Anda di halaman 1dari 6

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PENINGKATAN KOORDINASI DI

SUATU PERUSAHAAN

Cheva Raffy Maulana

40011321650017

Manajemen dan Administrasi Logistik, Sekolah Vokasi, Universitas Diponegoro

ABSTRAK
Pengambilan Keputusan merupakan suatu kegiatan yang selalu ada didalam kehidupan
sehari-hari. Hal tersebut biasanya dilakukan ketika seseorang berhadapan dengan sebuah
masalah yang ada, mulai dari masalah sederhana sampai dengan permasalahan yang
kompleks. Dari sebuah permasalahan tersebut munculah pengambilan keputusan yang
tentunya mempunyai beberapa pilihan atau kriteria, namun jika ketika ada banyak sebuah
pilihan akan banyak juga permasalahan yang terjadi. Oleh sebab itu kita harus benar-benar
menyeleksi beberapa pilihan tersebut untuk sebuah pengambilan keputusan yang etis. Begitu
juga didalam suatu perusahaan, Pengambilan keputusan akan menentukan efektifitas
perencanaan yang disusun serta peningkatan koordinasi dalam keberjalanan suatu perusahaan
. Pengambilan keputusan yang baik merupakan bagian vital dari manajemen yang baik karena
setiap keputusan yang diambil akan menentukan bagaimana sebuah organisasi dapat
mencapai tujuan-tujuannya. seorang manajer harus dapat menetapkan dan memutuskan
keputusan yang harus diambil yaitu keputusan terbaik dengan mempertimbangkan hal-hal
yang menyangkut perusahaan secara menyeluruh. Oleh karena itu pada artikel ini akan
menjelaskan bagaimana etika pengambilan keputusan yang baik untuk suatu perusahaan.

Kata Kunci: Langkah-langkah pengambilan keputusan, Keefektifan, dan Koordinasi.

PENDAHULUAN

Pengambilan keputusan ialah upaya seseorang mengambil pilihan yang dianggap


tepat, efektif dan efisien. Menurut Schermerhorn Pengambilan keputusan yaitu kebijakan
seseorang yang menghadapi permasalahan dan berusaha mengambil peluang dari masalah
tersebut. Agar tidak berlanjut dan berdampak pada hasil yang kurang baik. Baik tidaknya
keputusan bergantung pada kualitas keputusan, persepsi, pengetahuan dan pengalaman orang
tersebut. 

Pengambilan keputusan berkaitan dengan ketidakpastian dari hasil keputusan yang diambil.
Untuk mengurangi dampak dari ketidakpastian tersebut, sebuah keputusan membutuhkan
informasi yang ahli mengenai kondisi yang telah, dan mungkin akan terjadi dari sebuah
permasalahan, kemudian mengolah informasi tersebut menjadi beberapa alternatif pemecahan
masalah sebagai bahan pertimbangannya dalam menetapkan langkah yang akan dilaksanakan,
sehingga keputusan yang diambil diharapkan dapat memberikan keuntungan yang maksimal.

Setiap keputusan mempunyai kadar tingkatan yang berbeda-beda. Keputusan biasanya


memiliki empat tingkatan yaitu keputusan otomatis, keputusan yang berdasarkan informasi
yang diharapkan, keputusan yang berdasarkan pertimbangan, serta keputusan bedasarkan
ketidakpastian ganda.

a. Keputusan otomatis merupakan bentuk keputusan yang dibuat dengan sangat


sederhana.
b. Keputusan berdasarkan informasi yang diharapkan merupakan tingkatan keputusan
yang telah mempunyai informasi yang sedikit kompleks, artinya informasi yang ada
telah memberi aba- aba untuk mengambil keputusan. Akan tetapi keputusan belum
dibuat karena informasi perlu dipelajari terlebih dahulu.
c. Keputusan berdasarkan berbagai pertimbangan merupakan tingkat keputusan yang
lebih banyak membutuhkan informasi dan informasi tersebut dikumpulkan serta
dianalisis untuk dipertimbangkan agar menghasilkan keputusan.
d. Keputusan berdasarkan ketidakpastian ganda, merupakan tingkat keputusan yang
paling kompleks. Jumlah informasi yang diperlukan semakin banyak selain itu, dalam
informasi yang sudah ada terdapat ketidakpastian. Keputusan semacam ini lebih
banyak mengandung resiko dan terdapat keraguan dalam pengambilan keputusannya.

Koordinasi dapat diartikan sebagai proses penyepakatan bersama secara mengikat


berbagai kegiatan atau unsur yang berbeda-beda sedemikian rupa sehingga di sisi yang
satu semua kegiatan atau unsur itu terarah pada pencapaian suatu tujuan yang telah
ditetapkan dan di sisi lain keberhasilan yang satu tidak merusak keberhasilan yang lain.
Koordinasi dalam suatu perusahaan merupakan pengaturan yang aktif, bukan pengaturan
dalam arti pasif. Yaitu berupa membuat aturan mengenai segala gerak dan kegiatan dan
kinerja antara atasan dan bawahan yang mempunyai tugas dan kewajiban dan wewenang
yang saling berhubungan satu sama lainnya, pengaturan bertujuan untuk mencegah
terjadinya kesimpangsiuran dan kegiatan saling bertindih yang dapat mengakibatkan
pemborosan dan pengaruh tidak baik terhadap semangat dan tertib kerja. Handoko (2016 :
193) menuliskan, “Koordinasi (coordination) adalah proses pengintegrasian tujuan-tujuan
dan kegiatan-kegiatan pada satuan-satuan yang terpisah (departemen atau bidang-bidang
fungsional) suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien.”

