Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MASALAH ETIS TERKAIT PENGENDALIAN MANAJEMEN


DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS
MATA KULIAH : SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN
DOSEN PENGAMPU : RULY PRIANTILIANINGTIASARI, M,Sy

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 :


1. SALNA AYU SATITI 126405211014
2.VALLENCIA AURELIE SALSADILLA SHAFA 126405211016
3. AKMAL KHALID ASH SHIDIQY 126405211020
4. DAVINA EKA PRATIWI 126405211028
5. FITRIYAH BINTAN AZIZAH 126405211034

SEMESTER 4
PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG
MARET 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah
ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Tulungagung, 07 Maret 2023

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
BAB I ...................................................................................................................... 1
I. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 2
BAB II .................................................................................................................... 3
II PEMBAHASAN ................................................................................................ 3
2.1 Pentingnya Analisis Etis Yang Baik ............................................................. 3
2.2 Faktor Penyimpangan .................................................................................... 5
2.3 Pengendalian Manajemen Umum Terkait Etika Organisasi ......................... 7
2.4 Penyebaran Etika Yang Baik Dalam Organisasi ......................................... 10
2.5 Studi Kasus .................................................................................................. 10
BAB III ................................................................................................................. 12
III PENUTUP ...................................................................................................... 12
3.1. Kesimpulan ................................................................................................. 12
3.2. Saran ........................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manajer yang terlibat dalam perancangan dan penggunaan sistem
pengendalian manajemen harus memiliki pemahaman dasar etika. Etika adalah
bidang studi yang digunakan untuk menentukan perilaku yang dapat diterima
secara moral. Etika menawarkan metode yang membedakan antara benar dan
salah dan untuk secara sistematis menentukan aturan-aturan yang memberikan
panduan mengenai bagaimana individu dan kelompok individu harus bersikap.
Etika adalah pelajaran yang sulit dipahami bagi banyak manajer. Salah satu
alasannya adalah karena disiplin ilmu yang dipelajari banyak manajer adalah
ekonomi atau bisnis. Perilaku etis dan perilaku yang memaksimalkan nilai
tidaklah setara. Sedangkan aforisme etika yang baik adalah bisnis yang baik
biasanya benar, tetapi sesungguhnya tidak selalu benar. Etika yang baik tidak
selalu menguntungkan baik bagi individu atau organisasi yang terlibat, dan pasti
tidak selalu menguntungkan dalam jangka pendek.1
Orang berperilaku tidak etis mungkin karena empat alasan dasar. Pertama,
beberapa orang pada dasarnya tidak jujur. Penyebab kedua adalah moral yang
telah terlepas (moral disengagement). Banyak orang tidak memiliki landasan
dalam etika. Mereka bahkan mungkin tidak mengenali masalah etika ketika
mereka menghadapinya, sehingga hati nurani mereka tidak menghentikan
mereka dari berperilaku tidak etis. Ketiga, beberapa orang yang mengenali
masalah etika mengembangkan rasionalisasi untuk membenarkan perilaku tidak
etis mereka. Dan, keempat, beberapa orang yang ahli dalam masalah etika dan
mereka melakukan sesuatu yang salah tetapi tidak dapat berhenti karena kurang
memiliki keberanian moral. Keberanian moral dapat didefinisikan sebagai
kekuatan untuk melakukan hal yang benar meskipun takut akan konsekuensi.
Mereka yang bersikeras bertindak secara etis dapat menderita banyak
konsekuensi negatif, termasuk rasa malu, pengucilan, dan bahkan kehilangan
pekerjaan.2
Perilaku etis yaitu perilaku dimana ketika seseorang sudah mampu
bertindak sesuai dengan norma, hukum, peraturan dan moral yang sudah ada.
Perilaku etis wajib diterapkan diseluruh bidang profesi, tetapi pada
kenyataannya masih banyak terjadi penyalahgunaan etika yang pada akhirnya
dapat menyebabkan skandal didalam profesi, baik itu yang sedang
berkecimpung maupun yang sedang mempersiapkan dirinya, dengan demikian

