Anda di halaman 1dari 14

PRE-PLANNING TERAPI BERMAIN KASUS 1 PADA ANAK USIA 9

TAHUN: Can Do Hands (Membentuk Origami dan Menggambar)

Pre Planning Terapi Bermain Keperawatan Anak


Storytelling Play Therapy

Disusun Oleh:
Kelompok 6

YAYASAN PONDOK PESANTREN AL HIKMAH 2


AKPER AL HIKMAH 2 BREBES
2020
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah
kesehatan masyrakat, baik di dunia maupun di Indonesia. Kanker menjadi suatu
kondisi langka yang dapat terjadi pada siapapun, tak terkecuali anak-anak. Data
statistic dari International Agency for Research on Cancer menyebutkan dari 600
anak sebelum usia 16 tahun menderita kanker. Menurut Ketua Yayasan Kasih
Anak Kanker Indonesia (YKAKI), Ira Sudiro menyatakan 60% dari seluruh anak
pendertia kanker di dunia menderita kanker darah (Widianita,2009). Menurut
Vermaan (2011) data pasien kanker anak di RSUP Dr. Sardjito sejak tahun 1999
hingga 2009 encapai 1213 orang dengan presentase terbanyak adalah acute
limfoblastik leukemia (ALL) dengan presentase 13% sebanyak 167 anak.
Pada dasarnya pengobatan pada penderita kanker meliputi pembedahan, terapi
radiasi, kemoterapi dan terapi pengobatan respon biologis (Brunner&Suddart,
2002). Fase untuk pengobatan kanker dibagi menjadi induksi (selama 4 minggu),
fase konsolidasi, fase rumat, dan fase reinduksi yang biasanya dilakukan selama 3-
6 bulan. Pengalaman pengobatan kanker akan berpotensi mengganggu
perkembangan sosial, kesehatan emosional dan kemajuan akademik anak maupun
remaja (James et al, 2009).
Hospitalisasi atau rawat inap merupakan suatu proses dikarenakan alasan
tertentu atau darurat yang mengharuskan anak tinggal di rumah sakit, menjalankan
terapi dan perawatan yang dilakukan sampai anak kembali ke rumah (Widysari et
al, 2008). Alasan anak dirawat inap salah satunya karena penyakit kanker atau
keganasan. Perawatan anak sakit yang dirawat di rumah sakit umumnya
mengalami krisis oleh karena seorang anak akan mengalami stress akibat terjadi
perubahan lingkungan serta anak mengalami keterbatasan untuk mengatasi stress.
Krisis ini dipengaruhi oleh berbagai hal yaitu usia perkembangan anak,
pengalaman masa lalu tentang penyakit, perpisahan atau perawatan di rumah sakit,
support sistem serta keseriusan penyakit dan ancaman perawatan.
Stres yang dialami seorang anak saat dirawat di Rumah Sakit perlu
mendapatkan perhatian dan pemecahan masalah agar saat di rawat seorang anak
mengetahui dan kooperatif dalam menghadapi permasalahan. Respond an dampak
yang muncul pada saat anak menjalani rawat iap memerlukan media untuk dapat
mengekspresika perasaannya sehingga mampu bekerja sama dengan petugas
kesehatan selama perawatan. Salah satu cara untuk menghadapi permasalahan
terutama mengurangi kesedihan dan rasa sakit akibat tindakan invasif adalah
dengan bermain (Supartini, 2004).
Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulus bagi perkembangan anak
secara optimal. Bermain merupakan cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan
konflik dari dirinya. Bermain tidak sekedar mengisi waktu, tetapi merupakan
kebutuhan anak seperti halnya makan, perawatan, cinta kasih, dan lain sebaginya.
Anak memerlukan berbagai variasi permainan untuk kesehatan fisik, mental, dan
perkembangan emosinya. Melalui bermain anak dapat belajar dan dapat
mengembangkan keterampilan motoric kasar, sosio-emosionalm kognitif
(Burdette&Whitaker, 2005), dapat memaksimalkan kemampuan persepsi,
memungkinkan anak untuk belajara meningkatkan gerakan kontrol dan sensasi,
pencegahan komplikasi yang berhubungan dengan imobilisasi atau gangguan
sensori (Hart et al, 1992).
Bermain juga dapat menjadi media untuk mengungkapan bahasa dan keinginan
dalam mengungkapkan konflik dari anak yang tidak disaadarinya serta dialami
dengan kesenangan yang diekspresikan melalui psikososio yang berhubungan
dengan lingkungan tanpa memperhitungkan hasil akhirnya. Terapi bermain adalah
bagian perawatan pada anak yang merupakan salah satu intervensi yang efektif
bagi anak untuk menurunkan atau mencegah kecemasan.
Can do hands merupakan suatu bentuk terapi bermain dimana anak bisa
menggunakan kelima jarinya. Untuk anak usia 6-12 tahun terapi bermain can do
