Anda di halaman 1dari 5

1.

SIFAT SIKAP

Sebuah sikap adalah sesuatu yang dapat diamati mengenai kecenderungan yang
stabil untuk bereaksi pada diri sendiri, orang lain, obyek-obyek, atau masalah
dengan cara menyenangkan atau tidak menyenangkan secara konsisten. Oleh karena
sifat merupakan kecenderungan, semakin senang seseorang atas sebuah produk atau
jasa, maka semakin mungkin produk atau jasa tersebut akan dibeli.

Hubungan antara sifat dan perilaku


Hubungan antara sikap dan perilaku bukan merupakan hubungan langsung,
meskipun mungin terdapat kaitan yang erat diantara keduanya. Beberapa faktor yang
berpengaruh pada penerapan riset sikap:
a. Sikap-sikap spesifik merupakan pemrediksi perilaku yang lebih baik
daripada sikap umum.
b. Sikap yang kuat merupakan pemrediksi perilaku yang lebih baik daripada
sikap lemah yang terbentuk dari intensitas yang kecil atau ketertarikan pada
topik tertentu.
c. Pengalaman langsung dengan obyek sikap menghasilkan perilaku yang
lebih dapat dihandalkan.
d. Sikap berdasar kognitif mempengaruhi perilaku lebih baik dibandingkan
sikap berdasarkan afektif.
e. Sikap berdasar afektif seringkali merupakan pemrediksi perilaku konsumsi
yang lebih baik.

Pengambilan skala sikap


Pengambilan skala sikap merupakan proses penilaian kecenderungan sikap
menggunakan sebuah bilangan yang mewakili skor seseorang dalam rangkaian sikap,
dari sangat menyenangkan hingga sangat tidak menyenangkan.

2. MEMILIH SKALA PENGUKURAN

Dalam memilih dan membangun sebuah skala pengukuran, harus


mempertimbangkan beberapa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kehandalan,
keabsahan, dan kepraktisan skala, yaitu:
a. Tujuan riset
Dua tujuan umum pengambilan skala, yaitu untuk mengukur karakteristik
partisipan yang berpartisipasi dalam kajian, dan untuk menggunakan partisipan
sebagai juri atas obyek-obyek atau indikasi yang diberikan kepada mereka.
b. Jenis tanggapan
Skala pengukuran dibagi menjadi empat jenis umum, yaitu rating, ranking,
kategorisasi, dan sorting. Skala rating digunakan ketika pastisipan memberikan
skor sebuah obyek memperbandingkan dengan obyek lain. Skala ranking
meminta partisipan untuk membuat perbandingan dan menentukan urutan
diantara dua atau lebih obyek. Kategorisasi meminta partisipan untuk
menempatkan diri mereka sendiri atau indikasi sifat ke dalam kelompok-
kelompok. Sedangkan sorting meminta partisipan memilah kartu-kartu ke
dalam tumpukan menggunakan kriteria yang ditetapkan oleh periset.
c. Sifat-sifat data
Klasifikasi skala berdasarkan peningkatan kemampuan skala yaitu skala
nominal, ordinal, interval, dan rasio. Skala nominal mengelompokkan data ke
dalam kategori-kategori tanpa memperhatikan urutan, jarak, atau asal mula
yang unik. Data ordinal menunjukkan hubungan lebih dari atau kurang dari
tanpa memperhatikan urutan, jarak, atau asal mula yang unik. Data interval
menunjukkan urutan maupun jarak, tetapi tidak memperhatikan asal mula yang
unik. Sedangkan skala rasio menunjukkan empat fitur yang ada tersebut.
d. Banyaknya dimensi
Dalam skala dimensi tunggal, dicari satu dimensi untuk mengukur sebuah
atribut dari partisipan atau obyek. Sedangkan dalam skala multi dimensi, sebuah
obyek bisa digambarkan dengan lebih baik jika menggunakan beberapa dimensi
dibandingkan dimensi tunggal.
e. Seimbang atau tidak seimbang
Skala rating seimbang mempunyai jumlah kategori yang sama di atas dan di
bawah titik tengah. Sedangkan skala rating tak seimbang mempunyai jumlah
tanggapan menyenangkan dan tidak menyenangkan yang tidak sama banyak.
f. Pilihan terpaksa atau pilihan bebas
Skala rating pilihan bebas memungkinkan partisipan untuk tidak berpendapat
apabila mereka tidak mampu membuat sebuah pilihan diantara alternatif yang

1
ditawarkan. Sedangkan skala rating pilihan terpaksa mengharuskan partisipan
memilih satu dari alternatif-alternatif yang ditawarkan.
g. Banyaknya titik skala
Sebuah skala harus sesuai dengan tujuannya. Agar sebuah skala berguna, maka
skala tersebut harus sesuai dengan stimulus yang ada dan dapat menyaring
informasi yang proporsional dengan kompleksitas obyek sikap, konsep, dan
konstruk.
h. Eror penilai
Eror kecenderungan terpusat timbul saat penilai enggan memberikan penilaian
ekstrim. Sedangkan eror kelonggaran timbul saat penilai tidak mengenal obyek
atau sifat yang dinilai.

