Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

ETIKA PROFESI DAN BISNIS

“Pendekatan Dalam Pengambilan Keputusan Beretika”


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Keputusan merupakan hal yang harus dipikirkan dengan matang dan diambil

secara tepat. Keputusan ini adalah opsi-opsi alternatif dari berbagai pilihan yang

bisa diambil seorang manajer. Sebagai contoh, seorang owner bertugas

menentukan tujuan bisnisnya, produk apa yang dihasilkan, atau jasa apa yang

akan ditawarkan. Keputusan dibuat biasanya ketika ada masalah yang terjadi

dalam suatu organisasi, atau ketika ada rencana yang tak berjalan dengan

semestinya. Keputusan yang diambil harapannya dapat merubah situasi menjadi

lebih baik dan memunculkan pemikiran baru untuk melanjutkannya.

Pengambilan keputusan ini adalah suatu pendekatan yang sistematis

terhadap suatu masalah, pengumpulan fakta dan data, pemikiran yang matang atas

alternatif yang dihadapi, dan memperhitungkan tindakan yang dianggap paling

tepat. Pengambilan keputusan memiliki beberapa tujuan, seperti misalnya tujuan

yang bersifat tunggal (terdapat satu masalah dan tidak berkaitan dengan masalah

lain) ataupun tujuan yang bersifat ganda (masalah saling berkaitan).

Seorang pemimpin yang berada dalam fase pengambilan keputusan kerap

kali dihadapkan dengan dilema etika dan moral, sebab keputusan yang diambil

pemimpin tentunya akan memiliki pengaruh terhadap orang lain. Bahkan

mungkin, kerap menimbulkan pro dan kontra. Idealnya, seorang pemimpin

memiliki integritas yang menjunjung tinggi nilai moral dan etika. Sehingga, dari

keputusan yang diambilnya tidak hanya mengacu terhadap kepentingan dan


prinsip diri sendiri, melainkan juga kepentingan orang banyak termasuk

lingkungannya.

Proses pengambilan keputusan sangat berkaitan erat dengan perilaku dan

pola komunikasi manusia sebagai individu-individu dalam suatu organisasi.

Kriteria yang idealnya terdapat dalam pengambilan keputusan adalah

pertimbangan etis, oleh sebab itu makalah ini akan membahas lebih banyak

tentang pendekatan pengambilan keputusan dimana terdiri dari analisis biaya

manfaat serta analisis etis untuk pemecahan suatu masalah.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah adalah

sebagai berikut :

1. Apa itu Etika dalam Pengambilan Keputusan?

2. Bagaimana pendekatan yang dilakukan dalam pengambilan keputusan

yang etis?

1.3. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari makalah ini adalah

membahas, mengetahui, serta memahami :

1. Etika dalam pengambilan keputusan

2. Pendekatan yang dilakukan dalam pengambilan keputusan

3.
BAB II

PEMBAHASAN

I. Pendekatan Dalam Pengambilan Keputusan

A. Pengertian Pengambilan Keputusan

Para  individu dalam organisasi  membuat keputusan (decision), artinya

mereka membuat pilihan-pilihan dari dua alternative atau lebih. Sebagai contoh,

manajer puncak  bertugas menentukan tujuan-tujuan organisasi, produk atau jasa

yang ditawarkan, cara terbaik untuk membiayai berbagai operasi, produk atau jasa

yang menempatkan pabrik manufaktur  yang baru. Manajer tingkat menengah

dan  bawah menentukan jadawal produksi,  menyeleksi karyawan baru, dan

merumuskan bagaimana meningkatkan bayaran karyawan. Karyawan

nonmanajerial juga membuat keputusan yang mempengaruhi pekerjaan dan

organisasi tempat mereka bekerja. Semakin banyak organisasi memberikan

karyawan nonmanajerial otoritas pembuatan keputusan  yang berkaitan dengan

pekerjaan, maka pengambilan  keputusan individual merupakan satu bagian

penting dari perilaku organisasi.

Pengambilan keputusan mengandung arti pemilihan alternatif terbaik dari

sejumlah Alternatif yang tersedia. Teori-teori pengambilan keputusan bersangkut

paut dengan masalah bagaimana pilihan-pilihan semacam itu dibuat. Beberapa

pegertian tentang keputusan menurut beberapa tokoh (dhino ambargo: 2)  adalah

sebagai berikut :
Menurut Davis (1988) keputusan adalah hasil dari pemecahan masalah yang

dihadapinya dengan tegas. Hal ini berkaitan dengan jawaban atas pertanyaan-

pertanyaan mengenai apa yang harus dilakukan dan seterusnya mengenai unsur-

unsur perencanaan. Keputusan dibuat untuk menghadapi masalah-masalah atau

kesalahan yang terjadi terhadap rencana yang telah digariskan atau penyimpangan

serius terhadap rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Tugas pengambilan

keputusan tingkatnya sederajad dengan tugas pengambilan rencana dalam

organisasi.