1
Corneleus Jeano “Sistem Pengendalian Manajemen” dalam
https://www.coursehero.com/file/49064687/BAB-15-KEL-5docx/, diakses 5 Maret 2023
2
Afni Febria, “Masalah Etis Yang Terkait Dengan Pengendalian Manajemen”, dalam
https://www.scribd.com/document/408685282/Masalah-Etis-Yang-Terkait-Dengan-Pengendalian-
Manajemen, diakses 4 Maret 2023

1
akan muncul terjadinya suatu krisis dan krisis inilah yang dinamakan dengan
krisis etika profesional .3

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah adalah kalimat pertanyaan yang muncul berdasarkan
judul dan latar belakang. Isi rumusan masalah adalah pernyataan yang lengkap dan
rinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti berdasarkan identifikasi
dan pembatasan masalah. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas
maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Apa pentingnya analisis etis yang baik ?
2. Bagaimana faktor penyimpangannya ?
3. Bagaimana pengendalian manajemen umum terkait etika organisasi ?
4. Bagaimana penyebaran etika yang baik dalam organisasi ?
5. Apa studi kasus pada masalah etis terkait pengendalian manajemen ?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian adalah apa saja atau hal-hal apa saja yang hendak dicapai
dalam penelitian. Tujuan penelitian mengacu dari rumusan masalah penelitian.
Bentuk tujuan penelitian adalah kalimat positif atau berita atau pernyataan.
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, berikut tujuan
penulisan makalah:
1. Untuk mengetahui pentingnya analisi etis yang baik
2. Untuk mengetahui faktor penyimpangan masalah etis pengendalian
manajemen
3. Untuk mengetahui pengendalian manajemen umum terkait etika
organisasi
4. Untuk mengetahui penyebaran etika yanag baik dalam organisasi
5. Untuk mengetahui studi kasus yang terjadi pada masalah etis terkait
pengendalian manajemen

3
PSP Suprapto “Pengaruh Idialisme, Relativisme Danlove Of Moneypada Persepsi Mahasiswa
Akuntansi Tentang Krisis Etika Akuntan” dalam https://eprints.perbanas.ac.id/6244/5/BAB%20I
,diakses 4 Maret 2023

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pentingnya Analisis Etis Yang Baik


Perilaku tidak etis merugikan individu, organisasi, pasar dan masyarakat.
Perilaku tersebut menimbulkan kebutuhan akan undang-undang dan standar ekstra
dari pemerintah dan lembaga pengatur, serta peraturan, kajian, atau pengawasan
ekstra dalam organisasi.
Penyimpanan dalam etika sering menjadi penyebab masalah yang lebih
serius, seperti kecurangan. Misalnya, pelaporan keuangan agresif, yang banyak
orang menafsirkan sebagai sesuatu yang kurang etis tapi mungkin cukup legal,
sering muncul menjadi sesuatu yang berisiko yang akhirnya memuncak menjadi
tindakan penipuan yang merugikan.
Untuk mengendalikan perilaku tidak etis dalam sebuah organisasi, manajer
memerlukan keterampilan perseptif pertimbangan etis. Manajer yang tidak tahu
mengenai etika dapat membuat sejumlah kesalahan yang dapat menyebabkan
kemungkinan besar dilakukannya perilaku tidak etis dalam organisasi mereka.
Pertama, mereka kadang-kadang tidak bisa mengenali munculnya masalah etika.
Salah satu masalah yang umum terjadi adalah bahwa manajer kadang-kadang
menyamakan masalah etika dan hukum, mereka menyimpulkan bahwa jika suatu
tindakan tidak ilegal, tindakan tersebut pasti etis. Ini jelas tidak benar.
Kedua, masalah etika sering kali berhubungan dengan aturan yang kurang
sesuai, seperti " selalu berkata jujur" tidak merugikan, atau memperlakukan orang
lain seperti anda ingin orang lain memperlakukan anda. Akibatnya, aturan tersebut
jarang menjadi panduan untuk perilaku etis dalam situasi tertentu karena nilai-nilai
manusia sering bervariasi.
a. Model-model etika
Tantangan pertama dalam mengadaptasi pemikiran etis untuk pengaturan
manajerial adalah hukum mengenali keberadaan isu-isu etis yang ada atau yang
mungkin ada. Empat model etika yang sering dikutip, yaitu utilitarianisme, hak dan
kewajiban, keadilan/kewajaran, dan keutamaan dan berikut penjelasannya :
1) Utilitarianisme
Model utilitarianisme kebenaran tindakan dinilai berdasarkan
konsekuensinya. Dalam model ini, suatu tindakan secara moral benar jika tindakan
tersebut memaksimalkan total kebaikan di dunia, yaitu jika tindakan lain yang dapat
dipertimbangkan. Utilitarianisme tidak berarti bahwa tindakan yang tepat adalah
tindakan yang menghasilkan kebaikan untuk semua pihak yang dipengaruhi oleh
tindakan tersebut.

3
Model utilitarianisme memiliki keterbatasan. Model ini sulit mengukur
manfaat bersih karena manfaat dari beberapa tindakan atau keputusan sulit diukur,
diagregasi, dan sulit di bandingkan antar individu, misalnya kepuasan kerja,
kebebasan dari tekanan, atau kemungkinan yang berisiko akan adanya keuntungan
tambahan suatu saat nanti.
2) Hak dan kewajiban
Model hak dan kewajiban menyatakan bahwa setiap individu memiliki hak
moral sebagai manusia. Hak-hak dasar yang sering dikutip di sebagian besar
masyarakat modern meliputi hak untuk martabat, rasa hormat, dan kebebasan.
Setiap hak yang dimiliki oleh individu menciptakan kewajiban bagi orang lain
untuk memenuhinya. Jika manajemen puncak memiliki hak untuk diberikan
laporan kinerja informatif dari manajer tingkat yang lebih rendah, maka para
manajer dengan tingkat yang lebih rendah memiliki tugas untuk memberikan
laporan tersebut. Hak dan kewajiban harus saling dipatuhi oleh pihak-pihak yang
berpartisipasi dalam kelompok yang menerapkan hak dan kewajiban tersebut.
Model hak dan kewajiban memiliki kelemahan. Kadang-kadang sulit untuk
mendapatkan kesepakatan mengenai sepert apa hak-hak yang harus dimiliki
individu yang berbeda atau kelompok individu. Hak dapat berkembang, hak juga
dapat bertentangan.
3) Keadilan/kewajaran
Model keadilan menyatakan bahwa orang harus diperlakukan sama, kecuali bila
dalam beberapa hal mereka berbeda. Akan tetapi, masing-masing orang memiliki
perbedaan dalam berbagai hal, dan menentukan perbedaan mana yang harus
dianggap relevan merupakan masalah inti yang harus diperhatikan dalam
menerapkan model keadilan/kewajaran. Karyawan mungkin tidak peduli ketika
paket kompensasi yang mereka terima berbeda ketika hal itu didasarkan pada
perbedaan sifat pekerjaan.
Kelemahan lain dari model keadilan/kewajaran adalah kemudahannya
untuk mengabaikan efek kesejahteraan sosial agregat dan individu tertentu.
Persepsi keadilan bagi kelompok dapat merugikan kelompok lain.
4) Keutamaan
Model perilaku moral terakhir yang umum digunakan berakar pada
keutamaan. Contoh keutamaan yang paling jelas adalah integritas, loyalitas, dan
keteguhan hati. Individu dengan integritas memiliki niat untuk melakukan apa yang
benar secara etis tanpa memperhatikan kepentingan diri sendiri. Loyalitas adalah
kesetiaan pada seseorang. Orang-orang memiliki banyak kesetiaan, kepada orang
lain, organisasi, agama, pekerjaan, dan bahkan penyebab Keteguhan hati adalah
kekuatan untuk berdiri teguh dalam menghadapi kesulitan atau tekanan. Keutamaan
sering tercermin dalam kode etik profesi dan kode etik perusahaan.