hands yang dapat dilakukan adalah dengan bermain melipat kertas origami dan
menggambar bebas. Permaianan origami untuk melatih motorik halus anak, serta
mengembangkan imajinasi anak. Permainan ini dilakukan dengan melipat kertas
membentuk suatu bentuk yang diinginkan anak, seperti ikan, bunga, pesawat,
kapal, dan lain sebaginya. Sedangkan menggambar bebas akan melatih stimulus
anak dalam mengekspresikan perasaannya dengan menggambarkan apa yang
diinginkannya. Dengan demikian perawatan pasien anak dengan terapi bermain
merupakan suatu kegiatan dalam melakukan asuhan keperawatan yang sangat
penting untuk mengurangi efek psikologis negatif bagi pertumbuhan dan
perkembangan anak selanutnya (Nursalam, 2005).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengurangi kecemasan pada anak selama hospitalisasi dan menjali
kemoterapi.
2. Tujuan Khusus
1) Memfasilitasi anak untuk mengkespresikan perasaannya
2) Meningkatkan rasa percaya diri dan kemampuan anak
3) Menciptakan atau meningkatkan hubungan yang sehat antara anak
dan petugas kesehatan
4) Mengurangi kecemasan dan ketakutan akibat tindakan kemoterapi
5) Meningkatkan kreatifitas bermain
6) Melatih kemampuan motorik anak
C. Sasaran
Anak S perempuan usia 9 tahun yang menderita leukemia dan di rawat di
Rumah Sakit Bunda karena akan mendapatkan pengobatan berupa kemoterapi.
BAB II DESKRIPSI KASUS
A. Karakteristik sasaran
Kegiatan terapi bermain ini dilakukan oleh anak dengan kriteria sebagai
berikut:
1) Anak usia sekolah (umur 6-12 tahun)
2) Menjalani perawatan di rumah sakit karena terapi pengobatan medis
3) Anak tidak mengalami peningkatan suhu tubuh/tidak demam
4) Tidak terpasang alat-alat invasif (NGT,kateter)
5) Tidak sedang bedrest
6) Tidak mengalami infeksi
B. Analisa Kasus
Anak S perempuan usia 9 tahun dirawat dengan diagnosa medis leukemia.
Anak dirawat untuk medapatkan kemoterapi. Anak tampak berbaring ditempat
tidur.
C. Prinsip bermain menurut teori (sesuai karakter sasaran)
Agar anak dapat lebih efektif dalam bermain di rumah sakit, perlu diperhatikan
prinsip-prinsip sebagai berikut:
1) Permainan tidak banyak menggunakan energi waktu bermain lebih singkat
untuk menghindari kelahan dan alat-alat permainannya lebih sederhana.
Menurut Vanfeet, 2010, waktu yang diperlukan untuk terapi bermain pada
anak yang dirawat di rumah sakit adalah 15-20 menit. Waktu 15-20 menit
dapat membuat kedekatan antara orangtua dan anak serta tidak
menyebabkan anak kelelahan akibat bermain. Hal ini berbeda dengan
Adriana, 2011, yang menyatakan bahwa waktu untuk terapi bermain 30-35
menit yang terdiri dari tahap persiapan 5 menit, tahap pembukaan 5 menit,
tahap kegiatan 20 menit dan tahap penutup 5 menit. Lama pemberian terapi
bermain bisa bervariasi, idealnya dilakukan 15-30 menit dalam sehari
selama 2-3 hari.
2) Mainan harus relatif aman dan terhindar dari infeksi silang.
Permainan harus memperhatikan keamanan dan kenyamanan. Anak kecil
perlu rasa nyaman dan yakin terhadap benda-benda yang dikenalnya,
mainan tidak membuat anak tersedak, tidak mengandung bahan berbahaya,
tidak tajam, tidak membuat anak terjatuh, kuat dan tahan lama serta
ukurannya menyesuaikan usia dan kekuatan anak.
3) Sesuai dengan kelompok usia.
Pada rumah sakit yang mempunyai tempat bermain, hendaknya perlu
dibuatkan jadwal dan dikelompokkan sesuai usia karena kebutuhan
bermain berlainan antara usia yang lebih rendah dan yang lebih tinggi.
4) Tidak bertentangan dengan terapi pengobatan medis.
Terapi bermain harus memperhatikan kondisi anak. Bila program terapi
mengharuskan anak harus istirahat, maka aktivitas bermain hendaknya
dilakukan ditempat tidur. Permainan tidak boleh bertentangan dengan
pengobatan yang sedang dijalankan anak. Apabila anak harus tirah baring,
harus dipilih permainan yang dapat dilakukan di tempat tidur, dan anak
tidak boleh diajak bermain dengan kelompoknya di tempat bermain khusus
yang ada di ruang rawat.
5) Perlu keterlibatan orangtua dan keluarga.
Banyak teori yang mengemukakan tentang terapi bermain, namun menurut
Wong (2009), keterlibatan orangtua dalam terapi adalah sangat penting, hal
ini disebabkan karena orangtua mempunyai kewajiban untuk tetap
melangsungkan upaya stimulasi tumbuh kembang pada anak walaupun
sedang dirawat si rumah sakit.