Siagian (1996) menyatakan, pada hakikatnya pengambilan keputusan adalah

suatu pendekatan sistematis terhadap hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-

fakta dan data. Penentuan yang matang dari altenatif yang dihadapi dan

pengambilan tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling

tepat.

Claude S. George, Jr (2005) menyatakan, proses pengambilan keputusan itu

dikerjakan oleh kebanyakan manajer berupa suatu kesadaran, kegiatan pemikiran

yang termasuk pertimbangan, penilaian dan pemilihan di antara sejumlah

alternatif.

Horolddan Cyril O'Donnell (2005) juga berpendapat bahwa pengambilan

keputusan adalah pemilihan diantara alternatif mengenai suatu cara bertindak

yaitu inti dari perencanaan,  suatu rencana tidak dapat dikatakan tidak ada jika

tidak ada keputusan,  suatu sumber yang dapat dipercaya, petunjuk atau reputasi

yang telah dibuat.


Dari beberapa penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa

pengambilan keputusan ini adalah sesuatu pendekatan yang sistematis terhadap

hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang

dari alternatif yang dihadapi, dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan

merupakan tindakan yang paling tepat.

Pengambilan keputusan yang dilakukan biasanya memiliki beberapa tujuan,

seperti: tujuan yang bersifat tunggal (hanya satu masalah dan tidak berkaitan

dengan masalah lain) dan tujuan yang bersifat ganda (masalah saling berkaitan,

dapat bersifat kontradiktif ataupun tidak kontradiktif).

Adapun faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam pengambilan

keputusan adalah :

1. Hal-hal yang berwujud maupun tidak berwujud, yang emosional maupun

rasional perlu diperhitungkan dalam pengambilan keputusan;

2. Setiap keputusan nantinya harus dapat dijadikan bahan untuk mencapai

tujuan organisasi;

3. Setiap keputusan janganlah berorientasi pada kepentingan pribadi,

perhatikan kepentingan orang lain;

4. Jarang sekali ada 1 pilihan yang memuaskan;

5. Pengambilan keputusan merupakan tindakan mental. Dari tindakan mental

ini kemudian harus diubah menjadi tindakan fisik;

6. Pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan waktu yang  cukup

lama;
7. Diperlukan pengambilan keputusan yang praktis untuk mendapatkan hasil

yang baik;

8. setiap keputusan hendaknya dikembangkan, agar dapat diketahui apakah

keputusan yang diambil itu betul; dan

9. setiap keputusan itu merupakan tindakan permulaan dari serangkaian

kegiatan berikutnya.

Pada dasarnya pengambilan keputusan adalah suatu akibat

adanya  reaksi atas sebuah masalah (problem), yang artinya ada ketidak sesuian

antara perkara saat ini dan keadaan yang diinginkan, yang membutuhkan

pertimbangan untuk membuat beberapa tindakan alternative. Namun, berpaling

dari hal ini keputusan yang dibuat haruslah keputusan yang baik, rasional, dan

mengandung nilai-nilai etis dalam batasan-batasan tertentu. Oleh karena itu

haruslah ada kerangka kerja pengambilan keputusan  yang etis atau ethical

decision making (EDM) Framework.

B. Kerangka Kerja Pengambilan Keputusan Etis/ Ethical Decision Making

(EDM) Framework

Sebagai respons terhadap keputusan yang dapat dipertahankan secara etis,

kerangka ini menyertakan persyaratan tradisional untuk profitabilitas dan

legalitas. Serta persyaratan yang dapat ditampilkan filosofis secara penting dan

baru-baru ini dituntut oleh pemangku kepentingan. Hal ini dirancang untuk

meningkatkan pertimbangan etis dengan menyediakan:


1. Pengetahuan dalam identifikasi dan menganalisis isu-isu penting yang

harus dipertimbangkan dan pertanyaan atau tantangan yang harus

diungkap;

2. Pendekatan untuk menggabungkan dan menerapkan keputusan-faktor yang

relevan ke dalam tindakan praktis.

