Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH SPM

MASALAH ETIS YANG TERKAIT DENGAN


PENGENDALIAN MANAJEMEN
Dosen Pengampu : Rona Naula Oktaviani, S.E., M.Ak

OLEH :

Aulia Rahmawaty Lasya’Bandri (205310541)

Angga Dian Winata P (205310509)

Dhean Eka Rahmat Putra (205310455)

M.Fadli Dzil Ikram (205310453)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI S1


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2023
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................... 3
BAB I .................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................... 4
1.1. Latar belakang .................................................................................................... 4
1.2. Rumusan Masalah .............................................................................................. 4
1.3. Tujuan Penulisan ................................................................................................ 4

BAB II ................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 5
2.1. MASALAH ETIS YANG TERKAIT DENGAN PENGENDALIAN MANAJEMEN............. 5
2.2. PENTINGNYA ANALISIS ETIS YANG BAIK ............................................................. 5
2.3. Model-model etika ............................................................................................. 6
2.3.1. Utilitarianisme ..........................................................................................................6
2.3.2. Hak dan kewajiban....................................................................................................7
2.3.3. Keadilan/kewajaran ..................................................................................................7
2.3.4. Keutamaan................................................................................................................8

2.4. Menganalisis isu-isu etis ..................................................................................... 8


2.5. MENGAPA ORANG BERTINDAK SECARA TIDAK ETIS?.......................................... 9
2.6.BEBERAPA PENGENDALIAN MANAJEMEN UMUM- ISU-ISU ETIS TERKAIT ..........10
2.6.1. Etika menciptakan kelonggaran anggaran ............................................................... 10
2.6.2. Etika pengelolaan laba ............................................................................................ 13
2.6.3. Etika merespons indikator pengendalian yang cacat ............................................... 14
2.6.4. Etika menggunakan indikator pengendalian yang "terlalu bagus" .......................... 15

2.7. PENYEBARAN ETIKA YANG BAIK DALAM ORGANISASI ......................................16

BAB III ................................................................................................................ 18


PENUTUP ........................................................................................................... 18
3.1 KESIMPULAN.......................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 19

2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga kami
berhasil menyelesaikan makalah yang berjudul “Masalah Etis Yang
Terkait Dengan Pengendalian Manajemen”. Dari makalah ini semoga
dapat memberikan informasi kepada kita semua betapa pentingnya
motivasi karyawan dalam sebuah Perusahaan.

Ucapan terima kasih tidak lupa kami sampaikan Kepada Ibu


Rona Naula Oktaviani, S.E., M.Ak selaku dosen mata kuliah yang
bersangkutan, dan semua pihak yang telah membantu sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Kami menyadari atas
kekurangan kemampuan kami dalam pembuatan makalah ini,
sehingga akan menjadi suatu kehormatan besar bagi kami apabila
mendapatkan kritikan dan saran yang membangun agar makalah ini selanjutnya

akan lebih baik dan sempurna serta komprehensif.

Demikian akhir kata dari kami, semoga makalah ilmiah ini


bermanfaat bagi semua pihak dan pembelajaran budaya khususnya
dalam segi teoritis sehingga dapat membuka wawasan ilmu budaya
serta akan menghasilkan yang lebih baik di masa yang akan datang.

PEKANBARU,JANUARI

KELOMPOK 10

3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Orang berperilaku tidak etis mungkin karena empat alasan dasar. Pertama,
beberapa orang pada dasarnya tidak jujur. Penyebab kedua adalah moral yang
telah terlepas (moral disengagement). Banyak orang tidak memiliki landasan
dalam etika. Mereka bodoh. Mereka bahkan mungkin tidak mengenali masalah
etika ketika mereka menghadapinya, sehingga hati nurani mereka tidak
menghentikan mereka dari berperilaku tidak etis. Ketiga, beberapa orang yang
mengenali masalah etika mengembangkan rasionalisasi untuk membenarkan
perilaku tidak etis mereka. Dan, keempat, beberapa orang yang ahli dalam
masalah etika dan mereka melakukan sesuatu yang salah tetapi tidak dapat
berhenti karena kurang memiliki keberanian moral. Keberanian moral dapat
didefinisikan sebagai kekuatan untuk melakukan hal yang benar meskipun takut
akan konsekuensi. Mereka yang bersikeras bertindak secara etis dapat menderita
banyak konsekuensi negatif, termasuk rasa malu, pengucilan, dan bahkan
kehilangan pekerjaan.