D. Karakteristik permainan menurut teori (sesuai karakter sasaran)


1) Berdasarkan isinya
Berdasarkan isinya terapi bermain can do hands ini merupakan permainan
ketreampilan (skill play). Permainan ini akan menimbulkan keterampilan
anak, khususnya motorik kasar dan halus. Misalnya, anak pada usia 9 tahun
akan terampil melipat dan membentuk origami, serta menggambar untuk
menuangkan apa yang sedang dia bayangkan dalam pikirannya. Sehingga
keterampilan tersebut diperoleh melalui pelaksanaan dan pengulangan
kegiatan permainan yang dilakukan. Selain itu karakteristik permainan ini
juga tepat untuk anak yang akan melakukan kemoterapi atau pengobatan
medis karena tidak memerluka banyak energi untuk memainkannya,
sehingga anak akan tetap siap menerima pengobatan medis.

2) Berdasarkan jenis permainan


Berdasarkan jenis permainan, teknik bermain ini merupakana permainan
(Games), yaitu jenis permainan dengan alat tertentu. Permainan ini bisa
dilakukan oleh anak sendiri atau dengan temannya. Untuk peratalan yang
digunakan dalam terapi bermain ini adalah seperti kertas origami, kerta
menggambar, dan spidol untuk menggambar.

3) Berdasarkan karakteristik sosial


Berdasarkan karakteristik sosialnya, teknik bermain ini merupakan
Therapeutic play, yaitu pedoman bagi tenaga tim kesehatan, khususnya
untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikologis anak selama hospitalisasi.
Dapat membantu mengurangi stress, memberikan instruksi dan perbaikan
kemampuan fisiologis (Vessey & Mohan, 1990 dikutip oleh Supartini,
2004). Permainan dengan menggunakan alat-alat yang menyenangkan
dapat menurunkan kecemasan. Pengajaran dengan melalui permainan dan
harus diawasi seperti melakukan gambar-gambar dan sebagainya.
BAB III METODOLOGI BERMAIN
A. Judul permainan
Terapi Bermain Can Do Hands : Membentuk Origami dan Menggambar
B. Deskripsi permainan
Can do hands merupakan suatu bentuk terapi bermain dimana anak bisa
menggunakan kelima jarinya. Untuk anak usia 6-12 tahun terapi bermain can do
hands yang dapat dilakukan adalah dengan bermain melipat kertas origami dan
menggambar bebas. Permaianan origami untuk melatih motorik halus anak, serta
mengembangkan imajinasi anak. Permainan ini dilakukan dengan melipat kerta
membentuk suatu bentuk yang diinginkan anak, seperti ikan, bunga, pesawat,
kapal, dan lain sebaginya. Hasil karya anak nantinya bisa dipajang dimeja anak
tempat ia dirawat atau didekat infus anak agar mudah terlihat orang lain.
Sedangkan menggambar bebas akan melatih stimulus anak dalam
mengekspresikan perasaannya dengan menggambarkan apa yang diinginkannya.
Sediakan kertas kosong dan pensil, krayon/spidol warna, lalu berikan kepada anak
dan minta anak menggambar diatas kertas tersebut. Kemudia minta anak
menceritakan gambar yang telah dibuatnya. Beri stimulus dalam memulai
menggambar seperti ide membuat gambar mobil, gambar binatang, gambit
pemandanga, dan lain sebagainya.
C. Tujuan permainan
1. Tujuan Umum
Mengurangi kecemasan pada anak selama hospitalisasi dan menjalani
kemoterapi.
2. Tujuan Khusus
a) Memfasilitasi anak untuk mengkespresikan perasaannya
b) Meningkatkan rasa percaya diri dan kemampuan anak
c) Menciptakan atau meningkatkan hubungan yang sehat antara anak dan
petugas kesehatan
d) Mengurangi kecemasan dan ketakutan akibat tindakan kemoterapi
e) Meningkatkan kreatifitas bermain
f) Melatih kemampuan motorik anak
D. Keterampilan yang diperlukan
Dalam melakukan terapi bermain ini tidak diperlukan keterampilan khsusu
pada anak. Anak hanya perlu untuk mengekspresikan perasaannya lewat gambar
yang akan ia buat dan origami apa yang ingin ia bentuk. Dalam melakuka terapi
bermain anak perlu didampingi perawat atau orangtua untuk mengarahkannya.

