Anda di halaman 1dari 6

Annisa Jihan Salsabila

Nim : B.131.20.0053

PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA DI ERA SEKARANG

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal pertama tahun 2022 mencatatkan angka
5,01 persen. Angka tersebut stabil dan hampir sama dengan pertumbuhan pada kuartal keempat
tahun 2021 dan berada di atas pertumbuhan ekonomi sejumlah negara.

“Ini di atas beberapa negara lain seperti Tiongkok 4,8 (persen), Singapura 3,4 (persen), Korea
3,07 (persen), kita hanya di bawah Vietnam yang 5,03 (persen), Amerika Serikat sendiri 4,29
persen, dan Jerman 4,0 (persen),” ujar Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian,
Airlangga Hartarto, dalam keterangan selepas Sidang Kabinet Paripurna yang dipimpin oleh
Presiden Joko Widodo di Kantor Presiden, Jakarta Pusat, Senin (09/05/2022).

Tahun ini pertumbuhan ekonomi global diperkirakan berkisar pada angka 3,6 sampai 4,5
persen. Sejumlah lembaga internasional seperti Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan
Pembangunan (OECD), Bank Dunia, Asian Development Bank, hingga Dana Moneter
Internasional (IMF) memperkirakan ekonomi Indonesia tumbuh di antara 5 sampai 5,4
persen.“Berbagai lembaga baik itu OECD, World Bank, ADB, dan IMF memperkirakan
pertumbuhan ekonomi Indonesia antara 5 sampai 5,4 persen. Jadi Indonesia pertumbuhan di atas
rata-rata pertumbuhan ekonomi global,” imbuh Airlangga.

Sementara itu, dari sisi inflasi, inflasi komponen bergejolak atau volatile food pada bulan
April sebesar 5,48 persen, dengan harga-harga komoditi yang diatur pemerintah atau
administered price di angka 4,83 persen dan inflasi inti di angka 2,6 persen. Dengan demikian,
lanjut Airlangga, rata-rata inflasi di bulan April sebesar 3,47 persen, masih sesuai dengan rentang
dalam APBN yaitu 3 plus minus 1 persen. Airlangga menambahkan, dari lapangan usaha hampir
semua sektor dari sisi penawaran (supply side) rata-rata positif, mulai dari pergudangan, industri,
jasa, pertanian, konstruksi. Dari segi permintaan atau demand side, konsumsi rumah tangga juga
positif.

“PMTB (Pembentukan Modal Tetap Bruto) atau investasi maupun ekspor impor juga
positif, sehingga tentu ini akan memberikan hal yang baik,” ucapnya. Kenaikan pertumbuhan
ekonomi juga tercermin dari meningkatnya jumlah tenaga kerja yang tercipta, baik pekerja penuh
waktu maupun pekerja paruh waktu. Pekerja penuh waktu naik 4,28 juta orang menjadi 88,42
juta orang, sedangkan pekerja paruh waktu bertambah sekitar 1 juta orang menjadi 36,54 juta
orang. Adapun yang setengah menganggur menurun sekitar 770 ribu orang menjadi 10,65 juta
orang.

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN

Kebijakan pembangunan ekonomi tidak terlepas dari peranan strategi pembangunan


ekonomi nasional, singkronisasi ini akan menciptakan kinerja dan aktivitas keuangan yang
maksimal, yang mengantarkan hubungan setiap indikator ekonomi dalam menciptakan
sinergi pertumbuhan ekonomi yang efektif dan efisien. Kebijakan pembangunan ini
merupakan langkah yang harus dijalankan, sebagai bagian dalam proses penyusunan strategi
pembangunan, meski konsep strategi pembangunan bergerak secara berfluktuasi, maka pedoman
kebijakan harus merujuk pada tujuan dan sasaran dari otoritas keuangan seperti Bank
Sentral dan lembaga lainnya, dalam menciptakan stabilitas keuangan dan pertumbuhan
perekonomian di Indonesia.

