Anda di halaman 1dari 9

1.

Definisi Pengambilan Keputusan (Decision Making)

Keputusan secara harfiah merupakan sebuah pilihan. Pilihan yang di


maksud disini adalah dari dua atau lebih kemungkinan, atau dapat dikatakan
sebagai keputusan dicapai setelah dilakukan pertimbangan dengan memilih
satu kemungkinan pilihan (dalam jurnal “Proses Pengambilan Keputusan
untuk Mengembangkan Mutu Madrasah”).
Menurut Steers (dalam jurnal “Proses Pengambilan Keputusan untuk
Mengembangkan Mutu Madrasah”) mengemukakan bahwa “decision making
is a process of selection among available alternatives”. Disini dijelaskan jika
pengambilan keputusan menyangkut pilihan dari berbagai macam alternatif
yang ada dalam organisasi. Selanjutnya Koontz (dalam jurnal “Proses
Pengambilan Keputusan untuk Mengembangkan Mutu Madrasah”)
mengemukakan bahwa pengambilan keputusan merupakan seleksi berbagai
alternatif tindakan yang akan ditempuh merupakan inti perencanaan.
Pengambilan keputusan merupakan bagian dari suatu peristiwa yang
meliputi proses diagnosa, seleksi tindakan dan implementasi (Beach &
Cannolly, 2005 dalam jurnal “Proses Pengambilan Keputusan Dokter”).
Definisi pengambilan keputusan juga dikemukakan oleh Nigro (dalam Ridho,
2003 dalam jurnal “Proses Pengambilan Keputusan Dokter”) bahwa
keputusan ialah pilihan sadar dan teliti terhadap salah satu alternatif yang
memungkinkan dalam suatu posisi tertentu untuk merealisasi tujuan yang
diharapkan.
Berdasarkan pandangan diatas dapat dipahami bahwa pengambilan
keputusan selalu berkaitan dengan masalah dalam suatu organisasi., sifat
hakiki dari pengambilan keputusan adalah memilih satu, dua atau lebih
alternatif pemecahan masalah menuju satu situasi yang diinginkan, melalui
keputusan atau penetapannya orang berharap akan tercapainya suatu
pemecahan masalah dari suatu masalah yang terjadi.
2. Jenis - Jenis Keputusan

Menurut Herbert Simon, terdapat 2 jenis keputusan yaitu :


1. Keputusan Terprogram
Ketika situasi terjadi, sebuah prosedur rutin akan dibuat untuk mengatasi
situasi tersebut. sebuah keputusan di sebut keputusan terprogram jika
bersifat berulang, rutin dan memiliki prosedur penanganan yang baku.
2. Keputusan Tidak Terprogram
Sebuah keputusan disebut keputusan tidak terprogram ketika benar-benar
baru dan belum belum terstruktur. Tidak ada prosedur yang pasti dalam
menangani masalah tersebut, baik karena belum pernah ditemukan situasi
yang sama sebelumnya, atau karena bersifat sangat kompleks atau sangat
penting. Keputusan tersebut membutuhkna penganan khusus.

Meskipun klasifikasi ini bersifat sangat luas dan umum, klasifikasi ini
sudah dapat menunjukan pentingnya pembedaan antara keputusan terprogram
dengan keputusan yang tidak terprogram. Pihak manajemen pada kebanyakan
organisasi mnghadapi banyak keputusan terprogram dalam kehidupan sehari-
hari. Keputusan seperti ini harus ditangani tanpa perlu menghabiskan sumber
daya organisasi yang tidak perlu. Di sisi lain, pada keputusan tidak terprogram
harus bisa diidentifikasi dengan baik karena untuk jenis keputusan yang
seperti ini menghabiskan alokasi sumber daya yang besar. Untuk lebih
jelasnya terdapat tabel berikut :

Keputusan terprogram Keputusan tidak terprogram


Jenis masalah Sering, repetentif,rutin, Baru, tidak terstruktur, ada
adanya kepastian dalam ketidakpastian mengenai
hubungan sebab akibat. hubungan sebab akibat.
Prosedur Tergantung kebijakan, Memerlukan kreativitas,
peraturan, dan prosedur intuisi, toleransi terhadap
yang pasti. ambiguitas, pemecahan
masalah kreatif.
Contoh Perusahaan : pengaturan Perusahaan: diversifikasi
inventaris secara periodik. produk atau pasar yang baru.
Universitas : penentuan Universitas : pembangunan
standar-standar kelulusan. ruang kelas yang baru.
Layanan Kesehatan : Layanan Kesehatan :
prosedur penerimaan pasien. pembelian peralatan
Pemerintahan : sistem eksperimental.
promosi pegawai negeri. Pemerintahan : reorganisasi
departemen di pemerintahan.

Pada tabel diatas menunjukan perincian dari tipe keputusan yang berbeda,
contoh untuk setiap tipenya dan pada jenis organisasi yang berbeda. Tabel
tersebut menggambarkan bahwa keputusan terprogram dan tidak terprogram
membutuhkan prosedur yang berbeda dan berlaku untuk jenis masalah yang
juga berbeda pula
.
3. Proses Pengambilan Keputusan (Decision Making)
Proses pengambilan keputusan merupakan suatu usaha yang rasional dari
administrator guna mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan pada bagian
awal dari fungsi perencanaan. Proses tersebut memerlukan kreativitas,
keterampilan kuantitatif dan pengalaman. Langkah-langkah dalam
pengambilan keputusan yaitu sebagai berikut :
1. Penentuan masalah
2. Analisis situasi yang ada
3. Pengembangan alternatif-alternatif
4. Analisis alternatif-alternatif yang ada
5. Pilih alternatif yang paling baik
Diketahui bahwa dalam hal ini pengambilan keputusan sebenarnya
merupakan proses pemilihan alternatif pemecahan masalah untuk
mendapatkan penyelesaian terbaik. Dapat dipahami bahwa pengambilan
keputusan merupakan proses yang terdiri dari berbagai tindakan yang
memanfaatkan berbagai ragam keterampilan dan pengetahuan yang diperoleh
dari pengalaman dalam kehidupan berorganisasi. Oleh karena itu pengambilan
keputusan bukanlah suatu hal yang mudah.
Cooke & Slack (dalam jurnal “Proses Pengambilan Keputusan Dokter”)
mengemukakakn 9 tahapan untuk individu dapat mengambil keputusan, yaitu:
a. Observasi. Dalam hal ini individu menyadari bawa ada suatu kekeliruan
atau ketidak sesuaian, sesuatu yang merupakan kesempatan untuk
memutuskan sedang terjadi pada lingkungan sekitarnya. Dalam hal ini
individu menyadari bahwa keputusan sedang diperlukan dalam hal ini.
Kesadaran ini diikuti dengan suatu perenungan seperti proses inkubasi.
b. Mengenali masalah. Setelah individu melakukan perenungan atau karena
banyaknya bukti-bukti yang ia tanggap atau kumpulkan , maka dalam hal
ini individu kian menyadari bahwa kebutuhan untuk memutuskan suatu
hal atau pengambilan keputusan akan semakin nyata.
c. Menetapkan tujuan. Masa ini merupakan fase dimana individu
mempertimbangkan harapan yang akan ia capai setelah melakukan
pengambilan keputusan. Tujuan pada umumnya terkait halnya dengan
kesenjangan antara suatu hal yang sudah diobservasi dengan suatu yang ia
harapkan, berkaitan pula dengan maslaah yang dihadapi.
d. Memahami masalah. Suatu keharusan bagi individu untk pham secara
benar terhadap permasalahan yang dihadapi, yaitu dengan cara
mendiagnosa akar permasalahan yang terjadi. Kesalahan dalam melakukan
diagnosa bisa terjadi akibat kesalahan dalam memformulasikan masalah
secara salah, karena hal itu mempengaruhi rangkaian proses berikutnya.
Jawaban yang benar pada masalah yang salah mempunyai makna sama
seperti dengan memberi jawaban yang salah terhadap masalah yang benar.
e. Menentukan pilihan. Apabila batas-batas keputusan setelah didefinisikan
menjadi lebih sempit maka pilihan dengan sendirinya menjadi lebih
mudah tersedia. Namun, apabila keputusan yang diambil masih
didefinisikan secara luas maka proses menetapkan pilihan proses kreatif.
f. Mengevaluasi pilihan. Fase ini melibatkan penentuan yang lebih luas
mengenaiketepatan masing-masing pilihan terhadap tujuan pengambilan
keputusan.
g. Memilih. Pada tahap ini salah satu dari beberapa pilihan keputusan yang
tersedia telah dipilih, dengan pertimbangan apabila diterapkan akan
menjanjikan suatu kepuasan.
h. Menerapkan. Pada fase ini melibatkan perubahan yang terjadi karena
pilihan yang sudah dipilih. Keefektifan penerapan ini bergantung pada
keterampilan dan kemampuan individu dalam menjalankan tugas serta
sejauh mana kesesuaian pilihan tersebut dalam penerapan.
i. Memonitor. Sesudah diterapkan, maka keputusan itu lalu sebaiknya
dimonitor untuk melihat efektivitas dalam memecahkan suatu masalah
atau mengurangi permasalahan yan sesungguhnya.

4. Model atau Gaya Pengambilan Keputusan (Decision Making)


Ada beberapa model pengambilan keputusan, hal tersebut dapat dibedakan
kedalam dua kategori utama yaitu model pengambilan keputusan tanpa
mempertimbangkan kemungkinan dan model pengambilan keputusan dengan
mempertimbangkan kemungkinan (dalam jurnal “Proses Pengambilan
Keputusan Dokter”).
a) Tanpa mempertimbangkan probabilitas
Model pengambilan keputusan tanpa mempertimbangkan probabilitas
berpijak pada asumsi bahwa individu mengetahui nilai dari dimensi-
dimensi yang relevan, seperti harga, bentuk, mutu dan lainnya. Pada
proses pemilihan ini terdapat dua model utama yaitu model pengganti
(compensatory model) dan model tanpa pengganti (non-compensatory
model).
1) Model pengganti (compensatory model), merupakan model
pengganti keputusan dengan memasukkan atribut yang
menarik/positif. Salah satu jenis dari model pengganti adalah
model aditif. Model aditif ialah sebuah strategi dengan
memberikan penilaian kepada masing-masing atribut pilihan
sehingga mencapai total skor yang dijumlahkan. Selain model
aditif ada pula model lain yang serupa yang disebut dengan
perbedaan aditif, model ini membandingkan dua alternatif yang
tersedia dengan melihat selisish nilai antara skor total penjumlahan
dari masing-masing atribut tiap alternatif.
2) Model tanpa pengganti (non-compensatory model), merupakan
suatu strategi pengambilan keputusan dengan mengeliminasi
alternatif yang memiliki atribut negatif tanpa mempertimbangkan
atribut-atribut positif yang dimiliki. Teori ini dikemukakakn oleh
Tversjy pada tahun 1972 dengan menyatakan bahwa individu
membuat pilihan dengan melakukan eliminasi secara bertahap
terhadap alternatif yang dinilai kurang menarik. Teori tersebut
disebut dengan eliminasi berdasarkan aspek. Jika sebuah atribut
dari sebuah alternatif dinilai tidak memuaskan untuk kriteria yang
paling minimal maka alternatif ini dieliminasi dari serangkaian
pilihan-pilihan (Reed, 2000 dalam jurnal “Proses Pengambilan
Keputusan Dokter”).

b) Mempertimbangkan probabilitas
Pada situasi ketika individu diharapkan untuk dapat membuat pengambilan
keputusan dengan permaslahan yang lebih kompleks, yaitu mengambil
keputusan dalam kondisi ketidakpastian maka individu akan
memperkirakan kemungkinan bahwa suatu peristiwa pasti akan terjadi,
namun individu tersebut tidak tahu peristiwa seperti apa yang akan terjadi.
Kahneman dan Tversky (dakam Reed, 2000 dalam jurnal “Proses
Pengambilan Keputusan Dokter”) menunjukkan bahwa perkiraan terhadap
kemungkinan adalah berdasar pada sesuatu yang heuristik, yang masuk
akal namun juga sering tidak. Ada tiga jenis dari model heuristik adalah:
1) Ketersediaan heuristik, yaitu pendapat yang menyatakan bahwa
individu mengevaluasi probabilitas suatu peristiwa dengan menilai
sesuatu dengan hal yang relevan, mudah terlintas dalam fikiran
serta mudah dikenali.
2) Keterwakilan, yaitu suatu pendapat yang menyediakan bentuk
heuristik yang lain dalam membuat penilaian probabilitas, yaitu
sampai taraf seberapa buah kejadian serupa dengan suatu kejadian
yang lebih besar.
3) Penjangkaran dan penyesuaian, mengacu pada proses penilaian
secara umum dengan respon awal dijadikan sebagai jangkar
(tambatan) dan informasi yang lain dengan untuk melengkapi dan
menyelesaikan dengan respon tersebut.

Menurut Sunarto (dalam jurnal “Proses Pengambilan Keputusan untuk


Mengembangkan Mutu Madrasah”) riset tentang gaya pengambilan keputusan
telah mengidentifikasi empat pendekatan individual yang berbeda terhadap
pengambilan keputusan. Adapun empat gaya tersebut ialah :

1. Gaya Direktif. Individu yang menggunakan gaya ini memiliki toleransi


yang rendah atas ambiguitas dan mencari rasionalitas. Mereka efisien dan
logis, tetapi efisiensi mereka mempertahankan hasil dalam ksuatu
keputusan yang diambil dengan informasi minimal dan beberapa alternatif.
Tipe ini mengambil keputusan secara cepat dan berorientasi pada jangka
pendek.
2. Gaya Analitik. Memiliki toleransi yang jauh lebih besar terhadap
ambiguitas dibandingkan dengan gaya direktif. Hal ini mengarah kepada
lebih banyak informasi dan pertimbangan atas alternatif yang lebih banyak
ketimbang alternatif yang lebih benar bagi tipe direktif. Individu yang
menggunakan teori ini memiliki ciri sebagai pengambil keputusan yang
vermat dengan kemampuan untuk meyesuaikan diri dengan situasi yang
baru.
3. Gaya Konseptual. Para individu dengan gaya ini cenderung menjadi sangat
luas dalam pandangan mereka dan mempertimbangkan banyak alternatif.
Orientasi mereka adalah jangka panjang dan mereka sangat baik dalam
menemukan solusi yang kreatif dari masalah-masalah.
4. Gaya Perilaku. Gaya ini dicirikan dengam pengambilan keputusan yang
bisa bekerja baik dengan yang lain. Mereka memperhatikan rekan kerja
dan bawahan serta reseptif terhadap usulan-usulan dari yang lain, sangat
mengandalkan pertemuan untuk berkomunikasi. Gaya ini mencoba
menghindari konflik dan mengupayakan penerimaan.
5. Pengaruh perilaku dalam pengambilan keputusan

Dalam pengambilan keputusan juga didasari oleh berbagai faktor


pengambilan keputusan, yang mana faktor dalam pengambilan keputusan
dibedakan menjadi dua faktor utama yaitu faktor internal, yang berasal dari
dalam diri individu dan faktor eksternal, yang berasal dari luar individu.
Faktor internal meliputi kreativitas individu, persepsi, nilai-nilai yang dimiliki
individu, motivasi dan kemampuan analisi masalah. Sedangkan faktor
eksternal meliputi rentang waktu dalam membuat keputusan, informasi dan
komunitas individu saat mengambil keputuan, seperti peran pengaruh sosial
maupun kelompok.
Perilaku individu dalam berorganisasi adalah bentuk interaksi antara
individu dengan karakteristik suatu organisasi, individu mempunyai
karakteristik yang berbeda-beda anatar satu dengan yang lainya, hal ini
muncul karena beberapa faktor yaitu :
1. Kebutuhan yang berbeda-beda
2. Kemampuan yang tidak sama
3. Pengalaman masa lalu
Pengambilan keputusan merupakan pemilihan atas beberapa alternatif
pilihan kemudian menjatuhkan pilihanya dalam salah satu yang sudah ada di
dalamnya, dengan harapan akan terciptanya suatu pemecahan masalah atau
hasil yang lebih baik. Partisipasi seorang individu dalam proses pengambilan
keputusan akan tinggi apabila individu tersebut memiliki efficacy yang tinggi
sehingga memiliki keyakinan bahwa ia bisa ikut mempengaruhi sistem,
proses, dan isi dari keputusan yang dibuat. Begitu pula sebaliknya, apabila
seorang individu memiliki efficacy yang rendah ia cenderung akan kurang
berpartisipasi. Hal ini disebabkan adanya anggapan bahwa dirinya tidak bisa
mempengarui sistem, proses dan isi dari sebuah keputusan.
Pengambilan keputusan dipengaruhi oleh banyak faktor yang secara sadar
atau pun tidak sadar akan mempengaruhinya, salah satunya yaitu kepribadian.
Kepribadian adalah cara seseorang untuk berinteraksi dan bereaksi terhadap
individu lain yang menentukan penyesuaian unik terhadap lingkungan.
Daftar Pustaka

Website:
http://elisa.ugm.ac.id/user/archive/download/32777/trfji1l4vg9omdgc7l6b2cf2k0.

Buku:
Hellriegel, Don & Slocum, W. John Jr, Organizational Behavior (13th
Edition), South Western Cengage Learning, 2011.
Ivancevich, John. M, dkk, Perilaku dan Manajemen Organisasi (edisi
ketujuh, jilid 2), Penerbit Erlangga, 2007.

Jurnal:
Anwar, H. (2014). Proses Pengambilan Keputusan untuk Mengembangkan
Mutu Madrasah. Jurnal Pendidikan Islam. Vol. 8 : 39-52.
Moordiningsih., & Faturochman. (2010). Proses Pengambilan Keputusan
Dokter (Physician Decision Making). Jurnal Psikologi. Vol. 33: 1-15.

Anda mungkin juga menyukai