Kerangka kerja pengambilan keputusan etis (EDM) menilai etiskalitas

keputusan atau tindakan yang dibuat dengan melihat:

a. konsekuensi atau kemunculan keuntungan atau biaya bersih

b. hak dan kewajiban yang terpengaruh;

c. keadilan yang ada;

d. motivasi atau kebajikan yang diharapkan.

Tiga pertimbangan pertama dari empat pertimbangan diatas, yaitu

konsekuensialisme, deontologi dan keadilan, diuji dengan menitikberatkan pada

dampak suatu keputusan terhadap pemegang saham dan pemangku kepentingan

lain yang terpengaruh, yang dikenal dengan analisis dampak pemangku

kepentingan. Pertimbangan keempat, motivasi pengambil keputusan, adalah

pendekatan yang dikenal dengan etika kebajikan. Keempat pertimbangan harus

sungguh-sungguh diuji dan nilai etika yang sesuai harus diterapkan dalam

keputusan dan implementasinya jika suatu keputusan atau tindakan dapat

dipertahankan secara etis.


C. Pendekatan-Pendekatan Pengambilan Keputusan Etis (Leonard J

Brooks : 330)

1.  Pendekatan filosofi

a.  Konsekuensialisme, Utilitarianisme, atau Teleologi

Pelaku Konsekuensialisme sungguh-sungguh dalam memaksimalkan

manfaat yang dihasilkan oleh keputusan. Paham ini berpegang pada prinsip bahwa

suatu tindakan itu benar secara moral jika dan hanya jika tindakan itu

memaksimalkan manfaat bersih. Dengan kata lain, suatu tindakan dan juga

keputusan disebut etis jika konsekuensi yang menguntungkan lebih besar daripada

konsekuensi yang merugikan. Utilitarianisme klasik berkaitan dengan utilitas

keseluruhan, mencakup keseluruhan varian, dan karenanya hal ini hanyalah

sebagian manfaat dalam pengambilan keputusan etis dalam konteks bisnis,

profesional dan organisasi. Konsekuensialisme dan utilitarianisme berfokus pada

hasil atau akhir dari tindakan, maka disebut juga Teleological

b.  Deontologi

Berbeda dengan konsekuensialisme, deontologi berfokus pada kewajiban

dan tanggung jawab yang memotivasi suatu keputusan atau tindakan dan bukan

pada konsekuensi dari tindakan. Tindakan yang didasarkan pada pertimbangan

kewajiban, hak, dan keadilan sangat penting bagi professional, direktur, dan

eksekutif yang diharapkan memenuhi kewajibannya. Menambah

konsekuensialisme dengan analisis deontologi secara khusus termasuk perlakuan

yang adil akan menjaga terhadap situasi dimana untuk kepentingan apa
pertimbangan konsekuensi yang menguntungkan akan diperbolehkan untuk

membenarkan tindakan ilegal atau tidak etis dalam mencapai tujuan.

c.  Virtue Ethics

Jika kedua pendekatan diatas menekankan pada konsekuensi dari tindakan

atau tanggung jawab, hak dan prinsip-prinsip sebagai panduan untuk

membenarkan kebiasaan moral, etika kebajikan berkaitan dengan aspek motivasi

dari karakter moral yang ditunjukkan oleh pengambil keputusan.

a) Stakeholder Impact Analysis – alat untuk menilai keputusan dan

tindakan

Sejak berkembangnya konsep utilitarianisme pada 1861, suatu pendekatan

yang diterima untuk menilai keputusan dan hasil tindakan adalah dengan

mengevaluasi hasil akhir atau konsekuensi dari tindakan, yang secara tradisional

didasarkan pada dampak keputusan terhadap kepentingan pemilik perusahaan atau

pemegang saham. Biasanya, dampak ini diukur dari keuntungan atau kerugian

yang terjadi, karena keuntungan telah menjadi ukuran keberadaan yang ingin

dimaksimalkan oleh pemegang saham. Pandangan tradisional ini sekarang

berubah dalam dua jalan.

1. Asumsi bahwa semua pemegang saham ingin memaksimalkan hanya

keuntungan jangka pendek menunjukkan fokus yang terlalu sempit.

2. Hak dan tuntutan kelompok-kelompok non-pemegang saham, seperti

pekerja, konsumen/klien, supplier, pemerhati lingkungan, dan

pemerintah yang mempunyai kepentingan dalam keluaran keputusan,


atau didalam perusahaan itu sendiri, statusnya diakui dalam

pengambilan keputusan perusahaan.

