Anda di halaman 1dari 13

RESUME MATERI

PENGAMBILAN KEPUTUSAN

MATA KULIAH
PERILAKU KEORGANISASIAN
Dosen: Ratna Wijayanti SE, MM

Disusun oleh:

1. Mila Tasya Kusumaningrum B.131.20.0035


2. Safira Destia Ramadiyan B.131.20.0052
3. Adrian Adiyatma B.131.20.0063
4. Melliana Nurul Ariesta B.131.20.0079
5. Emy Rahmawati B.131.20.0090

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEMARANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan ridho-nya, kami dapat meyelesaikan tugas kami yaitu membuat makalah dengan
judul
“Pengambilan Keputusan” Dalam penyusunan makalah ini kami telah berusaha semaksimal
mungkin sesuai dengan kemampuan kami. Namun,sebagai manusia biasa ,kami tidak luput
dari kesalahan dan kekhilafan baik dari segi teknik penulisan maupun dalam penyusunan tata
bahasa.

Kami berharap semoga makalah ini dapat diterima dengan baik dan dapat berguna
bagi seluruh pembaca. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

Semarang, 06 Oktober 2022

Penyusun,
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan Makalah

BAB II PEMBAHASAN

1. Jenis-Jenis Pengambilan Kepuusan


2. Model Pengambilan Keputusan
3. Pengaruh Perilaku Dalam Pengambilan Keputusan
4. Pengambilan Keputusan Kelompok
5. Teknik-teknik Pengambilan Keputusan Kelompook

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penulisan Makalah


BAB II PEMBAHASAN

1. JENIS-JENIS KEPUTUSAN

Pengambilan keputusan/decision making merupakan saranaBatau alat untuk mencapai


tujuan organisasi. Pengambilan keputusan dapat didefinisikan sebagai proses menentukan
pilihan dari berbagai alternatif (Greenberg dan Baron, 2003). Pengambilan keputusan
merupakan salah satu tanggung jawab setiap eksekutif, terlepas dari bidang fungsi dan tingkat
manajemen. Hampir setiap hari manajer disibukkan dengan pengambilan keputusan yang
akan berpengaruh pada masa depan organisasi. Beberapa keputusan mungkin berpengaruh
kuat terhadap kesuksesan organisasi, sedangkan keputusan yang lain meskipun dianggap
keputusan yang penting mungkin saja tidak krusial. Setiap keputusan akan memiliki dampak
terhadap organisasi baik dampak positif, negatif, besar maupun kecil. Para peneliti bidang
pengambilan keputusan telah mengembangkan beberapa klasifikasi jenis keputusan. Menurut
Herbert Simor ada dua jenis keputusan, yaitu (Ivancevich et. al., 2007):

1. Keputusan terprogram/programmed decisions. Suatu keputusan disebut sebagai


keputusan terprogram apabila bersifat rutin, berulang, dan memiliki prosedur baku. Misalnya
suatu perusahaan telah menentukan prosedur tertentu yang harus dilalui oleh seorang
konsumen ketika akan mengajukan keluhan terhadap produk yang dibelinya, atau seorang
pasien yang ingin berobat ke suatu rumah sakit harus mengikuti prosedur penerimaan pasien.

2. Keputusan tidak terprogram/non-programmed decisions. Suatu keputusan disebut


sebagai keputusan tidak terprogram apabila benar-benar baru, belum terstruktur, belum ada
prosedur yang baku dalam menangani masalah tersebut, belum pernah ditemukan situasi yang
sama sebelumnya, bersifat unik, dan kompleks, sehingga membutuhkan penanganan khusus.
Misalnya sebuah perguruan tinggi ingin menambah ruang kuliah/kelas baru berhubung
meningkatnya jumlah mahasiswa baru. Keputusan terprogram dan tidak terprogram
membutuhkan prosedur yang berbeda dan berlaku untuk jenis masalah yang berbeda pula.
Keputusan terprogram biasanya ditangani melalui peraturan, standar operating
procedure/SOP atau prosedur yang pasti. Sementara itu untuk keputusan tidak terprogram
biasanya ditangani melalui proses pemecahan masalah yang umum, penilaian, intuisi, dan
membutuhkan kreativitas. Keputusan terprogram sebaiknya ditangani oleh manajemen
tingkat pertama atau menengah, sedangkan keputusan tidak terprogram ditangani oleh
manajemen puncak/tertinggi. Sayangnya masih banyak manajemen puncakyang masih fokus
dan menghabiskan waktunya untuk keputusan terprogram, akibatnya perencanaan jangka
panjang menjadi terabaikan.

2. MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Proses pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan beberapa model. Model-model


tersebut menawarkan berbagai asumsi yang berbeda dan wawasan unik dalam proses
pengambilan keputusan. Model pengambilan keputusan tersebut antara lain model
pengambilan keputusan rasional, model pengambilan keputusan administratif, dan model
pengambilan keputusan intuitive.

1. Model pengambilan keputusan rasional

Rasional artinya membuat pilihan-pilihan yang konsisten dan memaksimalkan nilai dalam
batasan-batasan tertentu. Model pengambilan keputusan rasional adalah model pengambilan
keputusan yang menggambarkan bagaimana individu seharusnya berperilaku untuk
memaksimalkan beberapa hasil.

 Langkah-langkah proses pengambilan keputusan :


a. Mengenali masalah
b. Menghasilkan solusi alternatif
c. Memilih solusi
d. Mengimplementaskan solusi.
e. Mengevaluasi solusi

2. Model pengambilan keputusan administratif

Model pengambilan keputusan ini dikembangkan oleh march dan simon, yang menjelaskan
bahwa pengambilan keputusan memiliki pandangan yang terbatas dan tidak lengkap terhadap
masalah atau kesempatan yang dihadapi. Jumlah sosuli yang dapat di implementasikan
dibatasi oleh kemampuan pengambilan keputusan dan keterbatasan sumberdaya, informasi ,
data dan pengetahuan tidak sempurna, sehingga keputusan terbaik tidak diketahui.

 Asumsi-asumsi dari model pengambilan keputusan administratif :


1. Pengambilan keputusan tidak memiliki informasi yang lengkap sesuai kebutuhan dan
keinginan .
2. Pengambilan keputusan tidak mengetahui seluruh kemungkinan alternatif dan tidak
dapat memprediksi konsekuensinya.
3. Alternatif dan solusi yang paling awal akan dipilih karena berbagai keterbatasan.
4. Tujuan organisasi membatasi pengambilan keputusan
5. Adanya tujuan yang saling bertentangan antar lembaga, sehingga dapat membatasi
keputusan dan memaksa adanya suatu kompromi.

3. Model pengambilan keputusan intuitive

Adalah suatu proses tidak sadar, sebagai hasil dari pengalaman yang di saring. Proses ini
tidak terlepas dari analisis rasional , sebab keduanya saling melengkapi. Pengambilan
keputusan ini biasanya menggunakan data, suatu informasi dan lingkungan atau mengatasi
suatu masalah atau suatu kesempatan .

 Faktor-faktor yang menyebabkan pengambilan keputusan intuitive :


1. Tingginya tingkat ketidakpastian mengenai masalah tujuan.
2. Dala situasi tertentu tidak ada pengalaman masalalu.
3. Batas waktu yang sangat pendek.
4. Jumlah alternatif yang tidak banyak

3. PENGARUH PERILAKU DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Faktor-faktor perilaku yang memiliki pengaruh terhadap pengambilan keputusan


antara lain : kecenderungan terhadap resiko, potensi terhadap disonansi, dan peningkatan
komitmen. Faktor-faktor ini mungkin mempengaruhi aspek tertentu saja dari proses
pengambilan keputusan atau mungkin mempengaruhi keseluruhan dari proses pengambilan
keputusan (Ivancevich.et.al.,2007) :

1. Nilai / Value

Nilai adalah panduan yang digunakan individu ketika dihadapkan situasi dimana dirinya
harus membuat suatu pilihan. Nilai ini oleh individu diperoleh pada masa awal kehidupannya
dan merupakan dasar dari pemikiran individu tersebut. Pengaruh nilai dalam proses
Pengambilan keputusan ini dapat terjadi mulai langkah mengenali masalah sampai dengan
tahap implementasi dan evaluasi. Misalnya seorang manajer akan mengambil keputusan yang
etis atau tidak etis dipengaruhi oleh nilai yang dimilikinya. Nilai yang dianut oleh individu
relatif sulit berubah. Dalam pengambilan keputusan yang etis manajer tadi akan dipandu oleh
nilai-nilai yang dimilikinya. Misalnya mempertimbangkan hak-hak orang lain, berpedoman
pada nilai-nilai luhur, memenuhi standar perilaku.