4
Kelemahan pendekatan berbasis keutamaan salah satunya adalah bahwa
daftar keutamaan potensial sangat panjang. Pengkritik model keutamaan
berpendapat bahwa dalam model keutamaan tidak jelas yang mana keutamaan yang
harus diterapkan dalam kondisi tertentu.
b. Menganalisis isu-isu etis

Perilaku etis yang baik harus berdasarkan lebih dari sekedar pendapat,
intuisi, atau firasat. Berbagai macam model, tetapi kebanyakan terdiri dari langkah-
langkah berikut:
a) Mengklarifikasi fakta. Apa yang diketahui, atau apa yang perlu diketahui
untuk membantu mendefinisikan masalah? Fakta-fakta harus
mengidentifikasi apa, siapa, dimana, kapan, dan bagaimana.
b) Menentukan masalah etis. Bagaimana dengan situasi yang menyebabkan
meningkatnya masalah etika? Logika ini harus dinyatakan dengan
menggunakan istilah dari satu model etika atau lebih.
c) Menetapkan alternatif. Sebutkan alternatif tindakan, termasuk yang
mewakili beberapa bentuk kompromi
d) Membandingkan nilai-nilai dan alternatif. Lihat apakah ada keputusan yang
jelas. Jika salah satu tindakan sangat kuat, maka analisis dapat disimpulkan.
e) Menilai konsekuensi. Identifikasi konsekuensi positif dan negatif jangka
pendek dan jangka panjang untuk alternatif utama. Langkah ini akan sering
mengungkapkan hasil yang tak terduga, misalnya laba jangka pendek akan
terlihat lebih kecil dikarenakan adanya biaya jangka panjang.
f) Membuat keputusan, Seimbangkan konsekuensinya terhadap prinsip-
prinsip atau nilai- nilai etika utama dan pilihan alternatif yang paling cocok.4
2.2 Faktor Penyimpangan
Penyimpangan sosial disebabkan oleh bermacam-macam alasan. Beberapa ahli
menguraikan faktor-faktor penyimpangan sosial.5
1. Menurut James W. Van Der Zanden
Faktor-faktor penyimpangan sosial adalah sebagai berikut:
a. Longgar/tidaknya nilai dan norma.
Ukuran perilaku penyimpangan bukan pada ukuran baik buruk atau benar
salah menurut pengertian umum, melainkan berdasarkan ukuran longgar
tidaknya norma dan nilai sosial suatu masyarakat. Norma dan nilai sosial

4
Afni Febria, “Masalah Etis Yang Terkait Dengan Pengendalian Manajemen”, dalam https:/www
scribd.com/document 408685282/Masalah- Etis-Yang-Terkait-Dengan- Pengendalian-Manajemen,
diakses 4 Maret 2023
5
M. Noor Syaid, penyimpangan sosial dan pencegahannya, (semarang, jawa tengah, 2019), hal. 6-
7

