Anda di halaman 1dari 6

FENOMENA REMAJA DAN SCHOOL HEALTH :

1. Permasalahan kebersihan santri di lingkungan pondok pesantren

Permasalahan yang umum terjadi di Ponpes terkait dengan kehidupan santri

adalah pemenuhan kebutuhan akan PHBS yang kurang adekuat sehingga menimbulkan

permasalahan penyakit menular terkait dengan pemeliharaan kebersihan diri para santri.

Penyakit menular berbasis lingkungan dan perilaku seperti tuberkulosis paru, infeksi

saluran pernapasan atas, diare dan penyakit kulit masih merupakan masalah kesehatan

yang juga dapat ditemukan di Pondok Pesantren (Depkes, 2000). Prevalensi penyakit

skabies disebuah pondok pesantren di Jakarta mencapai 78,70%, di Kabupaten Pasuruan

sebesar 66,70% (Depkes, 2000). Prevalensi penyakit skabies tersebut jauh lebih tinggi

dibandingkan dengan prevalensi penyakit skabies di negara berkembang yang hanya 6-

27% atau prevalensi penyakit skabies di Indonesia sebesar 4,60-12,95% saja

(Kuspriyanto,2002).

Pada sebuah komunitas, kelompok atau keluarga yang terkena skabies akan

menimbulkan beberapa hal yang dapat mempengaruhi kenyamanan aktifitas dalam

menjalani kehidupannya. Penderita selalu mengeluh gatal, terutama pada malam hari,

gatal yang terjadi terutama di bagian sela-sela jari tangan, di bawah ketiak, pinggang,

alat kelamin, sekeliling siku, areola (area sekeliling puting susu) dan permukaan depan

pergelangan. Sehingga akan timbul perasaan malu karena pada usia remaja timbulnya

skabies sangat mempengaruhi penampilannya juga tentang penilaian masyarakat tentang

Pondok Pesantren yang kurang terjaga kebersihan Asrama atau Pondok Pesantren

termasuk tempat yang beresiko terjadi skabies karena merupakan salah satu tempat yang

berpenghuni padat. "Tidak ada santri yang tidak mungkin terkena penyakit gatal

(skabies), kalau belum terkena skabies belum syah menjadi santri dan jika sudah pernah
tekena penyakit tersebut maka tidak akan terkena lagi " merupakan salah satu fenomena

tersendiri di kalangan santri (Nugraheni, 2008).

Kebanyakan santri yang terkena penyakit skabies adalah santri baru yang

belum dapat beradaptasi dengan lingkungan, sebagai santri baru yang belum tahu

kehidupan di pesantren membuat mereka luput dari kesehatan, mandi secara bersama-

sama, saling tukar pakaian, handuk, dan sebagainya yang dapat menyebabkan tertularnya

penyakit skabies (Ponpes, 2008).

Selain permasalahan dalam pemenuhan kebutuhan akan PHBS yang kurang

adekuat juga terdapat permasalahan-permasalahan lain yang timbul di pondok pesantren.

Masalah-masalah yang sering timbul dapat berupa masalah yang berkaitan dengan

kesehatan lingkungan, masalah yang berkaitan dengan masalah tingkah laku, masalah

yang berkaitan dengan gizi serta masalah-masalah yang timbul karena adanya

permasalahan terkait sarana dan prasarana yang disediakan dari pengelola (Badri, 2008).

Masalah-masalah yang sering timbul berkaitan dengan kesehatan lingkungan

diantaranya adalah sampah yang berserakan di lingkungan pesantren, lantai asrama

jarang dipel, air limbah tidak mengalir kedalam got sehingga menjadi sarang nyamuk,

bak mandi jarang di kuras, saluran air mandi tersumbat oleh sampah dan kasur tidak

dijemur. Masalah ini yang dapat menimbulkan masalah kesehatan skabies, masalah

pencernaan (tifus, disentri, muntaber) dan masalah pernafasan (TBC).

Masalah yang berkaitan dengan masalah tingkah laku diantaranya piring tidak

segera dicuci sebelum dan sesudah makan, sisa makanan yg berserakan di asrama,

pakaian yang sudah digunakan bergantungan di dalam asrama, ember sabun, sepatu dan

sandal diletakkan sembarangan di dalam asrama, menghidangkan makanan tidak ditutup,

sesudah BAB tidak cuci tangan dengan sabun dan WC tidak disiram sampai bersih,
pakaian basah dijemur di dalam asrama. Masalah ini menjadikan penampilan tampak

kumuh dan menjadi sarana penularan penyakit (Depkes, 2007).

Masalah-masalah yang timbul karena adanya permasalahan terkait sarana dan

prasarana yang disediakan dari pengelola diantaranya adalah ruang asrama tidak sesuai

dengan jumlah penghuni, kurangnya koordinasai pengelola pondok pesantren dengan

santri terkait menu makanan, kurangnya obat-obat ringan dan P3K, kurangnya tempat

menjemur pakaian, klinik pondok pesantren (poskestren) yang kurang maksimal dalam

hal pengelolaan dan pemanfaatan.

Ma’rufi (2005) menyatakan bahwa faktor-faktor sanitasi lingkungan yang

berperan terhadap prevalensi penyakit scabies diantaranya adalah sanitasi Ponpes yang

kurang memadai; Higiene perorangan yang buruk; Pengetahuan, sikap, dan perilaku para

santri yang kurang mendukung pola hidup sehat; serta Pihak manajemen kurang

memberikan perhatian pada masalah sanitasi lingkungan Ponpes.