2. Kecenderungan terhadap risiko/propensity for risk.

Setiap orang memiliki kecenderungan yang berbeda-beda terhadap risiko. Orang yang
memiliki kecenderungan menghindari risiko yang rendah akan berbeda dalam mengambil
keputusan dibandingkan orang yang memiliki kecenderungan menghindari risiko yang tinggi
dalam situasi yang sama. Orang akan lebih berani dan lebih inovatif mengambil risiko dalam
keputusan kelompok dibanding sebagai individu. Orang akan lebih bersedia menerima risiko
ketika menjadi bagian atau anggota dari suatu kelompok.

3. Potensi timbulnya disonansi/potential for dissonance.

Pasca pengambilan keputusan seringkali muncul adanya suatu kecemasan atau keraguan
terhadap keputusan yang telah dibuat. Kecemasan ini oleh Festinger yang disebut dengan
disonansi kognitif, yaitu suatu keadaan mental di mana muncul kecemasan ketika terjadi
konflik antara aspek kognitif individu (seperti sikap atau keyakinan) Hal ini terjadi ketika ada
konflik antara apa yang dipercaya oleh pengambilan keputusan dengan apa yang sudah
dilakukan, sehingga timbul memiliki keragu-raguan. Kecemasan ini akan tinggi intensitasnya
ketika dihadapkan dalam kondisi: (a) keputusan tersebut sangat penting bagi seseorang baik
secara psikologis maupun finansial. (b) ada berbagai alternatif yang tersedia sebelumnya. (c)
alternatif yang tersedia memiliki fitur-fitur/featured yang baik. Apabila disonansi ini terjadi,
maka cara terbaik untuk mengurangi adalah dengan cara mengakui bahwa telah terjadi
kesalahan dalam pengambilan keputusan. Namun cara ini jarang dilakukan karena
kebanyakan orang tidak bersedia mengakui kesalahan dan mencari cara lain untuk
mendukung keputusannya.

4. Peningkatan komitmen/escalation for commitmen.

Adalah bertambahnya kesetiaan terhadap keputusan sebelumnya, dimana pengambil


keputusan yang rasional memilih untuk mundur. Hal ini dilakukan untuk mengubah
keputusan yang dianggap buruk atau merugikan yang sudah diputuskan sebelumnya, menjadi
keputusan yang bermanfaat.

4. PENGAMBILAN KEPUTUSAN KELOMPOK

Pengambilan Keputusan Kelompok Suatu keputusan sering kali lebih tepat dilakukan oleh
kelompok, sementara keputusan yang lain mungkin lebih tepat dibuat secara individual.
Pengambilan keputusan secara kelompok memiliki berbagai keuntungan maupun kerugian.
Keuntungan pengambilan keputusan kelompok antara lain (Kreitner dan Kinicki, 2005):

 Lebih banyak pengetahuan dan informasi. Suatu kelompok yang terdiri dari banyak
individu biasanya memiliki lebih banyak pengetahuan dan informasi, sehingga lebih
memungkinkan untuk membuat keputusan yang berkualitas.
 Perbedaan pandangan. Individu dengan pengalaman dan kepentingan yang berbeda-
beda dapat membantu kelompok dalam melihat situasi keputusan atau suatu masalah
dari sudut pandang yang berbeda-beda dapat membantu kelompok dalam melihat
situasi keputusan atau suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda.
 Pemahaman lebih lengkap. Individu yang mengikuti jalannya proses pengambilan
keputusan, biasanya lebih dapat menahami dasar pemikiran dalam proses
pengambilan keputusan.
 Meningkatnya penerimaan. Individu yang berperan aktif dalam proses pengambilan
keputusan, biasanya akan memiliki tingkat penerimaan yang lebih besar dan
melaksanakan keputusan tersebut.
 Dasar pelatihan. Bagi partisipan yang kurang berpengalaman dalam pengambilan
keputusan kelompok, mereka dapat dilibatkan. Selain memiliki berbagai keuntungan,
pengambilan keputusan kelompok juga menimbulkan kerugian.

Adapun kerugian pengambilan keputusan kelompok antara lain (Kreitner dan Kinicki,
2005):

1) Tekanan sosial. Kreativitas seseorang dibutuhkan dalam proses pengambilan keputusan


kelompok. Kreativitas ini akan terhambat ketika seseorang tidak ada keinginan untuk
memberikan yang terbaik untuk keputusan kelompok ketika dihadapkan padatekanan sosial.