Perusahaan modern sekarang akuntabel terhadap pemegang saham dan

kelompok non-pemegang saham,  yang keduanya menjadi pemangku kepentingan,

kepada siapa respon perusahaan ditujukan. Biasanya, maksimalisasi keuntungan

dalam jangka waktu lebih dari setahun memerlukan hubungan yang harmonis

dengan kelompok pemangku kepentingan dan kepentingannya.

b) Kepentingan mendasar dari pemangku kepentingan

Pengambil keputusan mengkonsolidasikan kepentingan kelompok pemangku

kepentingan kedalam tiga kepentingan yang umum atau mendasar, yaitu :

 Kepentingan mereka seharusnya menjadi lebih baik sebagai hasil dari

keputusan

  Keputusan tersebut seharusnya menghasilkan pembagian yang adil dalam

keuntungan dan beban

 Keputusan tersebut seharusnya tidak menyinggung hak para pemangku

kepentingan, termasuk para pembuat keputusan

Jadi, keputusan yang ditawarkan dapat dikatakan tidak etis jika keputusan

tersebut gagal untuk memberikan keuntungan bersih, tidak adil, atau mengganggu

hak para pemangku kepentingan.


c) Analisis dampak pemangku kepentingan pengambilan keputusan

pendekatan

Beberapa pendekatan dikembangkan memanfaatkan analisis dampak

pemangku kepentingan untuk memberikan bimbingan tentang kepatutan tindakan

yang diusulkan untuk pengambil keputusan.

Memilih pendekatan yang paling berguna tergantung pada apakah dampak

keputusan pendek daripada jangka panjang, melibatkan eksternalitas dan / atau

probabilitas, atau mengambil tempat dalam pengaturan perusahaan.

d) Pendekatan dapat digabung disesuaikan untuk mengatasi situasi

tertentu.

Analisis etis yang komprehensif melebihi model Tucker, Velasquez, dan

Pastin dikembangkan untuk menggabungkan penilaian dari motivasi, kebajikan,

dan karakter sifat dipamerkan dibandingkan dengan yang diharapkan oleh

stakeholder.

Sniff Test dan Aturan Praktis Umum: Tes Awal Etikalitas Sebuah

Keputusan

Pendekatan filosofis memberikan dasar bagi pendekatan keputusan praktis

dan bantuan yang berguna, meskipun sebagian besar eksekutif dan akuntan

profesioanl tidak menyadari bagaimana dan mengapa demikian.Sniff Test untuk

pengambilan keputusan Etis:

- Akankah saya merasa nyaman jika tindakan atau Keputusan ini muncul di

halaman depan surat kabar nasional besok pagi?


- Akankah saya bangga dengan keputusan ini?

- Akankah ibu saya bangga dengan keputusan ini?

- Apakah tindakan atau keputusan ini sesuai dengan misi dan kode etik

perusahaan?

Pendekatan dan Kriteria Pembuatan Keputusan Etis

Menguntungkan?
Konsekuensi, Utilitas
Manfaat > Biaya
Risiko disesuaikan

Tugas,Hak,Keadilan Tugas fidusia


Hak-hak individu
Keadilan, Legalitas

Karakter
Harapan Kebajikan Integritas,
Keberanian, Proses

a. Analisis Dampak Pemangku Kepentingan-Perangkat Komprehensif

untuk Menilai Keputusan dan Tindakan

Sejak berkembangnya konsep utilitarianisme pada 1861, suatu pendekatan

yang diterima untuk menilai keputusan dan hasil tindakan adalah dengan

mengevaluasi hasil akhir atau konsekuensi dari tindakan, yang secara tradisional

didasarkan pada dampak keputusan terhadap kepentingan pemilik perusahaan atau

pemegang saham. Biasanya, dampak ini diukur dari keuntungan atau kerugian

yang terjadi, karena keuntungan telah menjadi ukuran keberadaan yang ingin
dimaksimalkan oleh pemegang saham. Pandangan tradisional ini sekarang

berubah dalam dua jalan. Pertama, asumsi bahwa semua pemegang saham ingin

memaksimalkan hanya keuntungan jangka pendek menunjukkan fokus yang

terlalu sempit. Kedua, hak dan tuntutan kelompok-kelompok non-pemegang

saham, seperti pekerja, konsumen/klien, supplier, pemerhati lingkungan, dan

pemerintah yang mempunyai kepentingan dalam keluaran keputusan, atau

didalam perusahaan itu sendiri, statusnya diakui dalam pengambilan keputusan

perusahaan. Perusahaan modern sekarang akuntabel terhadap pemegang saham

dan kelompok non-pemegang saham, yang keduanya menjadi pemangku

kepentingan, kepada siapa respon perusahaan ditujukan. Biasanya, maksimalisasi

keuntungan dalam jangka waktu lebih dari setahun memerlukan hubungan yang

harmonis dengan kelompok pemangku kepentingan dan kepentingannya.

