Anda di halaman 1dari 8

METODE KUANTITATIF BISNIS

“ANALISA KEPUTUSAN MELIPUTI MENGIDENTIFIKASI MASALAH,


KODIFIKASI INFORMASI, PENYUSUNAN MODEL”

Oleh:

Ni Komang Tria Juliastari (1833121303)


Ni Wayan Ambaryati (1833121307)
Ni Kadek Selvi Dwi Oktapyanti (1833121320)
Ni Kadek Rita Anggreni (1833121439)

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS WARMADEWA
2021/2022
ANALISA KEPUTUSAN MELIPUTI MENGIDENTIFIKASI MASALAH,
KODIFIKASI INFORMASI, PENYUSUNAN MODEL

A. Analisa Keputusan
Analisa Keputusan pada dasarnya adalah suatu prosedur logis dan kuantitatif
yang tidak hanya menerangkan mengenai proses pengambilan keputusan, tetapi juga
merupakan suatu cara membuat keputusan. Dengan kata lain, cara untuk membuat
model suatu keputusan yang memungkinan dilakukannya pemeriksaan dan pengujian.
Analisis keputusan adalah pola berpikir sistematis dalam pengambilan keputusan,
yang bertujuan untuk mengidentifikasi apa yang harus dilakukan dalam suatu
masalah.
Analisis keputusan memberikan argumen tentang cara keputusan itu diambil
atau bagaimana keputusan itu seharusnya dibuat bisa tercapai . Tanpa mengetahui
argumen yang digunakan maka cara keputusan diambil dan bagaimana keputusan
tersebut tercapai sulit untuk diketahui. Argumen setiap faktor yang terlibat akan
memberikan informasi tentang cara maupun proses keputusan dicapai. Sekaligus
menggambarkan besar kecilnya pengaruh argument terhadap hasil akhir keputusan.
Analisis keputusan bukanlah suatu prosedur yang mujarab, dalam pengertian ia dapat
mengubah keadaan lingkungan.

B. Mengidentifikasi Masalah
Tahap pertama adalah identifikasi masalah inti / utama. Untuk dapat
mengidentifikasi masalah inti atau utama, perlu dipahami dulu apa yang dimaksud
dengan masalah. Beberapa ahli mendefinisikan masalah sebagai pertanyaan yang
harus dijawab. Ada pula yang mendefinisikan masalah sebagai sebuah kesenjangan
antara harapan dan kenyataan yang harus diatasi. Juga ada yang mengartikan masalah
sebagi penyimpangan dari kondisi normal.
Apapun definisi masalah yang digunakan, bagaimanapun identifikasi masalah
tetaplah merupakan tahapan yang kritis. Sering terjadi kesalahan dalam penentuan
masalah, maka keputusan yang dihasilkan tidak akan pernah dapat memperbaiki
keadaan. Jadi dapatlah dikatakan bahwa pada tahap identifikasi, terdapat tiga langkah
yang harus dilakukan yaitu:
1. langkah orientasi masalah atau langkah menyadari adanya masalah
2. langkah prefensi, yakni langkah mengumpulkan data dan informasi
3. langkah definisi, yaitu mengklasifikasi, identifikasi dan merumuskan masalah

C. Langkah-langkah dalam Analisa Keputusan


Langkah-langkah dalam analisa keputusan, terdiri dari tiga tahapan utama. Tahapan
tersebut yaitu:
1. Tahap Deterministik
Dalam Tahapan ini variabel-variabel yang mempengaruhi keputusan
didefinisikan dan saling dihubungkan, serta dilakukan penetapan nilai lalu
variabel diukur tanpa terlebih dahulu memperhatikan unsur ketidakpastiannya.
Pada tahapan ini juga dipertimbangkan bagaimana pengaruh dari perubahan-
perubahan variabel terhadap solusi yang dihasilkan. Jika dalam hal ini dapat
dilihat adanya alternatif yang didominasi oleh alternatif yang lain, yaitu alternatif
yang selalu lebih buruk dari alternatif yang lain dalam berbagai macam situasi,
maka alternatif semacam ini dapat dihilangkan dari persoalan keputusan yang
dihadapi oleh pengambil keputusan. Melalui tahapan ini pula dapat diketahui
variabel-variabel mana saja yang sangat berpengaruh terhadap hasil yang
diharapkan oleh pengambil keputusan.
2. Tahap probalistik
Pada tahap ini dilakukan penetapan besarnya ketidakpastian yang melingkupi
variabel-variabel tersebut (variabel-variabel yang penting) dan dinyatakan dalam
suatu nilai. Melalui tahap ini dilakukan penetapan preferensi atas resiko, yang
mencerminkan bagaimana sikap pengambil keputusan dalam menghadapi resiko.
3. Tahap informasional
Melalui tahap ini dilakukan peninjauan ulang terhadap dua tahapan
sebelumnya guna menentukan nilai ekonomisnya bila ingin mengurangi tingkat
ketidakpastian dari suatu variabel yang dirasakan penting. Sebelum keputusan
diambil dan ditindaklanjuti dengan implementasi dari keputusan tersebut, dalam
tahapan ini ditentukan apakah masih diperlukan informasi tambahan untuk dapat
mengurangi tingkat ketidakpastian dari suatu variabel yang dirasakan penting.