Koordinasi sangatlah penting dalam suatu perusahaan, karena di dalamnya terdapat


banyak kegiatan yang berkaitan oleh banyak orang dan dalam banyak bagian. Kebutuhan
koordinasi timbul sewaktu-waktu apabila satu orang atau kelompok bertanggung jawab
atas kesempurnaan suatu tugas. Untuk melihat kemampuan seorang atasan sebagai
pemimpin dalam melakukan koordinasi dilihat dari besar kecilnya jumlah bawahan yang
ada dalam tanggung jawabnya, yang dikenal sebagai rentang manajemen. Koordinasi
dibutuhkan sekali oleh para pegawai nya, sebab tanpa koordinasi setiap pegawai tidak
mempunyai pegangan mana yang harus diikuti, sehingga akan merugikan perusahaan itu
sendiri. Dengan koordinasi diharapkan keharmonisan atau keserasian seluruh kegiatan
untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Sehingga tiap departemen atau perusahaan atau
bagian menjadi seimbang dan selaras.

Pengambilan Keputusan dengan sebuah koordinasi memiliki keterkaitan yang cukup


kuat. Karena sebuah keputusan dengan koordinasi memiliki peranan penting di suatu
perusahaan, dengan dua hal tersebut akan tercipta dampak yang sama yaitu tercapainya
sebuah tujuan perusahaan. Jika sering terjadi misskomunikasi didalam sebuah perusahaan
baik antara karyawan maupun atasan hal tersebut menandakan bahwa buruknya suatu
pengambilan keputusan serta koordinasi di perusahaan tersebut. Oleh karena itu
perusahaan harus menerapkan dua hal tersebut disetiap lini aktivitas kantor.

KAJIAN TEORI

Pengambilan Keputusan

a. Definisi Pengambilan Keputusan

Sebagian pendapat mengartikan pengambilan keputusan adalah sebagai berikut.


Pengambilan keputusan merupakan proses mental (kognitif) yang menghasilkan pemilihan
praktis di antara berbagai pilihan dan berakhir dengan pilihan akhir (Greene, et al, 2009,
Bonati et al, 2009, Carlson, et al, 2009). Pengambilan keputusan merupakan proses
pemecahan masalah yang berakhir ketika solusi yang memuaskan tercapai (Delazer, et al,
2011).

b. Proses Pengambilan Keputusan

Dasar-dasar dalam pengambilan keputusan (Terry dalam Hikmat, 2015: 548) antara lain:

(a) Intuisi, (b) Pengalaman, (c) Fakta, (d) Wewenang, dan (e) Rasional. Tahap pengambilan
keputusan (Beach & Connolly, 2005: 2) terdiri dari: (1) Diagnosis, (2) Action Selected,
dan (3) Implementation. Sedangkan berdasar teori behavioristik tahap pengambilan
keputusan terdiri dari diagnosis dan choice. Sedangkan pendapat lain menyebutkan tahap
pengambilan keputusan adalah (Kanaga, 2016, Elenadova, 2014, Shahsavarani, Abadi,
2015) (1) 24 identifikasi permasalahan, (2) mengumpulkan dan analisis data, (3)
membuat pilihan tindakan, (4) pemilihan salah satu alternatif terbaik, (5) eksekusi
keputusan, dan (6) pemantauan dan evaluasi pelaksanaan. Pengambilan keputusan
dianggap baik jika memenuhi kriteria (Anwar, 2014: 43): (1) keputusan yang diambil
guna memecahkan permasalahan yang ada, (2) cepat dan tepat, (3) rasional, (4) praktis
dan pragmatis, (5) seminim mungkin menimbulkan dampak buruk, (6) memberi
keuntungan banyak pihak, dan (7) keputusan yang diambil dapat dievaluasi. Berdasar
pendapat sebagian ahli maka disimpulkan proses pengambilan keputusan diawali dengan
menganalisis masalah atau situasi yang diihadapi, kemudian memilih alternatif jawaban
yang tepat dan cepat untuk memecahkan masalah, dan selanjutnya pelaksanaan
keputusan. Proses pengambilan keputusan dikatakan baik apabila proses pengambilan
putusan tepat dan cepat.

George R. Terry menjelaskan dasar dasar dari pengambilan keputusan yang berlaku,
antara lain:

a. Intuisi
Keputusan yang diambil berdasarkan perasaan lebih yang bersifat subjektif yaitu
mudah terkena sugesti, pengaruh luar, dan faktor kejiwaan lain. Sifat subjektif dari
keputusan intuitif ini memiliki beberapa keuntungan, yaitu:
(1). Pengambilan keputusan oleh satu pihak sehingga mudah untuk memutuskan
(2). Keputusan intuitif lebih cocok untuk masalah yang bersifat kepada kemanusiaan
Pengambilan keputusan yang berdasarkan intuisi membutuhkan waktu yang singkat
untuk masalah yang dampaknya terbatas, pada umumnya pengambilan keputusan yang
bersifat intuitif akan memberikan kepuasan. Akan tetapi, keputusan ini sulit untuk diukur
kebenarannya karena kesulitan mencari pembandingnya karena diambil oleh satu pihak saja
sehingga hal-hal lain sering diabaikan.

Koordinasi

Dalam sebuah organisasi setiap pimpinan perlu untuk mengkoordinasikan kegiatan kepada
anggota organisasi yang diberikan dalam menyelesaikan tugas. Dengan adanya penyampaian
informasi yang jelas, pengkomunikasian yang tepat, dan pembagian pekerjaan kepada para
bawahan oleh manajer maka setiap individu bawahan akan mengerjakan pekerjaannya sesuai
dengan wewenang yang diterima. Tanpa adanya koordinasi setiap pekerjaan dari individu
karyawan maka tujuan perusahaan tidak akan tercapai. Hasibuan (2006:85) berpendapat
bahwa : “Koordinasi adalah kegiatan mengarahkan, mengintegrasikan, dan
mengkoordinasikan unsur-unsur manajemen dan pekerjaan-pekerjaan para bawahan dalam
mencapai tujuan organisasi”. Koordinasi adalah proses pengintegrasian tujuan-tujuan dan
kegiatankegiatan pada satuan-satuan yang terpisah (departemen-departemen atau bidang-
bidang fungsional) pada suatu organisasi untuk mencapai tujuan secara efisien dan efektif
(Handoko 2003 : 195).

Menurut tinjauan manajemen, koordinasi menurut Terry meliputi :

a. Jumlah usaha baik secara kuantitatif, maupun secara kualitatif

b. Waktu yang tepat dari usaha-usaha tersebut

c. Directing atau penentuan arah usaha-usaha tersebut

Berdasarkan defenisi di atas maka dapat disebutkan bahwa koordinasi memiliki syarat-syarat
yakni :

a. Sense of Cooperation, perasaan untuk saling bekerja sama, dilihat per bagian.

b. Rivalry, dalam organisasi besar, sering diadakan persaingan antar bagian, agar saling
berlomba

c. Team Spirit, satu sama lain per bagian harus saling menghargai.

d. Esprit de corps bagian yang saling menghargai akan makin bersemangat


Selanjutnya kordinasi memiliki sifat-sifat:

a. Koordinasi adalah dinamis, bukan statis.

b. Koordinasi menekankan pandangan menyeluruh oleh seorang manajer dalam kerangka


mencapai sasaran.

c. Koordinasi hanya meninjau suatu pekerjaan secara keseluruhan.

Efektivitas Kerja

Pengertian Efektitivas Kerja

Suatu perusahaan atau instansi selalu berusaha agar karyawan yang terlibat di dalamnya dapat
mencapai efektivitas kerja. Keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya dimulai dari
keberhasilan masing – masing karyawan yang bersangkutan. Efektivitas menjadi unsur pokok
untuk mencapai sebuah tujuan atau sasaran yang telah ditentukan dalam setiap organisasi.
Efektivitas dapat dikatakan efektif, apabila tercapainya tujuan atau sasaran yang telah
ditentukan sebelumnya. Menurut Steers (1985) efektivitas biasa dilakukan untuk mengukur
sejauh mana kelompok atau organisasi efektif dalam mencapai suatu tujuan. Sedangkan
efektivitas kerja adalah tingkatan sejauh mana seseorang atau kelompok dalam melaksanakan
tugas pokoknya untuk mencapai sasaran yang diinginkan. Istilah efektivitas sering digunakan
dalam lingkungan organisasi atau perusahaan untuk menggambarkan tepat atau tidaknya
sasaran yang dipilih perusahaan tersebut. Efektivitas tersebut dapat dilihat dari manfaat atau
keuntungan dari sesuatu yang dipilih untuk kepentingan organisasi atau perusahaan.
Efektivitas juga sering digunakan untuk mengukur keberhasilan yang dicapai oleh organisasi
atau perusahaan terkait dengan program – program yang telah direncanakan. Pengelolan
sebuah organisasi atau perusahaan bisa dikatakan berhasil apabila sasaran atau tujuan yang
ditetapkan mampu dilaksanakan dan memberikan kegunaan bagi perusahaan tersebut. Ukuran
dari efektivitas dapat dinilai dengan cara membandingkan pencapaian tujuan dari suatu
aktivitas yang dilakukan dan bukan mengenai biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan
aktivitas tersebut (Danim, 2004).

Anda mungkin juga menyukai