Anda di halaman 1dari 11

ETIKA BISNIS DAN PROFESI

RINGKASAN MATERI
(Etika dalam Manajerial Akuntansi)

KELAS MAKSI 24 B (MAK 309)


OLEH :
KELOMPOK I

NI KOMANG CAHYANI PURNANINGSIH 1981611051 (20)


NI MADE FIKIYAYA ANJANI DEWANTARI 1981611055 (24)
NI PUTU WINA PURNAMA DEWI 1981611058 (27)
A.A. SAGUNG NUR ANDIANI 1981611059 (28)
NI WAYAN LIA APRIANI 1981611062 (31)

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2020
I. PENDAHULUAN
Etika dalam dunia usaha atau etika dalam praktik bisnis, tentunya tidak
terlepas dari perilaku pelaku-pelaku dalam dunia bisnis itu sendiri, yaitu pelaku
ekonomi dan bisnis, pemerintah dan masyarakat dalam dunia usaha. Saat ini dunia
bisnis sudah sangat berkembang di Indonesia. Perkembangan yang signifikan ini
menyebabkan terjadinya persaingan bisnis di sana sini. Bahkan dunia bisnis tidak
lagi mengenal adanya batas antara negara. Jarak dan batas tidak lagi menjadi
penghalang bagi jalannya bisnis karena adanya teknologi yang mendukung
berjalannya proses bisnis itu sendiri. Berkembangnya bisnis ini, semakin
menuntut tentang praktik bisnis yang baik dan etis. Meskipun demikian, tidak
sedikit pelaku bisnis seperti yang telah disebutkan di atas melakukan dan
menghalalkan berbagai cara agar berhasil dalam menjalankan bisnisnya meskipun
mungkin apa yang mereka lakukan memiliki unsur non etis. Perkembangan
teknologi yang cepat itu juga berpengaruh pada masalah etika bisnis. Masalah
etika bisnis tidak hanya menjadi bahan pembicaraan di negara-negara sedang
berkembang seperti Indonesia, tetapi juga di negara-negara maju.
Seorang akuntan manajemen atau akuntan keuangan bekerja pada sebuah
perusahaan tertentu, baik sebagai kepala keuangan atau controller. Akuntan
manajemen dapat beroperasi sebagai manajer keuangan, akuntan, atau auditor
internal, tergantung pada posisi mereka di perusahaan sesuai ukuran dan sifat
organisasi. Akuntan yang bekerja untuk sebuah perusahaan memiliki banyak
kewajiban sebagaimana akuntan lain, tapi hubungan mereka terhadap perusahaan
memberi mereka seperangkat tanggung jawab yang berbeda dari auditor. The
Independence Standards Board (ISB) memberikan gambaran tanggung jawab
manajemen internal, termasuk akuntan manajemen internal, dibandingkan dengan
auditor dari luar manajemen bertanggung jawab atas laporan keuangan, dan
bertanggung jawab terhadap pilihan dan penilaian yang melekat dalam
penyusunan laporan keuangan yang tidak dapat didelegasikan kepada auditor atau
kepada orang lain. Apapun layanan yang disediakan, auditor harus memahami
tingkat keahlian manajemen dan harus yakin bahwa manajemen telah mengambil
tanggung jawab atas asumsi dan penilaian yang dibuat selama bekerja, dan hasil
yang dihasilkan.

1
Standar Perilaku Etis Praktisi Akuntansi Manajemen dan Manajemen
Keuangan, yang merupakan Kode Etik Lembaga Akuntan Manajemen,
mendefinisikan ruang lingkup kewajibannya yaitu sebagai praktisi akuntansi
manajemen dan manajemen keuangan memiliki kewajiban untuk publik, profesi,
organisasi yang mereka layani, dan diri mereka sendiri, mempertahankan standar
tertinggi perilaku etis. Dalam pengakuan kewajiban ini, Institut Akuntan
Manajemen telah diundangkan standar berikut etika untuk praktisi akuntansi
manajemen dan manajemen keuangan. Kepatuhan terhadap standar ini secara
internasional tidak terpisahkan untuk mencapai tujuan akuntansi manajemen.
a) Kompetensi
Akuntan manajemen memiliki tanggung jawab untuk mempertahankan tingkat
yang sesuai kompetensi profesional oleh pembangunan berkelanjutan
pengetahuan dan keterampilan mereka; melaksanakan tugas profesional
mereka sesuai dengan hukum, peraturan dan standar teknis dan menyiapkan
laporan yang lengkap dan jelas berdasarkan analisis yang tepat dari informasi
yang relevan dan dapat diandalkan
b) Kerahasiaan
Akuntan manajemen memiliki tanggung jawab untuk tidak mengungkapkan
informasi rahasia yang diperoleh dalam perjalanan pekerjaan mereka kecuali
bila diizinkan, kecuali hukum diharuskan untuk melakukannya.
c) Integritas
Akuntan manajemen memiliki tanggung jawab untuk menghindari konflik
kepentingan yang nyata atau jelas dan menyarankan semua pihak dari setiap
potensi konflik, menahan diri dari aktivitas apapun cenderung mengganggu
kemampuan mereka untuk melakukan tugas mereka secara etis; menolak
hadiah, bantuan, yang dapat mempengaruhi atau tampaknya mempengaruhi
tindakan mereka; dan menahan diri dari setiap tindakan atau mendukung
aktivitas apapun yang akan mendiskreditkan profesi.
d) Obyektivitas
Akuntan manajemen memiliki tanggung jawab untuk mengkomunikasikan
informasi yang akurat dan obyektif serta sepenuhnya mengungkapkan semua
informasi yang relevan yang cukup dapat diharapkan mempengaruhi

2
pemahaman yang dimaksudkan laporan pengguna, pengamatan dan
rekomendasi.
Kewajiban pertama akuntan manajemen, yaitu membantu dalam
representasi yang akurat terhadap gambaran keuangan perusahaan, termasuk aset
dan kewajiban, atau untuk menyajikan saran yang dapat diandalkan berdasarkan
gambaran tersebut. Sebagai contoh Pejabat Gateway melakukan memanipulasi
laba. Securities and Exchange Commission (SEC) melaporkan tiga mantan
eksekutif Gateway melebih-lebihkan pendapatan sebesar $70 juta dengan
memasukkan pendapatan sebagai bagian dari kesepakatan dengan AOL. Mantan
eksekutif perusahaan komputer, CEO Jeffrey Weitzen, CEO John Todd, dan
controller Robert D. Manza diduga terlibat dalam skema manipulasi pendapatan
tahun 2000. Gateway, yang menerima $ 219,45 dari AOL untuk setiap konsumen
yang menggunakan software AOL pre-loaded diinstal pada komputer Gateway,
mulai memasukkan pendapatan ketika PC sedang dikirim, daripada ketika
konsumen benar-benar mendaftar untuk AOL, meskipun banyak konsumen tidak
benar-benar mendaftar untuk AOL.
Hal ini jelas mengapa para eksekutif perusahaan bertindak seperti
Gateway. Jika mereka memiliki triwulanan keuntungan yang dipertahankan dalam
laporan laba, nilai saham perusahaan naik, dewan direksi senang, bank cenderung
lebih memberikan pinjaman, calon investor potensial tertarik pada perusahaan.
Terakhir, laporan yang menguntungkan memiliki efek positif terhadap bonus
akhir tahun. Namun, jika gambaran ini ada distorsi yang disengaja, bukankah
menciptakan gambaran yang merupakan perilaku yang tidak etis? Jelas, tidak adil
bagi calon investor, pemegang saham, dan anggota dewan direksi yang perlu
membuat keputusan tentang perusahaan dan berhak untuk mengetahui kondisi
keuangan yang benar. Jika laporan tersebut dimaksudkan untuk menarik pasar
saham, jelas, ada konflik kepentingan antara kepentingan akuntan manajemen
dengan kepentingan orang lain, termasuk CEO. Ketika kita meneliti persyaratan
standar etika yang mesti lakukan, kita melihat bahwa fungsi dasar dari akuntan
tidak berubah dari auditor untuk akuntan manajerial. Oleh karena itu, akuntan
memiliki tanggung jawab kepada perusahaan dan pemangku kepentingan yang
harus mengesampingkan tanggung jawab untuk melakukan apa yang CEO minta.