5
masyarakat yang satu berbeda dengan norma dan nilai soail masyarakat
yang lain.
b. Sosialisasi yang tidak sempurna
Di masyarakat sering terjadi proses sosialisasi yang tidak sempurna,
sehingga menimbulkan perilaku penyimpangan. Contoh: di masyarakat
seorang pemimpin idealnya bertindak sebagai anutan atau pedoman,
menjadi teladan tetap kadangkala yang terjadi pemimpin justru memberi
contoh yang tidak benar. Misalnya melakukan KKN (korupsi, kolusi, dan
nepotisme). Karena masyarakat mentolerir tindakan tersebut maka
terjadilah tindakan perilaku penyimpangan.
c. Sosialisasi sub kebudayaan yang menyimpang
Perilaku menyimpang terjai pada masyarakat yang memiliki nilai-nilai sub
kebudayaan yang menyimpang, yaitu suatu kebudayaan khusus yang
normanya bertentangan dengan norma-norma budaya yang dominan/pada
umumnya. Contoh : masyarakat yang tinggal di lingkungan kumuh, masalah
etika dan estetika kurang diperhatikan, karena umumnya mereka sibuk
dengan usaha memenuhi kebutuhan hidup yang pokok (makan), sering
cekcok, mengeluarkan kata-kata kotor, buang sampah sembarang. Hal itu
oleh masyarakt umum dianggap perilaku menyimpang.
2. Menurut Casare Lombroso
Perilaku penyimpangan disebabkan oleh faktor-faktor biologis, psikologis,
dan sosialogis.
a. Biologis
Misalnya, orang yang lahir sebagai pencopetan atau pembangkang.
Berdasarkan ciri-ciri tertentu orang bisa diidentifikasi menjadi penjahat
atau tidak. Ciri-ciri fisik tersebut anatara lain: bentuk muka, kedua alis
yang menyambung menjadi satu dan sebagainya.
b. Psikologis
Menjelaskan sebab terjadinya penyimpangan ada kaitannya dengan
kepribadian retak atau kepribadian yang memiliki kecenderungan untuk
melakukan penyimpangan. Dapat juga karena pengalaman traumatis
yang dialami seseorang.
c. Sosiologis
Menjelaskan sebab terjadinya perilaku menyimpang ada kaitannya
dengan sosialisasi yang kurang tepat. Individu tidak dapat menyerap
norma-norma kultural budayanya atau individu yang menyimpang harus
belajar bagaimana melakukan penyimpangan.
Terjadinya perilaku penyimpangan sosial disebabkan gagalnya
individu atau kelompok untuk mengidentifikasikan diri. Perilaku yang
menyimpang dapat berlangsung dalam lingkungan keluarga yairu
mengonsumsi narkoba dan menenggak minuman keras. Sementara,
perilaku menyimpang yang terjadi dilingkungan masyarakat, misalnya
tawuran antar sekolah dan korupsi.6

6
M. Noor Syaid, penyimpangan sosial dan pencegahannya, (semarang, jawa tengah, 2019), hal. 8

6
Jadi dapat disimpulkan penyimpangan sosial adalah bentuk perbuatn
yang mengabaikan nilai dan norma yang melangar, bertentangan atau
menyimpang dari aturan-aturan hukum.

2.3 Pengendalian Manajemen Umum Terkait Etika Organisasi


1) MASALAH ETIS YANG TERKAIT DENGAN PENGENDALIAN
MANAJEMEN
Manajer terlibat dalam perancangan dan penggunaan sistem pengendalian
manajemen SPM harus memliki pemahaman dasar etika, yang dimana etika adalah
bidang studi yang di gunakan untuk menentukan perilaku yang sekiranya dapat di
terima orang lain secara normal berdasarkan moral. Etika menawarkan metode
untuk membedakan antara "benar" dan "salah " dan untuk secara sistematis
menentukan aturan-aturan yang memberikan panduan mengenai bagaimana
individu dan kelompok individu harus bersikap.
2) PENTINGNYA ANALISIS ETIS YANG BAIK
Perilaku yang tidak etis dapat menimbulkan kerugian-kerugian yang dapat
merugikan individu, organisasi, pasar dan masyarakat. Perilaku tersebut dapat
menimbulkan kebutuhan akan UU dan standart ekstra dari pemerintah dan lembaga
pengatur, peraturan, kajian dan pengawasan ekstra dalam organisasi.
• Model-model etika
Tantangan pertama dalam mengadaptasi pemikiran etis untuk pengaturan
manajerial adalah dalm mengenali keberadaan isu-isu etis yang ada atau yang
mungkin ada.
• Utilitarianisme
Pemikiran jenis utilitarianisme telah di adopsi oleh banyak perusahaan di
karenakan tradisinya di bidang ekonomi dan telah tertanam dalam banyak prosedur
pengambilan keputusan kebijakan publik, seperti analisis ekonomi kesejahteraan
dan biaya manfaat.
• Hak dan kewajiban
Model hak dan kewajiban menyatakan bahwa setiap individu memiliki hak moral
sebagai manusia. Hak-hak dasar yang sering di kutip sebagian besar masyarakat
modern meliputi hak untuk bermartabat, rasa hormat, dan kebebasan.7
• Keadilan/ kewajaran