D. Metode-Metode Analisa Pengambilan Keputusan


1. Kewenangan Tanpa Diskusi
Metode pengambilan keputusan ini seringkali digunakan oleh para pemimpin
otokratik atau dalam kepemimpinan militer. Metode ini memiliki beberapa
keuntungan, yaitu cepat, dalam arti ketika organisasi tidak mempunyai waktu
yang cukup untuk memutuskan apa yang harus dilakukan. Selain itu, metode ini
cukup sempurna dapat diterima kalau pengambilan keputusan yang dilaksanakan
berkaitan dengan persoalan-persoalan rutin yang tidak mempersyaratkan diskusi
untuk mendapatkan persetujuan para anggotanya. Namun demikian, jika metode
pengambilan keputusan ini terlalu sering digunakan, ia akan menimbulkan
persoalan-persoalan, seperti munculnya ketidakpercayaan para anggota organisasi
terhadap keputusan yang ditentukan pimpinannya, karena mereka kurang bahkan
tidak dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan
akan memiliki kualitas yang lebih bermakna, apabila dibuat secara bersama-sama
dengan melibatkan seluruh anggota kelompok,daripada keputusan yang diambil
secara individual.
2. Pendapat Ahli
Kadang-kadang seorang anggota organisasi oleh anggota lainnya diberi
predikat sebagai ahli (expert), sehingga memungkinkannya memiliki kekuatan dan
kekuasaan untuk membuat keputusan. Metode pengambilan keputusan ini akan
bekerja dengan baik, apabila seorang anggota organisasi yang dianggap ahli
tersebut memang benar-benar tidak diragukan lagi kemampuannya dalam hal
tertentu oleh anggota lainnya. Dalam banyak kasus, persoalan orang yang
dianggap ahli tersebut bukanlah masalah yang sederhana, karenasangat sulit
menentukan indikator yang dapat mengukur orang yang dianggap ahli (superior).
Ada yang berpendapat bahwa orang yang ahli adalah orang yang memiliki
kualitas terbaik; untuk membuat keputusan, namun sebaliknya tidak sedikit pula
orang yang tidak setuju dengan ukuran tersebut. Karenanya, menentukan apakah
seseorang dalam kelompok benar-benar ahli adalah persoalan yang rumit.
3. Kewenangan Setelah Diskusi
Sifat otokratik dalam pengambilan keputusan ini lebih sedikit apabila
dibandingkan dengan metode yang pertama. Karena metode
authorityruleafterdiscussion ini pertimbangkan pendapat atau opini lebih dari satu
anggota organisasi dalam proses pengambilan keputusan. Dengan demikian,
keputusan yang diambil melalui metode ini akan mengingkatkan kualitas dan
tanggung jawab para anggotanya disamping juga munculnya aspek kecepatan
(quickness) dalam pengambilan keputusan sebagai hasil dari usaha menghindari
proses diskusi yang terlalu meluas. Dengan perkataan lain, pendapat anggota
organisasi sangat diperhatikan dalam proses pembuatan keputusan, namun
perilaku otokratik dari pimpinan, kelompok masih berpengaruh.Metode
pengambilan keputusan ini juga mempunyai kelemahan, yaitu pada anggota
organisasi akan bersaing untukmempengaruhi pengambil atau pembuat keputusan.
Artinya bagaimana para anggota organisasi yang mengemukakan pendapatnya
dalam proses pengambilan keputusan, berusaha mempengaruhi pimpinan
kelompok bahwa pendapatnya yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan.
4. Kesepakatan
Kesepakatan atau konsensus akan terjadi kalau semua anggota dari suatu
organisasi mendukung keputusan yang diambil. Metode pengambilan keputusan
ini memiliki keuntungan, yakni partisipasi penuh dari seluruh anggota organisasi
akan dapat meningkatkan kualitas keputusan yang diambil, sebaik seperti
tanggung jawab para anggota dalam mendukung keputusan tersebut. Selain itu
metode konsensus sangat penting khususnya yang berhubungan dengan persoalan-
persoalan yang kritis dan kompleks. Namun demikian, metodepengambilan
keputusan yang dilakukan melalui kesepakatn ini, tidak lepas juga dari
kekurangan-kekurangan. Yang paling menonjol adalah dibutuhkannya waktu yang
relatif lebih banyak dan lebih lama, sehingga metode ini tidak cocok untuk
digunakan dalam keadaan mendesak atau darurat.Keempat metode pengambilan
keputusan di atas, menurut Adler dan Rodman, tidak ada yang terbaik dalam arti
tidak ada ukuran-ukuran yang menjelaskan bahwa satu metode lebih unggl
dibandingkan metode pengambilan keputusan lainnya. Metode yang paling efektif
yang dapat digunakan dalam situasi tertentu, bergantung pada faktor-faktor:
a. Jumlah waktu yang ada dan dapat dimanfaatkan,
b. Tingkat pentingnya keputusan yang akan diambil oleh kelompok, dan
c. Kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh pemimpin kelompok dalam
mengelola kegiatan pengambilan keputusan tersebut.