Kebijakan pembangunan dalam kerangka hubungan perekonomian ditunjukkan


melalui kinerja setiap indikator keuangan, karena pencapai tujuan Kebijakan Pembangunan
Perekonomian di Indonesia Perubahan tekanan pada Gambar 1.2 menandakan bahwa
perekonomian mengalami konjuntur tekanan berfluktuasi, dengan berat tekanan pada kinerja
setiap indikator keuangan menunjukkan hubungan yang dinamis, melalui pengaruh
hubungan ekternal dan internal yang berdampak disetiap tekanan yang menjadi dasar
penetapan tekanan siklus keuangan di Indonesia. Perubahaan dan perbedaan gelombang antara
strategi dan kebijakan pembangunan nasional yang terjadi, dikarenakan penetapan strategi
dan langkah yang dijalankan tidak sesuai dengan perubahan setiap aktivitas perekonomian,
penetapan kebijakan dijalankan ketika terdapat gejala dari perilaku keuangan yang
mengindikasikan adanya tekanan yang dapat merusak sistim keuangan. Fluktuasi gelombang
siklus keuangan dalam menyikapi perubahan strategi cenderung lebih dinamis, karena
strategi yang dijalankan harus bergerak selaras dengan fenomena dari perubahan aktivitas
keuangan, konsep perubahan gelombang ini mengantarkan jenis dan bentuk dari kebijakan
yang akan dijalankan di Indonesia.

Strategi dan Kebijakan Pola keterlambatan gelombang kebijakan dibandingkan dengan


strategi yang dijalankan dikarenakan adanya lag antara penerapan strategi dengan dampak
yang ditimbulkan dalam penerapan kebijakan, sehingga tekanan gelombang cenderung
berjalan dengan lambat jika dibandingkan dengan strategi yang dijalankan pada
perekonomian Indonesia. Lag yang terjadi antara strategi dan kebijakan pembangunan akan
mempersempit ruang gerak dari pengaruh kebijakan pada pergerakan gelombang siklus
keuangan, karena durasi perubahan strategi dalam kaitannya terhadap implementasi kinerja
keuangan, lebih cepat dibandingkan proses pelaksanaan dan dampak kinerja keuangan akibat
adanya penerapan kebijakan tersebut, sehingga respon yang terjadi mengakibatkan durasi
panjang dalam teknik tatalaksana kebijakan pada aktivitas keuangan di Indonesia. Iklim
perubahan dalam siklus keuangan memiliki konsep kebijakan yang berbeda dalam
penanganan setiap efek yang ditimbulkan oleh aktivitas indikator keuangan, hal ini menjadi
konsep mutlak bagi Bank Sentral dalam mengontrol perilaku indikator keuangan tersebut
melalui penetapan kebijakan yang tepat. Efektivitas hubungan kebijakan pembangunan
ekonomi nasional terlihat dari peran Bank Sentral dalam berinteraksi dengan masyarakat
sebagai bagian dalam memperlancar aktivitas kinerja keuangan, sirkulasi keuangan dalam
masyarakat ditentukan oleh kinerja sektor perbankan, dalam menjaga aliran keuangan di
masyarakat, fungsi intermediary perbankan menjadi kunci dalam mengontrol kebijakan Bank
Sentral, di mana sektor perbankan merupakan lembaga perpanjangan tangan dari otoritas
keuangan dalam menerapkan kebijakan yang ditetapkannya. Peranan sektor perbankan ini
menjadi penentu dalam mengontrol kecepatan laju keuangan disetiap kegiatan masyarakat,
khususnya dalam menjalankan transaksi bisnis sebagai dasar pengukuran perubahan siklus
keuangan, sehingga titik fokus pertumbuhan perekonomian dapat berjalan melalui
percepatan perputaran keuangan di Indonesia. Titik kunci kebijakan selalu berdasarkan pada
besaran tekanan yang ditimbulkan oleh aktivitias keuangan masyarakat secara keseluruhan,
konsep ini mengacu pada besaran dampak tekanan keuangan dalam aliran siklus keuangan,
kondisi perubahan tekanan tersebut akan menunjukkan seberapa efektif kinerja keuangan
dalam menjaga stabilitas keuangan dan pertumbuhan perekonomian di Indonesia.

