KOMPENSASI MANAJEMEN
A. Pendahuluan
Setiap organisasi memiliki cita-cita. Suatu peranan penting dari system pengendalian
manajemen adalah untuk memotivasi para anggota organisasi untuk mencapai citacita tersebut.
Manajer biasanya melakukan usaha yang lebih besar untuk aktivitas-aktivitas yang dihargai dan
lebih sedikit untuk aktivitas-aktivitas yang tidak dihargai. Ada banyak contoh mengenai sistem
kompensasi yang tidak menghargai perilaku yang mengarah pada cita-cita organisasi atau yang
meng- hargai perilaku yang berlawanan dengan cita-cita tersebut.
2. Carryovers
Pada metode ini, pembayaran bonus ditetapkan pada kebijakan manajemen (komite
dewan direksi) setiap tahun. Metode ini lebih fleksibel, karena pembayaran tidak ditentukan
secara otomatis oleh formula.dan dewan direksi dapat melakukan penilaian, namun
kekurangannya adalah bonus kurang berhubungan langsung dengan prestasi sekarang ini.
3. Kompensasi Ditunda (Deferred Compensation)
Meskipun jumlah bonus dihitung secara tahunan, pembayaran ke penerima mungkin
disebar ke suatu periode, biasanya lima tahun. Dalam sistem ini, eksekutif hanya menerima
seperlima dari bonus mereka di tahun di mana bonus tersebut diperoleh, Empat per lima
sisanya dibayar merata selama empat tahun ke depan. Dengan demikian, setelah manajer
tersebut bekerja selama lima tahun, maka bonusnya akan terdiri dari seperlima bonus tahun
berjalan plus seperlima dan bonus yang diterima di masing-masing tahun dan empat tahun
sebelumnya.
Di beberapa perusahaan, periode penundaan adalah tiga tahun. Metode penundaan
pembayaran ini menawarkan keunggulan-keunggulan berikut ini:
Manajer dapat mengestimasikan, dengan akurasi yang cukup besar, pendapatan tunai
mereka untuk tahun mendatang.
Pembayaran yang ditunda meratakan penerimaan kas manajer, karena dampak dari
pergeseran musiman dalam laba akan dirata- ratakan dalam pembayaran tunai.
Seorang manajer yang pensiun akan terus menerima pembayaran untuk sejumlah
tahun; ini tidak hanya meningkatkan penghasilan pensiun tetapi juga memberikan
keuntungan pajak, karena tarif pajak penghasilan setelah pensiun mungkin lebih
rendah daripada tarif pajak selama masa kerja.
Kerangka waktu penundaan mendorong para pengambil keputusan untuk berpikir
secara jangka panjang.
Kerugian dari rencana bonus ditunda adalah bahwa rencana tersebut tidak membuat
jumlah yang ditunda menjadi tersedia bagi eksekutif di tahun bonus tersebut diperoleh.
Karena pembayaran bonus dalam suatu tahun tidak berkaitan dengan kinerja di tahun
tersebut, maka para eksekutif mungkin akan bertindak tanpa terlalu dipengaruhi oleh
insentif.
3. Basis Bonus
Bonus insentif seorang manajer unit bisnis dapat didasarkan hanya pada total laba
korporat atau Pada laba unit bisnis atau campuran keduanya. Salah satu argumen untuk
mengaitkan bonus ke kinerja unit adalah bahwa keputusan dan tindakan manajer tersebut
lebih berdampak secara langsung pada unitnya sendiri dan bukan Pada unit bisnis yang lain.
Tetapi, pendekatan semacam itu dapat sangat menghambat kerja sama antarunit.
Dalam suatu perusahaan industri tunggal yang unit bisnisnya sangat tergantung satu
sama lain, bonus manajer terutama dikaitkan dengan kinerja korporat karena kerja sama
antarunit adalah penting. Dalam suatu konglomerasi, di pihak lain, unit bisnis biasanya
bersifat otonom. Dalam konteks semacam itu, akan menjadi kontraproduktif jika
mendasarkan bonus manajer unit bisnis terutama pada laba perusahaan. Hal ini akan
melemahkan kaitan antara kinerja dan penghargaan. Sistem semacam itu menciptakan
masalah free-rider. Beberapa manajer akan bersikap santai dan tetap masih memperoleh
bonus berdasarkan us aha orang lain, yaitu manajer yang lebih rajin.
4. Kriteria Kinerja (Performance Criteria)
Masalah yang sulit dalam rencana bonus insentif untuk manajer unit bisnis adalah
untuk memutuskan kriteria mana yang sebaiknya digunakan untuk menentukan bonus.
Kriteria Keuangan (Financial Criteria)
Jika unit bisnis berupa pusat laba, maka criteria keuangan meliputi laba
kontribuisi, laba langsung, laba terkendali, laba sebelum pajak dan laba bersih. Jika
unit bisnis berupa pusat investasi, keputusan didasarkan tiga hal : (1) definisi laba (2)
definisi investasi, dan (3) pilihan antara ROI dan EVA.