b. Kepentingan Dasar Para Pemangku Kepentingan

Pengambil keputusan mengkonsolidasikan kepentingan kelompok pemangku

kepentingan kedalam tiga kepentingan yang umum atau mendasar, yaitu :

1. Kepentingan mereka seharusnya menjadi lebih baik sebagai hasil dari

keputusan

2. Keputusan tersebut seharusnya menghasilkan pembagian yang adil dalam

keuntungan (manfaat) dan beban

3. Keputusan tersebut seharusnya tidak menyinggung hak para pemangku

kepentingan, termasuk para pembuat keputusan

4. Perilaku yang dihasilkan harus menunjukkan tugas yang diterima sebaik-

baiknya
Jadi, keputusan yang ditawarkan dapat dikatakan tidak etis jika keputusan

tersebut gagal untuk memberikan manfaat, tidak adil, atau mengganggu hak para

pemangku kepentingan.

Penilaian Dampak Yang Tidak Dapat Dikuantifikasi

a. Keadilan diantara pemangku kepentingan

Kepedulian atas perlakuan yang adil telah menjadi perhatian masyarakat

baru-baru ini mengenai isu-isu seperti diskriminasi terhadap perempuan dan hal

lainnya yang menyangkut perekrutan, promosi dan pembayaran. Akibatnya,

keputusan akan dianggap tidak etis kecuali jika dipandang wajar oleh semua

pemangku kepentingan. Keadilan bukan merupakan konsep mutlak. Hal ini

dibuktikan dengan distribusi yang relatif atas manfaat dan beban yang dihasilkan

dari sebuah keputusan. Sebagai contoh keputusan untuk meningkatkan pajak,

pajak dapat memberatkan bagi golongan yang berpendapatan tinggi tetapi

dianggap relatif adil dalam hal kapasitas mereka untuk membayar pajak tersebut.

Oleh karena itu kewajaran dan perspektif diperlukan untuk menilai kesetaraan

secara akurat.

b. Hak Pemangku Kepentingan

Sebuah keputusan hanya akan dianggap etis jika dampaknya tidak

mengganggu hak para pemangku kepentingan dan hak si pembuat keputusan.

Hak pemangku kepentingan antara lain: kehidupan, kesehatan dan keselamatan,

perlakuan adil, penggunaan hati nurani, harga diri dan privat serta kebebasan

bicara. Beberapa hak ini telah dilindungi undang-undang dan peraturan hukum,
sedangkan yang lain ditegakkan melalui hukum umum atau melalui sanksi publik

bagi yang melanggar.

Analisis Dampak Pemangku Kepentingan: Pendekatan Tradisional

Pengambilan Keputusan

Pendekatan 5 Pertanyaan Tradisional

Kerangka  5-pertanyaan adalah pendekatan berguna untuk pertimbangan

tertib masalah tanpa banyak eksternalitas dan di mana fokus khusus yang

diinginkan oleh perancang proses pengambilan untuk pengobatan yang diperluas

dari pendekatan ini.

Pendekatan 5 pertanyaan opsional dirancang untuk memfokuskan proses

pengambilan keputusan pada relevansi isu tertentu untuk organisasi  atau

pengambil keputusan yang terlibat.

Apakah Keputusan Itu? Interes Pemangku Kepentingan yang diperiksa


1. menguntungkan? Pemegang saham-biasanya jangka pendek
2. sah dimata hukum? Masyarakat luas-hak yang dapat ditegakkan oleh hukum
3. adil? Keadilan bagi semua
4. benar? Hak-hak lain bagi semua
5. mendukung pembangunan Hak khusus

berkelanjutan lebih lanjut?

Jika respon negatif muncul dari satu atau lebih pertanyaan yang diajukan,

maka pengambil keputusan dapat mencoba untuk merevisi tindakan yang

diusulkan untuk menghapus atau mengurangi jawaban negatif itu.

Pendekatan Standar Moral Tradisional

Pendekatan standar moral untuk analisis dampak stakeholder yang dibangun

langsung pada tiga kepentingan mendasar dari stakeholder. Hal ini agak lebih
umum dalam fokus dari pendekatan 5-pertanyaan, dan memimpin pengambil

keputusan untuk analisis yang lebih luas berdasarkan keuntungan bersih bukan

hanya profitabilitas sebagai tantangan pertama dari keputusan yang diusulkan.