Laju tekanan siklus keuangan ketika gelombang berada pada titik puncak
mengindikasikan terjadinya pertumbuhan perekonomian dalam bentuk kinerja keuangan yang
berjalan dengan baik, sehingga kebijakan yang diterapkan pada periode ini dapat menciptakan
harmonisasi atas kinerja indikator ekonomi yang dengan baik Keterikatan ini tidak
menjadikan gejolak yang mendasar pada sirkulasi keuangan, setiap sektor, baik sektor
ekonomi dan non ekonomi bekerja dengan tingkat konsertrasi yang tinggi, sehingga indikator
ekonomi cukup stabil dalam menciptakan pertumbuhan perekonomian di Indonesia. Kondisi
tersebut berbanding terbalik ketika gelombang siklus keuangan mengarah pada titik depresi
keuangan akut, di mana kondisi ini perilaku indikator ekonomi mengalami shock yang cukup
kuat, ditandai dengan adanya tekanan antara satu indikator dengan indikator lainnya yang
saling memberikan pengaruh berlawanan. Konflik perilaku indikator ini mengakibatkan
sulitnya menentukan kebijakan yang harus dijalankan, hal ini dikarenakan adanya hubungan
tarik menarik antar satu dengan yang lainnya, sehingga menimbulkan dampak pada semua
sektor, termasuk sektor ekonomi dan non ekonomi. Tekanan laju yang cukup dalam dan
ketidakpastian hubungan menjadikan pelemahan kinerja keuangan, aktivitas laju keuangan
semakin melambat sejalan dengan adanya tekanan dari konsep tumpang tindih elemen
keuangan, yang bergerak searah dengan besaran tekanan ekonomi yang terjadi, sehingga
otoritas moneter harus dapat mempertimbangkan dampak setiap kebijakan yang diterapkan
untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian di Indonesia. Ketelambantan dalam
pengimplementasian kebijakan terhadap fenomena perubahan tekanan dari setiap indikator
ekonomi baik makroekonomi dan mikroekonomi akan berdampak luas pada pergerakan
gelombang siklus keuangan di Indonesia, efek domino dari kerangka hubungan kinerja
keuangan, sangat riskan dan sensitif dalam memberikan tekanan pada semua sektor sebagai
upaya untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian. Kondisi perlambatan tekanan
menjadikan keterpurukan kinerja pertumbuhan perekonomian juga semakin lambat,
akibatnya akan berdampak pada timbulnya kerusakan sistim keuangan secara keseluruhan,
selain itu tekanan eksternal juga lebih memberatkan pergerakan indikator perekonomian
sementara proses pengambilan keputusan disaat terjadi tekanan ketidakpastian akan
menimbulkan dampak yang berbeda ketika strategi pembangunan perekonomian
dicanangkan. Konflik ini telah memberikan pengaruh pada siklus keuangan di Indonesia,
khususnya ketika terjadi krisis keuangan pada tahun 1997, semua sektor dalam sendi
pembangunan perekonomian mengalami stagnasi dengan tingkat depresi keuangan yang cukup
dalam, akibatnya penetapan kebijakan yang dilakukan pemerintah kurang efektif, hal ini
ditandai dengan tingginya inflasi disertai dengan tingginya tingkat suku bunga
mengakibatkan guncangan keuangan di sektor perbankan. Guncangan yang terjadi disektor
perbankan mengakibatkan shock keuangan, yang mengakibatkan perbankan mengurangi
permodalan keuangannya, ditambah lagi dengan perilaku intermediary perbankan yang kurang
seimbang, antara pemasukan dan pengeluaran keuangan yang mengakibatkan tingkat