Penyesuaian Faktor-faktor yang Tidak Dapat Dikendalikan.
Selain memilih kriteria keuangan, perusahaan harus menentukan penyesuaian
apa yang akan mereka lakukan untuk faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan,
Biasanya, mereka menyesuaikan terhadap dua jenis pengaruh. Penyesuaian yang satu
menghilangkan beban yang diakibatkan oleh keputusan yang dibuat oleh eksekutif
di atas tingkat unit bisnis. Penyesuaian yang lain menghilangkan dampak dari
kerugian yang diakibatkan oleh "kejadian alam" (kebakaran, gempa bumi, banjir) dan
kecelakaan yang tidak disebabkan oleh kelalaian manajer tersebut
Manfaat dan Kekurangan Target Keuangan Jangka Pendek.
Adalah gagasan yang bagus untuk mengaitkan bonus manajer unit bisnis ke
pencapaian target keuangan tahunan (setelah membuat penyisihan untuk kejadian
yang tidak dapat dikendalikan). Hal itu mendorong manajer untuk mencari cara -
cara baru guna melaksanakan operasi saat ini dan menciptakan aktivitas baru guna
memenuhi target keuangan.
Tetapi, hanya mengandalkan pada kriteria keuangan dapat menyebabkan
beberapa dampak disfungsional Pertama-tama, hal terse but akan mendorong
tindakan jangka pendek yang tidak sesuai dengan kepentingan jangka panjang
perusahaan (misalnya, kurangnya pemeliharaan atas peralatan). Kedua, manajer tidak
mungkin mengambil investasi jangka panjang menjanjikan yang merugikan hasil
keuangan jangka pendek. Ketiga, manajer mungkin termotivasi untuk memanipulasi
data guna memenuhi target periode sekarang.
Mekanisme untuk Mengatasi Penyimpangan Jangka Pendek.
Melengkapi kriteria keuangan dengan tambahan mekanisme insentif dapat
mengatasi orientasi jangka pendek dari cita-cita keuangan tahunan. Misalnya,
suatu perusahaan mungkin mendasarkan sebagian dari bonus manajernya berdasarkan
kinerja multi tahun (yaitu, kinerja selama periode tiga sampai lima tahun). Meskipun
ini memiliki keunggulan yang jelas dari perluasan horizon waktu manajer, ada
beberapa kelemahan yang pasti. Pertama, manajer memiliki kesulitan melihat
hubungan antara usaha dan penghargaan mereka dalam skema penghargaan
multitahun, yang mengurangi dampak motivasional dan penghargaan semaeam itu.
Kedua, jika seorang manajer pensiun atau ditransfer selama periode multitahun
tersebut, penerapan reneana semaeam itu menjadi lebih kompleks. Ketiga,
kemungkinan besar faktor-faktor di luar kendali manajer tersebut akan memengaruhi
peneapaian dari target jangka panjang.
Metode lain untuk mengoreksi ketidakcukupan dan kriteria keuangan adalah
mengembangkan score card yang memasukkan satu atau lebih kriteria nonkeuangan,
seperti pertumbuhan penjualan, pangsa pasar, kepuasan pelanggan, kualitas
produk, pengembangan produk baru, pengembangan karyawan, dan tanggung jawab
publik, Masing-masing faktor ini akan memengaruhi laba jangka panjang.
Manajemen senior dapat meneiptakan orientasi laba jangka panjang versus jangka
pendek pada manajer unit bisnis dan memperhitungkan faktor-faktor yang tidak
dicerminkan dalam ukuran keuangan dengan memilih kriteria keuangan dan
nonkeuangan seeara selektif dan memberikan bobot yang sesuai untuk masing-
masing kriteria tersebut.
Mekanisme lain untuk mengoreksi bias jangka pendek adalah untuk
mendasarkan sebagian dan bonus manajer unit bisnis pada rencana insentif jangka
panjang, seperti opsi saham, saham fantom, dan saham kinerja. Rencana ini
me.mfokuskan manajer unit bisnis pada (1) kinerja tingkat perusahaan dan (2) kinerja
jangka panjang. Keuntungan dan keterbatasan dan rencana-rencana ini telah dibahas
sebelumnya.
5. Pendekatan Bonus
Penghargaan bonus untuk manajer unit bisnis dapat ditentukan dengan menggunakan
rumus yang ketat, seperti persentase dan laba operasi unit bisnis, atau dengan penilaian yang
murni subjektif oleh atasan manajer tersebut, atau dengan suatu gabungan antara keduanya.
Hanya mengandalkan cara rumus yang objektif memiliki beberapa keuntungan yang
jelas. Sistem penghargaan dapat dispesifikasikan dengan tepat, ada sedikit ketidakpastian atau
ambiguitas mengenai standar kinerja, dan atasan tidak dapat menggunakan bias atau
favoritisme dalam menilai kinerja manajer bawahan.Tetapi, salah satu kerugian utama adalah
bahwa rumus yang objektif kemungkinan besar akan mendorong manajer untuk kurang
memerhatikan kinerja dan unit bisnis mereka di dimensi-dimensi yang penting tetapi sulit
dikuantifikasi. Oleh karena itu, sebagian subjektivitas dalam menentukan bonus lebih dipilih
dihampir semua unit, terutama ketika kendali pribadi seorang manajer alas kinerja suatu unit
adalah rendah. Dalam situasi semacam itu, indikator numerik dari kinerja unit bisnis itu
menjadi ukuran yang kurang valid atas kinerja manajer itu. Jenis situasiini kemungkinan besar
terjadi dalam kondisi- kondisi berikut ini:
Ketika manajer unit bisnis mewarisi masalah yang diciptakan oleh pendahulunya,
Ketika unit bisnis sangat bergantung satu sama lain dengan unit lain, dan oleh karena
itu, kinerjanya dipengaruhi oleh keputusan dan tindakan individuindividu di luar:
Ketika strategi tersebut memerlukan perhatian yang lebih besar pada keprihatinan
jangka panjang (seperti dalam kasus di mana suatu unit bisnis secara agresif
membangun pangsa pasar atau unit bisnis dalam industri yang berubah dengan pesat).
6. Teori Agensi
Teori agensi mengeksplorasi bagaimana kontrak dan insentif dapat ditulis untuk
memotivasi individu-individu untuk mencapai keselarasan tujuan. Teori ini berusaha untuk
menggambarkan faktor-faktor utamayang sebaiknya dipertimbangkan dalam merancang
kontrak insentif. Suatu kontrak insentif, sebagaimana yang digunakan dalam
7. Konsep
Hubungan agensi ada ketika salah satu pihak (prinsipal) menyewa pihak lain (agen)
untuk melaksanakan suatu jasa dan, dalam melakukan hal itu, mendelegasikan wewenang
untuk membuat keputusan kepada agen tersebut. Dalam suatu korporasi, pemegang saham
merupakan prinsipal dan CEO adalah agen mereka. Pemegang saham menyewa CEO dan
mengharapkan ia untuk bertindak bagi kepentingan mereka. Di tingkat yang lebih rendah,
CEO adalah prinsipal dan manajer unit bisnis adalah agennya. Tantangannya menjadi
bagaimana cara untuk memotivasi agen sedemikian rupa sehingga mereka akan menjadi sama
produktifnya seperti jika mereka adalah pemilik.
Salah satu elemen kunci dari teori agensi adalah bahwa prinsipal dan agen memiliki
preferensi atau tujuan yang berbeda. Kontrak insentif akan mengurangi perbedaan preferensi
ini.
2. Kontrak Insentif
Prinsipal mungkin mencoba untuk membatasi perbedaan preferensi dengan
menetapkan kontrak insentif yang sesuai. Semakin besar penghargaan agen bergantung pada
ukuran kinerja, semakin banyak insentif yang ada bagi agen tersebut untuk memperbaiki
ukuran. Oleh karena itu, prinsipal sebaiknya mendefinisikan ukuran kinerja sedemikian rupa
sehingga hal tersebut memajukan kepentingannya. Kemampuan untuk mencapai hal ini
disebut dengan keselarasan tujuan. Ketika kontrak yang diberikan memotivasi agen untuk
bekerja bagi kepentingan perusahaan, maka kontrak tersebut dianggap selaras dengan tujuan.
Suatu skema kompensasi yang tidak memasukkan kontrak insentif merupakan,
masalah agensi yang serius. Misalnya saja, jika CEO diberikan gaji yang tetap, mereka
mungkin tidak termotivasi untuk bekerja serajin jika kompensasi terdiri atas gaji plus bonus.
Yang terakhir memotivasi CEO untuk bekerja lebih keras guna meningkatkan laba,
meningkatkan kompensasi mereka dan pada saat yang bersamaan, memberikan manfaat
kepada prinsipal. Oleh karena itu, kontrak yang menyelaraskan kepentingan antara kedua
pihak ditulis dengan memasukkan suatu fitur insentif yaitu, prinsipal
J. Kritik
Bagi perusahaan yang tidak mencari laba, sulit menerapkan teori agensi berupa
kompensasi insentif. Beberapa orang yang telah mempelajari teori agensi menyatakan:
Menghindari bahwa model-model tidak lagi merupakan pernyataan dari fakta yang
jelas yang diekpresikan dalam symbol matematika.
Menyataka bahwa elemen didalam model-model tak dapat diukur.
Bahwa model-model itu terlalu mempermudah hubungan dunia nyata antara atasan
dan bawahan.