Anda di halaman 1dari 28

1

PENERAPAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN "KERINCINGAN" PADA

ANAK USIA 1-12 BULAN YANG DI RAWAT DI RUANG

IRNA III A RSUD KOTA MATARAM

A. Latar Belakang

Anak yang masuk rumah sakit merupakan peristiwa

yang menimbulkan pengalaman traumatik pada anak, yakni

ketakutan dan ketegangan atau stres hospitalisasi. Stres

disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya perpisahan

dari orang tua dan lingkungan bermain dan perlakuan

tubuh akibat tindakan invasif yang menimbulkan rasa

nyeri.

RSUD Kota Mataram merupakan rumah sakit rujukan

daerah yang memfasilitasi pemeriksaan dan perawatan anak

yang beragam jenisnya juga merupakan penyebab stres bagi

anak, orang tua atau pengasuh anak yang mendampinginya

untuk dilakukan pemeriksaan dan tindakan. Hal ini sangat

terlihat di ruang rawat IRNA III A yang secara umum

merawat pasien anak dengan berbagai penyakitnya.

Berdasarkan data di lapangan tanggal 27 Oktober

2015 di ruang rawat inap IRNA III A jumlah anak yang di

rawat berjumlah 6 orang anak dari usia 3 bulan s/d 13

tahun. Berbagai cara dan metode telah banyak dikembangkan

untuk menghindari masalah diatas, salah satu cara adalah

dengan melakukan terapi bermain kepada anak yang

mengalami hospitalisasi. Bermain merupakan kegiatan yang


2

dilakukan secara sukarela untuk memperoleh kesenangan.

Bermain merupakan cerminan kemampuan fisik, intelektual,

emosional, dan sosial. Penerapan terapi bermain dalam

penanganan anak yang dirawat di rumah sakit juga dapat

memudahkan anak dapat menyatakan rasa kecemasan dan

ketakutan lewat permainan, mempercepat proses adaptasi di

rumah sakit, anak dapat berkumpul dengan teman sebayanya

di rumah sakit sehingga tidak merasa terisolir, anak

mudah di ajak bekerja sama dengan metode pendekatan

proses keperawatan di rumah sakit.

Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena

suatu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan

anak untuk tinggal di rumah sakit menjalani terapi dan

perawatan sampai pemulangan kembali ke rumah. Selama

proses tersebut, anak dan orang tua dapat mengalami

berbagai kejadian yang menurut beberapa penelitian

ditunjukkan dengan pengalaman yang sangat traumatik dan

penuh stress (Supartini, 2004). Berbagai perasaan yang

sering muncul pada anak, yaitu cemas, marah, sedih,

takut, dan rasa bersalah (Wong, 2000). Perasaan tersebut

dapat timbul karena menghadapi sesuatu yang baru dan

belum pernah dialami sebelumnya, rasa tidak aman dan

tidak nyaman, perasaan kehilangan sesuatu yang biasa

dialaminya, dan sesuatu yang dirasakannya menyakitkan.

Apabila anak stress selama dalam perawatan, orang tua


3

menjadi stres pula, dan stres orang tua akan membuat

tingkat stres anak semakin meningkat (Supartini, 2000).

Dampak Hospitalisasi pada anak dapat menyebabkan

kecemasan dan stres pada semua tingkat usia. Penyebab

dari kecemasan dipengaruhi oleh banyaknya faktor,  baik

faktor dari petugas (perawat, dokter, dan tenaga

kesehatan lainnya), lingkungan baru, maupun lingkungan

keluarga yang mendampingi selama perawatan. Keluarga

sering merasa cemas dengan perkembangan keadaan anaknya,

pengobatan, dan biaya perawatan. Meskipun dampak tersebut

tidak bersifat langsung terhadap anak, secara fisiklogis

anak akan merasakan perubahan perilaku dari orang tua

yang mendampingi selama perawatan. Anak menjadi semakin

stres dan hal ini berpengaruh pada proses penyembuhan,

yaitu menurunnya respon imun. Hal ini telah dibuktikan

oleh Robert Ader (1885) bahwa pasien yang mengalami

kegoncangan jiwa akan mudah terserang penyakit, karena

pada kondisi stress akan terjadi penekanan system imun.

