Anda di halaman 1dari 28

PERAN (SIM) DALAM

PENGAMBILAN KEPUTUSAN
TAHAPAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

• PEMAHAMAN
• PERANCANGAN
• PEMILIHAN
MASALAH
• MASALAH KOREKTIF
• MASALAH PROGRESIF
• MASALAH KREATIF
TIPE-TIPE KEPUTUSAN
• PROGRAMMED DECISIONS
• NON-PROGRAMMED DECISIONS
KEPUTUSAN
• CERTAINTY (KEPASTIAN)
• RISK (RISIKO)
• UNCERTAINTY (KETIDAKPASTIAN)
Pengertian Pengambilan Keputusan
• Morgan dan Cerullo mendefinisikan keputusan
sebagai sebuah kesimpulan yang dicapai sesudah
dilakukan pertimbangan, yang terjadi setelah satu
kemungkinan dipilih sementara yang lain
dikesampingkan
• Mc Kenzei melihat bahwa keputusan adalah pilihan
nyata karena pilihan diartikan sebagai pilihan
tentang tujuan termasuk pilihan tentang cara untuk
mencapai tujuan itu, apakah pada tingkat
perorangan atau kolektif.
Konsep Dasar Pengambilan Keputusan

• a.    Pengambilan keputusan sebagai rumusan


dari substansi tujuan.
• b.    Pengambilan keputuan sebagai keputusan
dari langkah dan alat untuk mencapai tujuan
dan penampilan hasil evaluasi.
• c.   Pengambilan keputusan sebagai kepastian.
Proses Pengambilan Keputusan
• Optimasi
Di sini seorang eksekutif yang penuh keyakinan berusaha
menyusun alternatif-alternatif, memperhitungkan
untung rugi dari setiap alternatif itu terhadap tujuan
organisasi. Sesudah itu memperkirakan kemungkinan
timbulnya bermacam-macam kejadian ke depan,
mempertimbangkan dampak dari kejadian-kejadian itu
terhadap alternatif-alternatif yang telah dirumuskan dan
kemudian menyusun urut-urutannya secara sistematis
sesuai dengan prioritas lalu dibuat keputusan
LANJUTAN
• Satisficing.
Seorang eksekutif cukup menempuh suatu penyelesaian
yang berasal memuaskan ketimbang mengejar penyelesaian
yang terbaik. Model satisficing dikembangkan oleh Simon
(Simon,1982; roach, 1979) karena adanya pengakuan
terhadap rasionalitas terbatas (bounded rationality).
Rasionalitas terbatas adalah batas-batas pemikiran yang
memaksa orang membatasi pandangan mereka atas
masalah dan situasi. Pemikiran itu terbatas karena pikiran
manusia tidak megolakan dan memiliki kemampuan untuk
memisahkan informasi yang tertumpuk.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan
pengambilan keputusan
• Filosofi
Filosofi yang dimiliki oleh orang yang bersangkutan
• Konteks
Konteks berkaitan dengan dimana pengambilan
keputusan tersebut dibuat, yang dimkasud konteks
dalam hal ini adalah lingkungan dan kondisi baik
bersifat fisik maupun sosial yang ada di lingkungan
pelaku pengambil keputusan.
lanjutan
• Informasi
Informasi terkait dengan sumber yang digunakan untuk
pengambilan keputusan. Sumber dan tipe informasi
yang digunakan dalam pengambilan keputusan
memegang peran yang sangat penting. Pada umumnya
pimpinan yang akan mengambil keputusan memerlukan
informasi yang akurat dan mutakhir.
• Partisipasi
keterlibatan bebrapa orang dalam pengambilan
keputusan
Tingkat-Tingkat Keputusan
• Brinckloe (1977) menawarkan bahwa ada empat tingkat
keputusan yaitu
• 1.         Keputusan otomatis (outomatic decisions),
keputusan yang dibuat dengan sangat sederhana, meski
sederhana informasi tetap diperlukan.
• 2.         Keputusan berdasar informasi yang diharapkan
(Expected information decision), tingkat informasi mulai
sedikit kompleks artinya informasi yang ada sudah
memberi aba-aba untuk mengambil keputusan. Tetapi
keputusan belum segera diambil karena informasi tersebut
perlu dipelajari.
lanjutan
• 3.         Keputusan berdasar berbagai pertimbangan
(factor weighting decisions), informasi-informasi yang
telah dikumpulkan dianalisis, lalu dipertimbangkan
dan diperhitungkan sebelum keputusan diambil.
• 4.         Keputusan berdasar ketidakpastian ganda (Dual
uncertainty decisions), dalam setiap informasi yang
ada masih diharapkan terdapat ketidakpastian artinya
semakin luas ruang lingkup dan semakin jauh dampak
dari suatu keputusan, semakin banyak informasi yang
dibutuhkan semakin tinggi ketidakpastian itu.
Proses pengambilan keputusan
Mc Farland dalam (Arikunto, 1990: 222) mengatakan bahwa aspek waktu
lebih penting dipertimbangkan sebagai faktor yang fundamental. Menurut
beliau ada tiga jenis waktu yang dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan, yaitu:
• a.    Waktu lampau yang menyangkut dengan timbul dan berkembanganya
masalah, informasi yang terkumpul dan keperluan diambilnya keputusan.
• b.    Waktu sekarang dimana alternatif diperoleh dan pilihan dibuat.
• c.    Waktu yang akan datang dimana keputusan yang telah diambil
diusahakan untuk dilaksankan dan dievaluasi.