7
Ibid

7
Model keahlian menyatakan bahwa orang harus diperlakukan sama, kecuali bila
dalam beberapa hal mereka berbeda. Proses yang adil dilaksanakan seperti dalam
mengevaluasi kinerja karyawan, tergantung pada hal-hal seperti kenetralan dan
konsisten. Kelemahan dari model keadilan atau kewajaran adalah kemudahannya
untuk mengabaikan efek kesejahteraan sosial agregat dan individu tertentu.
• Keutamaan Model perilaku moral terakhir yang umum di gunakan berakar
keutamaan.
Contoh dari keutamaan yang paling jelas adalah integritas, loyalitas dan keteguhan
hati. Individu integrasi memiliki niat apa yang benar-benar etis tanpa
mementingkan diri sendiri. Integritas adalah memiliki niat untuk melakukan apa
yang benar secara ctis tanpa memperhatikan kepentingan diri sendiri. Loyalitas
adalah kesetiaan kepada seseorang. Sedangkan keteguhan hati adalah kekuatan
untuk berdiri teguh dalam menghadapi kesulitan dan tekanan. Teori keutamaan
tidak berhubungan langsung dengan tugas, walaupun secara logis sering kali tugas
dapat berasal dari keutamaan. Menganalisis isu-isu etis Perilaku etis yang baik
harus berdasarkan lebih dari sekedar pendapat, intuisi, atau firasat.
Mengapa orang bertindak secara tidak etis?
Orang berperilaku tidak etis karena beberapa alasan, yaitu orang yang secara
tidak langsung sadar bertindak buruk, tidak adanya moral atau ketidak tahuan
mereka mungkin tidak mengenali masalah etis ketika mereka menghadapinnya
sehingga hati nurani mereka tidak mencegah mereka untuk berperilaku tidak etis.
Beberapa pengendalian manajemen isu isu Etis terkait
Empat isu etis terkait SPM yang lebih sempit, tetapi sering terjadi
merupakan hal yang penting.
1. Menciptakan kelonggaran anggaran
2. Mengelola laba
3. Menanggapi indikator pengendalian yang cacat 4. Menggunakan pengendalian
yang terlalu " bagus"
Isu-isu tersebut merupakan isu yang penting dan diperlukan analisis untuk
menanganinya.
Etika menciptakan kelonggaran anggaran
Ketika karyawan membuat kelonggaran, mereka mendaya gunakan
pengetahuan luas mereka mengenai prospek entitas mereka. Mereka tidak berhasil
mengungkapkan semua informasi dan wawasan yang mereka miliki kepada atasan
mereka, dan menyajikan gambar yang menyimpang dari badan usaha mereka. Oleh
karena itu, menciptakan kelonggaran anggaran dapat dianggap melanggar beberapa
kewajiban yang tercantum.