E. Jenis permainan
Jenis permainan yang digunakan adalah permainan tunggal. Jenis permainan
tunggal adalah dimana anak bermain sendiri dengan alat-alat yang disediakan.
Anak memusatkan aktivitas mereka sendiri seperti membentuk origami dan
menggambar bebas, sehingga anak dapat bermain juga dengan imajinisanya
sendiri.

F. Alat yang diperlukan


a) Kertas Origami
b) Buku/kertas gambar
c) Alat tulis
d) Krayon/Spidol Warna

G. Waktu pelaksanaan
Hari/Tanggal : Kamis, 4 Mei 2018 (sebelum melakukan kemoterapi)
Waktu : Pukul 10.00 WIB (setelah anak sarapan pagi)
Tempat : Kamar Bermain Ruang Doraemon RS Nasional Anak

H. Proses bermain
No. Kegiatan Waktu Respon
1. Persiapan 2 Menit
- Mempersiapkan ruangan
- Mempersiapkan alat
- Mempersiapkan anak
dengan keluarga
2. Proses
- Membuka proses terapi - Menjawab salam
bermain dengan 10 menit - Memperkenalkan
mengucapkan salam, diri
memperkenalkan diri, dan - Anak mau bermain
kontrak waktu dengan antusias
- Menjelaskan kepada anak bersama
dan keluarga tentang tujuan
dan manfaat bermain
- Menjelaskan cara bermain
- Memberi kesempatan untuk
bertanya/klarifikasi
- Memberikan kertas origami
kepada anak
- Membei contoh bentuk yang
dapat ia buat dengan origami
- Memberikan buku/kertas
gambar
- Meminta anak untuk
menggambar bebas sesuai
dengan apa yang ia inginkan
3. Penutup
- Mengevaluasi respon anak
dan keluarga (perasaan) 3 menit
setelah melakukan terapi
bermain
- Menyimpulkan dan
memberikan
respon/penilaian positif
terhadap hasil yang
dihasilkan oleh anak
- Membuat kontrak terapi
bermain selanjutnya
- Mengucapkan salam
penutup

I. Hal-hal yang perlu diwaspadai


Adapun hal – hal yang perlu diperhatikan dalam aktivitas bermain adalah :
a) Ekstra energi
Untuk bermain diperlukan ekstra energi. Bemain memerlukan energi yang
cukup, sehingga anak memerlukan nutrisi yang memadai. Anak yang sehat
memerlukan aktivitas bermain yang bervariasi, baik bermain aktif maupun
bermain pasif, untuk menghindari rasa bosan atau jenih.
b) Waktu
Anak harus mempunyai cukup waktu untuk bermain sehingga stimulus
yang diberikan dapat optimal. Selain itu, anak akan mempunyai
kesempatan yang cukup untuk mengenal alat-alat permainannya.
c) Alat permainan
Untuk bermain diperlukan alat permainan yang sesuai dengan umur dan
perkembangann anak. Orang tua hendaknya memperhatikan hal ini,
sehingga alat permainan yang diberikan dapat berfungsi dengan benar.
Yang perlu diperhatikan adalah bahwa alat permainan tersebut harus aman
dan mempunyai unsur edukatif bagi anak.
d) Ruangan untuk bermain
Ruangan tidak usah terlalu lebar dan tidak perlu ruangan khusus untuk
bermain. Anak bisa bermain di ruang tamu, halaman, bahkan di ruang
tidurnya.