Pasien anak akan merasa nyaman selama perawatan dengan

adanya dukungan social keluarga, lingkungan perawatan

yang terapeutik, dan sikap perawat yang penuh dengan

perhatian akan mempercepat proses penyembuhan (Nursalam,

2005).

Untuk usia anak infant atau bayi (umur 1-12 bulan),

sangat diperlukan permainan yang dapat mengembangkan

kemampuan mengenal sumber hasil suara, melatih imajinasi


4

anak, mengembangkan kecerdasan, koordinasi motorik kasar

dan halus, sehingga jenis permainan yang dapat digunakan

anak infant atau bayi dan toddler seperti benda-benda

sekitar rumah (alat rumah tangga), buku gambar, alat

gambar serta mainan seperti bola dan kerincingan.

Kerincingan dapat mengasah kemampuan motorik halus anak,

tetapi saat wawancara dengan orang tua anak yang dirawat

di Ruang IRNA III A RSUD Kota Mataram belum memahami

bahwa bermain kerincingan dapat mengembangkan kemampuan

motorik halus dan tujuannya untuk mendeteksi dini

gangguan perkembangan motorik halus anak.

Salah satu kompetensi yang harus dicapai oleh

Mahasiswa Praktikan Profesi Ners X adalah pelaksanaan

Terapi Aktivitas Bermain yang merupakan salah satu upaya

yang dibutuhkan anak yang mendapat hospitalisasi untuk

mengurangi dampak negatif hospitalisasi dan melatih

perkembangan anak khususnya di motorik halus Sehingga

perlu dilakukan Terapi Aktivitas Bermain kerincingan

(Rattle) di Ruang IRNA III A RSUD Kota Mataram.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah mengikuti Terapi Aktivitas Bermain

(TAB) kerincingan diharapkan dampak negatif


5

hospitalisasi meliputi takut kepada petugas kesehatan

dan alat-alat kesehatan pada anak dapat berkurang.

2. Tujuan Khusus

a. Anak tidak merasa takut dengan petugas ruangan

(perawat dan dokter)

b. Rasa takut anak terhadap alat-alat untuk

pemeriksaan dan pengobatan dapat berkurang atau

hilang

c. Melatih pendengaran pada anak

C. Waktu Dan Tempat

1. Waktu permainan:

a. Lama bermain : 30 menit ( 1 X bermain)

b. Hari / Tanggal : Sabtu, 07 Nopember 2015

c. Jam : 09.00 WITA

2. Tempat bermain.

Ruang Perawatan anak IRNA III A RSUD Kota Mataram

D. Metode

Bermain kerincingan

E. Kriteria Peserta

Untuk kegiatan ini peserta yang dipilih adalah

peserta yang memenuhi kriteria :

1. Anak usia 1-12 bulan

2. Tidak berpenyakit menular


6

3. Anak kooperatif

Peserta terdiri dari :

1. Semua anak usia infant atau bayi sebanyak 3 orang

2. Orang tua anak

3. Mahasiswa 3 orang

4. Pembimbing akademik dan lahan

F. Sarana/media

1. Sarana

a. Ruangan perawatan Irna 3A

b. Kursi untuk orang tua

c. Satu tempat tidur lengkap

2. Media:

Kerincingan

G. Pengorganisasian

Jumlah fasilitator 1 orang dengan susunan sebagai

berikut:

Leader : Dian Ekawati

Fasilitator : Yeni Hermayanti

Observer : Suriah

Pembagian tugas sebagai berikut:

1. Leader, tugasnya:

a. Mengatur jalannya permainan mulai dari pembukaan

sampai selesai

b. Mengarahkan permainan
7

c. Memandu proses permainan

2. Fasilitator, tugasnya:

a. Memfasilitasi anak untuk bermain

b. Membimbing anak bermain

c. Memperhatikan respon anak saat bermain

3. Observer, tugasnya:

a. Mengawasi jalannya permainan

b. Mencatat proses permainan disesuaikan dengan

rencana

c. Mencatat situasi penghambat dan pendukung proses

bermain

d. Menyusun laporan dan menilai hasil permainan

deibantu dengan moderator dan fasilitator

Denah Bermain Rattle (Kerincingan)