E. Kodifikasi Informasi
Informasi disini perlu dibedakkan dalam dua bentuk yaitu:
1. Berkenan dengan sifat ketidakpastian yang ditetapkan dengan besaran nilai
kemungkinan (probability), dan
2. Berkenan dengan hubungan-hubungan yang terjadi dalam sistem yang dinyatakan
sebagai model, ini menggambarkan struktur persoalan. Secara singkat keduanya
dapat dijelaskan sebagai berikut
 Penyusunan model Suatu cara untuk menggambarkan hubungan-hubungan
logis yang mendasari masalah/persoalan keputusan ke dalam suatu model
matematis yang mencerminkan hubungan diantara faktor - faktor yang terlibat
 Penetapan nilai keputusan Cara menggambarkan ketidakpastian seseorang
dalam kejadian atau variabel yang berhubungan dengan Tingkat pengetahuan,
atau pada saat menghadapi Informasi yang dimiliki kejadian tak pasti /
variabel

F. Penyusunan Model
Model merupakan teori atau pun sebagai koreksi / klarifikasi terhadap teori yang
sudah ada. Ditinjau secara manajerial model merupakan alat bantu dalam proses
pengambilan keputusan, alat komunikasi, dan alat bantu dalam memecahkan masalah,
Model merupakan cara sederhana untuk memandang suatu masalah. Model yang baik
hanya mengandung bagian-bagian yang perlu saja. Untuk memudahkan pemikiran
tentang peristiwa-peristiwa yang dibuat, maka peneliti harus memahami permasalahan
yang ada serta sistem dimana permasalahan tersebut terjadi. Pembuatan model
kesalahan untuk menampilkan masalah dan juga menentukan metodologi yang akan
digunakan untuk menganalisis permasalahan tersebut. Oleh karena itu ukuran
penilaian pembuatan model ditinjau dari besar dan rumitnya model tetapi berdasarkan
kecukupan jawaban terhadap permasalahan yang dianalisis. Dalam pembuatan model,
harus diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku sistem. Untuk dapat
memodelkan suatu sistem terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi yaitu:
a) Model harus mewakili sistem yang nyata
b) Model merupakan penyederhanaan dari sistem yang kompleks, sehingga pada
model diperbolehkan adanya penyimpangan pada batas-batas tertentu.

Dalam membangun suatu model, peneliti haruslah melakukan pendekatan sistem


secara eksplisit. Setelah karakteristik sistem diperoleh dan struktur masalah dapat
menunjukkan keterkaitan hubungan antara variabel-variabel yang penting dalam
penyelesaian masalah, maka dilakukanlah formulasi model. Formulasi model terdiri
dari 5 tahapan yaitu:
a) Pemilihan variabel yang akan dilibatkan; pada tahap ini dibutuhkan analisis dan
kemampuan peneliti untuk memilih faktor-faktor yang penting dan relevan
dengan masalah yang dikaji. Variabel yang dipilih merupakan variabel output.
b) Pemilihan tingkat agregasi dan kategorisasi yang tepat, agregasi merupakan
penggabungan berbagai variabel menjadi satu variabel, sedangkan kategorisasi
menunjukkan pengelompokkan populasi dari variabel.
c) Keputusan yang berkaitan dengan waktu; pemilihan keterlibatan faktor waktu
pada penelitian perlu dipertimbangkan karena berkaitan dengan perencanaan
yang akan datang dan akan menentukan bentuk dari model. Bila waktu tidak
dilibatkan dalam model maka model tersebut adalah statik sedangkan bila
waktu dilibatkan maka model yang digunakan adalah model dinamis.
d) Spesifikasi model; setelah peneliti memutuskan tujuan dari dibangunnya suatu
model, maka harus dibuat suatu hipotesis walaupun sederhana. Hipotesis
tersebut berhubungan dengan struktur dan fenomena yang sedang dicoba
dipresentasikan. Bila perlu hipotesis tersebut dinyatakan dalam bahasa
matematika,
e) Kalibrasi model; kalibrasi adalah mencocokkan moden dengan kondisi yang
nyata. Kalibrasi model akan mudah dilakukan apabila struktur dari model
sudah pernah dicoba pada berbagai kesempatan, tetapi apabila model tersebut
baru maka proses kalibrasi tidak mudah dilakukan dan untuk dapat
melakukannya harus melalui simulasi.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/doc/39401189/ANALISA-KEPUTUSAN
https://bukumanajemensite.wordpress.com/2017/08/21/
ttps://www.coursehero.com/file/67037998/1ANALISA-KEPUTUSANppt

Anda mungkin juga menyukai