8
Sedangkan budgetee diuntungkan, penciptaan kelonggaran dapat
merugikan para pemangku kepentingan, terutama bagi perusahaan dan pemiliknya.
Ketika pencapaian target terjamin, usaha karyawan mungkin berkurang. Selain itu,
budgetee mungkin tidak ingin terlalu banyak melampaui target mereka karena
mungkin menyebabkan mereka harus diberi target yang lebih sulit dan lebih tinggi
untuk periode berikutnya.
Banyak manajer berpendapat bahwa menciptakan kelonggaran merupakan
respons rasional dalam system pengendalian hasil. Mereka tidak melhat
kelonggaran sebagai penyimpangan, tetapi sebagai sarana untuk melindungi diri
dari risiko negatif atas masa depan yang tidak pasti. Dilihat dengan cara ini,
kelonggaran memiliki fungsi yang serupa dengan fungsi praktik akuntansi
manajemen mengenai analisis varian dan penganggaran fleksibel, keduanya
digunakan untuk menghilangkan efek pada ukuran kinerja dari beberapa faktor tak
terkendali, dan dengan demikian melindungi manajer dari risiko yang disebabkan
oleh faktor ini.
Etika merespons indicator pengendalian yang cacat
Ketika target dan aturan tidak didefinisikan dengan baik, target dan aturan
tersebut benar-benar dapat memotivasi perilaku karyawan yang tidak sesuai dengan
kepentingan terbaik organisasi.
Satu contoh respons cacat yang umum terjadi secara rinci dalam bab 11,
yaitu myopia. Hal ini terjadi ketika perusahaan menempatkan penekanan yang
tinggi pada pencapaian target keuntungan jangka pendek, meskipun beberapa
kegiatan peningkatan laba (seperti mengurangi investasi dalam pelatihan,
pemeliharaan, atau (R&D) dapat mengurangi nilai pemegang saham dalam jangka
panjang. Manajer yang terlibat dalam perilaku miopik sering kali mengetahui
bahwa mereka menyebabkan kerugian jangka panjang untuk entitas dan perusahaan
mereka, namun mungkin di bawah tekanan, mereka memutuskan untuk tetap
melakukannya.
Ketika mereka menghadapi konflik kepentingan ini, sebagian besar
karyawan akan memilih untuk mengikuti aturan system penghargaan, mungkin saat
melobi agar ukuran diubah. Norma perilaku ini mungkin tidak etis. Professional
keuangan memiliki standar etika (tugas) yang mengharuskan mereka untuk lebih
cenderung kepada "kepentingan sah" organisasi mereka.
Etika menggunakan indikator pengendalian yang "terlalu bagus"
Sering kali, indikator pengendalian yang sangat ketat mungkin terjadi
karena adanya kemajuan teknologi. Misalnya, program pengawasan computer yang
memungkinkan perusahaan untuk memantau layar computer pribadi, penggunaan
data, dan lalu lintas internet karyawan saat ini tersebar luas. Pengawas dapat
mendengarkan panggilan penjualan karyawan, kamera dapat merekam semua
tindakan yang dilakukan beberapa karyawan, computer dapat menghitung jumlah
penekanan tombol oleh pegawai entri data dan operator telepon untuk mengukur

9
produktivitas, dan perangkat lokasi dapat melacak keberadaan karyawan sepanjang
hari kerja.
Jumlah penekanan tombol yang benar dan laporan tentang lokasi karyawan
berdasarkan waktu dapat menjadi ukuran hasil yang tepat dalam situasi tertentu.
Dikatakan bahwa ada garis tipis antara hak majikan untuk memantau dan hak
karyawan atas otonomi, privasi, atau kebebasan dari tekanan pengendalian yang
memberi kesan bahwa para pegawainya bekerja dalam sebuah sweatshop-
lingkungan kerja yang membuat para pegawainya merasa tertekan-elektronik.8
2.4 Penyebaran Etika Yang Baik Dalam Organisasi
Kemajuan etika dalam sebuah organisasi biasanya berlangsung secara
bertahap. Pada tahap awal, ketika organisasi kecil, organisasi menjadi perpanjangan
dari pendiri atau kelompok manajemen puncak. Pendiri bertindak sebagai panutan,
pengaturan standar etika, dan biasanya dapat memonitor kepatuhan karyawan
dengan standar itu.Dalam tahap perkembangan berikutnya, organisasi sebagian
besar menggunakan pengendalian tindakan tipe akuntabilitas. Organisasi
menyampaikan standar tersebut. melalui kebijakan perusahaan dan manual
prosedur, kode etik perusahaan, atau seperangkat memorandum informal. Aturan
mungkin perlu diperbarui dari waktu ke waktu, meskipun prinsip-prinsip dasar kode
etik yang baik mungkin sebagian besar tetap sama.
Setelah aturan dikomunikasikan, organisasi mengambil langkah untuk
memastikan bahwa karyawan mengikuti aturan. Sering kali perusahaan meminta
karyawan mereka untuk menandatangani sebuah perjanjian yang menyatakan
bahwa mereka memahami dan akan mematuhi peraturan. Namun, bahkan kode etik
terbaik yang telah disusun dan surat pernyataan sertifikasi karyawan yang telah
ditandatangani mungkin tidaklah cukup.9
2.5 Studi Kasus
Miquel Vasquez bangga akan pekerjaannya sebagai seorang manajer
produk baru di sebuah perusahaan bioteknologi baru. Miquel tidak senang bekerja
menggunakan data-data rahasia milik pesaing perusahaan yang diberikan oleh
atasannya. Jika berita tentang perolehan data ini diketahui oleh wartawan, reputasi
perusahaan akan hancur. Dengan menggunakan informasi ini pastinya akan
memberikan keuntungan baginya dan perusahaannya dalam bersaing, tetapi Miquel
tidak yakin ingin bekerja dengan perusahaan yang akan merendahkan nama
perusahaannya dengan taktik seperti ini. Dilema bagi Miquel Vasquez dengan
atasan yang menggunakan cara tidak benar guna menambahkan keuntungan. Satu
sisi manajer ingin mengikuti perintah atasan, sisi lain prinsip moral, khususnya
kebenaran dan kejujuran, masih dijunjung tinggi dalam menjalankan tugas-