1.2. Rumusan Masalah


Makalah ini akan membahas mengenai masalah etis yang terkait dengan
pengendalian manajemen.

1.3. Tujuan Penulisan


Agar kita mengetahui mengenai masalah etis yang terkait dengan
pengendalian manajemen.

4
BAB II

PEMBAHASAN
2.1. MASALAH ETIS YANG TERKAIT DENGAN PENGENDALIAN
MANAJEMEN
Manajer yang terlibat dalam perancangan dan penggunaan sistem
pengendalian manajemen harus memiliki dasar etika. Etika adalah bidang studi
yang digunakan untuk menentukan perilaku yang dapat diterima secara normal.
Etika adalah pelajaran yang sulit dipahami bagi banyak manajer. Salah satu
alasannya adalah karena disiplin ilmu yang dipelajari banyak manajer adalah
ekonomi atau bisnis. Dua asumsi umum dalam ekonomi adalah bahwa orang yang
rasional harus bertindak untukmemaksimalkan kepentingan diri mereka dan
bahwa tujuan utama karyawan dalam organisasi non-profit adalah untuk
memaksimalkan nilai pemegang saham. Namun, etika memberikan asumsi
alternatif mengenai bagaimana orang- orang berperilaku atau harus berperilaku.
Ini mengasumsikan bahwa individu yang beretika harus mempertimbangkan
dampak dari tindakan mereka terhadap pemangku kepentingan lainnya.

Perilaku etis dan perilaku yang memaksimalkan nilai tidaklah setara.


Sedangkan aforisme "etika yang baik adalah bisnis yang baik" biasanya benar,
tetapi sesungguhnya tidak selalu benar. Etika yang baik tidak selalu
"menguntungkan" baik bagi individu atau organisasi yang terlibat dan pasti tidak
selalu "menguntungkan" dalam jangka pendek. Individu yang etis kadang-kadang
harus mengambil tindakan yang tidak ditujukan untuk kepentingan pribadi mereka
sendiri atau kepentingan pemilik organisasi dikarenakan adanya beberapa
kepentingan yang sah dari para pemangku kepentingan lainnya.

2.2. PENTINGNYA ANALISIS ETIS YANG BAIK


Perilaku tidak etis merugikan individu, organisasi, pasar dan masyarakat.
Perilaku tersebut menimbulkan kebutuhan akan undang-undang dan standar ekstra
dari pemerintah dan lembaga pengatur, serta peraturan, kajian, atau pengawasan
ekstra dalam organisasi.

5
Penyimpanan dalam etika sering menjadi penyebab masalah yang lebih
serius, seperti kecurangan. Misalnya, pelaporan keuangan agresif, yang banyak
orange menafsirkan sebagai sesuatu yang kurang etis tapi mungkin cukup legal,
sering muncul menjadi sesuatu yang berisiko yang akhirnya memuncak menjadi
tindakan penipuan yang merugikan.

Untuk mengendalikan perilaku tidak etis dalam sebuah organisasi, manajer


memerlukan keterampilan perseptif pertimbangan etis. Manajer yang tidak tahu
mengenai etika dapat membuat sejumlah kesalahan yang dapat menyebabkan
kemungkinan besar dilakukannya perilaku tidak etis dalam organisasi mereka.
Pertama, mereka kadang-kadang tidak bisa mengenali munculnya masalah etika.
Salah satu masalah yang umum terjadi adalah bahwa manajer kadang-kadang
menyamakan masalah etika dan huku; mereka menyimpulkan bahwa jika suatu
tindakan tidak ilegal, tindakan tersebut pasti etis. Ini jelas tidak benar.

Kedua, masalah etika sering kali berhubungan dengan aturan yang kurang
sesuai, seperti " selalu berkata jujur" tidak merugikan, atau memperlakukan orang
lain seperti anda ingin orang lain memperlakukan anda. Akibatnya, aturan tersebut
jarang menjadi panduan untuk perilaku etis dalam situasi tertentu karena nilai-
nilai manusia sering bervariasi.

2.3. Model-model etika


Tantangan pertama dalam mengadaptasi pemikiran etis untuk pengaturan
manajerial adalah hukum mengenali keberadaan isu-isu etis yang ada atau yang
mungkin ada. Empat model etika yang sering dikutip, yaitu utilitarianisme, gak
dan kewajiban, keadilan/kewajaran, dan keutamaan

2.3.1. Utilitarianisme
Model utilitarianisme kebenaran tindakan dinilai berdasarkan
konsekuensinya. Dalam Dalam model ini, suatu tindakan secara moral benar jika
tindakan tersebut memaksimalkan total kebaikan di dunia, yaitu jika tindakan lain
yang dapat dipertimbangkan. Utilitarianisme tidak berarti bahwa tindakan yang

6
tepat adalah tindakan yang menghasilkan kebaikan untuk semua pihak yang
dipengaruhi oleh tindakan tersebut.