Akibatnya, ia menawarkan sebuah kerangka yang lebih cocok untuk pertimbangan

keputusan yang memiliki dampak signifikan di luar korporasi dari kerangka kerja

4-pertanyaan.

Standar Moral Pertanyaan dari Keputusan yang diusulkan


Utilitarian:

Memaksimalkan keuntungan Apakah tindakan tersebut memaksimalkan

bersih bagi masyarakat manfaat sosial dan meminimalkan luka sosial?


Hak-hak Individu:

Dihormati dan dilindungi Apakah tindakan tersebut konsisten dengan hak

setiap orang?
Keadilan:

Distribusi manfaat dan Apakah tindakan tersebut membawa kita pada

beban yang adil sebuah distribusi yang adil dari manfaat dan

beban?

Dari tabel di atas terlihat bahwa kepuasan prinsip utilitarian dinilai melalui

pertanyaan yang berfokus pada analisis biaya manfaat atau analisis risiko-

manfaat, bukan hanya dilihat dari keuntungan. Selain itu, pemeriksaan tentang

bagaimana keputusan yang diusulkan dapat menghormati hak-hak individu

terlihat dari dampaknya terhadap keputusan mengenai hak-hak setiap pemangku

kepentingan. Pendekatan standar moral tradisional tidak secara khusus


memberikan kajian yang mendalam tentang motivasi bagi keputusan yang terlibat,

kebijakan atau karakter yang diharapkan.

Pendekatan Pastin Tradisional

Pastin menggunakan konsep etika aturan dasar untuk apture gagasan bahwa

individu dan organisasi memiliki aturan-aturan dasar atau nilai-nilai fundamental

yang mengatur perilaku mereka atau perilaku yang diinginkan. Jika keputusan

dipandang menyinggung nilai-nilai ini, ada kemungkinan bahwa disenchamtment

atau relatiation akan terjadi. Sayangnya, hal ini dapat menyebabkan pemecatan

seorang karyawan yang bertindak tanpa pemahaman  aturan dasar etika baik dari

organisasi pengusaha yang terlibat. Dalam rangka untuk memahami aturan dasar

yang berlaku untuk benar mengukur komitmen organisasi untuk proposal dan

untuk melindungi pembuat keputusan., Pastin menunjukkan bahwa pemeriksaan

keputusan masa lalu atau tindakan dibuat. Ia menyebut ini pendekatan reverse

engineering keputusan, karena upaya ini dilakukan untuk mengambil keputusan

masa lalu terpisah untuk melihat bagaimana dan mengapa mereka dibuat. Pastin

menunjukkan bahwa orang sering dijaga (secara sukarela atau tanpa sadar)

tentang mengekspresikan nilai-nilai mereka, dan bahwa reverse engineering

menawarkan cara untuk melihat, melalui tindakan masa lalu, apa nilai-nilai

mereka.

 Pastin menggunakan konsep etika aturan dasar untuk apture gagasan bahwa

individu dan organisasi memiliki aturan-aturan dasar atau nilai-nilai fundamental

yang mengatur perilaku mereka atau perilaku yang diinginkan. Jika keputusan
dipandang menyinggung nilai-nilai ini, ada kemungkinan bahwa disenchamtment

atau relatiation akan terjadi.

Aspek Kunci Tujuan Pemeriksaan Untuk:


Etika aturan dasar Menjelaskan sebuah organisasi atau aturan dan nilai-nilai

individu
Etika titik akhir Menentukan manfaat bersih yang paling baik untuk semua

pihak
Etika peraturan Menetukan batasan-batasan yang harus dipertimbangkan

seseorang atau organisasi sesuai dengan prinsip-prinsip etis


Etika kontrak Menentukan cara bagaimana memindahkan batasan-batasan

sosial demi menghapuskan kekhawatiran atau konflik

 Memperluas dan pencampuran pendekatan

Dari waktu ke waktu, masalah etika akan naik yang tidak cocok dengan

sempurna ke salah satu pendekatan yang dijelaskan. Untuk eksistensi, masalah

yang diangkat oleh suatu masalah etika dapat diperiksa dengan pendekatan 5-

pertanyaan, mengharapkan bahwa ada dampak jangka panjang yang signifikan

atau eksternalitas yang panggilan untuk analisis biaya-manfaat daripada

profitability sebagai pertanyaan tingkat pertama. Untungnya, biaya-manfaat

analisis dapat diganti atau ditambahkan ke pendekatan untuk memperkayanya.

