Anda di halaman 1dari 18

RANGKUMAN SISTEM PENUNJANG

KEPUTUSAN (SPK)

Disusun oleh :

NAMA : AKMAL IRMANSYAH


NIM : 3922150020
PRODY : TEKNIK INFORMATIKA
SEMESTER :4
MATA KULIAH : SISTEM PENUNJANG
KEPUTUSAN (SPK)
DOSEN PENGAMPU : Bp. Pardo Frans S.Kom, M.Kom.

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS PANCASAKTI BEKASI
Konsep dasar Sistem Penunjang Keputusan (SPK)

Manusia merupakan bagian dari alam, hidupnya tidak lepas dari alam.
Hampir setiap saat manusia membuat atau mengambil keputusan dan
melaksanakannya. Segala tindakannya secara sadar merupakan pencerminan
hasil proses pengambilan keputusan dalam pikirannya
Sebenarnya manusia sudah sangat terbiasa dalam membuat keputusan.
Keputusan yang perlu dipertanggung jawabkan kepada orang lain atau
prosesnya memerlukan pengertian pihak lain, Maka perlu untuk diungkapkan
sasaran yang akan dicapai berikut kronologi proses pengambilan
keputusannya.

Pengertian Sistem Penunjang Keputusan (SPK)

Konsep Sistem Pendukung Keputusan (SPK) / Decision Support Sistem


(DSS) pertama kali diungkapkan dengan istilah Management Decision Sistem,
yaitu suatu sistem yang berbasis komputer yang ditujukan untuk membantu
pengambil keputusan dengan memanfaatkan data dan model tertentu untuk
memecahkan berbagai persoalan yang bersifat semi terstruktur.
Persoalan yang bersifat semi terstruktur adalah Persoalan yang tidak
lengkap terkait informasi penyebabnya, hanya terdapat beberapa variabel saja.
Contohnya:
Kinerja SDM perusahaan yang menurun, variabel penyebabnya bisa berbeda-
beda dan berubah-ubah, bisa karena variabel/faktor motivasi, faktor kemampuan
dan lainnya, sehingga penyelesaian masalahnya juga berbeda tergantung
variabelnya tadi

Tujuan dari Sistem Penunjang Keputusan (SPK)


Berikut ini terdapat beberapa tujuan dari sistem pendukung keputusan, terdiri
atas:
1. Membantu manajer dalam pengambilan keputusan atas masalah semi
terstruktur.
2. Memberikan dukungan atas pertimbangan manajer dan bukannya
dimaksudkan untuk menggantikan fungsi manajer.
3. Meningkatkan efektivitas keputusan yang diambil manajer lebih daripada
perbaikan efisiensinya.
4. Kecepatan komputasi. Komputer memungkinkan para pengambil
keputusan untuk melakukan banyak komputasi secara cepat dengan biaya
yang rendah.
5. Peningkatan produktivitas. Membangun satu kelompok pengambil
keputusan, terutama para pakar, bisa sangat mahal. Pendukung
terkomputerisasi bisa mengurangi ukuran kelompok dan memungkinkan
para anggotanya untuk berada di berbagai lokasi yang berbeda-beda
(menghemat biaya perjalanan).
6. Dukungan kualitas. Komputer bisa meningkatkan kualitas keputusan
yang dibuat. Sebagai contoh, semakin banyak data yang diakses,
semakin banyak data yang diakses, makin banyak juga alternatif yang
bisa dievaluasi.
7. Berdaya saing. Manajemen dan pemberdayaan sumber daya perusahaan.
Tekanan persaingan menyebabkan tugas pengambilan keputusan menjadi
sulit.
8. Mengatasi keterbatasan kognitif dalam memproses dan penyimpanan.

PEMBUATAN KEPUTUSAN
Ada beberapa ahli yang meluncurkan mengenai dasar pembuatan
keputusan yaitu Herbert Simon dan Henry Mintzberg. Proses pembuatan
keputusan diawali dari cara bagaimana menerima informasi dari DSS, dengan
cara mengetahui peranan laporan dan pemodelan matematis dalam pemecahan
masalah, kemudian mendefinisikan terminologinya dan kelemahannya. Hingga
terbentuk tampilan informasi yang bervariasi, tergantung daya kemudahan
penggunaan dan daya dukung keputusan.
Menurut Simon , keputusan berada dalam kondisi yang
berkesinambungan antara keputusan yang terprogram dan keputusan yang tidak
terprogram. Keputusan terprogram adalah bersifat berulang-ulang dan rutin,
pada suatu tingkat tertentu dan prosedur telah ditetapkan untuk menanganinya,
sehingga hal tersebut tidak dianggap suatu hal yang baru.
Menurut Baron Dan Byre “2008”, Definisi pengambilan keputusan
menurut Baron dan Byrne ialah suatu proses melalui kombinasi individu atau
kelompok dan mengintegrasikan informasi yang ada dengan tujuan memilih
satu dari berbagai kemungkinan tindakan
Menurut Dermawan “2004”, Definisi pengambilan keputusan menurut
Dermawan ialah suatu proses yang dipengaruhi oleh banyak kekuatan termasuk
lingkungan organisasi dan pengetahuan, kecakapan dan motivasi. Pengambilan
keputusan merupakan ilmu dan seni pemilihan alternatif solusi atau tindakan
dari sejumlah alternatif solusi dan tindakan yang berguna menyelesaikan
masalah.
Menurut Wang Dan Ruhe “2007”, Definisi pengambilan keputusan
menurut Wan dan Ruhe ialah proses yang memilih pilihanyang lebih disukai
atau suatu tindakan dari antara alternatif atas dasar kriteria atau strategi yang
diberikan.
Menurut Terry “2003”, Definisi pengambilan keputusan menurut Terry
pemilihan alternatif perilaku dari dua alternatif atau lebih tindakan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi melalui pemilihan satu diantara alternatif-
alternatif yang memungkinkan.
Menurut Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, Definisi pengambilan keputusan
menurut Kamus Besar Ilmu Pengetahuan ialah pemilihan keputusan atau
kebijakan yang didasarkan atas kriteria tertentu, proses ini meliputi dua atau
lebih alternatif karena seandainya hanya ada satu alternatif tidak ada keputusan
yang diambil.

Ciri – Ciri Pengambilan Keputusan


Berikut ini terdapat beberapa ciri-ciri pengambilan keputusan, terdiri atas:
1. Proses Keputusan
Keputusan adalah suatu proses yang terus menerus (continue), sebab kalau tidak
adanya suatu proses yang berkesinambungan bearti tidak adanya hubungan
dengan keputusan tersebut. Apabila tidak ada tindakan lebih lanjut maka
keputusan itu tidak mempunyai arti. Sifat daripada pengambilan keputusan ini
dapat dipertimbangkan dengan faktor waktu yang dapat dibagi menjadi :
a. Pertimbangan waktu yang lampau, di mana masalah itu timbul dan
informasi dapat dikumpulkan.
b. Waktu sekarang di mana keputusan itu dibuat.
c. Waktu yang akan datang di mana keputusan dilaksanakan, dan diadakan
penilaian.
Rangkaian keputusan tersebut diambil oleh sejumlah individu yang berbeda.
Faktor waktu ditambah dengan rangkaian sifat-sifat adalah merupakan suatu
komponen daripada proses,yang merupakan dasar daripada pengambilan
keputusan.
2. Konsep Ikatan
Kalau suatu keputusan menyangkut sejumlah besar orang-orang, maka hal yang
penting adalah kemampuan untuk menghadapi reaksi dan menyesuaikan
perbedaan-perbedaan dengan kedua belah pihak itu. Hasil daripada syarat-syarat
yang telah ditentukan dalam keputusan yang baik dapat digambarkan sebagai
suatu kesimpulan: keputusan itu akan sukses apabila menimbulkan suatu
ikatan antara pengambil keputusan dengan keputusannya. Berhasil atau
tidaknya suatu organisasi disebabkan karena cara bekerjanya keputusan itu
sendiri. Ikatan akan timbul karena orang-orang di dalam organisasi berusaha
untuk menyesuaikan dan melaksanakan keputusan itu.