8
Stodocu, “Sistem Pengendalian Manajemen”, dalam
https://www.stodocu.com/id/document/universitas-teknologi-yogyakarta/management/sistem-
pengendalian-manajemen/21117426, diakses 06 Maret 2023
9
ibid

10
tugasnya. Dengan demikian kasus Miquel dapat dimasukkan dalam fungsi
manajemen SDM dan pelanggaran prinsip moral.
Kasus yang ditampilkan diatas ketahui tentang kasus pelanggaran terhadap
prinsip etika bisnis, yaitu kejujuran/moral dan manajemen operasional SDM yang
mendominasi pelanggaran kode etik. Permasalahan yang diangkat. Sementara
perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi informasi dan komunikasi begitu
pesat.10

10
Moh Muslim, Problema Etika Dalam Era Baru Manajemen, Vol. 22No. 2 2019 hlm 207

11
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Etika diartikan sebagai nilai-nilai normatif atau pola perilaku pada
seseorang atau lembaga atau organisasi sebagai suatu kelaziman yang dapat
diterima dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan Moral dalam bahasa
Inggris dapat diartikan sebagai dorongan dalam diri sendiri untuk melakukan atau
tidak yang berkaitan dengan etika. Maka dapat dibedakan atara etika dan moral
sebagai suatu sistem nilai dalam diri seseorang atau organisasi. Moralitas merujuk
pada nilai-nilai yang diyakini dan menjadi semangat dalam diri seseorang atau
organisasi untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu sedangkan etika
merupakan nilai-nilai perilaku dalam diri seseorang atau organisasi dalam
berinteraksi dengan lingkungannya.

3.2. Saran
Tentunya penulis menyadari, jika dalam penyusunan makalah ini masih
banyak kesalahan serta jauh dari kata ssempurna. Adapun nantinya, penulis akan
segera melakukan perbaikan susunan makalah ini dengan menggunakan pedoman
dari beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun dari para pembaca

DAFTAR PUSTAKA

12
Febria, Afni. 2019. “Masalah Etis Yang Terkait Dengan Pengendalian
Manajemen”, dalam
https://www.scribd.com/document/408685282/Masalah-Etis-Yang-
Terkait-Dengan-Pengendalian-Manajemen , diakses 4 Maret 2023
Jeano, Corneleus. 2019. “Sistem Pengendalian Manajemen” dalam
https://www.coursehero.com/file/49064687/BAB-15-KEL-5docx/, diakses
5 Maret 2023
M. Noor Syaid, 2019 Penyimpangan Sosial dan Pencegahannya, Semaranga Jawa
Tengah hlm 08
Muslim Moh, “Problema Etika Dalam Era Baru Manajemen” Instittut Bisnis
Nusantara, Vol. 22No. 2 ( 2019 : hml 207)

Stodocu, “Sistem Pengendalian Manajemen”, dalam


https://www.stodocu.com/id/document/universitas-teknologi-
yogyakarta/management/sistem-pengendalian-manajemen/21117426,
diakses 06 Maret 2023

Suprapto PSP. 2017. “Pengaruh Idialisme, Relativisme Danlove Of Moneypada


Persepsi Mahasiswa Akuntansi Tentang Krisis Etika Akuntan” dalam
https://eprints.perbanas.ac.id/6244/5/BAB%20I , diakses 4 Maret 2023

13

Anda mungkin juga menyukai