3
II. ALASAN YANG DIGUNAKAN UNTUK MEMBENARKAN
PERILAKU TIDAK ETIS
Sebuah artikel Saul W. Gellerman memberikan empat rasionalisasi yang
manajer gunakan untuk membenarkan perilaku yang dicurigai. Akuntan
manajemen dapat menggunakan rasionalisasi ini sebagai panduan untuk
memperingatkan terhadap kekeliruan laporan keuangan.
a) Perilaku saya tidak benar benar ilegal atau tidak bermoral
Alasan pertama diberikan untuk perilaku yang tidak etis adalah kepercayaan
bahwa aktivitas yang dilakukan dalam batas-batas etika dan hukum yang
wajar yang berarti, bahwa ini tidak benar benar ilegal atau tidak bermoral.
b) Tindakan berada dalam kepentingan terbaik perusahaan
Alasan kedua untuk membenarkan perilaku tidak etis, menurut Gellerman,
adalah sebuah kepercayaan bahwa aktivitas ada di dalam kepentingan
terbaik seorang individu atau perusahaan dimana bahwa individu entah
bagaimana akan diharapkan melakukan aktivitas tersebut.
c) Tidak ada satupun yang akan menemukan atau menyelidiki
Alasan ketiga untuk membenarkan aktivitas tidak etis, menurut gellerman,
adalah kepercayaan bahwa aktivitas adalah aman karena itu tidak akan
pernah ditemukan atau dipublikasikan, isu kejahatan dan hukuman klasik
dari penemuan.
d) Perusahaan akan melindungi saya
Alasan terakhir, menurut Gellerman, untuk pilihan etika yang buruk adalah
“sebuah kepercayaan bahwa karena aktivitas menolong perusahaan,
perusahaan akan memaafkannya dan bahkan melindungi orang yang terlibat
di dalamnya.” Keyakinan bahwa perusahaan akan melindungi karyawan
yang melakukan aktivitas yang dapat disangsikan tergantung pada integritas
pemimpin perusahaan.
Dalam The Sherlocks of Finance, sebuah artikel Bisnis, Daniel McGinn
mencatat bahwa akuntan forensik Howard Schilit menemukan bahwa perusahaan
seperti United Health Care, 3M, dan Oxford Health Plan. McGinn menjelaskan
kebijakan seperti window dressing yang menjelaskan keuntungan. Dia tidak

4
melakukan penipuan. Sesungguhnya teknik akuntansi ini menyoroti apa yang
diperbolehkan berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP).
Charles DiLullo, seorang akuntan dan profesor akuntansi di The American
College di Bryn Mawr, Pennsylvania, mengidentifikasi delapan cara
memanipulasi laporan keuangan yakni pengakuan pendapatan lebih awal dari
yang mereka harus akui, pengakuan pendapatan dipertanyakan, pengakuan
pendapatan yang salah, pengakuan pelepasan aset atau investasi keuntungan baik
sebagai pengurangan biaya operasi atau kenaikan pendapatan usaha, pengakuan
biaya operasional saat ini sebagaimana berlaku untuk beberapa periode
sebelumnya atau ditangguhkan untuk beberapa periode mendatang, kegagalan
mengenali atau pengurangan kewajiban dalam tahun berjalan, pengakuan
pendapatan saat ini sebagaimana ditangguhkan untuk beberapa periode mendatang,
dan pengakuan biaya masa depan sebagai beban usaha saat ini. Sebagai contoh,
Enron menggunakan taktik yang sekarang terkenal dalam menciptakan entitas
tujuan khusus untuk menyembunyikan kerugian. Ada dua hal yang salah dengan
perilaku semacam ini. Pertama, bertindak tidak etis mungkin bukan untuk
kepentingan jangka panjang perusahaan. Kedua, perilaku seperti menggunakan
orang lain untuk mengakhiri perusahaan itu sendiri; dalam banyak kasus, itu
benar-benar menyakitkan orang lain.