Demikian pula, konsep dasar etika aturan dapat dicangkokkan ke pendekatan non-

Pastin, jika diperlukan dalam keputusan yang berhubungan dengan pengaturan di

dalam perusahaan. Perawatan harus diambil ketika memperluas dan blending

pendekatan, bagaimanapun, untuk memastikan Thet setiap bidang baik offness,

keadilan, dan dampak pada hak-hak individu diperiksa dalam analisis keputusan-

lain komprehensif terakhir mungkin rusak.


 Mengintegrasikan pendekatan dampak analisis filosofis dan stakeholder

Pendekatan-konsekuensialisme filosofis, deontologi, dan kebajikan-etika yang

dikembangkan pada awal bab mendasari, dan harus disimpan dalam pikiran untuk

menginformasikan dan memperkaya, analisis bila menggunakan pendekatan tiga

pemangku kepentingan dampak. Pada gilirannya, dampak pemangku kepentingan

analisis pendekatan yang digunakan harus memberikan pemahaman tentang fakta,

hak, kewajiban, dan keadilan yang terlibat dalam keputusan atau tindakan yang

aseential ke analisis etis yang tepat dari motivasi, vitues, dan karakter yang

diharapkan. Akibatnya, dalam analisis, efektif komprehensif dari ethicality dari

keputusan atau tindakan yang diusulkan, pendekatan-pendekatan filosofis

tradisional harus menambah model stakeholder dan sebaliknya.

D. Permasalahan Lain Dalam Pengambilan Keputusan Etis

1. Masalah Bersama

Masalah bersama mengacu pada kesenjangan atau mengetahui penggunaan

aset atau sumber daya yang dimiliki bersama secara berlebihan.

2. Mengembangkan Aksi yang Lebih Etis

Terkadang direktur, eksekutif atau akuntan professional akan mengalami

kelumpuhan keputusan akibat kompleksitas analisis atau ketidakmampuan

untuk menentukan pilihan maksimal karena alasan ketidakpastian, kendala

waktu dan sebab lainnya.

3. Kekeliruan Umum dalam Pengambilan Keputusan Etis

Diantaranya yaitu:

 Menyetujui budaya perusahaan yang tidak etis


 Salah menafsirkan harapan masyarakat. Banyak eksekutif salah mengira

bahwa tindakan tidak etis dapat diterima karena:

- Ini dunia dimana anjing makan anjing

- Semua orang melakukannya

- Jika saya tidak melakukannya, orang lain akan

melakukannya

- Saya bebas dari beban tanggung jawab karena itu perintah

atasan.

 Berfokus pada keuntungan jangka pendek dan pemegang saham

Seringkali, dampak yang paling signifikan (pemegang saham,

pemegang saham) dari suatu tindakan yang diusulkan adalah mereka

bahwa permukaan di masa depan dan mereka dengan nonshareholder

stakeholder pertama. Hanya setelah kelompok ini bereaksi terhadap

pemegang saham menanggung biaya kesalahan. Obat untuk miopia ini

adalah untuk memastikan cakrawala waktu yang cukup untuk analisis, dan

untuk mempertimbangkan eksternalitas akun berdasarkan biaya-manfaat,

meskipun dampaknya diukur awalnya oleh sekelompok nonshareholder.

 Berfokus hanya pada legalitas

Banyak manajer yang hanya peduli dengan apakah suatu tindakan

sesuai dengan aturan. Hukum, beranggapan bahwa  "Jika itu sesuai aturan

hukum, berarti tindakannya etis."      

 Keadilan yang terbatas 


Kadang-kadang pengambil keputusan bersikap adil hanya untuk

kelompok yang disukai. Dan mereka tak punya kemampuan

mengendalikan opini umum dan ujung ujungnya  membayar untuk

mengawasi mereka. Banyak eksekutif telah menunda masalah dan 

mengabaikan atas resiko. Cara yang terbaik untuk menjamin suatu

keputusan itu etis bila berlaku adil untuk semua pemangku kepentingan.

 Pembatasan hak yang teliti

Pengambil keputusan seharusnya meneliti dampak terhadap hak

seluruh pemangku kepentingan.

 Konflik kepentingan

Perkiraan/prasangka  bukan satu-satunya alasan untuk

menunjukkan penilaian tindakan yang diusulkan. Penghakiman dapat

diliputi oleh konflik kepentingan - kepentingan pribadi dari pembuat

keputusan terhadap kepentingan terbaik perusahaan , atau sekelompok

pengambilan keputusan adalah penyimpangan  terhadap kepentingan

terbaik perusahaan

 Keterkaitan pemangku kepentingan

Seringkali pembuat keputusan gagal mengantisipasi bahwa apa

yang mereka putuskan untuk satu kelompok akan mempengaruhi

kelompok yang lain.