Model utilitarianisme memiliki keterbatasan. Model ini sulit mengukur


manfaat bersih karena manfaat dari beberapa tindakan atau keputusan sulit diukur,
diagregasi, dan sulit di bandingkan antar individu, misalnya kepuasan kerja,
kebebasan dari tekanan, atau kemungkinan yang berisiko akan adanya keuntungan
tambahan suatu saat nanti.

2.3.2. Hak dan kewajiban


Model hak dan kewajiban menyatakan bahwa setiap individu memiliki hak
moral sebagai manusia. Hak-hak dasar yang sering dikutip di sebagian besar
masyarakat modern meliputi hak untuk martabat, rasa hormat, dan kebebasan.
Setiap hak yang dimiliki oleh individu menciptakan kewajiban bagi orang lain
untuk memenuhinya. Jika manajemen puncak memiliki hak untuk diberikan
laporan kinerja informatif dari manajer tingkat yang lebih rendah, maka para
manajer dengan tingkat yang lebih rendah memiliki tugas untuk memberikan
laporan tersebut. Hak dan kewajiban harus saling dipatuhi oleh pihak-pihak yang
berpartisipasi dalam kelompok yang menerapkan hak dan kewajiban tersebut.

Model hak dan kewajiban memiliki kelemahan. Kadang-kadang sulit untuk


mendapatkan kesepakatan mengenal seperti apa hak-hak yang harus dimiliki
individu yang berbeda atau kelompok individu. Hak dapat berkembang, hak juga
dapat bertentangan.

2.3.3. Keadilan/kewajaran
Model keadilan menyatakan bahwa orang harus diperlakukan sama, kecuali
bila dalam beberapa hal mereka berbeda. Akan tetapi, masing-masing orang
memiliki perbedaan dalam berbagai hal, dan menentukan perbedaan mana yang
harus dianggap relevan merupakan masalah inti yang harus diperhatikan dalam
menerapkan model keadilan/kewajaran. Karyawan mungkin tidak peduli ketika
paket kompensasi yang mereka terima berbeda ketika hal itu didasarkan pada
perbedaan sifat pekerjaan

7
Kelemahan lain dari model keadilan/kewajaran adalah kemudahannya untuk
mengabaikan efek kesejahteraan sosial agregat dan individu tertentu. Persepsi
keadilan bagi kelompok dapat merugikan kelompok lain.

2.3.4. Keutamaan
Model perilaku moral terakhir yang umum digunakan berakar pada
keutamaan. Contoh keutamaan yang paling jelas adalah integritas, loyalitas, dan
keteguhan hati. Individu dengan integritas memiliki niat untuk melakukan apa
yang benar secara etis tanpa memperhatikan kepentingan diri sendiri. Loyalitas
adalah kesetiaan pada seseorang. Orang-orang memiliki banyak kesetiaan, kepada
orang lain, organisasi, agama, pekerjaan, dan bahkan penyebab. Keteguhan hati
adalah kekuatan untuk berdiri teguh dalam menghadapi kesulitan atau tekanan.
Keutamaan sering tercermin dalam kode etik profesi dan kode etik perusahaan.

Kelemahan pendekatan berbasis keutamaan salah satunya adalah bahwa


daftar keutamaan potensial sangat panjang. Pengkritik model keutamaan
berpendapat bahwa dalam model keutamaan tidak jelas yang mana keutamaan
yang harus diterapkan dalam kondisi tertentu.

2.4. Menganalisis isu-isu etis


Perilaku etis yang baik harus berdasarkan lebih dari sekedar pendapat, intuisi, atau
firasat.Berbagai macam model, tetapi kebanyakan terdiri dari langkah-langkah
berikut:

a. Mengklarifikasi fakta. Apa yang diketahui, atau apa yang perlu diketahui untuk
membantu mendefinisikan masalah? Fakta-fakta harus mengidentifikasi apa, siapa,
dimana, kapan, dan bagaimana.

b. Menentukan masalah etis. Bagaimana dengan situasi yang menyebabkan


meningkatnya masalah etika? Logika ini harus dinyatakan dengan menggunakan
istilah dari satu model etika atau lebih.