Leader

Klien/ortu Klien/ortu Klien/ortu Klien/ortu Klien/ortu


8

Fasilitator Fasilitator Fasilitator

Fasilitator

Observer

H. Kegiatan Terapi Aktivitas Bermain

Permainan kerincingan ini akan dilaksanakan secara

tim dengan susunan acara sebagai berikut :

Waktu Kegiatan perawat Kegiatan peserta Media


1. Mengucapkan 1. Membalas salam Kerincingan
Pembukaan salam
(perkenalan) 2. Memperkenalk 2. Mendengarkan
5 Menit an diri penjelasan
3. Menjelaskan 3. Mendengarkan
tujuan dan penjelasan
peraturan
kegiatan
9

4. Menjelaskan 4. Mendengarkan
tujuan bermain penjelasan
kerincingan
1. Mengumpulkan 1. Ikut
klien yang berkumpul
telah diseleksi
2. Meminta
kepada setiap 2. Memperkenal
ibu untuk kan diri dan
menyebutkan bersalaman
namanya masing- dengan peserta
masing dan yang lainnya
bersalaman
dengan semua
peserta yang
lain
20 Menit
3. Menjelaskan
Permainan
kembali tentang 3. Mendengarka
permainan n penjelasan
beserta alat-
alatnya
4. Meminta ibu
atau orang tua 4. Mulai
untuk bersiap-siap
menyiapkan untuk memulai
anaknya memulai permainan
permainan rattle
rattle (kerincingan)
(kerincingan)

1. Meminta 1. Klien Lembar


kepada peserta Mengemukakan Observasi
atau orang tua pendapatnya
untuk tentang
3 Menit
mengemukakan perasaannya
Evaluasi
perasaannya
setelah
memperkenalkan
diri
1. Memberikan 1. Mendengarka 3.
kesimpulan n
2 Menit permainan
Penutup 2. Mengucapkan
(Terminasi ) salam penutup 2. Menjawab
salam penutup

1. Pembukaan:

a. Memberi salam.
10

b. Memperkenalkan nama masing masing anggota

kelompok.

c. Menyampaikan tujuan permainan.

d. Kontrak waktu bermain.

2. Proses isi bermain :

a. Memperkenalkan alat permainan.

b. Mengajak klien (anak) bermain dengan alat atau

media yang ada.

c. Apa bila tidak ada yang mau aktif, melibatkan

orang tuanya atau pendamping anak untuk bermain

dengan anaknya.

3. Eksplorasi perasaan:

a. Observasi sikap anak pada saat bermain, apakah

takut atau respon positif.

b. Memperhatikan respon non verbal anak.

c. Memperhatikan respon anak, apakah dengan tenang

mengikuti permainan, gelisah atau menangis.

4. Penutup

a. Observer menyampaikan proses kegiatan permainan.

b. Moderator menutup acara permainan

I. Antisipasi Masalah

1. Saat observasi sikap anak pada saat bermain tidak

koperatif, apakah takut atau respon positif akan

dilibatkan orang tua untuk memotivasi anak hingga

bisa kooperatif

2. Saat memperhatikan respon anak gelisah atau


11

menangis diberikan waktu untuk orang tua

menenangkan anaknya hingga dapat kooperatif

kembali.

3. Jika waktu yang disetujui tidak sesuai dengan

situasi atau keadaan ruangan yang tidak kooperatif

maka akan di konsulkan kembali dengan pembimbing

lahan dan akademik.

J. Evaluasi

1. Evaluasi Stuktur

a. Satuan pengajar sudah siap satu hari sebelum

dilaksanakannya kegiatan

b. Alat dan tempat siap sebelum kegiatan

dilaksanakan.

c. Struktur organisasi atau pembagian peran sudah

dibentuk sebelum kegiatan dilaksanakan.

d. Penyuluh sudah siap sebelum kegiatan

dilaksanakan.

2. Evaluasi Proses

a. Alat dan tempat bisa digunakan sesuai rencana.

b. Klien mau atau bersedia untuk melakukan kegiatan

yang telah direncanakan.

3. Evaluasi Hasil yang diharapkan

a. Keluarga dapat menyebutkan tujuan bermain

kerincingan

b. Respon anak tampak senang saat bermain

c. Keluarga bisa responsif terhadap permainan


12
13

Lampiran
TERAPI AKTIVITAS BERMAIN (TAB)

A. PENGERTIAN

Bermain adalah salah satu aspek penting dari

kehidupan anak dan salah satu alat paling penting untuk

menatalaksanakan stres karena hospitalisasi menimbulkan

krisis dalam kehidupan anak, dan karena situasi tersebut

sering disertai stres berlebihan, maka anak-anak perlu

bermain untuk mengeluarkan rasa takut dan cemas yang

mereka alami sebagai alat koping dalam menghadapi

stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional

dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan

dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak

sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2008).

Landreth (2001) mendefinisikan terapi bermain

sebagai hubungan interpersonal yang dinamis antara anak

dengan terapis yang terlatih dalam prosedur terapi

bermain yang menyediakan materi permainan yang dipilih

dan memfasilitasi perkembangan suatu hubungan yang aman

bagi anak untuk sepenuhnya mengekspresikan dan

eksplorasi dirinya (perasaan, pengalaman dan

perilakunya) melalui media bermain.

B. FUNGSI BERMAIN

Menurut Wong (2008) fungsi bermain meliputi:


14

1. Perkembangan sensori motorik

Bermain penting untuk mengembangkan otot dan

energi. Komponen yang paling utama untuk semua umur

terutama bayi. Anak mengeksplorasi alam sekitarnya

dengan cara:

a. Bayi melalui stimulasi taktil (sentuhan), audio,

visual.

b. Toddler dan prasekolah yaitu gerakan tubuh dan

eksplorasi lingkungan

c. Sekolah dan remaja yaitu memodifikasi gerakan

tubuh lebih terkoordinasi dan rumit. Contoh

berlari dan bersepeda.

2. Perkembangan intelektual atau kognitif

Anak belajar berhubungan dengan lingkungannya,

belajar mengenal objek dan bagaimana menggunakannya,

biasanya dimulai dari teman-teman sekelasnya anak

belajar berpikir abstrak dapat meningkatkan kemampuan

bahasa, dapat mengatasi masalah dan menolong anak

membandingkan antara fantasi dan realita. Hal ini

dapat ditunjukkan dengan membacakan kepada teman-

temannya.

3. Sosialisasi

Dengan bermain akan mengembangkan dan

memperluas sosialisasi anak sehingga anak cepat


15

mengatasi persoalan yang akan timbul dalam hubungan

sosial. Dengan sosialisasi akan berkembang nilai-

nilai norma dan etik. Anak belajar yang benar dan

salah serta bertanggung jawab atas kehendaknya.

Permainan membantu anak untuk membuka diri dan

pengertian kepada orang lain diluar keluarga melalui

saling berbagi cerita dan rahasia pribadi,

mendengarkan pendapat teman dan saling memberi.

a. Bayi; perhatian dan rasa senangnya akan kehadiran

orang lain dimana kontak sosial pertama anak

adalah figur ibu.

b. Sampai usia 1 tahun; bayi memeriksa bayi lain,

memeriksa objek dilingkungan.

c. Usia 2-3 tahun; permainan pura-pura dengan ibu

dan anak, dokter dan pasien, penjual dan pembeli.

Kemudian meluas teman sementara dan teman

sepermainannya.

d. Usia pra sekolah: sadar akan keberadaan teman

sebaya, mengidentifikasi ciri yang ada pada

setiap bermainnya.

e. Usia sekolah: teman 1 atau 2 orang yang disukai,

belajar memberi dan menerima belajar peran benar

atau salah, nilai moral dan etik, mulai memahami

tamggung jawab dari tindakannya.

4. Kreativitas
16

Melalui bermain anak menjadi kreatif, anak

mencoba ide-ide baru dalam bermain. Kalau anak merasa

puas dari kreativitas baru, maka anak akan mencoba

pada situasi yang lain.

5. Nilai terapeutik

Untuk melepaskan stress dan ketegangan.

6. Kesadaran diri

Anak akan sadar akan kemampuan dan kelemahanya

serta tingkah lakunya. Anak dapat meminta tolong

kepada teman bila mengalami kesulitan dengan mengajak

teman lain bergabung dalam permainan atau tugas

(case)

7. Nilai moral

Belajar salahataubenar dari kultur, rumah,

sekolah dan interaksi. Contoh bila ingin diterima

sebagai anggota kelompok, anak harus mematuhi kode

perilaku yang diterima secara kultur, adil, jujur,

kendali diri dan mempertimbangkan kepentingan orang

lain.