Keputusan itu bersifat berkesinambungan karena adanya unsur dinamis dan


pengharapan-pengharapan daripada orang-orang yang ada di dalam organisasi
itu. Keputusan itu juga sering menimbulkan perubahan antara satu bidang yang
akan mempengaruhi terhadap bidang lain. Misalnya : Suatu keputusan kenaikan
harga bensin akan mempengaruhi biaya angkutan/transport.
3. Penilaian
Faktor penilaian di dalam pengambilan keputusan dapat dibedakan atas 2 hal :
a. Pimpinan (pengambil keputusan) menghadapi suatu pertanyaan pilihan
antara 2 atau lebih alternatif.
b. Masalah daripada hasil keputusan itu sendiri yang telah diambil
Pemilihan daripada pengambil keputusan (pimpinan) tidak atas dasar
pertimbangan,tetapi atas dasar beberapa alternatif yang oleh pengambil
keputusan dianggap penting.
Adapun yang merupakan pertimbangan pokok bagi Pimpinan dalam
pengambilan keputusan tidak hanya didasarkan kepada pribadinya,
pengalamannya, pengabdiannya dan kecakapannya,tetapi sebagai unsur yang
penting ialah pertimbangan dari orang-orang yang membantunya (sifatnya)
dalam memberikan saran-sarannya. Dengan demikian maka terdapat dua unsur
yang mempengaruhi terhadap keputusan itu yaitu Kepentingan pribadinya, dan
Kepentingan organisasi yang akan bersama-sama menjadi pertimbangan,
sekalipun dua faktor penilaian itu sangat kompleks. Dalam menghadapi masalah
ini Pimpinan harus mengadakan penilaian daripada keputusan-keputusan yang
lampau dan mengadakan penilaian pula terhadap hal-hal yang relevan dalam
waktu yang sekarang ini, dan meneliti akibat yang akan timbul dalam waktu
yang akan datang.

Dasar – dasar pengambilan keputusan


1. Intuisi
Keputusan yang diambil berdasarkan intuisi atau perasaan lebih bersifat
subjektif yaitu mudah terkena sugesti, pengaruh luar, dan faktor kejiwaan lain.
Sifat subjektif dari keputusuan intuitif ini terdapat beberapa keuntungan, yaitu :
1. Pengambilan keputusan oleh satu pihak sehingga mudah untuk
memutuskan.
2. Keputusan intuitif lebih tepat untuk masalah-masalah yang bersifat
kemanusiaan.
Pengambilan keputusan yang berdasarkan intuisi membutuhkan waktu yang
singkat Untuk masalah-masalah yang dampaknya terbatas, pada umumnya
pengambilan keputusan yangbersifat intuitif akan memberikan kepuasan. Akan
tetapi, pengambilan keputusan ini sulit diukur kebenarannya karena kesulitan
mencari pembandingnya dengan kata lain hal ini diakibatkan pengambilan
keputusan intuitif hanya diambil oleh satu pihak saja sehingga hal- hal yang lain
sering diabaikan.
2. Pengalaman
Sering kali terjadi bahwa sebelum mengambil keputusan, pimpinan mengingat-
ingatapakah kasus seperti ini sebelumnya pernah terjadi. Pengingatan semacam
itu biasanya ditelusuri melalui arsip-arsip pengambilan keputusan yang berupa
dokumentasi pengalaman- pengalaman masa lampau. Jika ternyata
permasalahan tersebut pernah terjadi sebelumnya, maka pimpinan tinggal
melihat apakah permasalahan tersebut sama atau tidak dengan situasi dan
kondisi saat ini.
Jika masih sama kemudian dapat menerapkan cara yang sebelumnya itu untuk
mengatasi masalah yang timbul. Dalam hal tersebut, pengalaman memang dapat
dijadikan pedoman dalam menyelesaikan masalah. Keputusan yang
berdasarkan pengalaman sangat bermanfaat bagi pengetahuan praktis.
Pengalaman dan kemampuan untuk memperkirakan apa yang menjadi latar
belakang masalah dan bagaimana arah penyelesaiannya sangat membantu dalam
memudahkan pemecahan masalah.
3. Fakta
Ada yang berpendapat bahwa sebaiknya pengambilan keputusan didukung oleh
sejumlahfakta yang memadai. Sebenarnya istilah fakta perlu dikaitkan dengan
istilah data dan informasi. Kumpulan fakta yang telah dikelompokkan secara
sistematis dinamakan data. Sedangkan informasi adalah hasil pengolahan dari
data. Dengan demikinan, data harus diolah lebih dulu menjadi informasi yang
kemudian dijadikan dasar pengambilan keputusan.
Keputusan yang berdasarkan sejumlah fakta, data atau informasi yang cukup itu
memang merupakan keputusan yang baik dan solid, namun untuk
mendapatkan informasi yang cukup itu sangat sulit.
4. Wewenang
Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang biasanya dilakukan oleh
pimpinan terhadap bawahannya, atau oleh orang yang lebih tinggi
kedudukannya kepada orang yang lebih rendah kedudukannya. Hasil
keputusannya dapat bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama dan
memiliki otentisitas (otentik), tetapi dapat menimbulkan sifat rutinitas,
mengasosiasikan dengan praktek diktatorial dan sering melewati permasalahan
yang seharusnya dipecahkan sehingga dapat menimbulkan kekaburan
5. Rasional.
Pada pengambilan keputusan yang berdasarkan rasio, keputusan yang
dihasilkan bersifat objektif, logis, lebih transparan dan konsisten untuk
memaksimumkan hasil atau nilai dalam batas kendala tertentu, sehingga dapat
dikatakan mendekati kebenaran atau sesuai dengan apa yang diinginkan.
Pengambilan keputusan secara rasional ini berlaku sepenuhnya dalam keadaan
yang ideal. Pada pengambilan keputusan secara rasional terdapat beberapa hal
sebagai berikut:
a. Kejelasan masalah: tidak ada keraguan dan kekaburan masalah.
b. Orientasi tujuan: kesatuan pengertian tujuan yang ingin dicapai.
c. Pengetahuan alternatif: seluruh alternatif diketahui jenisnya dan
konsekuensinya.
d. Preferensi yang jelas: alternatif bisa diurutkan sesuai kriteria.
e. Hasil maksimal: pemilihsan alternatif terbaik berdasarkan atas hasil
ekonomis yang maksimal.

DECISION SUPPORT SYSTEM (DSS) DAN EXPERT SYSTEM (ES)


Tingkat Teknologi Sistem Penunjang Keputusan dibedakan berdasarkan 3
(tiga) macam :
1. Sistem Penunjang Keputusan Khusus (Specific DSS)
Merupakan Sistem Penunjang Keputusan yg langsung digunakan untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan. Meliputi sistem informasi terapan, tetapi dgn
karakteristik yg berbeda dgn pemrosesan data biasa. Contoh Sistem Interaktif
Grafik dalam Evaluasi Penjadwalan Produksi (Suryadi,1992).

2. Pembangkit Sistem Penunjang Keputusan (DSS Generator)


Merupakan perngkat keras dan lunak yg memiliki kemampuan utk
mengembangkan SPK khusus secara cepat dan mudah. Meliputi fasilitas
penyiapan laporan, bahasa simulasi, tampilan grafik, subrutin statistik
dsb.Geodata Analysis and Display System (IBM) dan Interactive Financial
Planning System (Executive System) merupakan contohnya (Sprague, 1989).
3. Peralatan Sistem Penunjang Keputusan (DSS Tools)
Merupakan tingkatan teknologi yg paling mendasar dalam pengembangan
Sistem Penunjang Keputusan . Diantaranya dapat berupa bahasa pemrograman,
sistem operasi komputer khusus, dbms dsb.

PERBEDAAN DECISION SUPPORT SYSTEM DENGAN dengan


EXPERT SYSTEM.
DECISION SUPPORT SYSTEM berbeda dengan EXPERT SYSTEM
dalam dua hal pokok:
1. DECISION SUPPORT SYSTEM terdiri dari routine yang merefleksikan
keyakinan manager dalam caranya memecahkan masalah, oleh karena itu
keputusan yang dihasilkan oleh DSS merefleksikan gaya kemampuan
manager. Sebaliknya ES memberikan peluang untuk mendapatkan
kemampuan dalam membuat keputusan melebihi kemampuan yang
dimiliki manager.
2. EXPERT SYSTEM mempunyai kemampuan untuk menjelaskan jalur
penalaran yang diikuti pencapaian pemecahan tertentu, seringkali
penjelasan mengenai bagaimana pemecahan dicapai akan leibh berguna
dari pada pemecahan itu sendiri..

EXPERT SYSTEM
Expert System (ES) merupakan Subset pokok dari Artificial Intelegent
(AI), ES merupakan program komputer yang berfungsi dengan cara yang sama
seperti ahli manusia, yaitu memberi advise pemakai mengenai cara
pemecahan masalah dengan bantuan knowledge base, yang berperan sebagai
konsultan, atau konsultasi dari pakar mengenai kepakarannya. Jika menemukan
masalah tentunya dapat memilih ES dari pada DSS SPK apabila:
1. Masalah tersebut melibatkan diagnosis situasi yang kompleks atau
melibatkan pembuatan kesimpulan atau peringkasan dari volume data
yang besar.
2. Ada tingkat ketidak tentuan dalam aspek masalah tertentu.
3. Ada kemungkinan bagi ahli manusia untuk memecahkan masalah tersebut
dalam jangka waktu yang wajar.

KNOWLEDGE MENAGEMENT
Knowledge management atau manajemen pengetahuan adalah suatu
sistem dan proses yang terformat dan terarah yang dikembangkan dalam suatu
organisasi untuk menciptakan, mencari, mengumpulkan, memilih,
mengorganisir, mendokumentasikan, menyimpan, memelihara dan
menyebarkan informasi dan pengetahuan dalam rangka mendukung
kebutuhan masing-masing individu di dalam perusahaan sehingga dapat
digunakan dalam pengambilan keputusan yang baik untuk mendukung strategi
bisnis.
Knowledge management digunakan dalam pengelolaan pengetahuan
organisasi untuk menciptakan nilai dan menghasilkan keunggulan bersaing atau
kinerja prima. Kombinasi pengetahuan manusia dalam organisasi akan
menghasilkan pengetahuan organisasi yang berbeda. Hanya saja, organisasi
yang memiliki banyak pengetahuan berkualitas belum tentu mampu
menghasilkan barang atau jasa yang sama kualitasnya. Maka dari itu penting
bagi suatu perusahaan untuk memiliki Knowledge Management guna
mendapatkan manfaat sebesar-besarnya dari pengetahuan.
Manajemen pengetahuan digunakan untuk memfasilitasi pengumpulan,
perekaman, pengorganisasian, penyaringan, analisis, temu kembali dan
penyebaran pengetahuan eksplisit dan implisit serta dapat menunjukkan fungsi
strategis dengan sangat jelas. Fungsi adanya aplikasi manajemen pengetahuan
adalah sebagai perantara transfer pengetahuan antara penyedia dan pencari
pengetahuan dari pikiran pemiliknya ke tempat penyimpanan eksternal dan
sebaliknya pengambilan pengetahuan dari penyimpanan eksternal yang disaring
sesuai dengan kebutuhan dan mudah dipahami oleh pengguna.
Manajemen pengetahuan adalah sebuah proses perencanaan dan
pengontrolan kinerja aktivitas tentang pembentukan proses pengetahuan,
yakni proses yang membantu suatu organisasi atau lembaga dalam
mendapatkan, memilih, menyebarluaskan (distribusi), dan mentransfer
informasi yang dianggap penting dan informasi yang didapat dari beragam
keahlian seseorang seperti informasi yang muncul pada saat diskusi untuk
menyelesaikan masalah organisasi, pembelajaran dinamis, perencanaan
strategis dan proses pengambilan keputusan.
Komponen Knowledge Management
Menurut Bhatt (2000), knowledge management memiliki tiga komponen utama
yang saling terikat satu sama lain, yaitu people, process, technology. Ketiga
komponen dapat menghasilkan suatu pembelajaran bagi organisasi. Adapun
penjelasan atas ketiga komponen tersebut adalah sebagai berikut (Debowski,
2006):
a) People
People adalah orang yang memiliki knowledge, mengelola sistem dan
proses, dan berkomitmen terhadap proses strategik knowledge untuk
keseluruhan organisasi. Budaya sharing mendorong penyebaran knowledge
dapat dibangun melalui hubungan knowledge efektif, networks, CoPs dan
strategi komunitas sosial lainnya.
b) Process
Process adalah pengaturan dan penyelarasan dari strategi, prinsip,
proses, praktek untuk memastikan bahwa knowledge management berjalan
dengan baik ketika diimplementasikan.
c) Technology
Technology adalah peran atau media pendukung yang penting dalam
knowledge management, dimana dibutuhkan individu yang memiliki kompeten
ketika menggunakannya. Implementasi knowledge management system
memerlukan berbagai tools cukup beragam yang ikut terlibat dalam sepanjang
siklus knowledge management teknologi yang digunakan untuk memfasilitasi
teruntama komunikasi, kolaborasi, dan konten manajemen untuk knowledge
capture, sharing, dissemination, and application. Dalam hal ini teknologi
berperan sebagai support dan enabler bagi organisasi, karena people
merupakan komponen knowledge management yang paling berperan penting.

DECISION TREE
Decision tree adalah salah satu metode bisa membantu dalam
mempertimbangkan berbagai pilihan dan risiko sekaligus, jadi kita bisa
mengambil keputusan dengan pertimbangan yang matang.
Ada tiga elemen dalam satu decision tree, yaitu:

Decision tree adalah diagram yang bisa membantu kita untuk memilih
salah satu dari beberapa pilihan tindakan. Umumnya, decision tree dimulai
dengan satu node atau simpul. Kemudian, node tersebut bercabang untuk
menyatakan pilihan-pilihan yang ada. Selanjutnya, setiap cabang tersebut akan
memiliki cabang-cabang baru.
Oleh karena itu metode ini disebut “tree” karena bentuknya menyerupai pohon
yang memiliki banyak cabang.Dalam decision tree, kita bisa menyusun berbagai
pilihan dan menyelidiki kemungkinan hasil dari pilihan tersebut. Selain itu, kita
juga bisa melihat kemungkinan risiko dan kelebihan atas setiap pilihan yang
ada.

1. root node (akar):


Merupakan node teratas, pada node ini tidak ada input dan dapat tidak
mempunyai output atau dapat mempunyai output lebih dari satu.
2. Internal node(ranting:))
Merupakan node percabangan, pada node ini hanya terdapat satu input
dan mempunyai output minimal dua.

3. Leaf node (daun)


Merupakan node akhir atau terminal node, pada node ini hanya terdapat
satu input dan tidak mempunyai output (simpul terminal).
Ada dua jenis leaf node, yakni yang berbentuk persegi dan lingkaran.
Lead node persegi menyatakan keputusan yang diambil. Sementara itu, leaf
node lingkaran menyatakan hasil yang tidak pasti.
Berikut adalah beberapa manfaat yang bisa didapatkan dari melakukan decision
tree saat mengambil keputusan:
1. Opsi yang akan dipilih dijabarkan secara logis, sehingga memudahkan
membuat keputusan yang tepat
2. Setiap opsi dan pilihan bisa dipertimbangkan secara bersamaan, yang
memungkinkan setiap orang yang terlibat menganalisis setiap opsi secara
komprehensif
3. Resiko dari setiap opsi bisa dianalisis dan dipertimbangkan karena
menggunakan faktor kemungkinan
4. sSngat spesifik karena mempertimbangkan potensi keuntungan dan
kerugian dari setiap opsi yang ada
5. Hasil dari setiap opsi bisa digambarkan dan dijabarkan, yang
membuatnya mudah dipahami
6. Setiap opsi dipaparkan secara transparan, yang membuat setiap orang
yang terlibat tahu pertimbangan apa saja yang diambil dari keputusan
yang dipilih
Decision tree dalam aturan keputusan (decision rule) merupakan
metodologi data mining yang banyak diterapkan sebagai solusi untuk
klasifikasi. Decision tree merupakan suatu metode klasifikasi yang
menggunakan struktur pohon, dimana setiap node merepresentasikan
atribut dan cabangnya merepresentasikan nilai dari atribut, sedangkan
daunnya digunakan untuk merepresentasikan kelas. Node teratas dari
decision tree ini disebut dengan root.

RULE BASED SYSTEM


Rule based system adalah suatu struktur pengetahuan yang bertujuan
untuk menganalisis informasi-informasi memori dengan menggunakan
kumpulan rule pada basis pengetahuan dan menggunakan inference engine
sebagai pencarian informasi sehingga diperoleh informasi baru. Rule based
system merupakan pilihan utama dalam membangun sebuah sistem pakar.
Konsep dari rule based system adalah meniru cara kerja manusia dalam
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari yang dinamakan sebagai
production system. Production system didefiniskan sebagai cara pemecahan
masalah yang digunakan oleh manusia dengan mengkombinasikan suatu situasi
permasalahan baru yang tersimpan dalam short-term memory manusia dengan
produksi yang tersimpan dalam long-term memory sehingga menghasilkan
suatu informasi baru yang disimpan di short-term memory.
Kinerja dari sebuah rule based system meniru cara yang digunakan manusia
dalam memecahkan sebuah masalah sehingga dapat dilihat sebagai berikut:
• Meniru long-term memory yang dimiliki oleh manusia dengan
menggantikan fungsinya menjadi knowledge base dimana didalamnya
berisi seperangkat rules.
• Meniru short-term memory yang dimiliki oleh manusia dengan
mengganti fungsinya menjadi working memory yang berisi fakta-fakta
baik yang di-inputkan maupun hasil inferensi dari rules yang ada.
• Meniru cara penalaran manusia kemudian menggantikan fungsinya
dengan inference engine dimana tool ini yang akan memproses fakta-
fakta dari working memory dengan menggunakan rule-rule yang ada pada
knowledge base.