3. SKALA RATING

a. Skala sikap sederhana


Skala kategori sederhana (dikotomi) menawarkan dua pilihan yang harus dipilih
salah satunya. Strategi tanggapan ini berguna untuk pertanyaan-pertanyaan
demografis atau jika tanggapan dikotomi dinilai memadai. Apabila terdapat
banyak pilihan tetapi hanya satu jawaban yang diperlukan, maka skala pilihan-
ganda, tanggapan-tunggal lebih tepat digunakan. Skala pilihan-ganda-
tanggapan-ganda (daftar periksa) memungkinkan penilai memilih satu atau
beberapa alternatif.
b. Skala likert
Skala ini terdiri dari pernyataan yang menyatakan sikap menyenangkan maupun
tidak menyenangkan atas obyek yang diamati. Partisipan diminta untuk
menyetujui atau tidak menyetujui setiap pernyataan. Setiap tanggapan diberi
skor numerik yang mencerminkan tingkat kesukaan, dan skor-skor ini dapat
dijumlah untuk mengukur sikap partisipan secara keseluruhan.
c. Skala diferensial semantik
Skala ini mengukur makna psikologis menggunakan kata sifat bipolar. Periset
biasanya menggunakan skala ini untuk meneliti merek dan citra lembaga.
d. Skala daftar rating numerik atau ganda
Skala numerik mempunyai interval yang sama yang memisahkan titik-titik
skala numeriknya. Skala ini biasanya merupakan skala 5 titik tetapi dapat juga

2
7 atau 10 titik. Sedangkan skala daftar rating ganda serupa dengan skala
numerik tetapi berbeda dalam dua hal, yaitu skala ini menerima tanggapan
melingkar, dan tata letaknya memberikan visualisasi hasil-hasilnya.
e. Skala stapel
Skala ini digunakan sebagai alternatif diferensial semantik apabila sulit
menemukan kata-kata sifat bipolar yang sesuai dengan pertanyaan investigatif.
f. Skala jumlah-konstan
Dengan skala ini, partisipan mengalokasikan angka-angka pada lebih dari satu
atribut atau indikasi sifat, sehingga jumlahnya konstan, biasanya 100 atau 10.
g. Skala rating grafik
Dalam skala ini, partisipan diminta untuk menandai tanggapan mereka di
sembarang titik di sepanjang sebuah garis tak terputus. Biasanya skor diukur
dari panjang titik yang ditandai ke salah satu ujungnya.

4. SKALA RANKING

Dalam skala ranking, partisipan membandingkan dua obyek atau lebih secara
langsung, dan membuat pilihan diantara obyek-obyek tersebut. Skala ini seringkali
menghasilkan keadaan yang sulit jika terdapat lebih dari dua pilihan. Dengan
menggunakan skala perbandingan-pasangan, partisipan dapat menyatakan sikap
tidak mendua, yaitu dengan memilih diantara dua obyek. Sedangkan skala ranking
terpaksa merupakan metode yang lebih cepat daripada perbandingan-pasangan dan
biasanya juga lebih mudah serta memberi motivasi kepada partisipan. Tetapi
kekurangannya adalah jumlah stimuli yang dapat ditangani. Lima obyek dapat
dibuat ranking dengan mudah, tetapi pastisipan mungkin saja membuat ranking
sembarangan apabila terdapat 10 alternatif atau lebih.

5. PENYORTIRAN

Metode ini meminta partisipan memilah kartu-kartu ke dalam tumpukan


menggunakan kriteria yang ditetapkan oleh periset. Tujuan penyortiran adalah untuk
memperoleh gambaran konseptual atas obyek sikap yang disortir serta
membandingkan hubungannya diantara orang-orang. Dalam kasus penyortiran
terstruktur, distribusi kartu yang diperbolehkan di setiap tumpukan ditetapkan
sebelumnya. Sedangkan dalam penyortiran tidak terstruktur, hanya jumlah

3
tumpukan yang ditentukan sebelumnya. Meskipun distribusi kartu dalam sebagian
besar penyortiran terstruktur menyerupai distribusi normal, akan tetapi terdapat
beberapa kontroversi mengenai analisis data apakah data tersebut dianggap sebagai
ranking (data ordinal) ataukah data interval.

6. SKALA KUMULATIF

Skor total dalam skala kumulatif mempunyai arti sama. Skala yang memelopori
skala jenis ini adalah skalogram. Analisis skalogram merupakan sebuah prosedur
untuk menentukan apakah sekumpulan item-item membentuk skala dimensi tunggal.
Sebuah skala dikatakan berdimensi tunggal jika tanggapan-tanggapannya
membentuk sebuah pola di mana pengabsahan item yang menunjukkan posisi
ekstrim berakibat pengabsahan sebuah item yang kurang ekstrim. Skalogram dan
prosedur serupa untuk menemukan struktur yang mendasar berguna untuk menilai
sikap-sikap dan perilaku yang sangat terstruktur, seperti jarak sosial, hierarki
organisasi, dan tahapan produk evolusioner.

Anda mungkin juga menyukai