III. WHISTLE-BLOWING
Standar perilaku etis bagi praktisi manajemen akuntansi dan manajemen
keuangan menawarkan saran ketika praktisi tersebut dihadapkan dengan masalah
etika yang signifikan, praktisi manajemen akuntansi dan manajemen keuangan
harus mengikuti kebijakan yang telah ditetapkan dari organisasi untuk
penanganan konflik tersebut. Namun apabila kebijakan ini tidak menyelesaikan
konflik etika, praktisi tersebut harus mempertimbangkan beberapa tindakan antara
lain :
1) Mendiskusikan masalah tersebut dengan atasan langsung kecuali ketika
muncul masalah dan atasan tersebut juga terlibat ambil andil didalam
masalah tersebut, maka masalah itu harus dijelaskan pertama kepada tingkat
manajerial yang lebih tinggi. Jika penyelesaian yang memuaskan tidak dapat

5
dicapai ketika masalah disampaikan dengan menyerahkan masalah ini ke
tingkat manajerial yang lebih tinggi maka komunikasikan hal tersebut
dengan pihak lain yang dianggap tepat dapat menyelesaikan masalah tetapi
berasal dari luar organisasi (pihak independen).
2) Memperjelas masalah etika yang relevan dengan berdiskusi dengan
penasihat organisasi (misalnya, layanan Konseling Etika dengan IMA)
untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dari kemungkinan program
tindakan.
3) Berkonsultasikan dengan pengacara Anda sendiri membahas kewajiban
hukum dan hak yang menyangkut dengan konflik etika.
4) Jika konflik etika masih muncul setelah dilakukan kajian internal ke semua
tingkat manajemen, mungkin tidak ada jalan lain untuk menyelesaikan
masalah yang signifikan ini selain mengundurkan diri dari organisasi dan
menyerahkan memorandum yang informatif ini kepada perwakilan yang
tepat dari organisasi tersebut.
Dalam konteks etika bisnis, whistle-blowing merupakan praktik di mana
karyawan mengetahui bahwa perusahaan mereka atau rekannya terlibat dalam
kegiatan ilegal, yang menyebabkan bahaya untuk perusahaan, melanggar hak
asasi manusia, bertentangan dengan tujuan yang didefinisikan dalam lembaga atau
profesi, atau dinyatakan tidak bermoral.
Tidak hanya orang ragu untuk melakukan whistle-blowing, oleh karena itu,
mereka juga berpikir salah. Perhatikan bahwa dalam olahraga, dari mana kata itu
berasal, whistle-blowing merupakan fungsi wasit netral yang seharusnya
mendeteksi dan menghukum perilaku terlarang pemain dari kedua tim. Dalam tim
olahraga yang kompetitif, ini tidak diterima atau tidak etis bagi seorang pemain
untuk menyatakan pelanggaran terhadap rekan satu tim. Dengan demikian,
whistle-blowing dipandang sebagai tindakan tidak setia, dan ada anggapan
menentangnya. Jika analogi ini dipegang, apa yang tidak dapat diterima dalam
olahraga juga tidak dapat diterima dalam bisnis whistle-blowing dianggap salah.
Namun ada kalanya whistle-blowing bisa diterima. Ada kewajiban etis bagi
manusia untuk mencegah bahaya dalam keadaan tertentu. Jika satu-satunya cara
untuk mencegah bahaya yang terjadi pada perusahaan adalah dengan cara ini,

6
maka whistle-blowing menjadi kewajiban. Kewajiban untuk mencegah
permasalahan publik atas kewajiban loyalitas profesi orang atau perusahaan.
Whistle-blowing adalah sebuah kewajiban ketika itu didasarkan pada kondisi
berikut:
 Motivasi yang tepat.
Whistle-blowing sebaiknya dilakukan dari motif moral yang tepat – bukan
atas keinginan untuk maju, misalnya, atau karena dendam dan ingin
menjatuhkan orang lain. Sayangnya, orang-orang bisnis sering melakukan
ini pada orang lain hanya karena mereka berpikir orang lain telah
mengalahkan mereka beberapa bisnis. Motivasi cara ini dianggap tindakan
ilegal atau tidak bermoral.
 Bukti yang tepat.
Whistle-blower harus meyakinkan bahwa tindakan yang tidak pantas terjadi
didasarkan pada bukti yang tepat dan yang memang nyata ada.
 Analisis yang tepat.
Whistle-blower harus dilakukan setelah analisis yang cermat dilakukan.
Pertanyaan yang diajukan meliputi berikut ini:
- Seberapa serius pelanggaran moral? (Masalah moral minor tidak perlu
dilaporkan.)
- Apakah pelanggaran moral dapat ditentukan? (Klaim umum tentang
seorang supervisor rakus, bonus tidak wajar, dan tindakan yang
bertentangan dengan kepentingan umum tidak dilakukan)
 Penyaluran yang tepat.
Tindakan whistle-blower itu harus sepadan dengan tanggung jawab
menghindari atau mengekspos pelanggaran moral. Jika ada personil di
perusahaan yang kewajibannya adalah memantau dan menilai kegiatan tidak
bermoral dan/atau kegiatan ilegal, itu adalah tanggung jawab mereka untuk
mengatasi masalah itu. Dengan demikian, kewajiban utama dari whistle-
blower adalah melaporkan kegiatan yang tidak etis dari personil mereka.
Dalam dunia bisnis, di mana perusahaan dan rekan-rekan praktisi dilihat
sebagai sebuah tim, loyalitas diharapkan dan dihargai. Meninggalkan tim berlaku
sebagai pemisah bagi seorang whistle-blower dan dianggap sebagai

7
pengkhianatan dan menyebabkan tindakan hukuman whistle-blowing, oleh karena
itu, diperlukan moral kepahlawanan. Ini tidak akan mudah, dan akibatnya bisa
mengerikan. Namun demikian mengingat bahwa masyarakat tergatung pada
whistle-blower untuk melindunginya dari orang-orang licik yang tidak bermoral,
ini terkadang dibutuhkan.
Sherron Watkins, wakil presiden pengembangan perusahaan di Enron,
mengirim surat kepada Kenneth Lay, pimpinan Enron, pada Agustus 2001,
mempertanyakan aktivitas keuangan Enron dan pelaporan perilaku. Dengan
memperingatkan bahwa praktik akuntansi yang tidak benar menghancurkan
perusahaan, Watkins muncul sebagai pahlawan dalam bencana Enron. Kasus
lainnya yaitu yang terjadi pada Jeffrey Wigand adalah seorang Whistle Blower
yang sangat terkenal di Amerika Serikat sebagai pengungkap sekandal perusahaan
The Big Tobbacoh. Perusahaan ini tahu bahwa rokok adalah produk yang
gaddictiveh dan perusahaan ini menambahkan bahan gcarcinogenich di dalam
ramuan rokok tersebut. Kita tahu bahwa gcarcinogenic adalah bahan berbahaya
yang dapat menimbulkan kanker. Yang perlu diingat bahwa Whistle Blower tidak
hanya pekerja atau karyawan dalam bisnis melainkan juga anggota di dalam suatu
institusi pemerintahan.
Di Indonesia, salah satu contoh kasus mengenai whistle blower adalah
ketika maraknya pemberitaan mengenai Agus Condro, mantan anggota DPR RI.
Agus condro mengungkapkan kepada publik bahwa dia dan beberapa koleganya
menerima cek perjalanan suap dalam pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank
Indonesia tahun 2000an awal. Pengakuan Agus inilah yang membedakan sikap
dirinya dengan koleganya yang memilih bungkam, meski pada akhirnya divonis
bersalah oleh pengadilan. Menjadi seorang whistle blower kadang bisa menjadi
sebuah ancaman. Karena bagi kalangan tertentu, memandang whistle blower
adalah seorang pengkhianat karena membocorkan atau melaporkan masalah
internal dalam suatu perusahaan atau organisasi. Tapi bagi masyarakat atau orang
yang diluar perusahaan tersebut menganggap whistle blower adalah seorang
pahlawan karena telah melaporkan hal yang mungkin dapat merugikan
masyarakat luas.