Inilah sebagai konsekuensinya bahwa pengambilan keputvsan yeng


dilakukan sekarang selalu mempertimbangkan masa lalu dan masa yang
akan datang.
Pengambilan keputusan dalam pemecahan
masalah
Menurut John Dewey dalam (Arikunto, 1990: 223) ada enam langkah
pendekatan yang digunakan dalam pengambilan keputusan dalam
memecahkan masalah, yaitu:

• a.    Mengidentifikasi maslah


Maslah biasanya cukup luas dan terkadang bercampur dengan maslah lain
sehingga nampak ruwet dan seolah-olah sulit untuk diatasi. Untuk maslah yang
menyatu dan kompleks perlu diuraikan terlebih dahulu sehingga jelas bats-
batasnya.
• b.    Merumuskan masalah
Langkah ini merupakan sesuatu yang paling kritis di dalam langkah
pengambilan keputusan karena baik tidaknya rumusan masalah akan
menentukan difahami dan diterimanya masalah tersebut oleh orang lain
sebagai masalah yang perlu dipecahkan.
lanjutan
• c.    Menentukan alternatif-alternatif pemecahan
Untuk langkah ini perlu diingat faktor-faktor yang
menyebabkan timbulnya masalah dan hal-hal yang
berkaitan dengan hadirnya masalah yang akan dipecahkan.
• d.   Mengidentifikasi akibat atu konsekunsi dari
pengambilan setiap alternatif
Beberapa ahli dalam tahap ini mengusulkan
dipertimbangkanya unsur dana agar akibat dari
pengambilan kepvtvsan merupakan sesuatu yang sudah
dilihat efisiensinya.
lanjutan
• e.    Memilih alternatif yang terbaik.
• f.     Menguji akibat-akibat dari pengambilan
keputusan.
Klasifikasi Keputusan
• 1.         Keputusan Terprogram.
Menurut Siagian, S.P. (1993), Keputusan Terprogram
adalah tindakan menjatuhkan pilihan yang
berlangsung berulang kali, dan diambil secara rutin
dam organisasi. Biasanya menyangkut pemecahan
masalah-masalah yang sifatnya teknis serta tidak
memerlukan pengarahan dari tingkat manajemen yang
lebih tinggi. Pengambilan keputusan terprogram akan
berlangsung dengan efektif apabila empat kriteria
dasar dipenuhi :
lanjutan
• a.         Tersedia waktu dan dana yang memadai untuk
pengumpulan dan analisis data.
• b.        Tersedia data yang bersifat kuantitatif.
• c.         Kondisi lingkungan yang relatif stabil, yang
didalamnya tidak dapat tekanan yang kuat untuk
secara cepat melakukan penyesuaian-penyesuaian
tertentu terhadap kondisi yang selalu berubah.
• d.        Tersedia tenaga trampil untuk merumuskan
permasalahan secara tepat, termasuk tuntutan
operasional yang harus dipenuhi.
2.         Keputusan yang tidak Terprogram.
Biasanya diambil dalam usaha memecahkan masalah-
masalah baru yang belum pernah dialami sebelumnya,
tidak bersifat repetitif (berulang-ulang), tidak
terstruktur, dan sukar mengenali bentuk, hakikat dan
dampaknya. Keputusan yang tidak Terprogram tidak
menyangkut hal-hal yang sifatnya operasional, akan
tetapi menyangkut kebijaksanaan organisasi dengan
dampak yang strategis bagi eksistensi organisasi.
(Siagian, S.P.; 1993).