Sementara itu Azwar (2000) menyatakan bahwa status kesehatan dipengaruhi

oleh beberapa faktor diantaranya adalah sikap seseorang dalam merespon suatu penyakit.

Sikap yang dimiliki oleh santri diharapkan dapat berpengaruh terhadap perilaku mereka

guna mencegah terjadinya skabies di lingkungan Pondok tempat mereka tinggal.

Pengetahuan yang cukup baik mengenai kebersihan perorangan tidaklah berarti bila tidak

menghasilkan respon bathin dalam bentuk sikap, sikap merupakan hal yang paling

penting. Sikap dapat digunakan untuk memprediksikan tingkah laku apa yang mungkin

terjadi, dengan demikian sikap dapat diartikan sebagai suatu predisposisi tingkah laku

yang akan tampak aktual apabila kesempatan untuk mengatakan terbuka luas. Hidayat

(2011) dalam penelitiannya tentang “Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan

Kebersihan Diri Dan Kesehatan Lingkungan Di Pesantren Nurul Huda Desa Cibatu
Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi Tahun 2011’’ menyakatan bahwa responden

dengan sikap tinggi memiliki kecenderungan berperilaku bersih dan sehat.

Berdasarkan survey yang dilakukan oleh penulis melalui wawancara singkat

kepada santri yang tinggal di lingkungan pondok pesantren menyatakan bahwa berbagai

permasalahan yang timbul di asrama mulai dari kebersihan lingkungan yang membawa

dampak terhadap gangguan kesehatan sampai dengan masalah yang berkaitan dengan

tingkah laku disebabkan karena kurangnya kesadaran santri terhadap sikap menjaga

kebersihan lingkungan. Faktor lain yaitu kurangnya pengawasan yang ketat dari pihak

menejemen dalam upaya menjaga kebersihan lingkungan. Oleh karena itu, penulis

merasa tertarik untuk membahas tentang pengaruh sikap santri terhadap perilaku

peningkatan kebersihan lingkungan di pondok pesantren.

Berdasarkan hal tersebut di atas dituntut suatu peran aktif dari masyarakat dalam

hal ini adalah pesantren bekerjasama dengan pihak kesehatan melakukan pembinaan

kesehatan bagi santri-santri yang ada sehingga terwujud pola perilaku hidup bersih dan

sehat bagi para santri dan masyarakat Pondok Pesantren serta masyarakat lingkungannya.

Bentuk peran aktif ini dapat berupa pembentukan kaderisasi kesehatan pondok pesantren.
Permasalahan di pondok pesantren :

Kerangka masalah : Bentuk Intervensi

Pemenuhan kebutuhan akan PHBS : Upaya Promotif:


 sampah berserakan di lingkungan  Pelatihan kader
pesantren, kesehatan Pondok
Pesantren
 lantai asrama jarang dipel,
 Penyuluhan kesehatan
 air limbah tidak lancar mengalir kedalam
oleh petugas kesehatan
got,
Penyebab :  Perlombaan bidang
 bak mandi jarang di kuras,
 Kurangnya kesehatan
 saluran air mandi tersumbat oleh sampah
kesadaran,
 kasur tidak dijemur
 kurang motivasi, Upaya Preventif:
 kurang  kegiatan pihak
Masalah yang berkaitan dengan tingkah
pengetahuan kesehatan spt BIAS
laku:
tentang  Pemberantasan nyamuk
 diantaranya piring tidak segera dicuci
kesehatan, dan sarangnya
 sisa makanan yg berserakan di asrama,
 terlalu banyak  Kesehatan lingkungan
 pakaian yang sudah digunakan
aktivitas belajar  Penjaringan kesehatan
bergantungan di dalam asrama,
shg tdk sempat santri baru
 ember sabun, sepatu dan sandal diletakkan
memperhatikan  Pemeriksaan berkala
sembarangan di dalam asrama,
lingkungan,
 menghidangkan makanan tidak ditutup,
 penghuni yg Upaya Kuratif dan
 sesudah BAB tidak cuci tangan dengan banyak shg Rehabilitatif :
sabun kesulitan dlm  Pengobatan dilakukan
 WC tidak disiram sampai bersih, mengorganisir oleh petugas kesehatan
 pakaian basah dijemur di dalam asrama.  Rujukan kasus
Masalah yang berkaitan dengan gizi: Peran serta Ponpes dalam
 kebiasaan santri tidak sarapan pagi Pelayanan Gizi:
 masalah menu makanan yang kurang  Pemantauan status gizi
bervariasi  Pemanfaatan
 santri menjadikan mie sebagai makanan halaman/pekarangan
pokok  Penanggulangan
masalah gizi
Permasalahan terkait sarana dan
 Pengelolaan makanan
prasarana:
memenuhi syarat
 ruang asrama tidak sesuai dengan jumlah
kesehatan
penghuni,
(Mahyuliansyah, 2009)
 kurangnya obat-obat ringan dan P3K,
 kurangnya tempat menjemur pakaian,
 klinik pondok pesantren (poskestren) yang
kurang maksimal
2. Permasalahan remaja di komunitas

Permasalahan yang ada : Kemungkinan penyebab :

- Kejadian kasus percobaan


pembunuhan yg dilakukan
- kurangnya pengawasan orang
oleh pacar sendiri
tua karena orangtua merantau
dikarenakan percintaan
- belum dirasakannya peran PIK
- Remaja putri usia smp
melahirkan
- Beberapa kasus pelajar
hamil di luar nikah
- Banyaknya peredaran
narkoba

(berdasarkan study pendahuluan)

Anda mungkin juga menyukai