2) Didominasi oleh beberapa orang saja. Dalam suatu kelompok sering kali pembicaraan
hanya didominasi oleh seseorang atau beberapa orang saja, sehingga melemahkan niat
anggota yang lain untuk terlibat aktif.
3) Balas jasa. Roda politik dan perjanjian-perjanjian sering kali menggantikan pemikiran
yang rasional jika proyek penting individual atau kepentingan pribadi dipertaruhkan.

4) Pemikiran kelompok. Keputusan yang rasional sering kali dikorbankan demi


memperjuangkan pemikiran-pemikiran atau kekompakan kelompok.

5. TEKNIK PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Meskipun pengambilan keputusan kelompok membutuhkan waktu yang relatif lama,


tetapi pengambilan keputusan secara kelompok ini masih dibutuhkan dalam
organisasi. Untuk masalah-masalah tertentu lebih tepat apabila diputuskan secara
kelompok dibandingkan secara individu, pengambilan keputusan kelompok akan
lebih efektif apabila menghadirkan ahli atau spesialis dari berbagai bidang yang saling
melengkapi, sehingga menghasilkan keputusan yang berkualitas.Kreativitas/creativity
adalah proses dimana individu, kelompok, atau team menghasilkan ide-ide baru yang
berguna memecahkan suatu masalah atau meraih kesempatan. Kelompok atau team
diharapkan memiliki potensi kreativitas yang lebih tinggi dari pada individu, terutama
bagi kelompok atau team yang menjalankan tugas baru dan kompleks, serta memiliki
ketidakpastian yang lebih tinggi, Disamping itu kelompok juga memiliki potensi
kreatifitas yang lebih tinggi, Karena memiliki keahlian, sumber daya, dan pengalaman
yang beragam. Untuk menigkatkan kreatifitas kelompok ada beragai teknik yang
dapat digunakan, antara lain teknik brainstorming, teknik delphi, dan teknik kelompok
nominal ( Ivancevich, et al.,2007) :

1. Teknik Brainstorming
Teknik Brainstorming bertujuan untuk mengembangkan dan mendorong
munculnya ide-ide atau pemikiran dari anggota kelompok. Teknik ini efektif pada
situasi tertentu, misalnya pada bidang advertising, tetapi tidak efektif untuk situasi
lain. Teknik ini memiliki beberapa asumsi yaitu:
a. Setiap anggota kelompok didorong untuk mengeluarkan ide² atau
gagasan ekstrem atau tidak wajar
b. Setiap ide yang dikeluarkan adalah ide kelompok bukan ide
individu yang menyatakan ide tersebut. Dengan cara diharapkan
setiap individu dapat membangun dan menggunakan ide dari
individu lain yang sudah ada.
c. Tidak ada ide atau gagasan yang dikritik, karena tujuan teknik ini
adalah untuk mengembangkan ide bukan untuk mengevaluasi ide.
2. Teknik delphi
Teknik delphi merupakan proses kelompok tanpa nama atau anonim untuk
menghasilkan ide dari para ahli yang secara fisik tersebar.
3. Teknik Kelompok Nominal
Teknik kelompok nominal/nominal grup technique merupakan metode
pengambilan keputusan kelompok dimana para anggota kelompok bertemu secara
tatap muka untuk menyatukan penilaian mereka secara sistematis, tetapi
independen. Teknik ini melarang komunikasi antar personal atau diskusi selama
proses pengambilan keputusan. Para anggota kelompok berkumpul secara
tradisional, tetapi para anggota beroperasi secara independen.
Kelebihan dari teknik kelompok nominal adalah antara lain bahwa teknik ini
memberikan kesempatan kepada anggota kelompok untuk bertemu secara formal,
tetapi tidak menghalangi untuk berfikir secara independen. teknik kelompok
nominal ini sekarang berkembang, yaitu menyatukan teknik kelompok nominal
dengan teknologi komputer yang disebut dengan pertemuan dengan media
komputer/electronic meeting.
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran
Apabila dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan
kesalahan mohon dimaafkan, penulis sangat mengharapkan kritik dan sarannya yang sifatnya
membangun dari pembaca demi perbaikan makalah selanjutnya dan penulis ucapkan terima
kasih.
DAFTAR PUSTAKA

Suyoto,Danang dan Burhanudin, S.E., M.Si. Teori Perilaku Keorganisasian,


Cetakan Pertama, Yogyakarta 2015

Anda mungkin juga menyukai