Proses Pengambilan Keputusan
• 1.         Pendekatan yang interdisipliner.
Proses pengambilan keputusan terdiri dari berbagai ragam
keterampilan dan pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman
dalam kehidupan berorganisasi.
• 2.     Proses berdasarkan informasi.
Pengambilan keputusan tanpa informasi berarti menghilangkan
kesempatan belajar secara adaptif. Seorang manajer harus memiliki
pengetahuan yang memadai tentang Informatika untuk
pengambilan keputusan yang efektif serta harus menuntut agar
tersedia baginya informasi yang memenuhi persyaratan
kemutakhiran, kelengkapan, dapat dipercaya dan disajikan dalam
bentuk yang tepat.
lanjutan
 3.        Memperhitungkan faktor-faktor ketidak pastian.
Betapa pun telitinya perkiraan keadaan, dalamnya kajian
terhadap berbagai alternatif, tetap tidak ada jaminan bebas dari
resiko ketidakpastian. Untuk itu pengambilan keputusan harus
dapat Memperhitungkan probabilitas (kemungkinan)
keberhasilan atau kekurang-berhasilan pelaksanaan suatu
keputusan.
• 4.         Diarahkan pada tindakan nyata.
Mengambil suatu tindakan harus dapat ditentukan secara pasti,
kapan pemecahan berakhir dan proses pengambilan keputusan
dimulai. Masalah dan sasaran sering mempunyai siklus
pertumbuhan dan penyusutan, demikian juga faktor-faktor yang
mempengaruhi. Hal tersebut harus dikenali secara tepat karena
akan sangat mempengaruhi keputusan untuk bertindak atau
Teknik-teknik Pengambilan Keputusan.
(Siagian, S.P. (25-26;1993).
• 1.         Brainstorming
Jika sekelompok orang dalam suatu organisasi
menghadapi suatu situasi problematic yang tidak terlalu
rumit, dan dapat diidentifikasikan secara spesifik mereka
mengadakan diskusi dimana setiap orang yang terlibat
diharapkan turut serta memberikan pandangannya. Pada
akhir diskusi berbagai pandangan yang dikemukakan
dirangkum, sehingga kelompok mencapai suatu
kesepakatan tentang cara-cara yang hendak ditempuh
dalam mengatasi situasi problematic yang dihadapi
• 2.         Synetics
Seorang diantara anggota kelompok peserta bertindak selaku pimpinan
diskusi. Diantara para peserta ada seorang ahli dalam teori ilmiah
pengambilan keputusan. Pimpinan mengajak para peserta untuk
mempelajari suatu situasi problematik secara menyeluruh. Kemudian
masing-masing anggota kelompok mengetengahkan daya pikir
kreatifnya tentang cara yang dipandang tepat untuk ditempuh.
Selanjutnya pimpinan diskusi memilih hasil-hasil pemikiran tertentu
yang dipandang bermanfaat dalam pemecahan masalah. Dan tenaga
ahli menilai melakukan penilaian atas berbagai gagasan emosional dan
tidak rasional yang telah disaring oleh pimpinan diskusi serta kemudian
menggabungkannya dengan salah satu teori ilmiah pengambilan
keputusan dan tindakan pelaksanaan yang diambil.
• 3.         Consensus thinking
Orang-orang yang terlibat dalam pemecahan masalah harus
sepakat tentang hakikat, batasan dan dampak suatu situasi
problematik yang dihadapi, sepakat pula tentang teknik dan
model yang hendak digunakan untuk mengatasinya. Teknik ini
efektif bila beberapa orang memiliki pengetahuan yang sejenis
tentang permasalahan yang dihadapi dan tentang teknik
pemecahan yang seyogyanya digunakan. Orang-orang diharapkan
mengikuti suatu prosedur yang telah ditentukan sebelumnya.
Kelompok biasanya melakukan uji coba terhadap langkah yang
hendak ditempuh pada skala yang lebih kecil dari situasi
problematik yang sebenarnya.
• 4.         Fish bowling
Sekelompok pengambil keputusan duduk pada suatu lingkaran,
dan di tengah lingkaran ditaruh sebuah kursi. Seseorang duduk di
kursi tersebut hanya dialah yang boleh bicara untuk
mengemukakan pendapat ide dan gagasan tentang suatu
permasalahan. Para anggota lain mengajukan pertanyaan,
pandangan dan pendapat. Apabila pandangan orang yang duduk
di tengah tersebut telah dipahami oleh semua anggota kelompok
dia meninggalkan kursi dan digantikan oleh orang yang lain untuk
kesempatan yang sama. Setelah itu semua pandangan
didiskusikan sampai ditemukan cara yang dipandang paling tepat.
• 5. Collective bargaining
Dua pihak yang mempunyai pandangan berbeda bahkan bertolak
belakang atas suatu masalah duduk di satu meja dengan saling
menghadap. Masing-masing pihak datang dengan satu daftar
keinginan atau tuntutan dengan didukung oleh berbagai data,
informasi dan alasan-alasan yang diperhitungkan dapat memperkuat
posisinya dalam proses tawar-menawar yang terjadi. Jika pada
akhirnya ditemukan bahwa dukungan data dan informasi serta
alasan-alasan yang dikemukakan oleh kedua belah pihak mempunyai
persamaan, maka tidak terlalu sukar untuk mencapai kesepakatan.
Tetapi sebaliknya, pertemuan berakhir tanpa hasil yang kemudian
sering diikuti dengan timbulnya masalah yang lebih besa
Contoh kasus
PT XYZ, bergerak dalam bidang konveksi , mengalami permasalahan antara
perusahaan dengan karyawan. Permasalahan ini terjadi yang disebabkan oleh
adanya miss communication antara atasan dengan karyawannya. Adanya
perubahan kebijakan dalam perusahaan
mengenai penghitungan gaji atau upah kerja karyawan, namun pihak perusahaan
belum memberitahukan para karyawan, sehingga karyawan merasa diperlakukan
semena-mena oleh pihak perusahaan. Para karyawan mengambil tindakan yaitu
dengan mendemo perusahaan, Namun tindakan ini berujung pada PHKbesar-
besaran yang dilakukan oleh perusahaan.
 
Perusahaan manapun pasti pernah mengalami permasalahan internal. Mulai dari
tingkat individu, kelompok, sampai unit. .Mulai dari derajat dan
lingkup permasalahan yang kecil sampai yang besar. Yang relatif kecil seperti
masalah adu mulut tentang pribadi antarkaryawan, sampai yang relatif besar
seperti beda pandangan tentang strategi bisnis di kalangan manajemen.

Anda mungkin juga menyukai