehingga hal-hal lain sering diabaikan.
Koordinasi
Dalam sebuah organisasi setiap pimpinan perlu untuk mengkoordinasikan kegiatan kepada
anggota organisasi yang diberikan dalam menyelesaikan tugas. Dengan adanya penyampaian
informasi yang jelas, pengkomunikasian yang tepat, dan pembagian pekerjaan kepada para
bawahan oleh manajer maka setiap individu bawahan akan mengerjakan pekerjaannya sesuai
dengan wewenang yang diterima. Tanpa adanya koordinasi setiap pekerjaan dari individu
karyawan maka tujuan perusahaan tidak akan tercapai. Hasibuan (2006:85) berpendapat
bahwa : “Koordinasi adalah kegiatan mengarahkan, mengintegrasikan, dan
mengkoordinasikan unsur-unsur manajemen dan pekerjaan-pekerjaan para bawahan dalam
mencapai tujuan organisasi”. Koordinasi adalah proses pengintegrasian tujuan-tujuan dan
kegiatankegiatan pada satuan-satuan yang terpisah (departemen-departemen atau bidang-
bidang fungsional) pada suatu organisasi untuk mencapai tujuan secara efisien dan efektif
(Handoko 2003 : 195).
Berdasarkan defenisi di atas maka dapat disebutkan bahwa koordinasi memiliki syarat-syarat
yakni :
a. Sense of Cooperation, perasaan untuk saling bekerja sama, dilihat per bagian.
b. Rivalry, dalam organisasi besar, sering diadakan persaingan antar bagian, agar saling
berlomba
c. Team Spirit, satu sama lain per bagian harus saling menghargai.
Efektivitas Kerja
Suatu perusahaan atau instansi selalu berusaha agar karyawan yang terlibat di dalamnya dapat
mencapai efektivitas kerja. Keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya dimulai dari
keberhasilan masing – masing karyawan yang bersangkutan. Efektivitas menjadi unsur pokok
untuk mencapai sebuah tujuan atau sasaran yang telah ditentukan dalam setiap organisasi.
Efektivitas dapat dikatakan efektif, apabila tercapainya tujuan atau sasaran yang telah
ditentukan sebelumnya. Menurut Steers (1985) efektivitas biasa dilakukan untuk mengukur
sejauh mana kelompok atau organisasi efektif dalam mencapai suatu tujuan. Sedangkan
efektivitas kerja adalah tingkatan sejauh mana seseorang atau kelompok dalam melaksanakan
tugas pokoknya untuk mencapai sasaran yang diinginkan. Istilah efektivitas sering digunakan
dalam lingkungan organisasi atau perusahaan untuk menggambarkan tepat atau tidaknya
sasaran yang dipilih perusahaan tersebut. Efektivitas tersebut dapat dilihat dari manfaat atau
keuntungan dari sesuatu yang dipilih untuk kepentingan organisasi atau perusahaan.
Efektivitas juga sering digunakan untuk mengukur keberhasilan yang dicapai oleh organisasi
atau perusahaan terkait dengan program – program yang telah direncanakan. Pengelolan
sebuah organisasi atau perusahaan bisa dikatakan berhasil apabila sasaran atau tujuan yang
ditetapkan mampu dilaksanakan dan memberikan kegunaan bagi perusahaan tersebut. Ukuran
dari efektivitas dapat dinilai dengan cara membandingkan pencapaian tujuan dari suatu
aktivitas yang dilakukan dan bukan mengenai biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan
aktivitas tersebut (Danim, 2004).