Arsitektur Rule Based System


Dalam tubuh rule based system terdapat tiga buah modul utama dimana
modul tersebut merupakan jantung daripada rule based system yang diantaranya
adalah knowledge base, working memory dan inference engine.
Selain tiga buah modul utama tersebut, ada faktor-faktor lain yang juga
mendukung terbentuknya sebuah rule based system yaitu user interface,
developer interface, explanation facility, dan external programs.
Arsitektur rule based system dapat dilihat pada gambar
1. Knowledge base adalah representasi pengetahuan dari seorang atau
beberapa pakar yang diperlukan untuk memahami, memformulasikan dan
memecahkan masalah. Dalam hal ini digunakan untuk memecahkan
masalah-masalah yang terjadi pada komputer. Knowledge base ini terdiri
dari dua elemen dasar, yaitu fakta dan rules.
2. Inference engine merupakan otak dari sistem pakar yang mengandung
mekanisme fungsi berpikir dan pola-pola penalaran sistem yang
digunakan oleh seorang pakar. Mekanisme ini yang menganalisis suatu
masalah tertentu dan kemudian mencari solusi atau kesimpulan yang
terbaik.
3. Working Memory merupakan tempat penyimpanan fakta-fakta yang
diketahui dari hasil menjawab pertanyaan.
4. User/developer interface. Semua software pengembangan sistem pakar
memberikan interface yang berbeda bagi user dan developer. User akan
berhadapan dengan tampilan yang sederhana dan mudah sedangkan
developer akan berhadapan dengan editor dan source code waktu
mengembangkan program.
5. Explanation facility memberikan penjelasan saat mana user mengetahui
apakah alasan yang diberikan sebuah solusi.
6. External programs, berbagai program seperti database,
spreadsheets,algorithms, dan lainnya yang berfungsi untuk mendukung
sistem.
Kelebihan dari penggunaan rule based system antara lain:
1. Menggunakan bahasa natural dengan pernyataan IF… THEN yang
mudah dipahami.
2. Memisahkan antara inference engine dan knowledge base sehingga bisa
diubah secara terpisah. Hal ini sebenarnya ada pada semua metode sistem
pakar.
3. Modularity of knowledge. Konklusi atas suatu permasalahan ada di
bagian THEN sedangkan fakta-fakta ada di bagian IF. Pemisahan ini
memudahkan untuk memeriksa rule.
4. Mudah dikembangkan karena bisa dengan mudah menambah rule pada
knowledge base.
5. Seiring dengan penambahan rule pada knowledge base, berarti juga
meningkatkan kecerdasan sistem.
6. Sistem hanya menggunakan rules yang relevan pada permasalahan.
7. Dapat melakukan tracing dari mana sebuah informasi diperoleh.
8. Konsistensi dalam pemerikasaan rules.
9. Memungkinkan pengetahuan yang bersifat heuristik
10.Adanya faktor kemungkinan
11.Dapat bekerja dengan menggunakan variabel.
Rule based system juga memiliki beberapa kekurangan, diantaranya:
1. Membutuhkan pencocokan yang benar-benar pas, contohnya:
JIKA mesin panas
MAKA matikan mesin
Jika diberikan pernyataan suhu mesin panas pada working memory maka
rule tidak dijalankan karena tidak cocok, hanya dikarenakan adanya
tambahan kata suhu.
2. Seringkali sulit untuk menghubungkan rule-rule yang berhubungan
dengan sebuah inference chain.
3. Proses akan berlangsung lama untuk rule yang berjumlah banyak.
4. Terkadang tidak efisien untuk beberapa masalah.

Tahap Pengembangan Rule Based System


Secara garis besar, sebuah sistem pakar dapat dikembangkan menjadi tiga
langkah utama, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Melakukan analisis terhadap permasalahan yang timbul serta melakukan
dekomposisi dengan tujuan untuk memecah permasalahan dalam bentuk
seperti modul-modul agar permasalahan tersebut menjadi lebih
sederhana. Setelah itu, dilakukan evaluasi atas hubungan-hubungan yang
terjadi dalam lingkup permasalahan. Pada tahap ini, fokus utamanya
mengarah kepada knowledge engineer untuk menggali dan mengerti
mengenai informasi bidang kepakaran dari seorang pakar atau dari
sumber-sumber lain seperti buku.
2. Menyusun dan mendesain informasi-informasi yang sudah diperoleh ke
dalam bentuk yang bisa dengan mudah diaplikasikan ke komputer.
3. Mengimplementasikannya ke komputer.

Tahap Pengembangan Rule Based System


Secara garis besar, sebuah sistem pakar dapat dikembangkan menjadi tiga
langkah utama, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Melakukan analisis terhadap permasalahan yang timbul serta melakukan
dekomposisi dengan tujuan untuk memecah permasalahan dalam bentuk
seperti modul-modul agar permasalahan tersebut menjadi lebih
sederhana. Setelah itu, dilakukan evaluasi atas hubungan-hubungan yang
terjadi dalam lingkup permasalahan. Pada tahap ini, fokus utamanya
mengarah kepada knowledge engineer untuk menggali dan mengerti
mengenai informasi bidang kepakaran dari seorang pakar atau dari
sumber-sumber lain seperti buku.
2. Menyusun dan mendesain informasi-informasi yang sudah diperoleh ke
dalam bentuk yang bisa dengan mudah diaplikasikan ke komputer.
3. Mengimplementasikannya ke komputer.

Anda mungkin juga menyukai