C. KLASIFIKASI BERMAIN

Bermain diklasifikasikan menjadi 2 berdasarkan

karakteristiknya menurut Wong (2008) yaitu :

1. Menurut isi permainan

a. Social affective play, yaitu permainan yang

membuat anak belajar berhubungan dengan orang


17

lain. Contoh; orang tua berbicara, memeluk,

bersenandung, anak memberi respon dengan

tersenyum, mendengkur, tertawa, beraktivitas,

dll.

b. Sense pleasure play (bermain untuk bersenang-

senang), contohnya; obyek seperti wanita, cahaya,

bau, rasa, benda alam dan gerakan tubuh.

c. Skill play, yaitu bermain yanng sifatnya membina

ketrampilan misalnya berulangkali melakukan dan

dan melatih kemampuan yang baru didapat,

seringkali menimbulkan nyeri dan frustasi pada

anak. Contoh naik sepeda.

d. Perilaku bermalas-malasan (Unoccupied Behavior),

dimana tidak bermain tetapi memusatkan perhatian

pada segala sesuatu yang menarik. Misalnya sibuk

dengan benda-benda lain atau bajunya.

e. Dramatic role play, dimulai pada akhir masa bayi

11-13 bulan, contoh; berpura-pura melakukan

kegiatan keluarga seperti makan, minum dan tidur.

Pada usia toddler kegiatan berupa hal-hal yang

lebih dikenalnya. Untuk usia prasekolah kegiatan

sehari-hari tetapi lebih rumit.

f. Permainan game, contohnya puzzle, komputer games

dan video.

2. Menurut karakteristik sosial


18

a. Bermain mengamati atau unlooker, dimana anak akan

melihat sesuatu yang dilakukan oleh anak lain

tetapi tidak ada usaha untuk ikut bermain.

Contohnya menonton televisi

b. Bermain mandiri (solitary play), dimana anak

bermain sendiri. Menyukai kehadiran orang lain

tapi tidak ada usaha untuk mendekat atau

berbicara. Hanya terpusat pada aktivitas atau

permainannya sendiri.

c. Parallel play, yakni bermain sendiri ditengah

anak lain, tidak ada asosiasi kelompok dan

merupakan ciri bermain anak Toddler.

d. Assosiation play, yaitu bermain dan beraktifitas

serupa bersama, tetapi tidak ada pembagian kerja,

pemimpin atau tujuan bersama, anak interaksi

dengan saling meminjam alat.

e. Cooperative play yaitu bermain dalam kelompok,

ada perasaan kebersamaanatau sebaliknya,

terbentuk hubungan pemimpin dan pengikut. Ada

tujuan yang ditetapkan dan ingin dicapai.

D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BERMAIN

1. Kesehatan

Semakin sehat anak, semakin banyak energinya

untuk bermain aktif, seperti permainan dan olahraga.

Anak yang kekurangan tenaga lebih menyukai hiburan.


19

2. Perkembangan motorik

Permainan anak pada setiap usia melibatkan

koordinasi motorik. Apa saja yang dilakukan dan waktu

bermainnya bergantung pada perkembangan motorik anak.

3. Intelegensi

Pada setiap usia anak, anak yang pandai lebih

aktif ketimbang yang kurang pandai dan permainan

mereka lebih menunjukkan keseimbangan perhatian

bermain yang besar, termasuk upaya menyeimbangkan

faktor fisik dan intelektual yang nyata.

4. Jenis kelamin

Pada masa awal kanak-kanak, anak laki-laki

menunjukkan perhatian pada berbagai jenis permainan

yang lebih banyak ketimbang perempuan, tetapi

sebaliknya terjadi pada akhir masa kanak-kanak.

5. Status sosial ekonomi

Anak dari status sosial ekonomi yang lebih

tinggi lebih menyukai kegiatan yang mahal sedangkan

dari kalangan bawah terlihat dalam kegiatan yang

tidak mahal. Kelas sosial mempengaruhi buku yang

dibaca dan film yang ditonton anak, jenis kelompok

rekreasi yang dimilikinya dan supervisi terhadap

mereka.