8
c. Menetapkan alternatif. Sebutkan alternatif tindakan, termasuk yang mewakili
beberapa bentuk kompromi.

d. Membandingkan nilai-nilai dan alternatif. Lihat apakah ada keputusan yang


jelas. Jika salah satu tindakan sangat kuat, maka analisis dapat disimpulkan.

e. Menilai konsekuensi. Identifikasi konsekuensi positif dan negatif jangka


pendek dan jangka panjang untuk alternatif utama. Langkah ini akan sering
mengungkapkan hasil yang tak terduga, misalnya laba jangka pendek akan terlihat
lebih kecil dikarenakan adanya biaya jangka panjang.

f. Membuat keputusan. Seimbangkan konsekuensinya terhadap prinsip-prinsip


atau nilai-nilai etika utama dan pilihan alternatif yang paling cocok.

2.5. MENGAPA ORANG BERTINDAK SECARA TIDAK ETIS?


Orang berperilaku tidak etis mungkin karena beberapa alasan. Pertama, beberapa
orang pada dasarnya tidak jujur. Penyebab kedua adalah moral yang telah terlepas
atau tidak adanya moral (moral disengagement). Banyak orang tidak memiliki
landasan dalam etika. Mereka bahkan mungkin tidak mengenali masalah etika
ketika mereka menghadapinya, sehingga hati nurani mereka tidak menghentikan
mereka dari berperilaku tidak etis. Ketiga, Beberapa orang yang mengenali
masalah etika mengembangkan rasionalisasi untuk membenarkan perilaku tidak
etis mereka. Rasionalisasi ini termasuk seperti "pembenaran". Dan, keempat,
beberapa orang yang ahli dalam masalah etika dan mereka melakukan sesuatu
yang salah tetapi tidak dapat berhenti karena kurang memiliki
keberanian/keteguhan moral. Keteguhan moral dapat didefinisikan sebagai
kekuatan untuk melakukan hal yang benar meskipun takut akan konsekuensi.
Mereka yang bersikeras bertindak secara etis dapat menderita banyak konsekuensi
negatif, termasuk rasa malu, pengucilan, dan bahkan kehilangan pekerjaan.
Orang- orang dengan keyakinan etis yang rendah dan /keteguhan moral yang kecil
mudah "menyerah". Mereka yang ingin membangun keteguhan moral harus
menjelaskan nilai-nilai inti mereka terlepas dari konsekuensinya. Mereka yang

9
mengakui bahwa mereka tidak memilki keteguhan moral harus memilih
lingkungan kerja mereka dengan hati-hati.

2.6.BEBERAPA PENGENDALIAN MANAJEMEN UMUM- ISU-ISU


ETIS TERKAIT
Banyak isu etika yang berada di dalam dan di sekitar SPM. Beberapa orang
menggunakan argumen etika untuk mempertanyakan dasar dasar sistem
"pengendalian" manajemen dan "sistem kapitalistik" yang "memaksa" manajemen
untuk membuat keputusan ekonomi. Mereka berpendapat bahwa "satu nilai" lebih
diutamakan dari pada "berbagai nilai" dan bahwa restrukturisasi dan perampingan
perusahaan tidak etis karena mereka menempatkan keuntungan (dan bonus
manajemen) di atas kesejahteraan karyawan. Berbeda dengan lainnya
bagaimanapun juga, restrukturisasi merupakan respon yang diperlukan untuk
perubahan lingkungan. Sementara mereka dapat menyebabkan rasa sakit untuk
karyawan. Walaupun restrukturisasi tidak disukai oleh karyawan yang
diberhentikan, restrukturisasi membantu memastikan bahwa usaha yang
direstrukturisasi tetap kompetitif, sehingga mampu mempekerjakan karyawan
yang tersisa. Mereka menyebutnya "destruksi kreatif" yaitu kondisi yang tidak
disukai, tetapi diperlukan untuk inovasi dan kemajuan. Bagian berikut
mengidentifikasi dan membahas secara singkat empat hal yang mempunyai
cakupan lebih kecil, tapi umum dan penting, mengenai masalah pengendalian
manajemen-manajemen terkait masalah etika: (1) menciptakan budget slack; (2)
mengelola pendapatan; (3) tanggapan terhadap indikator pengendalian yang cacat,
dan (4) menggunakan pengukuran hasil yang "terlalu baik". Isu- isu tersebut
penting, dan analisis yang diperlukan untuk menangani mereka juga mewakili
masalah yang lebih besar yang dapat digunakan untuk menganalisa isu-isu lain
yang mungkin dihadapi.

2.6.1. Etika menciptakan kelonggaran anggaran


Sebagian besar target kinerja, terutama yang digunakan pada tingkat
organisasi manajerial, yang dinegosiasikan antara karyawan dan atasan mereka.
Proses negosiasi memberikan kesempatan bagi karyawan tingkat rendah untuk
"memainkan" proses, yaitu, untuk mengubah posisi mereka untuk dapat diberikan

10
target lebih mudah dicapai. Distorsi ini dikenal sebagai sandbagging atau
menciptakan slack. Tetapi apakah itu etis?

Ketika karyawan membuat kelonggaran, mereka memanfaatkan posisi


mereka pengetahuan unggul tentang kemungkinan bisnis. Mereka gagal untuk
mengungkapkan kepada atasan mereka semua informasi dan wawasan informasi
dan benar-benar menyajikan gambaran yang menyimpang dari kemungkinan.
Dengan demikian, menciptakan anggaran slack dapat ditafsirkan melanggar
beberapa kewajiban yang tercantum dalam integritas dan objektivitas dalam
Standar IMA Perilaku Etis. Standar integritas mengharuskan akuntan manajemen
untuk menahan diri dari baik secara aktif maupun pasif menumbangkan
pencapaian tujuan yang sah dan etis organisasi." Standar objektivitas
mengharuskan akuntan manajemen untuk menyampaikan informasi secara adil
dan obyektif"

Analisis dalam kerangka utilitarianisme juga menunjukkan bahwa


penciptaan slack merupakan masalah etika. Biasanya, karyawan menciptakan
anggaran kendur akan mendapatkan keuntungan pribadi dari tindakan mereka.
Slack melindungi karyawan terhadap nasib buruk yang tak terduga,seperti
penurunan ekonomi. Beberapa masalah etika yang umum atau kenaikan biaya,
sehingga meningkatkan kemungkinan bahwa karyawan akan memenuhi target
kinerja mereka dan mendapatkan imbalan tergantung kinerja. Jika fungsi reward-
kinerja kontinu, seperti khas, kendur meningkatkan ukuran imbalan yang akan
diterima.Masalah etika juga dapat muncul karena penciptaan slack dirasa mahal
untuk beberapa pemangku kepentingan, khususnya perusahaan, pemilik, dan
mungkin kreditur. Anggaran yang slack sering kurang optimal dalam
memotivasi.Penciptaan slack juga muncul kurang adil untuk para pengguna
anggaran: manajemen atas. Para pengguna akan mengandalkan informasi dalam
anggaran untuk membuat keputusan investasi, alokasi sumber daya, dan evaluasi
kinerja yang akan terdistorsi.

11
Di sisi lain, beberapa argumen dapat diangkat untuk mendukung posisi
bahwa penciptaan slack adalah tindakan etis. Banyak manajer, bahkan mungkin
sebagian besar dari mereka, berpendapat bahwa menciptakan slack merupakan
respon rasional dalam sistem result control. Mereka tidak melihat slack sebagai
distorsi tetapi sebagai sarana untuk melindungi diri dari potensi downside dari
masa depan yang pasti.Beberapa manajer juga berpendapat bahwa anggaran slack
kadang-kadang diperlukan untuk mengatasi ketidakseimbangan kekuasaan yang
melekat dalam hirarkis organisasi. Ini membantu melindungi manajer bawah dari
ketidakadilan evaluasi yang dapat disebabkan oleh ukuran kinerja yang tidak
sempurna atau pelanggaran evaluasi oleh atasan. Akhirnya, manajer yang
membela penciptaan slack juga menunjukkan bahwa itu adalah dapat diterima
sebagai bagian dari proses negosiasi anggaran organisasi mereka. Manajer di
semua tingkatan organisasi bernegosiasi untuk slack dalam anggaran mereka, dan
semua orang menyadari adanya norma perilaku. Memang, banyak manajer tingkat
atas dipromosikan ke posisi mereka justru karena mereka baik di negosiasi,
karenanya, untuk mencapai target anggaran mereka secara konsisten. Dalam
banyak organisasi, atasan benar-benar ingin bawahan mereka untuk menciptakan
slack karena mereka juga mendapatkan keuntungan dari itu.

Dengan demikian dalam membuat penilaian apakah penciptaan slack etis


dalam pengaturan khusus, banyak faktor yang harus dipertimbangkan, termasuk:
Seberapa baik pengukuran kinerja (sejauh mana mereka mencerminkan nilai
"benar" kinerja manajer atau badan dan tidak terpengaruh oleh faktor-faktor yang
manajer tidak dapat dapat mengendalikan);

a. apakah target anggaran diperlakukan sebagai janji yang kaku dari manajer
untuk korporasi;

b. apakah maksud manajer dalam menciptakan slack terutama mencerminkan


kepentingan

c. apakah (atau berapa banyak) atasan menyadari slack;

d. apakah atasan mendorong terciptanya slack;

12
e. apakah jumlah slack adalah "material"; atau

f. apakah individu terikat oleh satu atau lebih dari set standar perilaku profesional.

2.6.2. Etika pengelolaan laba


Masalah penting etika yang kedua melibatkan masalah manipulasi data.
Bentuk umum manipulasi adalah manajemen laba, yang mencakup tindakan yang
perubahan melaporkan pendapatan dimana tidak memberikan keuntungan
ekonomi yang nyata untuk organisasi dan, kadang-kadang menyebabkan
kerusakan.

Umumnya, tindakan manajemen laba dirancang baik untuk peningkatan


laba, seperti untuk mencapai target anggaran atau meningkatkan harga saham,
atau pola smoothearnings untuk memberikan kesan prediktabilitas laba yang lebih
tinggi. Beberapa tindakan mungkin juga dirancang untuk mengurangi laba, untuk
"menyelamatkan" keuntungan untuk masa yang akan datang ketika mungkin
diperlukan atau untuk menurunkan harga saham untuk memfasilitasi pembelian
manajemen.

Manajemen laba dapat dilihat sebagai tindakan tidak etis, setidaknya


kadang-kadang, untuk beberapa alasan. Pertama, sebagian besar menghasilkan
tindakan tidak jelas baik oleh pengguna eksternal atau internal laporan keuangan.
Kedua, banyak orang, dan asosiasi profesi, percaya bahwa manajer profesional
dan akuntan memiliki kewajiban untuk mengungkapkan informasi yang cukup
disajikan. Ketiga, distorsi dapat diartikan sebagai tidak konsistennya integritas
jujur, adil, dan jujur oleh manajer dan akuntan kewajiban. Keempat, manfaat yang
diperoleh dari pengelolaan pendapatan secara tidak adil hanya kosmetik, tidak
nyata.

Seperti di daerah slack, bagaimanapun, manajer mungkin memiliki


pembenaran yang baik untuk mengelola laba. Mereka mungkin menggunakan
kekuasaan mereka untuk menampilkan seolah-olah meiliki pendapatan lebih.

13
Mereka mungkin mengambil tindakan yang diperlukan untuk melindungi diri dari
evaluasi kinerja yang tidak adil. Mereka mungkin juga akan mengambil tindakan
yang membuatnya tidak perlu bagi mereka untuk mengambil, tindakan lebih
merusak lainnya, seperti merumahkan karyawan atau menangguhkan pengeluaran
penelitian dan pengembangan dalam menghadapi kekurangan anggaran.

Beberapa faktor situasional cenderung mempengaruhi penilaian kapan


tindakan manajemen laba dianggap etis. Beberapa pertimbangan yang paling
penting mungkin meliputi: (1) arah manipulasi (memperbesar, mengecilkan, atau
hanya meratakan laba); (2) ukuran efek (materialitas); (3) waktunya (kuartal vs
akhir tahun, acak waktu vs segera sebelum sebuah penawaran obligasi); (4)
metode yang digunakan (bermain dengan cadangan, menunda pengeluaran
diskresioner, perubahan kebijakan akuntansi); (5) maksud manajer mengenai
keinformatifan nomor (dan pengungkapan); (6) kejelasan aturan yang melarang
tindakan; dan (7) tingkat pengulangan (satu kali penggunaan vs penggunaan
berkelanjutan dari tindakan setelah peringatan). Karena sulit untuk membedakan
benar dan salah, sulit bagi manajer untuk mengembangkan seperangkat aturan
untuk mengontrol tindakan manajemen laba.

Kurangnya kontrol diragukan berkontribusi terhadap tingginya insiden


manajemen laba. Karena insiden tinggi, Arthur Levitt, mantan ketua Komisi
Sekuritas dan Bursa (SEC), berbicara dan menyebut isu manajemen laba begitu
serius, seperti Charles Niemeier, maka kepala akuntansi di divisi penegakan SEC,
menegaskan: Setiap tahun kami telah semakin banyak kasus penipuan keuangan.
Itu bukan berita besar. Semakin besar cerita adalah ukuran perusahaan yang
diteliti.

2.6.3. Etika merespons indikator pengendalian yang cacat


Target hasil dan petunjuk perusahaan memberikan sinyal kepada karyawan
seperti apa titik berat perusahan tersebut, apakah itu keuntungan, pertumbuhan,
atau kualitas. Ketika target dan petunjuk tidak didefinisikan dengan baik, mereka

14
benar-benar dapat memotivasi perilaku karyawan dalam kegiatan yang salah,
berbeda dengan kepentingan yang diinginkan organisasi. Karyawan mendapatkan
imbalan untuk melakukan apa yang diperintahkan, tetapi organisasi menderita
kerugian.

Survei terbaru menunjukkan bahwa hampir 10% karyawan mengaku bahwa


pada tahun lalu mereka telah melakukan hal-hal di tempat kerja mereka akan malu
atau malu untuk memberitahu anak-anak mereka, dan hampir sepertiga dari
karyawan kadang-kadang merasa tertekan untuk terlibat dalam perbuatan untuk
mencapai tujuan bisnis. Banyak kasus penipuan melibatkan karyawan untuk
mengambil tindakan yang tidak etis dan ilegal yang mereka anggap perlu agar
perusahaan mereka dapat berkembang atau bertahan hidup, kadang-kadang di
bawah tekanan dari manajemen atas.

Kami membahas satu contoh respons cacat yang umum terjadi yaitu Salah
satu sering dikutip contoh adalah miopia. Hal ini terjadi ketika perusahaan
menempatkan penekanan yang tinggi pada pencapaian target laba jangka pendek.
Beberapa manajer terlibat dalam perilaku miopia bahkan mengetahui bahwa
mereka melakukan kerusakan jangka panjang untuk perusahaan.Apa yang harus
dilakukan jika karyawan mereka tahu langkah-langkah hasil atau resep tindakan
yang cacat? Haruskah mereka bertindak untuk menghasilkan hasil yang mereka
akan dihargai, atau harus mereka mengorbankan sendiri kepentingan mereka
dalam mendukung apa yang mereka yakini sebagai yang terbaik bagi organisasi?

2.6.4. Etika menggunakan indikator pengendalian yang "terlalu bagus"


Sering kali Indikator kontrol ketat mungkin terjadi karena kemajuan
teknologi. Jaringan Dinamika Glendale, California, sebuah perusahaan perangkat
lunak, menjual program surveilans komputer untuk memungkinkan pengawas
untuk melihat layar komputer pribadi karyawan, dan ada banyak contoh teknologi
lain yang membuat menguping secara elektronik mungkin terjadi. Pengawas dapat
mendengarkan pembicaraan telepon karyawan atau panggilan penjualan; kamera

15
bisa merekam semua tindakan beberapa karyawan mengambil; komputer dapat
menghitung jumlah penekanan tombol oleh entri data pegawai dan operator
telepon untuk mengukur produktivitas; dan perangkat lokasi dapat melacak
keberadaan karyawan sepanjang hari kerja.

Apa yang menjadi masalah etika ?Mereka mungkin menjelaskan apa


organisasi inginkan dari karyawan mereka, dan mereka dapat diukur secara akurat
dan tepat waktu. Tapi mungkin ada konflik antara hak majikan untuk mengetahui
apa yang sedang terjadi dan hak-hak karyawan atau kebebasan dari kontrol yang
mereka anggap terlalu menindas. Dengan demikian, pertanyaan yang relevan
dengan penentuan apakah penggunaan tindakan tersebut etis meliputi:

a. Apakah penggunaan tindakan diungkapkan kepada karyawan?

b. Apakah telah ada usaha perlindungan untuk melindungi data yang dikumpulkan?
c. Apakah telah ada usaha perlindungan untuk memastikan bahwa data hanya
digunakan untuk tujuan yang telah ditetapkan?

d. Ketika supervisor menggunakan pengendalian yang ketat, mereka menekankan


kualitas daripada hanya kuantitas ?

2.7. PENYEBARAN ETIKA YANG BAIK DALAM ORGANISASI


Kemajuan etika dalam sebuah organisasi biasanya hasil secara bertahap.
Pada tahap awal, ketika organisasi kecil, organisasi menjadi perpanjangan dari
pendiri atau kelompok manajemen puncak. Pendiri bertindak sebagai panutan,
mengatur penekanan pada etika, dan biasanya dapat memonitor kepatuhan
karyawan dengan penekanan itu. tahap perkembangan berikutnya, organisasi lebih
menggunakan tindakan sejenis pengendalian akuntabilitas. Spesialis perusahaan
mengembangkan daftar standar tertentu, aturan, dan peraturan yang dapat
mewujudkan prinsip-prinsip etika yang baik. Mereka mengkomunikasikan daftar
baik ini melalui kebijakan perusahaan dan prosedur manual, kode perilaku
perusahaan, atau memorandum. Aturan-aturan ini memperjelas makna etika yang
baik, membuat jelas bahwa perilaku etis dihargai, dan memberikan bimbingan
kepada karyawan untuk memikirkan isu-isu etis.

16
Setelah aturan dikomunikasikan, manajer mengambil langkah-langkah
untuk memastikan bahwa karyawan mengikuti aturan. Kadang-kadang perusahaan
meminta karyawan kunci untuk menandatangani pernyataan yang menyatakan
bahwa mereka telah mematuhi aturan.Jelas bahwa dengan memiliki standar etika
dan aturan dan mengambil langkah-langkah untuk memastikan bahwa karyawan
telah membacanya tidak cukup. Manajer tingkat atas harus menetapkan "tone at
the top" (panutan) yang baik dan mereka harus berusaha untuk mempertahankan
MCSS internal yang baik sehingga pelanggar potensial tahu ada kemungkinan
besar mereka akan tertangkap. Pemantauan harus dilakukan oleh atasan baik
karyawan dan auditor internal. Pelanggar aturan harus dikenakan sanksi.

Organisasi pada tahap yang lebih maju menempatkan penekanan etika lebih
tinggi pada pengendalian personel atau budaya. Manajer mereka mengakui bahwa
itu berbahaya untuk mencoba untuk mendorong karyawan untuk bertindak secara
etis hanya karena alasan ekonomi. Prakiraan biaya untuk karyawan terlibat dalam
perilaku tidak etis seringkali rendah karena kemungkinan tertangkap umumnya
cukup rendah. Ini adalah alasan utama mengapa kejadian perilaku yang tidak etis
sangat tinggi; itu mudah dikenali di kebanyakan organisasi. Manajer perusahaan
di tahap lanjutan dalam pembangunan etika lebih mengakui bahwa
kebajikan/etika yang baik sering dipelajari dari perilaku teladan, sehingga mereka
mencari dan mempublikasikan contoh baik mengenai etika yang baik. Mereka
memastikan bahwa perilaku teladan diatur di bagian atas. Mereka sering
menunjuk ombudsman yang ditunjuk untuk membantu karyawan menghadapi
masalah etika. Ini tahap yang lebih maju perkembangan etika perusahaan
cenderung menghasilkan komitmen yang lebih tinggi untuk standar etika dan
perbaikan terus-menerus dari struktur etis dan lingkungan.

17
BAB III

PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Banyak masalah etika penting yang masih belum jelas.tidak dapat
menyimpulkan dengan tegas bahwa, misalnya, menciptakan kelonggaran
anggaran selalu tidak etis atau pengendalian “terlalu baik” atau “tidak cukup
ketat”. Karyawan menghadapi banyak tekanan dan godaan yang dapat
menyebabkan mereka bertindak tidak etis. Kecuali manajer bertindak untuk
menangkis tekanan-tekanan dan godaan secara konsisten, iklim etika perusahaan
mereka akan melemah. Setiap organisasi memiliki berbagai iklim etika; baik,
buruk, atau campuran. Manajer perlu membangun iklim etika yang baik, iklim
yang menghormati hak, kewajiban, dan kepentingan pemangku kepentingan di
dalam dan di luar perusahaan.

18
DAFTAR PUSTAKA
Merchant, Kenneth A, Wim A. Van der Stede,Management Control
System, 3 rd ed., Pearson.

Anthony, Robert N., Vijay Govindarajan,Sistem Pengendalian


Manajemen, Buku 1., SalembaEmpat, Jakarta:2002.

Hansen, Don R Maryanne M. Mowen, Management Accounting,


Buku 2, Edisi 7, SalembaEmpat, Jakarta:2005.

Garrison, Ray H, Eric, Peter.Managerial Acounting, Buku 2, Edisi 11,


Salemba Empat,Jakarta:2007.

19

Anda mungkin juga menyukai