13.1 TINJAUAN
Tujuan dalam bab ini yaitu untuk mereview dua teori regulasi. Yang pertama yaitu
mengenai peraturan ketertarikan publik yang mengambil pandangan bahwa aturan harus
dapat memaksimalkan kesejahteraan sosial, yang kedua adalah teori aturan kelompok yang
menyatakan bahwa individu-individu seharusnya membentuk koalisi atau pengguna untuk
melindungi dan mempromosikan ketertarikan mereka dengan cara melakukan loby kepada
pemerintahan. Koalisi-koalisi ini dipandang sedang berada dalam konflik antara satu sama
lain untuk menghasilkan keuntungan bagi masing-masing. Tujuan kedua dalam hal ini
adalah untuk mempelajari proses pembentukan standar. Selain itu juga akan dibahas bahwa
proses-proses ini sebagian besar konsisten dengan teori regulasi kelompok. Dan tujuan
ketiga yaitu untuk mempertimbangkan kriteria yang dibutuhkan oleh para pembentuk
standar sehingga standar yang mereka buat bisa diterima dengan baik.
Kondisi dimana suatu standar baru berhasil adalah ketika standar tersebut merupakan
suatu keputusan yang berguna. Teori pengambilan keputusan rasional investor bisa
digunakan untuk memprediksi kegunaan. Penggabungan nilai saat ini ke laporan keuangan
akan meningkatkan kegunaan investor keputusan yang sejauh ini mempererat hubungan
antara kinerja saat ini dan masa depan.
Decision usefulness mungkin kriteria standar yang diperlukan untuk sukses, namun
tidak cukup untuk memastikan suatu keberhasilan. Karena karakteristik publik tertentu pada
suatu informasi akuntansi, kita tidak bisa memastikan bahwa standar yang telah digunakan
adalah keputusan yang terbaik bagi masyarakat. Investor bisa saja menggunakan informasi
akuntansi secara berlebihan karena investor tidak membayar secara langsung informasi
akuntansi tersebut. Adanya sebuah standard bisa tampak berguna, namun masyarakat akan
menjadikannya lebih buruk karena biaya produksi informasi tersebut tidak diperhitungkan
Salah satu konsekuensi dari standar baru adalah biaya yang dikenakan pada
perusahaan dan manajer untuk memenuhi/menyetujui standar tersebut. Hal ini terjadi diluar
biaya kantong (out of pocket cost) yang menghasilkan informasi baru. Pengurangan
kebebasan manager memilih kebijakam akuntansi yang berbeda sering berhasil apabila
standar baru diimplementasikan yang merupakan sumber konsekuensi ekonomi. Penentu
standar hendaknya membobot kemungkinan konsekuensi ekonomi dari standar-standar baru
yang penting yang akan mempengaruhi kebutuhan standard dan kemauan konstituen untuk
menerimanya. Konsekuensi ekonomi dari standar baru akan ditekankan selama perdebatan
masih ada dalam menuju suatu standar
13.5.4 Consensus
Dalam hal ini, jika penyusun standar mengikuti teori dari public interest theory, maka
batas optimal secara sosial dari pengaturan standar akan memberikan adanya penurunan
kualitas laba, sehingga hal tersebut dapat membatasi kemampuan manajer untuk
mendapatkan kompensasi dari yang diperlukan untuk mencapai utilitas reservasi. Jika
akuntan dapat mengurangi informasi yang dimiliki oleh pihak internal perusahaan, maka
masalah mengenai kompensasi manajer akan berkurang, namun pengurangan tersebut tidak
dapat secara sempurna dilakukan karena biaya untuk mengeliminasi seluruh informasi
internal tersebut adalah cukup mahal. Peraturan yang optimal adalah berasar dari spesifik
perusahaan, hal tersebut karena adanya perbedaan antara karakteristik perusahaan dan
manajer. Hal tersebut menunjukkan bahwa regulator harus memberikan fleksibilitas dalam
melaporkan suatu kualitas, bukannya menetapkan standar omnimbus pada seluruh
perusahaan.
Pelaporan keuangan di suatu negara dipengaruhi oleh ketentuan institusi yang ada di
negara tersebut. Riset oleh Ball, Kothari, dan Robin (BKR) pada tahun 2000 yang
menunjukkan bahwa di negara-negara common-law (Australia, Kanada, Inggris, AS) standar
akuntansi ditetapkan dalam berbagai tingkatan di sektor privat dan lebih berorientasi kepada
investor, sedangkan di negara-negara code-law (Perancis, Jerman, Jepang) standar akuntansi
pada pokoknya ditetapkan oleh pemerintah, sehingga lebih terpengaruh pada proses politis.
Menurut BKR, ketepatan waktu di negara-negara code-law menjadi tidak terlalu
dibutuhkan dalam menyampaikan informasi (terkait keuntungan dan kerugian besar) ke
pihak luar. Ini disebabkan karena orang dalam akan dapat segera mengetahui informasi
semacam itu. BKR juga memprediksi bahwa pelaporan keuangan akan kurang bersifat
konservatif di negara-negara code-law. Ini menunjukkan bahwa pelaporan keuangan di
negara-negara code-law memiliki kualitas yang lebih rendah dibandingkan negara-negara
common-law. Namun demikian, bukan berarti pelaporan keuangan di bawah code-law lebih
oportunistis, melainkan perbedaan-perbedaan ini mencerminkan perbedaan mendasar pada
institusi, biaya keagenan, dan struktur tata kelola perusahaan.
Selain itu, di negara penganut code-law ini pula, agency cost kontrak antara manajer
dan pemilik perusahaan akan lebih rendah. Recognition lag dievaluasi dengan melihat
keterkaitan antara net income dan economic income. Keterkaitan yang rendah
mengindikasikan recognition lag yang besar antara kemunculan keuntungan atau kerugian
ekonomi dan pengungkapannya dalam laporan keuangan. Hasil empiris menunjukkan bahwa
keterkaitan yang rendah terdapat pada negara-negara penganut code-law, sesuai dengan
prediksi sebelumnya. Hal yang membuat keadaan semakin rumit adalah pemerintah dapat
mempengaruhi pelaporan keuangan. Di beberapa negara, perusahaan-perusahaan diizinkan
atau bahkan didorong untuk menutupi kerugian besar untuk menghindari kebangkrutan yang
dapat membuat malu negaranya.
13.7.3 Enforcement of Accounting Standards
Salah satu alternatif atas konvergensi standar akuntansi adalah dengan mengizinkan
perusahaan yang ada di jurisdiksinya untuk bebas menentukan standar akuntansi mana yang
diadopsi (standar akuntansi domestik atau standar IASB). Contohnya SEC yang
memperbolehkan perusahaan dalam yurisdiksi nya untuk menggunakan US GAAP atau
IASB GAAP.
Dye dan Sunder (2001) berpendapat bahwa salah satu efeknya adalah para penyusun
standar akan saling menurunkan standarnya agar perusahaan-perusahaan mau
menggunakannya. Hal ini dapat meningkatkan risiko estimasi dan potensi pengaturan
pendapatan (earnings management) yang buruk. Namun demikian, hal tersebut bisa ditekan
dengan adanya reaksi investor terhadap perusahaan-perusahaan yang mengadopsi standar
berkualitas rendah. Lebih lanjut, kecenderungan menurunkan standar tidaklah konsisten
dengan tujuan IASB dan FASB yang meliputi penggunaan standar akuntansi berkualitas
tinggi.
Persaingan antara penyusun standar sebenarnya memiliki efek positif, selama masih
dalam skala yang tepat. Ini didasarkan pada pemahaman bahwa suatu penyusun standar yang
tidak menghadapi persaingan akan berusaha memaksimalkan pengaruhnya dengan
memberlakukan lebih banyak standar, hingga pada akhirnya jumlah standar yang berlaku
menjadi lebih banyak dari jumlah optimalnya. Persaingan antara standar setter akan
membantu untuk mengontrol kecenderungan ini karena perusahaan-perusahaan yang
cenderung tidak menyukai suatu standar dapat memilih untuk memakai standar yang lain,
sehingga itu memacu pembuat standard agar tidak kehilangan customer nya. Namun
keadaan seperti ini bukan berarti standar setter mempermudah standar mereka, namun
mereka dapat meyakinkan dengan memberi sinyal terhadap kualitas pelaporan mereka
dengan pengaplikasian yang benar dari perusahaan yang mengadopsinya.
Pasar modal dunia semakin terintegrasi, di mana suatu pasar modal yang bekerja
dengan baik dapat meningkatkan kesejahteraan sosial melalui biaya modal yang lebih
rendah dan peningkatan investasi domestik. Standar pelaporan berkualitas tinggi seperti
yang dikeluarkan IASB berperan dalam mewujudkan pasar modal yang baik.
Namun, pengadopsian dari standar IASB ini sendiri tidak menjaminkan adanya
kualitas yang lebih baik dalam pelaporan, karena perlu ditunjang dengan penegakkan
regulasi yang baik di lingkungannya. Investor harus aware terhadap struktur institusi di
lingkungannya karena akan berdampak pada pelaporan actual. Jika investor yang
berinvestasi di Negara lain yang mengadopsi standar IASB, jika terjadi kerugian karena
kegagalan pelaporan maka mereka cenderung menyalahkan standar tersebut, dibandingkan
menlihat factor dari Negara nya itu sendiri. Maka perlu adanya standar akuntansi yang
terintegrasi walaupun cukup memakan waktu dalam perwujudannya.
13.8 CONCLUSION
Scott, William R. 2009. Financial Accounting Theory. Fifth edition. Pearson Prentice Hall.
Canada.