6. Lingkungan
20

Anak dari lingkungan buruk kurang bermain

ketimbang anak lainnya karena kesehatan yang buruk,

kurang waktu, peralatan dan ruang. Anak yang berasal

dari lingkungan desa kurang bermain ketimbang mereka

yang berasal dari lingkungan kota. Hal ini

dikarenakan kurangnya peralatan dan waktu bebas.

7. Peralatan bermain

Peralatan bermain yang dimiliki anak

mempengaruhi permainannya. Misalnya, dominasi boneka

dan binatang buatan yang mendukung permainan pura-

pura.

E. KARAKTERISTIK BERMAIN SESUAI TAHAP PERKEMBANGAN ANAK

1.Tradisi

a. Setiap generasi meniru permainan generasi

sebelumnya

b. Bentuk permainan yang memuaskan akan dilanjutkan

c. Tergantung dari perubahan musim

2.Bermain mengikuti pola perkembangan yang dapat

diramalkan. Usia bertambah, penggunaan material lebih

bermakna, misalnya balok.

3.Waktu dan usia

a) Ragam kegiatan bermain berkurang dengan tambahnya

usia

b) Waktu berkurang sesuai usia

c) Aktifitas fisik berkurang


21

d) Waktu untuk aktifitas spesifik meningkat

e) Perhatian menyempit tetapi lebih lama

f) Jumlah dan usia teman (lebih sedikit dan

spesifik)

F. JENIS PERMAINAN SESUAI DENGAN USIA ANAK

1.Umur 0 - 3 bulan

a. Sentuhan, ocehan, kontak mata

b. Perhatian, tersenyum, warna dan suara

2.Umur 3 bulan

a. Sentuhan pensil pada punggung tangan dan ujung

jari anak, melatih menggenggam dan menggerakkan

lengan tangan dan tungkai ; gerak kasar.

b. Warna/ cahaya digerakkan ke kiri dan ke kanan;

visual dan gerak halus.

c. Suara; berbicara, tape, dan lain-lain

d. Tertawa dan tersenyum; bergaul dan mandiri

e. Berbicara dengan lembut, memeluk dan mencium,

membuai dan menimang, memupuk cinta kasih sayang

dan rasa aman

f. Melatih membalikkan badan dari telentang ke

tengkurap

g. Melatih mengangkat kepala, menelungkupkan anak

memberikan benda-benda yang menarik dan digerak-

gerakkan
22

h. Letakkan benda-benda kecil sebesar biji kacang di

depan anak, ambil benda itu sampai anak meniru,

awasi.

i. Beri biskuit atau roti hingga anak dapat

memasukkan makanan kedalam mulut.

j. Melatih anak meraih benda.

3.Umur 3 - 6 bulan

a. Gunakan mainan yang dapat menimbulkan suara

b. Pindahkan mainan ke posisi berubah-ubah,

bergaul dan mandiri

c. Melatih mencari sumber suara

d. Mengoceh pada anak sehingga anak meniru

e. Melatih menyangga leher

f. Melatih untuk duduk

g. Melatih untuk menyangga badan dan kedua

kaki

h. Memberi kesempatan pada anak untuk coret-

coret

i. Melatih meniru kata-kata, mengenal suara,

lingkungan sekitar, bergaul

4.Umur 6 - 9 bulan

a. Anak didudukkan dan mempertahankan

posisi dengan kepala tegak

b. Memindahkan benda dari tangan kanan ke

tangan kiri

c. Sering diajak bicara


23

d. Perlihatkan bambar lucu dan menarik

e. Mengajak dirinya dikaca

f. Melatih merangkak, berdiri

g. Melatih memasukkan dan mengeluarkan

benda, tepuk tangan,menepuk beduk dan gendang

h. Mengajak anak mengikuti kegiatan

keluarga. Contoh : makan bersama, jalan-jalan

dan rekreasi

5.Umur 9 - 12 bulan

a. Bermain merambat pada meja atau

kursi

b. Meraup benda-benda kecil dengan

kelima jari-jari

c. Berbicara ( melatih ) dengan dua

suku kata

d. Bermain untuk melatih anak

memanjat kursi atau tangga secara bertahap

e. Bermain bola

f. Melatih atau bermain dengan

berjalan

g. Menumpuk balok

h. Menggambar

i. Melatih membungkukkan badan saat

mengambil sesuatu benda

j. Menyebutkan beberapa nama dari

bagian tubuhnya
24

6.Umur 12 - 18 bulan

a. Bermain mengambil benda kecil dengan ibu jari

dan telunjuk

b. Makan dan minum

c. Berjalan mundur ( dengan menarik mainan )

d. Menangkap, melempar dan menendang bola

e. Memakai dan melepas pakaian

f. Puzzle

g. Perintah sederhana

h. Bercerita ( minta pada anak )