kesehatan perbankan menjadi taruhan dalam pengukuran likuiditas perbankan oleh Bank
Sentral. Strategi dalam menghadapi pola tekanan perekonomian yang mengancam
pertumbuhan ekonomi Indonesia, mengakibatkan Bank Sentral harus menerapkan kebijakan
ketat terhadap tingkat kesehatan perbankan, hal ini dilakukan agar proporsi kekuatan
perbankan sebagai pondasi antara pemerintah dan masyarakat dalam hal penggunaan
keuangan secara keseluruhan menjadi lebih kuat, khususnya ketika aktivitas varibel
makroekonomi dan mikroekonomi bergerak dengan gejala yang kurang menguntungkan
bagi pergerakan siklus keuangan di Indonesia. Beratnya tingkat kerusakan sistim keuangan di
Indonesia ditandai dengan banyaknya sektor perbankan yang harus dilikuidasi, karena
kondisi tingkat keuangan yang tidak memungkinkan untuk menjalankan aktivitas sirkulasi
keuangan di Indonesia, selain itu perbankan yang juga mengalami permasalahan keuangan
kategori ringan kemudian di merger dan di akuisisi agar dapat memberikan ketahanan
permodalan dan keuangan dalam proses implementasi kerja intermediary kepada
masyarakat, sebagai tugas perpanjangan tangan otoritas keuangan di Indonesia. Konflik antara
strategi dan kebijakan dalam proses pembanguan perekonomian dimasa ketidakstabilan
keuangan, menjadikan perubahan siklus keuangan cenderung bergerak cepat, dengan durasi
perubahan juga sangat capat, oleh karena ini proses pemulihan dan perbaikan perekonomian
melalui
Implementasi kebijakan yang sesuai dengan kondisi perubahan keuangan yang dinamis
ini menjadi semakin sulit, serta membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Pemulihan yang
menyeluruh perlu dilakukan, bukan hanya pada sektor keuangan melainkan sektor-sektor
lainnya yang memiliki hubungan keterikatan tinggi perlu dibenahi, tentunya dengan kodisi
kebijakan yang sesuai fenomena dan keadaan dari perilaku keuangan yang sedang terjadi. Proses
pemulihan pembangunan ekonomi yang panjang mengakibatkan sensivitas sistim keuangan
sebagai fungsi kekuatan perekonomian semakin rentan dalam menerima respon negatif
tekanan keuangan yang terjadi seperti impor krisis keuangan negara-negara yang mengalami
permasalahan ekonomi dan kemudian menjadi permasalahan global. Belum pulihnya sistim
perekonomian Indonesia dalam konsep pembenahan keuangan menjadikan siklus keuangan
mudah mengabsort tekanan krisis subprime mortgage dari Amerika Serikat pada tahun
2009, terpaan krisis ini kemudian merusak kembali sistim keuangan dan pembangunan di
Indonesia, meski sedikit lebih ringan namun sejatinya memberikan pelambantan pencapaian
pemulihan perekonomian di Indonesia. Kekuatan perekonomian Indonesia dalam menghadapi
tekanan krisis subprime mortgage jauh lebih baik, karena penerapan kebijakan dalam
mempertahankan kekuatan sektor perbankan telah dilakukan dan dipertahankan semenjak krisis
keuangan ditahun sebelumnya, kemampuan perbankan menjaga indikator ekonomi agar
tidak melonjak, mengakibatkan tekanan yang direspon oleh siklus keuangan menjadi
semakin ringan, sehingga penerapan kebijakan yang dilakukan oleh Bank Sentral dianggap
optimal dalam menjaga stabilitas keuangan dan pertumbuhan perekonomian, termasuk
dalam tataran pembangunan ekonomi melalui penerapan strategi dan kebijakan di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai