Meskipun klasifikasi ini bersifat sangat luas dan umum, klasifikasi ini
sudah dapat menunjukan pentingnya pembedaan antara keputusan terprogram
dengan keputusan yang tidak terprogram. Pihak manajemen pada kebanyakan
organisasi mnghadapi banyak keputusan terprogram dalam kehidupan sehari-
hari. Keputusan seperti ini harus ditangani tanpa perlu menghabiskan sumber
daya organisasi yang tidak perlu. Di sisi lain, pada keputusan tidak terprogram
harus bisa diidentifikasi dengan baik karena untuk jenis keputusan yang
seperti ini menghabiskan alokasi sumber daya yang besar. Untuk lebih
jelasnya terdapat tabel berikut :
Pada tabel diatas menunjukan perincian dari tipe keputusan yang berbeda,
contoh untuk setiap tipenya dan pada jenis organisasi yang berbeda. Tabel
tersebut menggambarkan bahwa keputusan terprogram dan tidak terprogram
membutuhkan prosedur yang berbeda dan berlaku untuk jenis masalah yang
juga berbeda pula
.
3. Proses Pengambilan Keputusan (Decision Making)
Proses pengambilan keputusan merupakan suatu usaha yang rasional dari
administrator guna mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan pada bagian
awal dari fungsi perencanaan. Proses tersebut memerlukan kreativitas,
keterampilan kuantitatif dan pengalaman. Langkah-langkah dalam
pengambilan keputusan yaitu sebagai berikut :
1. Penentuan masalah
2. Analisis situasi yang ada
3. Pengembangan alternatif-alternatif
4. Analisis alternatif-alternatif yang ada
5. Pilih alternatif yang paling baik
Diketahui bahwa dalam hal ini pengambilan keputusan sebenarnya
merupakan proses pemilihan alternatif pemecahan masalah untuk
mendapatkan penyelesaian terbaik. Dapat dipahami bahwa pengambilan
keputusan merupakan proses yang terdiri dari berbagai tindakan yang
memanfaatkan berbagai ragam keterampilan dan pengetahuan yang diperoleh
dari pengalaman dalam kehidupan berorganisasi. Oleh karena itu pengambilan
keputusan bukanlah suatu hal yang mudah.
Cooke & Slack (dalam jurnal “Proses Pengambilan Keputusan Dokter”)
mengemukakakn 9 tahapan untuk individu dapat mengambil keputusan, yaitu:
a. Observasi. Dalam hal ini individu menyadari bawa ada suatu kekeliruan
atau ketidak sesuaian, sesuatu yang merupakan kesempatan untuk
memutuskan sedang terjadi pada lingkungan sekitarnya. Dalam hal ini
individu menyadari bahwa keputusan sedang diperlukan dalam hal ini.
Kesadaran ini diikuti dengan suatu perenungan seperti proses inkubasi.
b. Mengenali masalah. Setelah individu melakukan perenungan atau karena
banyaknya bukti-bukti yang ia tanggap atau kumpulkan , maka dalam hal
ini individu kian menyadari bahwa kebutuhan untuk memutuskan suatu
hal atau pengambilan keputusan akan semakin nyata.
c. Menetapkan tujuan. Masa ini merupakan fase dimana individu
mempertimbangkan harapan yang akan ia capai setelah melakukan
pengambilan keputusan. Tujuan pada umumnya terkait halnya dengan
kesenjangan antara suatu hal yang sudah diobservasi dengan suatu yang ia
harapkan, berkaitan pula dengan maslaah yang dihadapi.
d. Memahami masalah. Suatu keharusan bagi individu untk pham secara
benar terhadap permasalahan yang dihadapi, yaitu dengan cara
mendiagnosa akar permasalahan yang terjadi. Kesalahan dalam melakukan
diagnosa bisa terjadi akibat kesalahan dalam memformulasikan masalah
secara salah, karena hal itu mempengaruhi rangkaian proses berikutnya.
Jawaban yang benar pada masalah yang salah mempunyai makna sama
seperti dengan memberi jawaban yang salah terhadap masalah yang benar.
e. Menentukan pilihan. Apabila batas-batas keputusan setelah didefinisikan
menjadi lebih sempit maka pilihan dengan sendirinya menjadi lebih
mudah tersedia. Namun, apabila keputusan yang diambil masih
didefinisikan secara luas maka proses menetapkan pilihan proses kreatif.
f. Mengevaluasi pilihan. Fase ini melibatkan penentuan yang lebih luas
mengenaiketepatan masing-masing pilihan terhadap tujuan pengambilan
keputusan.
g. Memilih. Pada tahap ini salah satu dari beberapa pilihan keputusan yang
tersedia telah dipilih, dengan pertimbangan apabila diterapkan akan
menjanjikan suatu kepuasan.
h. Menerapkan. Pada fase ini melibatkan perubahan yang terjadi karena
pilihan yang sudah dipilih. Keefektifan penerapan ini bergantung pada
keterampilan dan kemampuan individu dalam menjalankan tugas serta
sejauh mana kesesuaian pilihan tersebut dalam penerapan.
i. Memonitor. Sesudah diterapkan, maka keputusan itu lalu sebaiknya
dimonitor untuk melihat efektivitas dalam memecahkan suatu masalah
atau mengurangi permasalahan yan sesungguhnya.
b) Mempertimbangkan probabilitas
Pada situasi ketika individu diharapkan untuk dapat membuat pengambilan
keputusan dengan permaslahan yang lebih kompleks, yaitu mengambil
keputusan dalam kondisi ketidakpastian maka individu akan
memperkirakan kemungkinan bahwa suatu peristiwa pasti akan terjadi,
namun individu tersebut tidak tahu peristiwa seperti apa yang akan terjadi.
Kahneman dan Tversky (dakam Reed, 2000 dalam jurnal “Proses
Pengambilan Keputusan Dokter”) menunjukkan bahwa perkiraan terhadap
kemungkinan adalah berdasar pada sesuatu yang heuristik, yang masuk
akal namun juga sering tidak. Ada tiga jenis dari model heuristik adalah:
1) Ketersediaan heuristik, yaitu pendapat yang menyatakan bahwa
individu mengevaluasi probabilitas suatu peristiwa dengan menilai
sesuatu dengan hal yang relevan, mudah terlintas dalam fikiran
serta mudah dikenali.
2) Keterwakilan, yaitu suatu pendapat yang menyediakan bentuk
heuristik yang lain dalam membuat penilaian probabilitas, yaitu
sampai taraf seberapa buah kejadian serupa dengan suatu kejadian
yang lebih besar.
3) Penjangkaran dan penyesuaian, mengacu pada proses penilaian
secara umum dengan respon awal dijadikan sebagai jangkar
(tambatan) dan informasi yang lain dengan untuk melengkapi dan
menyelesaikan dengan respon tersebut.
Website:
http://elisa.ugm.ac.id/user/archive/download/32777/trfji1l4vg9omdgc7l6b2cf2k0.
Buku:
Hellriegel, Don & Slocum, W. John Jr, Organizational Behavior (13th
Edition), South Western Cengage Learning, 2011.
Ivancevich, John. M, dkk, Perilaku dan Manajemen Organisasi (edisi
ketujuh, jilid 2), Penerbit Erlangga, 2007.
Jurnal:
Anwar, H. (2014). Proses Pengambilan Keputusan untuk Mengembangkan
Mutu Madrasah. Jurnal Pendidikan Islam. Vol. 8 : 39-52.
Moordiningsih., & Faturochman. (2010). Proses Pengambilan Keputusan
Dokter (Physician Decision Making). Jurnal Psikologi. Vol. 33: 1-15.