8
Para profesional harus menerima bahwa menegakkan standar profesi
mereka mungkin memerlukan mereka untuk melakukan whistle-blowing. Akuntan
memiliki tanggung jawab kepercayaan kewajiban etis untuk melaporkan kegiatan
ilegal atau aktivitas yang berpotensi untuk membahayakan. Kewajiban ini timbul
dari status akuntan sebagai seorang profesional dan dari tugas manusia untuk
mencegah bahaya pada kondisi kebutuhan, kedekatan, kemampuan, dan pilihan
terakhir. Jika para akuntan adalah benar-benar para profesional, ada saat di mana
mereka akan diwajibkan menjadi wishtler-blower sesulit apapun keadannya.

IV. ETIKA DALAM PRAKTIK AKUNTANSI MANAJEMEN


Akuntan manajemen memiliki peranan penting dalam menunjang
tercapainya tujuan perusahaan, dimana tujuan tersebut harus dicapai melalui cara
yang legal dan etis, maka para akuntan harus memiliki sifat yang jujur, terpercaya
dan etis. Tanggung jawab yang dimiliki oleh seorang akuntan manajemen lebih
luas dibandingkan akuntan keuangan, di antaranya:
1. Perencanaan
Akuntan manajemen menyusun dan berpartisipasi dalam pengembangan
sistem perencanan serta menyusun cara-cara yang tepat digunakan dalam
memonitor arah kemajuan dalam pencapaian sasaran yang diharapkan.
2. Pengevaluasian
Akuntan manajemen mempertimbangkan implikasi-implikasi dan
membantu memilih cara terbaik dalam bertindak.
3. Pengendalian
Akuntan manajemen melakukan integritas terhadap informasi finansial yang
berhubungan dengan aktivitas organisasi serta mengadakan tindakan koreksi,
monitoring, dan mengukur prestasi setiap kegiatan agar hasilnya sesuai yang
diharapkan.
4. Menjamin Pertanggungjawaban Sumber
Suatu sistem pelaporan harus disesuaikan dengan pusat-pusat
pertanggungjawaban dalam suatu organisasi sehingga hasil dari laporan
tersebut dapat memberikan kontribusi pada penggunaan sumber daya dan
pengukuran prestasi manajemen.

9
5. Pelaporan Internal
Akuntan manajemen berpartipasi dalam proses mengembangan prinsip
akuntansi yang mendasari pelaporan eksternal perusahaan.
A. Etika Profesional Akuntansi Manajemen
Dalam menjalankan perekonomian kita dituntut memegang dasar etika
profesional dalam akuntan manajemen, di mana terdapat peraturan dan
perundang-undangan yang baru. Membentuk etika dalam perusahaan harus
dilandasi dengan kejujuran dan berbasis kepercayaan. Kejujuran perusahaan, yang
diwujudkan dalam merek dan reputasi serta meningkatkan kepercayaan pelanggan
pada karyawan dan investor.
Ikatan Akuntan Manajemen (Institute of Management Accountant – IMA) di
Amerika Serikat telah mengembangkan kode etik yang disebut Standar Kode Etik
untuk Praktisi Akuntan Manajemen dan Manajemen Keuangan (Standards of
Ethical Conduct for Practitioners of Management Accounting and Financial
Management).
B. Kode Etik pada Tingkat Internasional
Panduan untuk akuntan profesional (Guideline on Ethics Four Professional
Accountants) dikeluarkan pada bulan juli 1990 oleh International Federation of
Accountant (IFAC). Aturan itu mengatur aktivitas seluruh akuntan professional
seluruh dunia, tanpa memperhatikan apakah mereka berpraktik sebagai akuntan
independen, akuntan pemerintah atau sebagai akuntan internal.
Akuntan Manajemen yang Bersertifikat memiliki kualifiasi tertentu dan
lolos dalam ujian professional memiliki hak untu menyandang gelar Akuntan
Manajemen Bersertifikat (Certified Management Accountant – CMA). Para CMA
memiliki tanggung jawab dan kompensasi yang tinggi dari mereka yang tidak
memiliki gelar, serta penyandang CMA dapat mengakses informasi di Institute of
Management Accountant (IMA).

10

Anda mungkin juga menyukai