 Kegagalan untuk mengidentifikasi semua kelompok stakeholder

Kebutuhan untuk mengidentifikasi semua stakeholder dan

kelompok kepentingan sebelum mengevaluasi dampak dari masing-masing


bukti diri. Namun, ini merupakan langkah yang diambil untuk diberikan

berulang kali, dengan hasil bahwa isu-isu penting tidak diketahui. Sebuah

pendekatan yang berguna untuk membantu masalah ini adalah untuk

berspekulasi tentang bagaimana buruk itu bisa pergi dari tindakan yang

diusulkan dan mencoba untuk menilai bagaimana media bereaksi. Hal ini

sering mengarah pada identifikasi kelompok yang paling rentan

stakeholder.

 Kegagalan memberi peringkat pada kepentingan stakeholder

Kecenderungan untuk memperlakukan semua kepentingan

stakeholders sama tingkat pentingnya. Namun, sering  memperlakukan

kepentingan yang mendesak yang paling penting. Mengabaikan ini tidak

benar dan dapat menyebabkan keputusan kurang optimal dan tidak etis.

 Meninggalkan kebaikan, kejujuran dan hak.

Seperti dijelaskan sebelumnya,, bahwa keputusan etis yang

komprehensif tidak bisa dilakukan jika salah satu dari tiga aspek

terlupakan.

 Kegagalan mempertimbangkan motivasi untuk sebuah keputusan

Selama bertahun-tahun, pengusaha dan profesional yang tidak

peduli tentang motivasi untuk tindakan, seperti consenquences dapat

diterima. Sayangnya, banyak produsen telah kehilangan melihat kebutuhan

untuk meningkatkan jaringan global untuk semua pengambilan manfaat

(atau sebanyak mungkin) dan keputusan dibuat bahwa manfaat sendiri,

atau hanya sedikit kurang beruntung pendek dan jangka panjang lainnya .
Cupet ini, murni SEFT - pengambil keputusan organisasi yang berminat

mewakili risiko tinggi untuk pemerintahan.

 Kegagalan untuk memperhitungkan kebajikan yang seharusnya

ditunjukkan

Anggota dewan, eksekutif dan akuntan profesional diharapkan

untuk bertindak dengan itikad baik dan pembuangan kewajiban fidusia

kepada orang-orang mengandalkan mereka. Mengabaikan kebajikan

diharapkan dari mereka dapat menyebabkan ketidakjujuran, kurangnya

integritas dalam penyusunan laporan, kegagalan untuk bertindak atas nama

stakeholder, dan kegagalan untuk debit keberanian dalam menghadapi

orang lain yang terlibat dalam tindakan tidak etis, atau meniup peluit bila

diperlukan. Akuntan profesional yang mengabaikan nilai-nilai yang

diharapkan dari mereka cenderung lupa bahwa mereka diharapkan untuk

melindungi koleksi publik.

E. Langkah-langkah menuju sebuah keputusan Etis

1. Identifikasi fakta dan semua kelompok pemangku kepentingan serta

kepentingan yang mungkin akan terpengaruh.

2. Membuat peringkat para pemangku kepentingan serta kepentingan

mereka.

3. Menilai dampak dari tindakan yang diusulkan pada setiap kepentingan

pihak yang berkepentingan


Tujuh langkah menuju sebuah keputusan etis menurut American

Accounting Association (1993) yaitu:

1. Tentukan fakta-apa, siapa, dimana, kapan dan bagaimana

2. Menetapkan isu etis

3. Mengidentifikasi prinsip-prinsip utama, aturan dan nilai-nilai

4. Tentukan alternative

5. Bandingkan nilai-nilai dan alternatif, serta melihat apakah muncul

keputusan yang jelas

6. Menilai konsekuensi

7. Membuat keputusan anda.

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Keputusan yang diambil seorang pemimpin berpengaruh terhadap orang

lain dan lingkungan sekitar. Kaitannya dengan hal ini, pengambilan keputusan

harus dilakukan secara beretika.  Ada lima kriteria dalam mengambil keputusan

yang etis, yaitu utilitarian, universalisme (duty), penekanan pada hak, penekanan

pada keadilan, dan relativisme (self-interest). Bila seorang pemimpin membuat


keputusan atas dasar 5 hal tersebut, maka kecenderungan sebuah keputusan yang

ia ambil adalah keputusan yang tepat semakin besar.

Anda mungkin juga menyukai