7.Umur 18 - 24 bulan

a. Menggambar dengan pola

b. Menunjukkan dan menyebut salah satu bagian tubuh

yang benar

c. Rumah-rumahan, masak-masakan ( pekerjaan RT )

d. Melatih berjalan jinjit, melompat dan berdiri

dengan satu kaki

e. Bermain dengan lilin atau tanah liat atau adonan

kue

f. Memasukkan benda ke lubang yang sesuai

g. Menyebut nama benda-benda dan mengenal sifatnya

h. Cuci tangan dan kaki

i. Memilih baju

8.Umur 2 - 3 tahun

a. Berdiri dengan satu kaki

b. Menggambar
25

c. Menghitung jumlah benda

d. Mencocokkan gambar dengan benda sesungguhnya

e. Menyebut nama

f. Bercerita dengan dirinya

g. Menyebut lawan kata

h. Permainan dramatik, sopan santun, masak-

masakan, mandi, dll

9.Umur 3 - 4 tahun

a. Menggambar dan menulis

b. Jalan jinjit

c. Menyebutkan warna warni

d. Melompat dengan satu kaki

e. Melempar ke atas

f. Menggunting dan menempel

g. Mengenal huruf dan angka

h. Mengenal bentuk dan warna gambar

i. Membaca

j. Mengenal musim

k. Bermain kredit

10. Umur 4 - 5 tahun

a. Melompat dengan satu kaki

b. Mengancingkan baju

c. Bercerita dan mengingat

d. Mengenal tulisan

e. Pertanyaan “ mengapa “
26

f. Mengenal tanda, simbol dan lambang

g. Bergaul

11. Umur 5 - 6 tahun

a. Main bola ( jarak 1 m )

b. Menggambar ( segi tiga )

c. Angka, huruf, menghitung 0 – 10

d. Bersepeda

e. Bermain lilin atau tanah liat atau adonan kue

f. Menyebut nama hari, bulan, jumlah hari dalam 1

Minggu dan 1 bulan dan seterusnya

g. Waktu

h. Ukur panjang dan lebar dengan penggaris

i. Masak-masakan

G. ALAT PERMAINAN EDUKATIF (APE)

Yang dimaksud alat permainan yang dapat

mengoptimalkan perkembangan anak, disesuaikan dengan

usianya dan tingkat perkembangannya, serta berguna

untuk:

1. Pengembangan aspek fisik, yaitu alat kegiatan-

kegiatan yang dapat menunjang atau merangsang

pertumbuhan fisik anak.

2. Pengembangan aspek bahasa, dengan melatih berbicara

menggunakan kalimat yang benar.

3. Pengembangan aspek kognitif, yaitu dengan pengenalan

suara, ukuran, bentuk, warna, dll.


27

4. Pengembangan aspek sosial, khususnya dalam

hubungannya dengan interaksi dengan orang tua,

keluarga, teman dan lingkungan masyarakat. Syarat

sebuah APE adalah sebagai berikut:

a. Aman

b. Ukuran dan berat APE harus sesuai dengan usia

perkembangan anak

c. Desainnya harus jelas

d. Berfungsi untuk mengembangkan motorik, bahasa,

kecerdasan dan sosialisasi anak

e. Harus bervariasi

f. Menarik

g. Mudah diterima oleh semua kebudayaan

h. Tidak mudah rusak.


28

DAFTAR PUSTAKA

Wong, Et al. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Ed.6.

Jakarta: EGC

Nursalam, Susilaningrum. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi

Dan Anak (Untuk Perawat dan Bidan). Jakarta:

Salemba Medika

Landerth, G.L. 2001. Innovations In Play Theraphy :

Issues, Process And Special Population. USA :

taylor francis

Anda mungkin juga menyukai