J. Antisipasi meminimalkan hambatan


1. Pengetahuan Perawat
a) Perawat harus menciptakan suasana yang hangat, hubungan yang
bersahabat dengan anak
b) Perawat menerima anak sebagaimana adanya
c) Perawat diharapakan menghargai kemampuan anak
d) Perawat harus memperhatikan kecukupan energi anak dalam melakukan
terapi bermain secara efektif jangan sampai anak terlalu lelah dalam
melakukan terapi bermain yang akan berpengaruh pada pengobatan yang
sedang dijalaninya
2. Fasilitas, Kebijakan RS, dan Kerjasama Tim
Antisipasi dalam meminimalkan hambatn dalam menerapkan terapi
bermain pada anak bisa diperhatikan dari fasilitas bermain yang dimiliki
oleh rumah sakit tempat anak bermain, jika memang fasilitas yang tersedia
kurang memadai, maka perawat perlu mencari cara lain bagaimana untuk
melaksanakan terapi bermain sesuai dengan rencana yang telah dibuat.
Selain itu juga kebijakan RS dalam memperbolehkan anak-anak bermain
sebelum dilakukan tindakan kemoterapi perlu diperhatikan, dan kerjasama
tim antara perawat dan orangtua anak dalam memandu dan mengarahkan
anak dalam terapi bermain agar tujuan yang ingin dicapai dapat tercapai.
3. Keluarga
Faktor keluarga merupakan faktor penting dalam mengatasi hambatan
pelaksanaan terapi bermain. Perawatan anak di ruang rawat inap anak
sebagian besar bergantung kepada oranguta anak. Orangtua juga berpesan
sebagai jembatan dalam pelaksanaan terapi bermain. Selain itu juga terapi
bermain yang setelah dilakukan perawat dapat ditindaklanjuti dan
diteruskan oleh keluarga dalam kegiatan sehari-hari selama dalam
perawatan.

K. Kriteria evaluasi (struktur, proses, hasil)


a) Kriteria Struktur
 Media dan alat yang diperlukan untuk terapi bermain tersedia
sesuai rencana
 Tempat yang tersedia mendukung dalam pelaksanaan terapi
bermain
 Anak yang melakukan terapi bermain sesuai dengan kriteria
b) Kriteria Proses
 Anak bersedai mengikuti terapi bermain
 Anak mengikuti terapi bermain sampai selesai
 Anak dapat mengikuti dan melakukan apa yang diharapkan
 Anak berperan aktif selama permainan
 Anak bisa menyelesaikan permainan sampai selesai
c) Kriteria Hasil
 Anak terfasilitasi untuk mengekspresikan perasaannya
 Anak dapat meningkatkan rasa percaya diri dan kemampuannya
 Anak dapat menciptakan atau meningkatkan hubungan yang
sehat dengan petugas kesehatan
 Kecemasan dan ketakutan anak akibat kemoterapi akan
berkurang
 Anak dapat meninglatkan kreatifitasnya dalam bermain
 Anak dapat melatih kemampuan motoriknya
DAFTAR PUSTAKA
1. Anggani, Sudono. Sumber belajar dan alat permainan untuk pendidikan
usia dini. 2004. Grafindo : Jakarta
2. Nelson. Ilmu kesehatan anak. 1999. EGC: Jakarta
3. Donna L.Wong. 2004. Pedoman klinis keperawatan anak. EGC: Jakarta
4. Gerald, Kathryn & Gerald, David. 2008. Konseling anak-anak. Pustaka
Pelajar: Yogyakarta
5. Saputro, Heri & Fazrin, Intan. 2017. Penerapan terapi bermain anak
sakit, proses,manfaat, dan pelaksanaannya. Forum Ilmiah Kesehatan
(FORIKES): Ponorogo
6. Soetjiningsih. 1995. Tumbuh kembang anak. EGC: Jakarta
7. Supartini, Yupi. 2004. Konsep dasar keperawatan anak. EGC: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai